Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN TUGAS INDIVIDUAL

MITIGASI BENCANA ALAM


(Studi Kasus, Perkuatan Bangunan Tahan Gempa)

I. Tujuan
1. Melatih ketrampilan dan membentuk kemampuan dasar mahasiswa
dalam melakukan assessment kerusakan bangunan
2. Melatih ketrampilan dan membentuk kemamupuan mahasiswa dalam
melakukan perkuatan struktur bangunan
3. Melatih mahasiswa mengintegrasikan semua pengetahuan teknik
bangunan (bangunan gedung) dalam melakukan eveluasi kekuatan
dan kelemahan struktur yang ada.

II. Gambaran Umum & Sayat-Syarat.


1. Obyek studi : Bangunan tidak bertingkat dengan luas minimal 100 m-2
(rumah tinggal, kantor, sekolah, dll)
2. Substansi kajian: sistem struktur, pola kerusakan, keamanan penghuni
atau pengguna bangunan, perkuatan struktur
3. Produk kerja: Laporan dalam bentuk narasi dan sketsa (gambar tanpa
atau dengan skala)
4. Waktu Penyelesaian Tugas : 3 bulan
5. Asistensi: Stiap Bab minimal 2 kali, dan setiap asistensi maksimum
membawah 1 (satu) bab.
6. Sudah lulus mata kuliah konstruksi Bangunan dan Teknik Gempa

III. Arahan Umum Penyelesaian Tugas


Assessment kerusakan bangunan merupakan tindakan evaluasi kerusakan
lapangan untuk memperkirakan tingkat kerusakan bangunan akibat suatu
kejadian bencana alam. Kegiatan ini umumnya dilaksanakan sesaat setelah
bencana alam (gempa bumi) melanda suatu wilayah. Ada dua tujuan utama
yang ingin dicapai melalui kegiatan ini, yakni pertama, untuk mengetahui
tingkat kerusakan bangunan, dan kedua, untuk membantu pengambil
keputusan dalam menentukan apakah suatu bangunan dapat dimanfaatkan
(setidak-tidaknya selama masa darurat), atau perlu pebaikan, atau harus
dirubuhkan demi menjaga keamaan masyarakat sekitarnya. Pertanyaan
utama yang harus dijawab oleh kegiatan assessment kerusakan adalah:
1. Seberapa besar tingkat keruakan suatau bangunan, apakah rusak
ringgan, sedang atau rusak berat.
2. Apakah bangunan ini masih dapat dimanfaatkan (tanpa perbaikan,
dengan perbaikan ringan, atau dengan perkuatan struktur), atau
haru dirubuhkan, baik karena alasan keamanan maupun karen
alasan ekonomi.

Dalam kegiatan belajar Mitigasi Bencana Alam, prosedur kerja dan seperti
yang diuraikan diatas tidak dapat dilaksanakan, karena obyek kajiannya
(daerah bencana atau bangunan yang rusak) tidak tersedia. Untuk mengatasi
masalah ini maka obyek pengamatannya diubah, dari mengamati bangunan
yang rusak akibat bencan menjadi mengamati bangunan riil atau gambar
rencana. Karena itu arah kegiatan asssessment dalam penyelesaian tugas ini
adalah memperkirakan kerusakan yang mungkin terjadi apabila bangunan
yang menjadi obyek studi dilanda gempa kuat. Jadi pertanyaan yang harus
dijawab oleh tindakan assessment dalam tugas ini adalah:
Setelah mempelajari konfigurasi bangunan, sistem struktur,
pendeteilan dan mutu bangunan, jenis kerusakan apa saja yang mungkin
terjadi bila bangunan ini dilanda gempa kuat.
Jika suatu bangunan tidak/kurang aman, tindakan perkuatan apa saja
yang akan dilakukan agar bangunan ini aman terhadap aksi beban gempa.

Dari uraian dapat dilihat bahwa sudut pandang kegiatan assessment


kerusakan dalam penyelesaian tugas ini berbeda dengan sudut pandang
kegiatan assessment kerusakan lapangan. Namun diharapkan jika
mahasiswa mampu melakukan kegiatan assessment kerusakan dalam tugas
ini, mereka juga akan memiliki kemampuan minimal untuk melakukan
assessment kerusakan lapangan. Minimal kegiatan ini akan mengantarkan
mahasiswa kepada pengelaman mengintrgrasikan pengetahunan teknik
bangunan dan sekaligus pengelaman melakukan kritik bangunan.

IV Tahaban Penyelesaian Tugas


Secara umum langkah-langkah penyelesaian tugas disajikan secara
diagramatis dalam lampiran-I. Urutan kerjanya disesuikan dengan kebutuhan
analisis dan penulisan, sehingga bab I yang merupakan rangkuman dari apa
yang dikerjakan diletakan pada konsultasi terakhir setelah mahasiswa
memahami dan mengerti dengan baik apa yang dikerjakan dan hasil yang
telah diperoleh.

