Anda di halaman 1dari 9

Artikel Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Author : Agus Wiyanto, S.Pd. M.Pd


E-mail : aguswiyanto7@gmail.com
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEBERHASILAN PROGRAM
SEKOLAH SEBAGAI IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH
Abstrak:
Salah satu komponen yang harus dikelola dengan baik dalam Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) adalah manajemen hubungan sekolah dan masyarakat.
Hubungan antara sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu
sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan
pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial
merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan baik, maka rasa tanggung
jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik.
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai
tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya, sekolah
juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat,
khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban memberi
penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan
masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa
kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat terutama terhadap sekolah.

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Keberhasilan Program Sekolah,


Implementasi MBS

Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan


kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi
manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Kebijakan pemerintah tentang sistem pendidikan nasional berdampak pada
perubahan sistem pengelolaan pendidikan yang bersifat desentralisasi.
Konsekuensinya adalah dengan munculnya sistem pendidikan dengan model
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Manajemen Berbasis Sekolah diharapkan
bisa dipercaya oleh pemerhati pendidikan yang akan memberikan pengaruh
terhadap perubahan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu pendekatan yang bertujuan
untuk mendesain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada
kepala sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan
kinerja sekolah yang mencakup guru, kepala sekolah, orang tua siswa, dan
masyarakat. Terlebih lagi merujuk pada beberapa undang-undang dan peraturan
pemerintah.
Dipilihnya Manajemen Berbasis Sekolah untuk pendidikan dasar karena
diyakini model ini akan mempermudah pencapaian tujuan pendidikan yang baru.
Ciri-ciri Manajemen Berbasis Sekolah adalah adanya otonomi yang kuat pada
tingkat sekolah, peran serta aktif masyarakat dalam pendidikan, proses
pengambilan keputusan yang demokratis dan berkeadilan, menjunjung tinggi
akuntabilitas dan transparansi dalam setiap kegiatan pendidikan.
Dalam rangka Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal hidup dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk
masyarakat. Sekolah jelas bukan sekolah yang berjalan terisolasi dari masyarakat,
melainkan sekolah yang berorientasi kepada kenyataan-kenyataan kehidupan dan
hidup bersama-sama masyarakatnya. Partisipasi masyarakat dan orang tua di
sekitarnya sangat penting. Di satu sisi sekolah memerlukan masukan dari
masyarakat dalam menyusun program yang relevan, sekaligus memerlukan
dukungan masyarakat dalam melaksanakan program tersebut. Dilain pihak,
masyarakat memerlukan jasa sekolah untuk mendapatkan program-program
pendidikan sesuai dengan yang diinginkan. Jalinan semacam itu dapat terjadi jika
orang tua dan masyarakat dapat saling melengkapi untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah.
Tahap awal observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
Partisipasi Masyarakat dalam Keberhasilan Program Sekolah Sebagai
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, kendala selama menerapkan
Manajemen Berbasis Sekolah dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala
tersebut. Analisis hasil observasi yang dilakukan menggunakan analisis secara
induktif yang dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan terjun ke lapangan,
mempelajari, menganalisis, menafsir dan menarik kesimpulan dari fenomena yang
ada di lapangan.
Hasil observasi ini menunjukkan bahwa penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah merata dapat berjalan secara efektif dengan didukung oleh sumber daya
manusia yang profesional untuk mengoperasikan sekolah, dana yang cukup
dimiliki oleh pihak sekolah untuk menggaji staf sesuai dengan fungsinya serta
sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar.
Hasil observasi yang didapatkan dapat diasumsikan bahwa rerata sekolah
dasar yang ada dikota semarang sudah menerapkan MBS meskipun masih belum
optimal. Hal lain partisipasi orang tua dan masyarakat hendaknya diperhatikan
oleh pihak sekolah khususnya kepemimpinan Kepala Sekolah agar dapat terwujud
dan terpelihara keberadaannya. Pada akhirnya apabila partisipasi telah terpelihara
dengan baik, maka sekolah tidak akan mengalami kesulitan yang berarti dalam
mengembangkan berbagai jenis program, karena semua pihak telah memahami
dan merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu program yang akan
dikembangkan oleh pihak sekolah. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka
pertanyaan adalah bagaimana partisipasi masyarakat dalam keberhasilan program
sekolah sebagai implementasi manajemen berbasis sekolah.

