Abstract
This research aims to clarify the calculation of the cost of traditional accounting in determining cost
of goods production and explains the application of the calculation of Activity Based Costing System (ABC
system) in determining cost of goods production and differences in the calculation of cost of goods
production based on traditional cost accounting and calculation of the ABC system.The focus of the
research was to analyze the imposition of cost of goods sold products on the financial statements of the year
2012 and the activities that lead to the onset of the cost or the cost driver. Based on the results of the first
analysis in traditional cost accounting calculation in determining cost of goods production showed that the
products Dana Super 28,078,804,182 IDR, a product Fit Mild 51,917,335,140 IDR. The second analysis
results in the calculation of Activity Based Costing System (ABC system) in determining cost of goods
production showed that the product Dana Super 28,123,083,828 IDR, product Fit Mild 51,934,515,862 IDR.
A third analysis results show the difference obtained in traditional cost accounting calculation with
calculation of the ABC system on product Dana Super 44,279,646 IDR (undercosted), product Fit Mild
17,180,722 IDR (undercosted).
Keywords: Activity Based Costing System, Cost of Goods Manufactured, Cost Driver
2
2.2. Biaya Produksi mengenai keterbatasan akuntansi biaya
³%LD\D SURGXNVL PHUXSDNDQ QLODL value) dari tradisional:
sumber daya yang digunakan dalam proses ³'HQJDQ Penggunakan sistem ABC ini akan
produksi, misalnya biaya untuk memproduksi dapat dihasilkan informasi biaya atau harga pokok
sepatu adalah nilai dari tenaga kerja, kulit, mesin, produk yang lebih akurat daripada sistem biaya
dan sumber daya lain yang digunakan untuk yang lama, karena sistem ini mengidentifikasi
PHQJKDVLONDQ VHSDWX´ 6XU\DZDWL aktivitas-aktivitas dan menentukan biaya dari
³%LD\D SURGXNVL DGDODK VHPXD SHQJHOXDUDQ masing-masing aktivitas dan membebankan biaya-
yang digunakan dalam proses produksi untuk biaya aktivitas kepada produk-produk dengan
PHQJKDVLONDQ EDUDQJ DWDX MDVD´ 6RHKDUQR menggunakan berbagai pemicu biaya (cost driver)
97). \DQJ EHUEHGD´ )LUGDXV
Definisi biaya produksi dari beberapa ahli
tersebut, dapat disimpulkan bahwa biaya produksi 2.5. Activity Based Costing System (ABC
merupakan semua pengeluaran yang memiliki System)
nilai dari sumber daya yang digunakan dalam Biaya berdasarkan kegiatan atau Activity
proses produksi untuk menciptakan barang. Based Costing System (ABCsystem) yang disebut
juga kalkulasi biaya berdasarkan transaksi
2.3. Biaya Overhead Pabrik (transaction based costing) untuk mengukur dan
Departementalisasi biaya overhead pabrik mengendalikan hubungan tersebut. Akuntan
adalah pembagian pabrik kedalam bagian-bagian diminta untuk dapat mengaitkan biaya (cost)
yang disebut departemen atau pusat baiya (cost dengan suatu aktivitas atas dasar sebab akibat
center) yang dibebani dengan biaya overhead (causal) sebagai salah satu pengambilan
pabrik. Mulyadi (2009:223). keputusan , terutama manajer.
Menurut Carter (2006:438) overhead pabrik ³'efinition ABC is an approach to the
pada umumnya didefinisikan sebagai bahan baku costing and monitoring of activities which
tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan involves tracing resources consumption and
semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat costing final output. Resources are assigned to
dengan mudah didefinisikan dengan atau activities, and activities to cost objects based on
dibebankan langsung ke pesanan, produk, atau consumption estimates ´(Stephanie, 2008:3).
objek biaya lain. ³$%& DGDODK VXDWX SURVHV LGHQWLILNDVL
aktivitas yang menyebabkan biaya dan
2.4. Akuntansi Biaya Tradisional menentukan cost driver setiap produk dan jasa
Menurut Carter (2006:528) perhitungan \DQJ EHUEHGD´ $UPDQWR
biaya produk tradisional menelusuri hanya biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja 3. Manfaat dan keterbatasan ABC system
langsung ke setiap unit output. 3.1. Manfaat ABC system
Menurut Firdaus (2012:16) pembahasan Activity Based Costing System (ABC
mengenai penentuan harga pokok akan dimulai system) secara jelas menunjukkan pengaruh
dari sistem biaya tradisional, berdasarkan metode perbedaan aktivitas dan perubahan produk atau
pesanan (job order costing) ataupun berdasarkan jasa terhadap biaya.