4.1 Persiapan:
1. Gambar bangunan (denah, tampak, potongan dan kalau dapat/ada, juga
detail-deteil konstruksi utama). Jika gambar deteil tidak lengkap,
mahasiswa diharapkan melakukan wawancara dengan pemilik atau kepala
tukang yang menagani perkejaan tersebut. Jika pemilik tidak memiliki data
atau informasi yang pasti dan kepala tukang yang mengerjakan bangunan
tersebut tidak dapat dihubungi, maka mahasiswa dapat melakukan
wawancara terhadap kepala tukang lainnya untuk mencatat kebiasaan
mebangun yang biasa diterapkan oleh para tukang.
2. Spesifikasi teknis bangunan (kalau ada). Jika tidak tersedia, kebiasaan
membangun masyarakat setempat perlu dicata sebagai data tambahan
3. Lokasi bangunan, untuk mengetahui tingkat seismisitas dari lokasi di mana
bangun tersebut berada.
4. Kondisi lingkungan bangunan (topografi, geologi setempat)

4.2 Survey (Simulasi Survey Lapangan)


Kegiatan pengisian data ke dalam lembaran formulir data (dalam tugas ini)
hanyalah suatu simulasi pengambilan data lapangan. Melalui kegiatan ini
mahasiswa belajar merekam data lapangan secara lengkap dan
mendalam.
Dua hal penting dalam fase ini adalah:
 Menyiapkan formulir data banguan. Lampiran-II memperlihatkan
contoh formulir survey lapangan. Mahasiswa dapat menggunakan
formulir tersebut atau mengembangkannya sesuai dengan kondisi
khusus yang dihadapi.
 Mengisi data lapangan. Untuk keperluan analisis, data haruslah
lengkap dan cukup mendalam. Misalnya jika deteil bangunan tidak
tersedia dalam gambar rencana, mahasiswa wajib mencari
informasi lain sehingga diperoleh gambaran mengenai deteil
konstruksi yang dimaksud. Data yang dimasukan dapat berupa
angka, narasi (komentar), dan sketsa.
Secara umum isi data harus meliput:
 Data umum, seperti kepemilikan, tahun berdiri, perencana,
pengawas, kontraktor, IMB
 Data lingkungan, seperti: topografi, geologi, bangunan terdekat,
jalan disekitar bangunan, seismisitas wilayah
 Data tenis bangunan, sepertii: denah, tampak, ptongan deteil,
spesifikasi teknis

4.3 Gambaran Umum Bangunan.


Dalam tahab ini mahasiswa memformulaikan data lapangan ke dalam bentuk
tulisan yang lebih sistematis. Dalam sistematika laporan tugas, Gambaran
Umum Bangunan diuraikan dalam Bab II, Lampiran III. Tahab ini bertujuan
untuk membentuk kemampun menulis dan kemampuan menyajikan informasi
secara sistematis dan mudah dipahami oleh pembaca. Jika dalam lembaran
data, hanya berisi angka, sketsa dan komentar singkat, maka dalam bab II ini
diharapakan mahasiswa membahasakan dan mengungkapkannya secara
lebih mendeteil dan informatip.

Hal-hal yang harus disajikan dalam bab ini adalah:


1. Gambar lingkungan bangunan. Aspek-aspek yang perlu diangkat antara
lain menyangkut topografi, geologis, kondisi kegempaan, bangunan lain
disekitar bangunan yang diamati.
a. Tinjauan topografi harus menggambarkan kemiringan site
bangunan, disajikan dalam bentuk sketsa topografi dan potongan
melintang bangunan (dalam arah yang memperlihatkan kemiringan
site). Jika dalam gambar perencanaan tidak tersedia informasi,
mahasiswa wajib melihat kondisi lapangan riil dan membuat sketsa
perkiraan. Jika bangunan yang direncanakan belum dibangun, dan
sitenyapun belum ditentukan maka guna melngkapi data
mahasiswa harus menyiapkan data topografi fiktip untuk keperluan
analisis.
b. Tinajaun Geologis. Data geologis wilayah dapat diperoleh dari peta
geologis yang umumnya tersedia di Dinas Pertambangan dan
Energi setempat dan Bappeda (peta tata ruang kota atau wilayah).
Data geolois mikro (kondisi tanah dasar) dapat diperoleh dari
dokumen perencanaan yang dikerjakan oleh konsultan
perencanaan. Jika data konsultan tidak tersedia, kondisi tanah
dasar dapat diperoleh melalui pengamatan sumur gali yang ada
disekitar lokasi atau melalui wawan cara dengan penghuni rumah
atau tokoh masyarakat setempat.
c. Tinajaun kegempaan wilayah. Minimal menyajikan Zona Gemapa di
mana bangunan tersebut berada. Sebaiknya dilengkapi dengan
data seismisitas wialayah seperti informasi data gempa kuat yang
pernah terjadi, riwayat kerusakan bangunan yang pernah terjadi
didaerah tersebut
d. Informasi bangunan yang ada disekita bangunan yang diamati.
Data penting adalah jarak dari bangun terdekat, ada tidaknya jalan
umum pada sisi-sisi bangunan, tinggi bangunan terdekat, jenis
konstruksi/bahan bangunan (dominan) yang digunakan
Kombinasi data topografi, geologi dan intensitas gempa wilayah
akan mendapatkan gambara jenis kerusakan permukaan tanah
yang mungkin terjadi (longsora, retakan atau liquifaksi). Data
bangunan disekitarnya akan berguna untuk memastikan apak
kerusakan bangunan lain dapat berdampak buruk bagi bangunan
yang diamati atau sebaliknya.
2. Data umum bangunan yang diamati. Hal-hal yang perlu disajikan antara
lain:
a. Kepemilikan, Tahun dibangun, Penencana, Pengawas dan
kontraktor. Untuk bangunan milik masyarakat, umumnya tidak ada
perencana, pengawas maupun kontraktor (formal). Walau demikian,
mahasiswa harus mencari informasi dari pemilik, untuk mengetahui,
siapa yang menggambar (walaupun hanya dalam bentuk skets),
apak ada orang yang bantu mengawas pelaksanaan pembangunan
(misalnya pemiliki sendiri atau anggota keluarga pemilik), apakah
seseorang yang difungsikan sebagai pengawas tersebut memiliki
pengetahuan mengenai tekni bangunan (dilihat dari latar belakang
pendidikannya), siapa yang membangun (tukang misalnya), latar
belakang tukang (apakah tung pemula atau tukang berpengelaman
).
b. IMB. Apakah ada IMB, untuk mengetahui sejauh mana kontrol dari
otoritas setempat (terutama bagi bangunan milik masyarakat)
c. Tahun dibangun dan kondisi fisik terakhir (jika bangunan yabg
diamati sudah berdiri). Kondisi fisik yang perlu dilaporkan terutama
menyangkut kualitas bangunan secara kualitatip, seperti kualitas
tembok (ada tidaknya retak-retak), kolom dan balok apakah suda
terjadi gejala kerusak. Data tahun dibangun akan menentukan
berapa umur bangunan yang ada. Jika data ini dikombinasikan
dengan data kondisi bangunan akan mendapatkan gambaran
kualiat pengerjaan oleh kontaraktor, dan juga dapat diperoleh
gambaran sisa umur ekonomis bangunan yang masih dapat
dimanfaatkan.
d. Penghuni dan pengguna bangunan. Berapa banyak penghuni tetap,
tingkat aktivitas harian yang menggambarkan apakan ada
pengunjung lain selain penghuni bangunan. Perlu juga
memperkirakan jumlah orang rata yang berada dalam bangunan
sehari-harinya. Data ini dimaksudakan untuk mengetahui resiko
korban jiwa yang mungkin terjadi apabila bangunan tersebut
mengalami kerusakan yang tidak terkendali.
3. Identifikasi elemen bangunan. Elemen bangunan yang perlu ditinjau
secara khsus anatara lain:
a. Pondasi bangunan, terutama : dimensi pondasi, kedalaman galian,
bahan pondasi
b. Balok Sloof, kolom, balok latai dan ring balok, terutama : ukuran
balok sloof, diameter tulangan memanjang, jumlah tulangan
memanjang, sengkang (terbuka atau tertutup), selimut beton, jarak
sengkang, deteil sengkang
c. Join kolom pondasi, terutama menyangku sistem join, panjang
tulang kolom yang diteruskan kedalam pondasi atau panjang tulang
angker. Bahan pengikat antara angker dengan pondasi apakah
menggunakan beton atau hanya bahan spesi yang dipakai untuk
pasangan pondasi.
d. Join sloof-kolom, kolom-balok. Join sloof kolom yang perlu diangkat
adalah sisten join yang digunakan, panjang-tulang penyalur, ada
tidaknya sengka dalam daerah join. Informasi ini penting untuk
melihat apakah frame beton bertulah mampu mempertahankan
integritas temboh bangunan pada saat mengalami gempa kuat.
e. Join kolom tembok, terutama deteil mengenai ngker yang mengikat
kolom dengan tembok, kalau tidak ada angker atau tidak ada
penjelasan mengenai keberadaan angker, diharapkan data
menyang kut cara pengecoran kolom-kolom disamping tembok
apakan dilakuka terlebih dahulu sebelum tembok dipasang atau
dilakukan bersamaan.
f. Join Rangka atap dengan bangunan atas (badan bangunan). Yang
perlu disajikan adalah deteil samngan pengikat
g. Konstruksi Atap, menyangkup bahan, sistem struktur yang
digunakan.
h. Bahan penutup atap, akah dari genteng, seng atau alang-alang.
i. Potongan bangunan sedapat mungkin pada setiap As tembok
bangunan. Dat ini untuk mengetahui dengan pasti letak bukaan
(pintu dan jendela), posisi kolom, sloof, ring balok dan balok latai.