Manajemen Berbasis Sekolah


Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara leksikal berasal
dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis dan sekolah. Manajemen adalah proses
menggunakan sumber daya yang efektif untuk mencapai sasaran. Berbasis
memiliki kata dasar basis yang berarti dasar atau azas. Sekolah adalah lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran.
Berdasarkan makna leksikal tersebut maka MBS dapat diartikan sebagai
penggunaan sumber daya yang berazaskan pada sekolah itu sendiri dalam proses
pengajaran atau pembelajaran (Sukmadinata, dkk: 2006: 1).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan terjemahan dari istilah
School-Based Management (SBM) sebagai suatu model pengelolaan sekolah
secara desentralisasi di tingkat sekolah. MBS merupakan sistem pengelolaan
sekolah yang menjadikan lembaga sekolah sebagai institusi yang memiliki
otonomi luas dengan segala tanggung jawabnya untuk mengembangkan dan
melaksanakan visi, misi, dan tujuan-tujuan yang disepakati.
Implementasi praktis dari konsep dasar MBS sangat bervariasi dari satu
negara dengan negara lainnya, bahkan dari satu sekolah dengan sekolah lainnya.
Penilaian terhadap penjaminan, kualitas dan akuntabilitas hasil kegiatan sekolah
(quality assurance and accountability of the school programs) dilakukan melalui
monitoring dan evaluasi secara kontinyu oleh berbagai pihak yang terkait dengan
kegiatan sekolah.
Secara teoritis, pengelolaan sekolah dalam MBS ditandai oleh adanya
karakteristik dasar pemberian otonomi sekolah yang luas dan tingkat partisipasi
masyarakat yang tinggi dalam mendukung program sekolah. Otonomi yang luas
diberikan kepada institusi lokal sekolah untuk mengelola berbagai sumberdaya
yang tersedia dan mengalokasikan dana yang tersedia sesuai dengan prioritas
kebutuhan sekolah dalam upaya meningkatkan mutu sekolah secara umum dan
mutu hasil belajar siswa.
Selain otonomi yang luas, sekolah juga didukung oleh adanya partisipasi
yang tinggi dari pihak orangtua siswa dan masyarakat di sekitar sekolah dalam
merealisir program-program sekolah. Orangtua dan masyarakat tidak hanya
mendukung sekolah melalui bantuan finansial, tetapi secara bersama-sama ikut
merumuskan dan mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan
kualitas sekolah secara umum. Masyarakat menyediakan diri untuk membantu
sekolah sebagai nara sumber atau organisator kegiatan sekolah yang dapat
meningkatkan mutu hasil belajar siswa dan prestise sekolah secara keseluruhan.
Orangtua dan masyarakat juga terlibat secara aktif dalam proses kontrol kualitas
pengelolaan sekolah. Dengan demikian, dalam pelaksanaan MBS, sekolah
dituntut untuk memiliki tingkat “accountability” yang tinggi kepada masyarakat
dan pemerintah.
Dalam prakteknya, pelaksanaan MBS akan bervariasi dari satu sekolah
dengan sekolah yang lainnya atau antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal
ini sangat tergantung dari persiapan aspek-aspek pendukung implementasi MBS
di tingkat sekolah serta kemampuan sumber daya manusia pelaksana di tingkat
sekolah. Implementasi MBS dalam pengelolaan pendidikan dasar di Indonesia,
khususnya Sekolah Dasar, memerlukan modifikasi konsep dan aplikasi sesuai
dengan kondisi aktual sekolah, agar inovasi yang ditawarkan dapat dilaksanakan.

Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan


Partisipasi secara formal adalah turut sertanya seseorang, baik secara
mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan kepada proses
pembuatan keputusan mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang
bersangkutan melaksanakan tanggung jawab untuk melakukannya (Talizuduhu,
1990: 103).
Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa unsur penting yang tercakup
dalam pengertian partisipasi, diantaranya: Dalam partisipasi yang ditelaah bukan
hanya keikutsertaan secara fisik tetapi juga fikiran dan perasaan (mental dan
emosional). Partisipasi dapat digunakan untuk memotivasi orang-orang yang
menyumbangkan kemampuannya kepada situasi kelompok sehingga daya
kemampuan berfikir serta inisiatifnya dapat timbul dan diarahkan kepada tujuan-
tujuan kelompok. Partisipasi mengandung pengertian orang untuk ikut serta dan
bertanggungjawab dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Hal ini menunjukkan
bahwa makin tinggi rasa keterlibatan psikologis individu dengan tugas yang
diberikan kepadanya, semakin tinggi pula rasa tanggung jawab seseorang dalam
melaksanakan tugas tersebut.
Peran serta atau partisipasi masyarakat dalam pendidikan sebagaimana
diamanahkan dalam UU No. 20 tahun 2003, memiliki hak dan kewajiban dalam
penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan. Adapun
kewajibannya adalah memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Lebih lanjut partisipasi masyarakat dalam pendidikan bisa meliputi
peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan
organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi
program pendidikan. Keikutsertaan masyarakat ini dapat diwujudkan dalam
bentuk Komite Sekolah atau Dewan Pendidikan.
Dewan Pendidikan adalah lembaga mandiri yang dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta
pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Propinsi dan Kabupaten/ Kota
yang tidak mempunyai hubungan hirarkis (UU No. 20 tahun 2003). Adapun
Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan
dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan (UU No. 20 tahun 2003). Dengan kata lain, komite sekolah
adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun
jalur pendidikan luar sekolah (Kepmen No. 044/U/2002).