metode process costing, dan dilanjutkan dengan ³,t supports other management techniques
penentuan harga pokok dengan metode just in such as continuous improvement, scorecards and
time. performance management.´(Stephanie, 2008:7)
Dengan terjadinya perubahan dan ³7he activity cost analysis provides
perkembangan yang sangat pesat dalam managers with useful information about labour
lingkungan manufaktur belakangan ini, akuntansi and other recources, including consumption for
biaya sebagai sistem informasi biaya ditantang products, consumers and supplying channels,
untuk berkembang mengikuti lingkungan leading to the management and control of the
manufaktur yang baru yang menghendaki kualitas overheads present in the company.´(Francesca,
produk yang lebih tinggi, tingkat persediaan yang 2004:5)
lebih rendah, otomisasi, organisasi berdasarkan Menurut Blocher (2011:212) manfaat utama
kelompok produk dan penggunaan teknologi perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang telah
informasi. Keakuratan dalam perhitungan harga dialami banyak perusahaan di antaranya adalah:
pokok produksi sangat penting dalam menghadapi
masalah ini. Berikut pemaparan dari beberapa ahli
3
1) Pengukuran profitabilitas yang lebih baik berdasarkan aktivitas membutuhkan tiga tahap: (a)
ABC menyajikan biasya produksi yang lebih mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktiitas,
akurat dan informatif, mengarah pada (b) membebankan biaya sumber daya ke aktivitas,
pengukuran profitabilitas produk dan serta (c) membebankan biaya aktivitas ke objek
pelanggan yang lebih akurat serta keputusan biaya.
strategis yang diinformasikan secara lebih baik Berikut gambar dari sistem penghitungan
mengenai penetapan harga,lini produk, dan biaya berdasarkan aktivitas yang akan ditampilkan
segmen pasar. di bawah ini:
2) Pengambilan keputusan yang lebih baik Sumber : Horngren (2005:170)
ABC menyajikan pengukuran yang labih
akurat mengenai biaya yang dipicu oleh
aktivitas, membantu manajer untuk
meningkatkan nilai produk dan proses dengan
membuat keputusan yang lebih baik mengenai
desain poduk, keputusan yang lebih baik
mengenai dukungan bagi pelanggan, serta
mendorong proyek-proyek yang meningkatkan
nilai.
3) Perbaikan proses
Sistem ABC menyediakan informasi untuk
mengidentifikasi bidang-bidang di mana 3.4. Perbedaan Antara ABC System Dengan
perbaikan proses dibutuhkan. Akuntansi Biaya Tradisional
4) Estimasi biaya Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
Meningkatkan biaya produk yang mengarah dapat ditarik kesimpulan tentang perbedaan antara
pada estimasi biaya pesanan yang lebih baik ABC system dengan akuntansi biaya tradisional.
untuk keputusan penetapan harga. Secara umum perbedaan ABC system dengan
5) Biaya dari kapasitas yang tidak digunakan akuntansi biaya tradisional adalah jumlah ukuran
Ketika banyak perusahaan memiliki fluktuasi tingkat aktivitasnya. ABC system menggunakan
musiman dan siklis pada penjualan dan produksi, lebih dari satu ukuran tingkat aktivitasnya
ada kalanya kapasitas pabrik digunakan. Hal ini sedangkan akuntansi biaya tradisional hanya
dapat berarti bahwa biaya terjadi pada aktivitas menggunakan satu ukuran tingkat aktivitas yaitu
batch, produk, dan fasilitas tetapi tidak digunakan. ukuran tingkat unit sebgai dasar untuk
mengalokasikan overhead ke output.
3.2. Keterbatasan ABC system Perbedaan lainnya yang akan dipaparkan
ABC system meskipun menghasilkan oleh beberapa ahli tentang lebih jelasnya
informasi biaya produk yang lebih dapat perbedaan kedua sistem penghitungan biaya.
diandalkan, ABC system tetaplah merupakan Menurut Carter (2006:532) perbedaan umum
sistem alokasi biaya tingkat pabrik ke produk. antara sistem ABC system dan sistem tradisional
Menurut Firdaus (2012:330) walaupun adalah homogenitas dari biaya dalam satu tempat
penerapan sistem ABC memiliki banyak penampungan biaya. ABC system mengharuskan
keuntungan, tetapi penerapan tersebut tidak perhitungan tempat penampungan biaya dari suatu
membuat seluruh biaya akan mudah dibebankan aktivitas, maupun identifikasi atas suatu pemicu
kepada objek biayanya dengan mudah. Hal ini aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan dan
disebabkan biaya-biaya yang dikelompokkan mahal.
dalam sustaining level ketika dialokasikan sering Menurut Stephanie (2008:4) the traditional
kali juga menggunakan dasar yang bersifat arbiter. method of costing relied on the arbitrary addition
of a proportion of overhead cost on to direct cost
3.3. Tahap-tahap penerapan ABC sistem to attain a total product cost.
Menurut Stephanie (2008:5) steps in Menurut Riki (2011: 6) sistem biaya
development of an ABC system there are four konvesional kurang mampu memenuhi kebutuhan
steps to implementing ABC : 1) Identify activities, manajemen dalam perhitungan harga pokok yang
2) Assign resource cost to activities, 3) identify akurat, terlebih apabila melibatkan biaya produksi
outputs, 4) Assign activity costs to outputs. tidak langsung yang cukup besar dan
Menurut Blocher (2011:207) keanekaragaman produk.
mengembangkan sistem perhitungan biaya Sistem akuntansi tradisional digunakan
untuk menentukan biaya produk untuk laporan
4
keuangan ekstensi. ABC system digunakan untuk 189.312.000 batang. Selanjutnya jumlah dari
menentukan produk dan biaya untuk laporan produk keseluruhan sebesar 292.440.000 batang
khusus kepada manajer. (103.128.000 batang + 189.312.000 batang). Dari
perhitungan tersebut diatas diperoleh tarif sebesar
4. METODE Rp 170,31/ batang (pembulatan).
Jenis Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kuantitif deskriptif b. Mengalokasikan biaya produksi tidak langsung
dengan melalui pendekatan studi kasus. Lokasi (overhead) ke produk. Biaya produksi tidak
penelitian dilaksanakan pada PR. Cemara Mas langsung (overhead) produk = tarif sebesar
Sidoarjo yang berlokasi di Desa Randegan Kec. Rp 170,31 x unit produksi per-batang dalam
Tanggulangin RT 08 RW 02 No2 Sidoarjo. setahun setiap produk.
Alasan pemilihan PR. Cemara Mas Sidoarjo
sebagai tempat penelitian adalah masih 1) Dana Super: Rp 170,31 x 103.128.000 batang
digunakannya model konvensional yang hanya = Rp 17.564.347.635(pembulatan)
berfokus pada pengelolaan biaya dan kurangnya
perhatian untuk mengidentifikasi setiap aktivitas 2) Fit Mild: Rp 170,31 x 189.312.000 batang
yang terjadi. Tahun-ketahun perkembangan = Rp 32.242.861.101 (pembulatan)
produksi rokok di PR. Cemara Mas semakin pesat
yang membuat aktivitas tersebut semakin Biaya produksi tidak langsung (overhead)
kompleks. merupakan komponen dari perhitungan biaya
produksi per unit sehingga pengalokasiannya
5. HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan terlebih dahulu. Selanjutnya perusahaan
5.1. Perhitungan Biaya Produksi per Unit melakukan perhitungan biaya per unit dengan
Menurut PR. Cemara Mas Sidoarjo menjumlahkan semua sumber daya yang dipakai
Biaya-biaya produksi tidak langsung dalam satuan Ball. Biaya-biaya sumber daya
(overhead) yang terjadi dalam perusahaan setelah tersebut adalah pemakaian bahan pembantu, biaya
diakumulasi, kemudian dialokasikan ke produk. bahan baku (tembakau, cengkeh, saos dan
Perusahaan melakukan pengalokasian biaya tembaku blend), bahan pembantu, tenaga kerja
produksi tidak langsung (overhead) ke produk langsung, biaya produksi tidak langsung
dengan cara menggunakan dasar unit yang (overhead) yang diperoleh dari perhitungan
diproduksi yaitu per batang. Total biaya overhead pengalokasian biaya produksi tidak langsung
dibagi dengan total produksi rokok per batang (overhead) ke produk, dan pita cukai. Untuk lebih
dalam setahun, kemudian dialokasikan ke setiap jelasnya tabel di bawah ini akan memberikan
produk dengan mengalikannya dengan unit gambaran mengenai perhitungan biaya produksi
produksi per batang produk tersebut. Untuk lebih per unit yang dilakukan oleh PR. Cemara Mas
jelasnya perhitungan di bawah ini dalam Sidoarjo.
