NIM : 1801035200
Jurusan : Akuntansi
Kelas : Seminar Akuntansi AK/D
Landasan Teori
Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah sebuah kontrak
antara satu atau lebih principal (investor/pemilik) dan agent (manajemen). Hubungan
keagenan ini dilakukan dengan adanya pelaksanaan hubungan kontraktual dimana
pihak pemilik mendelegasikan keputusan keputusan yang akan di otorisasi oleh agen
agar dapat menyelaraskan kepentingan diantara keduanya dan menghindari terjadinya
benturan kepentingan seperti perbedaan informasi yang diterima oleh principal lebih
sedikit dibandingkan informasi yang diterima oleh agen (Jensen dan Meckling, 1976).
Hipotesis
Perjanjian Utang
Berdasarkan teori akuntansi positif, Scott (2009, p. 287) menjelaskan bahwa
adanya insentif untuk melakukan manajemen laba yang timbul karena perjanjian
utang disebut hipotesis perjanjian utang (debt covenant hypothesis). Semakin dekat
suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian utang, manajer memiliki kecenderungan
untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang
ke periode berjalan. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah atau menunda
pelanggaran perjanjian utang dan mengurangi probabilitas kegagalan teknis yang
membebankan perusahaan dengan biaya yang dianggap cukup merugikan.
Perusahaan akan meminimalkan atau menghindari biaya perjanjian, seperti biaya
negosiasi, pengawasan kinerja perjanjian, biaya kemungkinan negosiasi ulang atau
pelanggaran perjanjian dari kejadian yang tidak diantisipasi selama perjanjian, dan
biaya kebangkrutan dan kesulitan keuangan lainnya. Berdasarkan pembahasan diatas
dapat ditarik kesimpulan hipotesis 1
H1 : Perjanjian utang berpengaruh pada manajemen laba riil.
Kepemilikan Institusional
Rahmawati (2012, p.186) menjelaskan bahwa kepemilikan institusional
umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang mengawasi perusahaan. Perusahaan
dengan kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuannya untuk
memonitor manajemen. Semakin besar kepemilikan institusional, semakin efisien
pemanfaatan aktiva perusahaan dan dipercaya mampu memengaruhi jalannya
perusahaan yang akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai
tujuan perusahaan, sehingga dapat diharapkan juga dapat bertindak sebagai
pencegahan terhadap pemborosan dan tindakan manipulasi yang dilakukan oleh
manajemen. Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan hipotesis 2
H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh pada manajemen laba riil.
Ukuran Perusahaan
Deegan (2000, p. 230) mengatakan bahwa ukuran perusahaan sering kali
digunakan sebagai indikasi kekuatan pasar dan menarik perhatian badan regulator.
Perusahaan yang berukuran besar terkadang berada di bawah pengawasan berbagai
kelompok, misalnya pemerintahan, kelompok karyawan, konsumen, dan kelompok
lingkungan. Pemerintahan dan kelompok kepentingan lainnya mungkin mendorong
pandangan bahwa organisasi tertentu (umumnya berukuran besar) menghasilkan
kelebihan laba dan tidak membayar segmen lainnya secara adil, misalnya upah yang
dibayarkan terlalu rendah, harga produk terlalu tinggi, dan pembayaran pajak terlalu
rendah.
Asnawi (2005, p. 274) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan merupakan
variabel kontrol yang dipertimbangkan dalam banyak penelitian atau makalah. Hal ini
disebabkan dugaan banyaknya putusan atau hasil keuangan dipengaruhi oleh ukuran
perusahaan. Secara umum, ukuran perusahaan diproksikan dengan total aset. Karena
nilai total aset biasanya sangat besar dibandingkan variabel keuangan lainnya, dengan
maksud mengurangi peluang heterokedastis, variabel aset diperhalus menjadi Log
(aset) atau Ln (aset). Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
hipotesis 3
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh pada manajemen laba riil.
Kompensasi Bonus
Kompensasi bonus merupakan kebijakan perusahaan memberikan bonus
kepada manajer berdasarkan hasil kerjanya guna tercapainya tujuan perusahaan
(Arfan & Muhammad, 2013). Aprina & Khairunnisa (2015) menyatakan kompensasi
bonus merupakan pemberian penghargaan oleh pemilik perusahaan kepada
manajemen yang mengelola perusahaan atas pencapaian hasil yang baik dan melebihi
dari capaian yang telah ditentukan. Dengan kata lain, semakin besar pencapaian yang
diperoleh melebihi target yang ada maka akan semakin besar juga kemungkinan
perusahaan untuk memberikan bonus. Besaran bonus yang diberikan tergantung pada
jumlah laba yang tercapai pada tahun tersebut, semakin besar laba yang dihasilkan
maka semakin besar juga jumlah kompensasi yang diterima (Sosiawan, 2012).
Adanya pemberian bonus berdasarkan capaian target laba dapat membuat sifat
opportunistic manajemen muncul untuk memaksimalkan pencapaian bonus dengan
melakukan manajemen laba. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan hipotesis 3
H3: Terdapat pengaruh signifikan positif antara kompensasi bonus terhadap
manajemen laba.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis linear berganda, dengan
menggunakan data sampel dari perusahaan manufaktur yang terdapat pada BEI dan
sampel 156 perusahaan untuk periode 2012 – 2014.