Upaya Pelibatan Masyarakat dalam Bidang Pendidikan


Sangat penting bagi sekolah untuk menjalankan peranan kepemimpinan
yang aktif dalam menggalakkan program-program sekolah melalui peran serta
aktif orang tua dan masyarakat. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam mengupayakan partisipasi orang tua dan masyarakat terhadap keberhasilan
program sekolah, diantaranya:
1. Menjalin Komunikasi yang Efektif dengan Orang Tua dan Masyarakat.
Partisipasi orang tua dan masyarakat akan tumbuh jika orang tua dan
masyarakat juga merasakan manfaat dari keikutsertaanya dalam program
sekolah. Manfaat dapat diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa
puas karena dapat menyumbangkan kemampuannya bagi kepentingan sekolah.
Jadi prinsip menumbuhkan hubungan dengan masyarakat adalah saling
memberikan kepuasan.
Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk membangun
komunikasi dengan orang tua dan masyarakat, yaitu:
a. Mengidentifikasi orang-orang kunci, yaitu orang-orang yang mampu
mempengaruhi teman lain. Orang-orang itulah yang tahap pertama dihubungi,
diajak konsultasi, dan diminta bantuannya untuk menarik orang lain
berpartisipasi dalam program sekolah. Tokoh-tokoh semacam itu dapat berasal
dari orang tua siswa atau warga masyarakat yang “dituakan” atau “informal
leaders”, pejabat, tokoh bisnis, dan profesi lainnya.
b. Melibatkan orang-orang kunci tersebut dalam kegiatan sekolah, khususnya
yang sesuai dengan minatnya. Misalnya tokoh seni dapat dilibatkan dalam
pembinaan kesenian di sekolah. Orang yang hobi olahraga dapat dilibatkan
dalam program olahraga sekolah. Selanjutnya tokoh-tokoh tersebut diperankan
sebagai mediator dengan masyarakat luas.
c. Memilih saat yang tepat, misalnya pelibatan masyarakat yang hobi olahraga
dikaitkan dengan adanya PON atau sejenis yaitu saat minat olahraga di
masyarakat sedang naik.
2. Melibatkan Masyarakat dan Orang Tua dalam Program Sekolah Pepatah “Tak
senang jika tak kenal” juga berlaku dalam hal ini. Oleh karena itu sekolah
harus mengenalkan program dan kegiatannya kepada masyarakat. Dalam
program tersebut harus tampak manfaat yang diperoleh masyarakat jika
membantu program sekolah. Untuk maksud diatas, sekolah dapat melakukan:
a. Melaksanakan program-program kemasyarakatan, misalnya kebersihan
lingkungan, mambantu lalu lintas di sekitar sekolah, dan sebagainya. Program
sederhana semacam ini dapat menumbuhkan simpati masyarakat.
b. Mengadakan open house yang memberi kesempatan masyarakat luas untuk
mengetahui program dan kegiatan sekolah. Tentu saja dalam kesempatan
semacam itu sekolah perlu menonjolkan program-program yang menarik
minat masyarakat.
c. Mengadakan buletin sekolah atau majalah atau lembar informasi yang secara
berkala memuat kegiatan dan program sekolah, untuk diinformasikan kepada
masyarakat.
d. Mengundang tokoh untuk menjadi pembicara atau pembina suatu program
sekolah. Misalnya mengundang dokter yang tinggal di sekitar sekolah atau
orang tua untuk menjadi pembicara atau pembina program kesehatan sekolah.
e. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat, misalnya perayaan
hari-hari nasional maupun keagamaan
3. Memberdayakan Dewan Sekolah
Keberadaan Dewan Sekolah akan menjadi penentu dalam pelaksanaan
otonomi pendidikan di sekolah. Melalui Dewan Sekolah orang tua dan masyarakat
ikut merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pengelolaan pendidikan di
sekolah. Untuk meningkatkan komitmen peran serta masyarakat dalam
menjunjung pendidikan, termasuk dari dunia usaha, perlu dilakukan antara lain
dengan upaya sebagai berikut:
a. Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan
terutama ditingkat sekolah. Melalui otonomi, pengambilan keputusan yang
menyangkut pelaksanaan layanan jasa pendidikan akan semakin mendekati
kepentingan masyarakat yang dilayani.
b. Selanjutnya program imlab swadana, yaitu pemerintah baru akan memberikan
sejumlah bantuan tertentu pada sekolah apabila masyarakat telah menyediakan
sejumlah biaya pendamping.
c. Mengembangkan sistem sponsorship bagi kegiatan pendidikan. Melalui upaya-
upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dan orang tua dalam mendukung program-program sekolah dapat
teroptimalkan.

Kesimpulan
Sekolah seyogyanya dapat dijadikan sebagai pelopor dan pusat
perkembangan bagi perubahan-perubahan masyarakat di dalam bidang-bidang
kehidupan ke tingkat yang lebih tinggi. Sekolah diharapkan mampu menggali dan
mengelola semua jenis partisipasi orang tua dan masyarakat dalam mendukung
keberhasilan program-program sekolah sesuai dengan kebutuhan masing-masing,
baik berupa patisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan maupun
partisipasi sosial.
Upaya meningkatkan partisipasi orang tua dan masyarakat, maka
diperlukan hubungan dan kerjasama yang harmonis antara sekolah dan
masyarakat serta mempunyai kemampuan material dan tenaga yang profesional
untuk menciptakan program-program sekolah yang berkualitas.

Saran
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan
otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu, efisiensi, dan pemerataan pendidikan agar dapat
mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang
erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Dengan adanya implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan
yang ada saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta. Penerbit: PT. Rineka


Karya.
Fattah, N., (2000), Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pemberdayaan
Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah,
Bandung: Andira.
Keputusan Menteri No. 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2003 tentang Prinsip Penyelenggaraan
Pendidikan.
Sukmadinata, Nana Syaodih, et al. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen). Bandung. Penerbit: Refika
Aditama.
Talizuduhu, Ndaka. 1990. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan
Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta. Penerbit: Rineka Karya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai