Anda di halaman 1dari 5

KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI

(TAUFIK ISMAIL)

Tidak ada pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus

Karena berhenti atau mundur

Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita

Dalam pengabdian tanpa harga

Akan maukah kita duduk satu meja

Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran

“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan

Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama

Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka

Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan

Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain

Kita harus

Berjalan terus.
GERILYA

(WS RENDRA)

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan

Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Dengan tujuh lubang pelor


diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya

Gadis berjalan di subuh merah


dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama

Ia beri jeritan manis


dan duka daun wortel

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Orang-orang kampung mengenalnya


anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan

Lewat gardu Belanda dengan berani


berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya.
HARI KEMERDEKAAN

(SAPARDI DJOKO DAMONO)

Akhirnya tak terlawan olehku

tumpah dimataku, dimata sahabat-sahabatku

ke hati kita semua

bendera-bendera dan bendera-bendera

bendera kebangsaanku

aku menyerah kepada kebanggan lembut

tergenggam satu hal dan kukenal

tanah dimana kuberpijak berderak

awan bertebaran saling memburu

angin meniupkan kehangatan bertanah air

semat getir yang menikam berkali

makin samar

mencapai puncak kepecahnya bunga api

pecahnya kehidupan kegirangan

menjelang subuh aku sendiri

jauh dari tumpahan keriangan dilembah

memandangi tepian laut

tetapi aku menggengam yang lebih berharga

dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku

makin bercahaya makin bercahaya

dan fajar mulai kemerahan.


PRAJURIT JAGA MALAM

(CHAIRIL ANWAR)

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?

Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,

bermata tajam

Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya

kepastian

ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini

Aku suka pada mereka yang berani hidup

Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam

Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu


SUKMAKU MERDEKA

(WIJI THUKUL)

Tidak tergantung kepada Departemen Tenaga Kerja

Semakin hari semakin nyata nasib di tanganku

Tidak diubah oleh siapapun

Tidak juga akan dirubah oleh Tuhan Pemilik Surga

Apakah ini menyakitkan? entahlah !

Aku tak menyumpahi rahim ibuku lagi

Sebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagi

Hanya dengan memaki-maki

Waktu yang diisi keluh akan berisi keluh

Waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan

Serdadu-serdadu kebijaksanaan

Biar perang meletus kapan saja

Itu bukan apa-apa

Masalah nomer satu adalah hari ini

Jangan mati sebelum dimampus takdir

Sebelum malam mengucap selamat malam

Sebelum kubur mengucapkan selamat datang

Aku mengucap kepada hidup yang jelata

MERDEKA!!

Anda mungkin juga menyukai