4.4 Kajian Sistem Struktur.


Informasi yang ingin diketahui melalui kajian sistem struktur adalah: (1)
apakah bangunan memiliki konfiguasi yang baik/ideal; (2) apakah
bangunan ini memiliki sistem struktur pemikul beban lateral atau tidak; (3)
kalau ada sistem struktur apa yang digunakan; (4) apakah sistem struktur
yang ada memiliki kemampuan untuk menerima gaya-gaya lateral secara
efektip.
Langkah-langkah analisis:
1. Analisis konfigurasi bangunan. Ada tiga aspek yang perlu
diperhatikan dalam analisis konfigurasi bangunan (tidak bertingkat).
Pertama faktor bentuk, apakan bentuk bangunan tergolong
sederhana (bulat, bujur sangkar segibanyak beraturan, segi empat
dengan panjang dan rasio panjang/lebar terbatas). Kedua, sebaran
dinding dan elemen kolom. Apakah dinding dan juga elemen kolom
tersebar secara merata pada seluruh bagian denah lantai. Cara
sederhanya yang dapat digunakan adalah: buatlah denah
bangunan dan gambarkan letah dan dimensi tembok maupun
kolom. Selanjutanya tentukan letak pusat massa. Buat salib sumbu
(sb-X dan sb-Y) melalui pusat massa dan perhatikan apakah
sebaran tembok dan kolom tergolong merata atau mendekati
simetris terhadap kedua sumbu bangunan. Ketiga, aspek kesatuan
massa bangunan, apakah elemen-elemen bangunan yang ada
diikat menjadi satu kesatuan. Cara melihat kesatuan massa
bangunan adalah dengan memperhatikan, apakah semua sudut
bangunan diikat oleh ring balok sebagai satu kesatuan dalam kedua
arah utamanya. Untuk melakukan kajian terhada ketiga aspek
konfigurasi diatas, perlu menggunakan syarat-syarat minimal yang
termuat dalam Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton
Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung
1983, Building Cofiguration and Seismic Design karangan
Christopher Arnold dan Robert Reitherman, dan buku Manual of
Earthquake Resistant (For Non-Engineered Structures) yang
diterbitkan oleh International Association of Earthquake engineer.
2. Mengkaji Elemen Struktur Per-As Bangunan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah suatu elemen bangunan dapat
difungsikan atau berfungsi sebagai elemen pemikul beban lateral.
Mengingat bangunan yang menjadi obyek studi adalah bangungan
(pasangan tembok) tidak bertingkat, maka pertanyaan spesifiknya
adalah: apakah tembok beserta rangka beton bertulang (kalau ada)
yang ada pada bangunan tersebut dapat berfungsi struktural. Untuk
Kajian ini gunakan pembatsan-pembatsan yang adal di dalam buku:
Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan
Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983. Aspek-aspek
penting yang harus diamati antara lain:
a. Rasio tinggi tembok (hw) per lebar tembok (lw). Rasio hw/lw
akan menentukan luas bidang tembok maksimum yang
dapat diterima. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton
Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk
Gedung 1983 menetap hw/lw = 2 sebagi pembatas.
b. Luas bidang tembok yang dibatasi oleh kolom, ring balok
atau balok latai.
c. Luas bukaan untuk perletakan jendela atau pintu
d. Posisi bukaan, jarak bukan dari pinggir tembok
e. Ada tidaknya pengaku bukaan
f. Deteil hubungan anatar Tembok dengan rangka beton
bertulang
g. Tembal tembok, plesteran dan mutu pasangan (batu bata
dan spesi perekat)

Analisis Bidang Tembok


lw ,ki l0 lw ,ka

hw ,a

hw h0

hw ,b

lw

I T E M PENGAMATAN DATA SYARAT STATUS KETERANGAN


TEMBOK
memp.syarat luas
Rasio hw/lw <2 (>2) tembok tertentu
lihat wilayah
Luas bidang tembok : hw x lw 9 m2 TDK gempa
Luas bukaan : h0 x l0 10%

Posisi bukaa:
lw,ki <lw/4 OK
lw,ka <lw/4 OK
hw,a <hw/4 TDK
hw,b <hw/4 TDK
Tebal pasangan tembok 90 mm
Tebal plesteran 10 mm
Mutu bata 3 MPa
Mutu plesteran 3 Mpa
Status Umum Bidang Tembokk
Berfungsi Struktural (memenuhi syarat)
Dapat dikembangkan menejadi elemen struktur
Elemen non-struktur

Analisis Rangka beton bertulang


I T E M PENGAMATAN DATA SYARAT STATUS KETERANGAN
FRAME DAN PENGAKU
BUKAAN
Ukuran kolom
hc 150 mm boleh lain
bc 150 mm
tergantung jona
12 mm gempa
Jumlah tul memanjang >=4
>=6 mm
Bengkokan sengkang 1350
Jarak sengkang <bc
Ukuran balok
hb 150 mm boleh lain
bb 150 mm
tergantung zona
>=12 gempa
Jumlah tul memanjang >=4
>= 6 mm
Bengkokan sengkang 1350
Jarak sengkang <=bb
Ukuran pengaku bukaan
>=70
hb,b mm
bb,b 90 mm
>= 8 mm
Jumlah tul memanjang >=2
>=4 mm
Bengkokan sengkang tertutup
<=
Jarak sengkang 70mm

Analisis Join

I T E M PENGAMATAN DATA SYARAT STATUS KETERANGAN


JOIN KOLOM-SLOOF
>=
panjang kait tul. Sloof 300mm
jlm sengkang dlm daerah join >=1 bh
JOIN BALOK-KOLOM
>=
panjang kait tul balok (ke kolom) 300mm
panjang kait tul kolom (ke balok) >=300mm
jlm sengkang dlm daerah join >=1 bh
JOIN TEMBOK KOLOM/BALOK
>=10 mm
Jarak angker <= 10 lap
panjang masuk tembok >=300mm
panjang tertanam (kolom) >=300mm
Mengingat dalam satu As-Tembok terdiri dari beberapa bidang
tembok maka, evaluasi dilakukan per masing-masing bidang
tembok. Ada tiga status sifat struktural yang perlu ditetapkan untuk
masing-masing bidang tembok:

tdk dpt
berfungsi
struktural

dpt
dpt dikembangkan berfungsi
menjadi elemen struktural
struktur

Contoh Out-Put Analsisi

a. Bidang tembok dapat (efektip) berfungsi struktural


b. Bidang tembok dapat dikembangkan menjadi elemen
struktural
c. Bidang tembok tidak berfungsi dan tidak dapat
dikembangkan menjadi elemen struktural

Menetapkan Sistem Struktur Bangunan. Setelah dilakukan analsis


pada masing-masing As bangunan, selanjutnya dilakukan analisis untuk
seluruh bangunan sebagai satu kesatuan. Analsis ini dimaksudkan untuk
menetapkan apa jeni sistem struktur pemikul beban lateral dari bangunan ini.
Cara yang digunakan:
Memberi tanda pada denah bangunan mana elemen bangunan yang
bersifat struktural, mana yang dapat dikembangkan menjadi elemen struktural
dengan melakukan beberapa perbaikan, dan mana yang samsekali tidak
dapat dijadikan sebagai elemen struktur pemikul beban lateral.
Pada setiap elemen struktural diberi tanda jenis strukturnya
(maisalnya: frame, shear wall atau truss). Begitu juga untuk tembok-tembok
yang dapat dikembangkan menjadi elemen struktural, serta tembok-tembok
non-struktural lainnya
Kemungkinan kesimpulan dari sub-bab ini adalah : (1) Bangunan
memiliki sistem struktur tertentu dan efektip menerima beban lateral; (2)
Bangunan memiliki elemen pemikul beban lateral namun penempatannya
tidak ideal atau baik; (3) Bangunan tidak memiliki sistem pemikul beban
lateral, melainkan hanya memiliki sistem pemikul/penyalur beban vertikal
(bearing wall misalnya)
efektip berfungsi
struktural

dapat dikembangkan
menjadi elemen
struktur

elemen
non struktur

Kesimpulan:
 Secara keseluruhan sistem struktur bangunan ini adalah
kombinasi antara Bearing Wall & Shear Wall.
 Dalam arah E-W, terdapat sistem pemikul beban lateral dalam
bentuk Freme Dengan Dinding Pengisi
 Dalam arah N-S tidak ada sistem pemikul beban lateral

4.5 Assessment Kerusakan.


Bila hasil kajian sistem struktur pada pada tahab sebelumnya
dikombinasikan dengan data mutu bahan maupun mutu pasangan,
maka lokasi dan pola kerusakan tembok dapat diperkirakan. Dan bila
data deteil pembesian (kolom, balok dan join anatar elemen) dikaji
maka pola kerusakn rangka beton dapat diperkirakan. Untuk dapat
melakukan analisis pola kerusakan tembok dan pola kerusakan elemen
rangka beton bertulang, mahasiswa wajib membaca laporan kerusakan
bangunan akibat gempa dari peristiwa-peristiwa gempa yang
terdahulu. Beberapa diantaranya : Laporan Gempa Flores 1992 (Teddy
Boen), Laporan Gempa Biak, (Teddy Boen), Lapran Gempa Liwa
(Teddy Boen), Laporan Gempa Pantara 1987 (Rani Hendrikus,
Alexsius Richardson) dan laporan dari peristiwa gempa lainnya.
1. Evaluasi kerusakan tembok non-struktur. Pada bangunan tidak
bertingkat, tembok non-struktur umumnya merupakan tembok yang
memiliki bukaan ataupun luas bidang tembok yang terlampau
besar. Tembok demikian sangat rentan terhadap beban geser
(shear load) maupun beban muka (face load). Pola keretakan yng
mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

Bidang Tembok
yang mudah jatuh/
lepas

bukaan Pola Retak


(jendela) Tembok

peluang terjadi kegagalan/kerusakan makin besar jika:


 kualitas bahan maupun pasangan rendah
 Tidak ada angker antara tembok dengan kolom/balok

2. Evaluasi kerusakan tembok struktur. Tembok yang dapat


difungsikan sebagai elemen struktur penerima beban lateral adalah
tembok yang memili dimensi, bukaan, syarat pendeteilan dan mutu
pasang yang memenuhi syarat yang ditetapkan dalam buku
pedoman. Tembok demikian hanya mengalami rusak berat apabila
terkena gempa kuat. Namun karena pendeteilannya yang
memadahi pola kerusakannya umumnya tidak membahayakan
penghuni.
Bidang Tembok
retak dalam pias-
pias yang lebih kecil

bukaan Pengaku
(jendela) bukaan

peluang terjadi kegagalan/kerusakan lebih kecil


 pengaku bukaan mencegah tembok retak dalam
pias-pias besar
 resiko kecelakaan penghuni dapat ditekan

3. Evaluasi elemen rangka beton bertulang. Aspek penting yang


harus ditinjau antara lain : dimensi penampang, diameter tulangan
memanjang, jumlah tulangan memanjang, diameter sengkang,
jarak sengkang, dan type kait sengkang. Pertanyaan yang harus
dapat dijawab adalah apakah elemen-elemen rangka beton
bertulangan (yang berfungsi sebagai bingkai dinding) dapat
mengembangkan kekuatan selama aksi gempa bekerja tanpa
mengalami kerusakan yang berarti.
4.6 Evaluasi Keamanan Dan Keselamatan Penghuni
Pertanyaan yang harus dijawab melalu tahaban ini adalah : seberapa besar
resiko cedera maupun korban jiwa bagi penghuni bila gempa kuat
mengguncang bangunan. Pertanyaan ini dijawab melalui 3 (tiga) tahab
analisis :
1. Kajian sirkulasi atau jalur penyelamatan diri penghuni bila gempa
terjadi. Skenario ini dibuat untuk kondisi terburuk, di mana
diasusmsikan seluruh penghuni bangunan berada pada tempanya
masing-masing. Dengan mengangga penghuni selalu berusaha lari
menuju pintu keluar terdekat, tentukan jalur lintasan penyelamatan diri
dari setiap ruang. Perhatikan juga faktor psikologis di mana orang
melakukan tindakan refleks sesuai dengan kebiasaan harian, seperti
kebiasaan masuk dan keluar melalui pintu depan.
2. Siapkan data titik-titik kerusakan bangunan yang selesai diananlisis.
3. Overlapiping kedua peta, apakah jalur penyelamatan diri berpotongan
dengan titik-titik kerusak. Jika terjadi pertemuan/perpotongan maka di
daerah tersebut berpotensi tejadi kecelakan/korban jiwa.
Gambar berikut menunjukan jenis kerukan pada bidang tembok depan serta
jalur penyelematan diri oleh penghuni. Pada pintu depan berpotensi terjadi
kecelakaan karena bidang tembok tersebut memiliki bukaan yang besar serta
tidak memiliki perkuatan yang memadahi.
potensi runtuh: tinggi potensi runtuh : tinggi
resiko : tinggi resiko : tinggi

potensi runtuh : sedang


resiko : rendah

POLA KERUSAKAN TEMBOK DEPAN

potensi
potensi
korban
korban
jiwa
jiwa

4.7 Perkuatan (Struktur) Bangunan


Tujuan perkuatan bangunan adalah untuk mengurangi resiko kerugian harta
benda dan korban jiwa. Kerugian harta benda dan korban jiwa tersebut dapat
disebabkan oleh karena kegagalan struktur maupun non-struktur. Karena itu
tindakan perkuatan harus dilakukan baik terhadap elemen struktur maupun
elemen non-struktur.

Perkuatan (struktur) bangunan harus dilakukan bila hasil kajian menunjukan


bahwa:
1. Bangunan tidak memiliki sistem struktur pemikul beban lateral yang
memadahi
2. Sistem struktur yang ada tidak mampu menerima beban gempa yang
diperkirakan.
3. Pola kerusakan bangunan diperkirakan tidak terkendali dan cenderung
membahaykan penghuni.

Dari gambaran tersebut jelas bahwa yang dimeksudkan dengan perkuatan


disini adalah:
1. Merubah sistem struktur
2. Menambah elemen struktur
3. Memperkuat elemen struktur
4. Memperkuat elemen non-struktur sehingga pola kerusaknnya
terkendali
Langkah-langkah perkuatan bangunan:
1. Upayakan agar tembok secara keseluruhan tersebar merata pada
bidang lantai, baik dalam arah E-W maupun N-S.
2. Tentukan bidang-bidang tembok yang akan difungsikan sebagai
elemen struktur pemikul beban lateral, dan upayakankan agar jumlah
tataletak tembok struktut tersebar secara merata.
3. Bila kulitas tembok struktur terpasang atau yang direncanakan untuk
berfungsi sebagai elemen struktur tidak memenuhi syarat minimal yang
ditetapkan, maka tembok-tembok tersebut pelu diganti atau diperbaiki.
Bentuk perbaikan yang dapat dilakukan antara lain: penambahan
kolom praktis, pemasangan angker atau perbaikan pleseteran.
4. Evaluasi teteil pembesian kolom, balok, serta join dan lakukan
perkuatan bila diperlukan. Hal yang sangat penting adalah jarak
sengakang, deteil join dan jumlah serta dimensi tulangan memanjangg

Tembok Struktur

Tembok Non-Struktur

lubang
jendela
dikurangi
Ring-balok

Tembok Tembok
Non-Struktur Non-Struktur

Kolom bukaan
jendela bukaan
pintu-jendela

sloof

tembok non-struktur, dapat tembok non-struktur, tidak dapat


dikembangkan menjadi tembok struktur dikembangkan menjadi tembok struktur

balok Tembok Struktur Tembok


latai (shear wall) Non-Struktur

kolom
Tembok Perkuatan Tembok
praktis
Struktur No-Struktur
DAFTAR PUSTAKA

Internationan Association of Earthquake Engineer (IAEE); Manual of


Earthquake Resistant Design (For Non-Engineered Structures); National
Information Centre of Earthquake Engineering, @ IIT Kanpur; www.nicee.org
Christopher Arnold & Robert Reitherman; Building Configuration
Seismic Design; John Wiley & Son Inc; 1982
Departemen Pekerjaan Umum; Buku Pedoman Perencanaan Untuk
Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang Untuk
Gedung; Ditjen Cipta Karya Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,
Bandung, 1983
Teddy Boen; Manual Bangunan Tahan Gempa (Rumah Tinggal), World
Seismic Safety Initiative, 1995.
Teddy Boen, Manual Perbaikan Bangunan Sederhana Yang rusak
Akibat Gempa Bumi, Jakarta 1992
Teddy Boen; Manua Perbaikan dan Perkuatan Bangunan Yang Rusak
Akibat Gempa Bumi ( Berdasrkan Hasil Pengamatan Terhadap Bangunan
Yang Rusak Akibat Gempa Bumi Kerinci, 7 Oktober 1995, Jakarta Oktober
1995.
Teddy Boen, Bencana Gempa Bumi: Fenomena, Akibat, dan
Perbaikan/Perkuatan Bangunan Yang Rusak, (Berdasarkan Hasil
Pengamatan Terhada Bangunan-Bangunan Yang Rusak Akibat Gempa Bumi
Biak 17 Pebruari 1996), Jakarta 1996
Teddy Boen, Manual Perbaikan Bangunan Yang Rusak Akibat Gempa
Bumi (Hasil Survey Gempa Lampung Barat, 16 Pebruari 1994), Jakarta 1994.
Rani Hendrikus, Aleksius Richardson; Laporan Penelitian: Pola
Kerusakan Bangunan Akibat Gempa, Dengan Studi Kasus Gempa Pantar 26
November 1987, Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Widya Mandira,
Kupang 1988
Rani Hendrikus; Prinsip-Prinsip Disain Bangunan Sederhana (Tidak
Bertingkat), Manul Short Course Staf Depertemen Pekerjaan Umum Republik
Timor Leste, 2002.

Lampiran I
Persiapan
- Gambar
-Spesifikasi
- Formulir data
1
Konsul tasi I
 Persetujuan Obyek
 Formulir Data

Pengisian
Formulis Data 2
Konsul tasi II (1X)
 Konsutasi Hasil
Pengumpulan Data
Penulisan bab II Formulasi
 data lapangan diformulasikan
secara sistematis, lengkap dan
Gambaran Umum 3
utuh Bangunan
Konsul tasi III (2X)
Analisis & Penulisan bab III  Penulisan Data
 konfigurasi
 mana: elemen struktur, elemen yg Analisis
dpt. menjadi elemen struktur, dan
elemen non-struktur
sistem 4
Struktur
 apa type sitem struktur bang. arah Konsul tasi IV (2X)
E-W dan arah N-S  Analsis Elemen Struktur
 Analisis Sistem Struktur
Analisis & Penulisan bab IV Bangunan
 gambaran kerudakan elemen
bangunan per-As bangunan Assessment
 Tetapkan status: peluang Kerusakan 5
kerusakan, resiko yang diberikan,
tingkat perhatian Konsul tasi V (2X)
 Pola Kerusakan
Analisis & Penulisan bab V  Jenis Kerusakan
 analisis lintas/jalur penyelamatan Analisis
diri Keamanan &
 konflik anatar jalur penyelamatan
diri dang pola kerusakan Keselamatan 6
 Gambaran kualitatip tingkar resiok Penghuni
korban jiwa dan harta benda Konsul tasi VI (1X)
 Kemungkinan Korban
Analisis & Penulisan bab VI Jiwa
 gambaran kerudakan elemen Analisis
bangunan per-As bangunan
 Tetapkan status: peluang
Perkuatan 7
kerusakan, resiko yang diberikan, Struktur Konsul tasi VII (2X)
tingkat perhatian  Penempatan struktut
 Perkuatan struktur
Penulisan Laporan Utuh:  Perkuatan elemen non-


menyelesaian bab I
finalisasi Laporan
LAPORAN 8 struktur

Lampiran II

FORMULIR PENGUMPULAN DATA


Umum

1. Nama Gedung : _________________________________


2. Alamat:
a. Jalan : _______________________________
b. Kota : ________________________________
c. Kabupaten/Prop. : __________________________
3. Tahun di bangun : _________, Tahun Rehab : ______________
4. Bangun secara bertahan : YA, TDK, kalau ya berapa lama :
5. Basement : ADA, TDK.
6. Posisi : Bujur : ____________, Lintang : _____________________
7. Fungsi Bangunan saat ini : _______________________________
8. Tinggi lantai dasar, ___________, tainggi lantai punca, _________
Tinggi lantai antara
____________________________________________
9. Apakan penggunaan bangunan antara lantai tidak sama : YA, TDK.
Kalau YA, uraikan ________________________________________
________________________________________________________
______
________________________________________________________
______

10. Posisi bangunan terhada bangunan terdekat (depan, belakang, kiri dan
kanan)

jalan

11. Denah Bangunan : YA, dimana dapat diperoleh : ______________


12. Perhitungan Struktur : ADA, TDK. Kalau ada dimana dapat diperoleh :
_________________________________________
13. Para pembangun :
a. Arsitek : ______________________________
b. Kontraktor : ___________________________
c. Pengawas : ___________________________
d. Peraturan yang digunakan : ___________________________
___________________________________________________
__
___________________________________________________
__

11. Denah Bangunan (lantai dasar & lantai lain yang berbeda):
 Sebaran elemen struktur vertikal (kolom, shear wall)
 Bukaan lantai (shaft, lift, tangga)
 Sebaran elemen tembok, lemari tanam, tower air
 Keterangan mengenai join tembok kolom, dilatasi dll.

B
A

12. Tampak A, B, C, D
 Skets seluruh bukaan beserta ukurannya
 Keterangan pengisi bukaan
 Bahan dinding luar
 Ornament-ornaman
 Tinggi bangunan (tinggi setiap lantai)

13. Potongan pada setiap AS bangunan (A-B maupun C-D)


 Kolom, Shear Wall dan elemen struktur vertical lainnya
 Dimensi elemen struktur vertical
 Material Tembok pengisi
 Bukaan pada Tembok
 Dll

Informasi Kondisi Lingkungan Bangunan


Topografi (disertai skets):
Bangunan berada di lokasi tanah dasar yang datar
Bangunan berada di daerak dengan kemiringan tertentu
Bangunan berada di atas tanah timbunan
Exposure:
________________________________________________
____________________________________________________________
Informasi geologi: __________________________________________
______________________________________________________
______
______________________________________________________
______

Tinggi muka air tanah : ________________________


Kedalaman Bedrock : _________________________
Jenis tanah : __________________________________
Bearing Capacity : ____________________________

SIstem Struktur:
1. Material :
__________________________________________________
2. Sistem struktur beban Vertikal:
a. Framen : ______________________
b. Bearing Wall : __________________
c. Lain-lain : ______________________
3. Struktur pemikul beban lateral:
a. Frame: ________________________
b. Masonry shear wall : ______________
c. Concrete shear wall : _____________
d. Brace frame : _____________________
e. Lokasi system struktur pemikul beban lateral, apakah smetris
atau tidak : YA, TDK, beri keterangan tambahan
________________________________________________
______
________________________________________________
______
________________________________________________
______
________________________________________________
______
4. Sistem lantai :
 Balok Beton : _______________
 Balok Baja : _________________
 Balok Kayu : ____________________
 Balok Beton Pratekan : ____________
 Flat Plate
 Flat Slab
 Waffle Slab
5. Atap
Struktur Rangka Batang (Truss)
 Rangka atap (kayu) : _________________
 Rangka atap (Baja) : __________________
 Rangka Atap Beton : ___________________

Pelat datar:
 Rangka beton (balok) : ________________
 Rangka baja (balok) : __________________
 Rangka kayu (balok) : ___________________
 Flat Plate
 Flat Slab
 Waffle Slab

D Elemen Non-Struktur
1. Dinding partisi:
a. Type:
i. Tinggi sebagian: __________________
ii. Tinggi penuh sampai plafon : _________________
iii. Tinggi penuh lantai ke lantai : _________________
iv. Movable : ____________________________________
b. Komposisi (bahan )
i. Pasangan bata merah : ___________________
ii. Pasangan bataco : _______________________
iii. Pasangan batu gunung : __________________
iv. Gypsum wall board : ______________________
v. Multiplex : ________________________________
vi. Bambu/Bedek/Bebak : ____________________
vii. Kaca : ____________________________________
2. Plafon
a. Bahan : _________________________
b. Metode penggantungan :
i. Suspended : ______________
ii. Channels baja/aluminiuk : ____________
iii. Rangka kayu : __________________
iv. Diikat secara langsung pada strukur lantai atau dinding :
___________________________________
v. Lain-lain :
_______________________________________
3. Lampu
a. Lampu tanam : ______________
b. Muncul dipermukaan : ________________
c. Lampu gantung : ___________________________
d. Lain-lain : ______________________________________
4. Peralatan/Mesin
a. Lokasi : _____________________
b. Sistem pengakuran : ________________________________
5. Atap
a. Bentuk :
i. Flat : ____________
ii. Arch : ____________
iii. Gable : _____________
iv. Lain-lain : _____________________________________
b. Parapet : ADA : ___________ TDK : _____________
i. Tinggi : ___________
ii. Bahan : __________
6. Jendela
a. Type : Tetap : ___________ Movable : ______________
b. Frame :
i. Kayu : ___________
ii. Aluminium : ____________
iii. Baja : ________________
iv. Lain-lain : _____________
c. Ukuran
i. Ukuran rata-rata : _________________
ii. Ukuran kaca : ____________________
d. Hubungan casing dengan struktur/dinding : _____________
___________________________________________________
_____
___________________________________________________
_____
e. Hubungan kaca dengan casing : _______________________

Lampiran III
LAPORAN

BAB I Pendahuluan (1 sampai 2 halaman)


1.1 Latar Belakang (gambarkan mengenai pentingnya kegiatan
assessment kerusakan dan tindakan pperkuatan bangunan,
pentingnya keselamatan penghuni dan pemakai gedung,
pentingnya bangunan ditinjau dari aspek tertentu)
1.2 Tujuan (apa saja yang mau dicari: kepastian keamanan bangnan
eksisting, sistem struktur eksisting, pola kerusakan yang mungkin
terjadi dan sistem perkuatan yang mungkin dapat digunakan.
1.3 Batasan Masalah (semua asumsi dan penyederhanaan yang
digunakan atau yang dilakukan dalam melakukan kegiatan analisis)

BAB II Gambaran Umum Obyek Studi (3 sampai 5 halaman)


3.1 Gambara umum lokasi (topgrafi, kondisi geolgis, kondisi
kegempaan, dll)
3.2 Gambaran Umum Bangunan (Kepemilikan, Tahun di bangun,
peraturan peraturan yang digunakan, perencana, kontraktor,
intervensi ahli bangunan, kondisi fisik bangunan yang ada, fungsi
bangunan atau gambaran singkat tentang penghuni dan
pengunjung bangunan, dll)
3.3 Identifikasi elemen-elemen bangunan (mulai dari pondasi sampai
dengan bahan atap terutama menyangkut bahan dan jenis
konstruksi yang digunakan)

BAB III Kajian system dan peneteilan struktur (5 sampai 10 halaman)


Evaluasi konfigurasi bangunan (bentuk, kesimetrisan, dan kesatuan
masa bangunan)
Kajian elemen struktur per-As bangunan (untuk mengetahi mana
elemen bangunan yang dapat berfungsi sebagai elemen struktut)
Kajian hubungan antara elemen-elemen non-struktur dengan
elemen-elemen struktur (apakah elemen-elemen nonstruktur diikat
secara kuat pada elemen struktur dan apakan pola ikatan tersebut
mengganggu perilaku elemen struktur).
Kajian pendeteilan elemen struktur (meninjau syarat-syarat yang
bekaitan dengan dimensi elemen struktur, dimensi penulangan,
jarak tulangan, pembengkakan tulangan, sambungan tulangan,
beton deking, jarak sengkang, dll)
Kajian Sistem struktur bangunan sebagai satu kesatuan (tunjukan
pada denah bangunan mana elmen bangunan yang berfungsi
structural, mana yang dapat dikembangkan menjadi elemen
structural)
Resume system struktur dan pendeteilan

BAB IV Assessment Kerusakan (5 sampai 10 laman)


4.1. Kerusakan elemen-elemen non-struktur (sketsa pola kerusakan
dengan sedikit penjelasan)
4.2. Kerusakan elemen-elemen struktur (sketsa pola kerusakan dengan
sedikit penjelasan)
4.3. Kerusakan pada daerah-daerah join (sketsa pola kerusakan dengan
sedikit penjelasan)
4.4. Resume pola kerusakan (dalam bentuk skstsa dan penjelasan
singkat)

BAB V Evaluasi Keamanan dan Keselamatan Penghuni (3 sampai 5 halaman)


5.1. Evaluasi Penggunaan ruang dan sirkulasi penghuni (untuk
mengetahui ruangan-ruangan yang paling sering digunakan, paling
sering dikunjungi, dan akses keluar rumah bila terjadi keadaan
darurat)
5.2. Overlaping pola kerusakan dan penggunaan/sirkulasi (satukan
sketsa dalam poit 4.4 dengan 5.1 dan simpulkan kemungkinan bahaya
yang mengancam penghuni dan pengguna bangunan)

BAB VI Perkuatan Bangunan (3 sampai 5 halaman)


1.1. Usulan lay-out bangunan (denah dan potongan bangunan baru, jika
diperlukan. Point ini hanya diperlukan jaika hasil analisis menunjukan
konfiguasi yang tidak baik atau akses keluar dan pergerakan
horizontal serta verikal penghuni yang kurang memadahi)
1.2. Pemilihan system struktur (system struktur apa yang cocok dengan
data bangunan yang ada)
1.3. Perkuatan elemen struktur (berdasarkan data kelemehan elemen
struktur yang diperoleh pada bab-IV siapkan rencana perkuatannya
yang disertai dengan gambar-gambar detail)
1.4. Perkuatan elemen non-struktur (berdasarkan data kelemehan
elemen non-struktur yang diperoleh pada bab-IV siapkan rencana
perkuatannya yang disertai dengan gambar-gambar detail)

BAB VII Kesimpulan dan Saran ( 1 sampai 2 halaman)


Kesimpulan (system struktur eksisting bangunan, apa kelemahannya,
keamanan penghuni dan pengguna bangunan, system struktur yang
disarankan, dan perkuatannya)
Saran (dari pengelaman bangunan yang ada, hal-hal praktis apa yang
sebaiknya diperbaiki atau dikembangkan dikemudian hari dalam rangka
mendapatkan bangunan yang berkinerja baik terhadap pengaruh beban
gempa)

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
 Gambar bangunan (eksisting)
 Gambar gambar perubahan/perkuatan bangunan

Anda mungkin juga menyukai