Hasil Penelitian
Variabel perjanjian utang tidak berpengaruh pada manajemen laba riil. Hal ini
berarti manajer perusahaan tidak berinisiatif untuk melakukan manajemen laba riil
guna menghindari kegagalan teknis perjanjian utang.
Variabel kepemilikan institusional berpengaruh pada manajemen laba riil. Hal
ini berarti semakin besar tingkat kepemilikan institusional semakin efektif
pengawasan terhadap manajemen perusahaan guna membatasi motivasi manajer
untuk melakukan manajemen laba yang menguntungkan dirinya sendiri.
Ukuran perusahaan berpengaruh pada manajemen laba riil. Hal ini berarti
perusahaan besar cenderung memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan
manajemen laba riil karena perusahaan besar menjadi subjek pengawasan ketat dari
pemerintah dan masyarakat luas serta tekanan dari stakeholders. Untuk memenuhi
harapan pihak terkait proses politik tersebut, manajemen perusahaan cenderung
melakukan manajemen laba riil.
MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN YANG MELANGGAR
PERJANJIAN UTANG
Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris tentang manajemen laba
pada perusahaan yang melanggar perjanjian utang dengan populasi penelitian adalah
perusahaan manufaktur yang terdapat pada BEI meliputi 17 perusahaan yang
melanggar perjanjian hutang dan 22 perusahaan mematuhi perjanjian hutang.
Sebagian besar perusahaan menggunakan utang sebagai sumber pendanaan karena
dapat meningkatkan kinerja manajer akibat kekhawatiran kehilangan pekerjaan dan
jika kinerjanya meningkat, pemegang saham bersedia membayar harga saham
perusahaan lebih mahal (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Utama, 2000).
Perusahaan yang memiliki kontrak utang maupun kontrak yang lain pasti
berkeinginan untuk meminimalkan berbagai kos kontrak yang terkait dengan kontrak-
kontraknya. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat untuk menilai kinerja perusahaan
sebagai upaya untuk melindungi kepentingan kedua belah pihak yang terikat kontrak
(meminimalkan konflik kepentingan). Alat tersebut berupa suatu informasi keuangan
yang dihasilkan secara internal oleh perusahaan.
Teori keagenan mengatakan bahwa agen biasanya bersikap oportunis dan tidak
menyukai risiko (risk averse). Karena itu, perusahaan khususnya manajer perusahaan
yang mendekati atau telah melanggar perjanjian utang akan berusaha untuk
mementingkan kepentingannya sendiri dan menghindari risiko yang ada. Debt-
covenant hypothesis menyatakan bahwa jika semua hal lain tetap sama, semakin
dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih
mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan
laba yang dilaporkan dari periode masa datang ke periode saat ini. Manajemen laba
diyakini muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau
pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi,
khususnya laba (earnings), demi kepentingan pribadi dan/atau perusahaan (Gumanti,
2003).
Landasan Teori
Saleh dan Ahmed (2005) menguji manajemen laba perusahaan yang mengalami
tekanan keuangan yang melakukan negosiasi maupun yang tidak melakukan
negosiasi dengan kreditur baik melalui pengawasan pemerintah maupun tidak selama
Malaysia mengalami krisis Asia. Sampel mencakup 153 perusahaan yang dipilih
berdasarkan perusahaan yang secara aktual gagal pada pembayaran utang dan
mengalami negosiasi ulang utang dengan kreditur selama periode 1998-1999. Untuk
mengontrol kinerja yang terkait dengan variabel-variabel yang diabaikan, Saleh dan
Ahmed (2005) membandingkan discretionary accruals perusahaan yang kinerjanya
jelek yang tidak melakukan renegosiasi utang dengan kreditur dan memberikan bukti
empiris bahwa perusahaan yang melakukan negosiasi ulang utangnya memiliki
discretionary accruals lebih negatif secara signifikan daripada perusahaan yang
memiliki kinerja buruk tapi tidak melakukan negosiasi ulang utangnya.
H2: manajemen laba perusahaan yang melanggar perjanjian utang lebih besar
daripada manajemen laba perusahaan yang tidak melanggar perjanjian utang.
Metode Penelitian
Populasi penelitian ini terdiri dari semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melakukan uji T dan metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1)
Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode amatan 2000-2008.
Sampel dibatasi hanya perusahaan manufaktur 2) Perusahaan yang melakukan
pelanggaran perjanjian utang serta menyatakannya di catatan laporan keuangannya
atau dinyatakan dalam laporan auditor independen. 3) Perusahaan yang
mengungkapkan perjanjian utang-rasio keuangan dan menyatakan kepatuhan
memenuhi perjanjian utang.
Hasil
Hasil pengujian hipotesis kedua pada periode sebelum dan saat melanggar
perjanjian utang menunjukkan bahwa rata-rata akrual diskresioner perusahaan yang
melanggar perjanjian utang secara statistis lebih besar daripada rata-rata akrual
diskresioner perusahaan kontrol. Dengan kata lain, manajemen perusahaan yang
melanggar perjanjian utang melakukan manajemen laba lebih besar daripada
manajemen perusahaan yang memenuhi perjanjian utang pada periode sebelum dan
saat terjadi pelanggaran utang.