menentukan tarif biaya produksi tidak langsung Tabel No. 14: Perhitungan Harga Pokok Produksi
(overhead). PR. Cemara Mas Sidoarjo Tahun 2012
a. Menentukan tarif biaya produksi tidak
langsung (overhead)
= Rp 49.807.208.736
292.440.000 batang
= Rp170,31 / batang
(pembulatan)
5
6. Penghitungan Biaya Menggunakan x Ongkos Rajang dan Potong Pita
Metode Activity Based Costing System Rajang dan potong pita merupakan biaya yang
(ABC system) dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi
6.1. Mengidentifikasi Aktivitas dan Pusat target produksi. Besarnya biaya yang
Aktivitas dikeluarkan sangat tergantung berapa unit
Tahap pertama dalam mengidentifikasi produk yang diproduksi, sehingga ongkos
aktivitas dan pusat aktivitas adalah dilakukannya Rajang dan potong pita dikategorikan ke dalam
penggolongan berbagai aktivitas pada PR. Cemara aktivitas berlevel unit.
Mas Sidoarjo ke dalam pusat-pusat aktivitas. x Potong Grenjeng
Dalam identifikasi ini peneliti memfokuskan Potong grenjeng merupakan biaya yang
kepada aktivitas yang termasuk dalam biaya dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi
produksi tidak langsung (overhead) (tabel No. 6). target produksi. Besarnya biaya yang
Aktivitas tersebut dimasukkan ke dalam beberapa dikeluarkan sangat tergantung berapa unit
kelompok yang mempunyai interpretasi fisik yang produk yang diproduksi, sehingga potong
mudah dan jelas serta sesuai dengan segmen- grenjeng dikategorikan ke dalam aktivitas
segmen yang ada dalam perusahaan. Biaya berlevel unit.
produksi tidak langsung (overhead) perusahaan x Ongkos Angkut Bahan
dikelompokkan ke dalam tiga aktivitas, yaitu: Ongkos angkut bahan merupakan biaya yang
Aktivitas berlevel unit, batch, dan fasilitas. Daftar dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi
dan klasifikasi aktivitasnya adalah sebagai target produksi. Besarnya biaya yang
berikut: dikeluarkan sangat tergantung berapa
besarjumlah produk yang akan diproduksi,
Tabel No. 15: Daftar dan Klasifikasi Aktivitas sehingga ongkos angkut bahan dikategorikan
ke dalam aktivitas berlevel unit.
x Gaji Mandor Pabrik
Gaji mandor pabrik merupakan pengawas yang
membawahi tenaga kerja langsung pada bagian
pabrik, sehingga gaji mandor pabrik
dikategorikan aktivitas berlevel batch.
x Penyusutan Aktiva Tetap
Penyusutan aktiva tetap mempunyai umur
ekonomis yang harus disusutkan pada setiap
tahunnya, sehingga penyusutan aktiva tetap
termasuk aktivitas berlevel fasilitas.
x Pemeliharaan Mesin dan Peralatan
Pemeliharan mesin dan peralatan dilakukan
Penjelasan penggolongan aktivitas untuk menjaga kondisi mesin dan peralatan
terhadap biaya overhead pabrik PR. Cemara perusahaan tetap optimal. Pemeliharaan mesin
Mas Sidoarjo adalah sebagai berikut: dan peralatan tergolong dalam aktivitas
berlevel fasilitas.
x Pemakaian Bahan Pembantu x Listrik Pabrik
Bahan pembantu adalah bahan pendukung Biaya listrik pabrik merupakan biaya yang
bahan baku utama dalam menghasilkan suatu dikeluarkan oleh perusahaan untuk memenuhi
produk. Pemakaian bahan pembantu kebutuhan penerangan pabrik dan sebagai
digolongkan ke dalam aktivitas berlevel unit penggerak mesin pabrik. Biaya listrik pabrik
karena banyaknya unit yang diproduksi dapat dikategorikan dalam aktivitas berlevel fasilitas
berpengaruh terhadap penggunaan biaya bahan x Pajak Bumi Bangunan Pabrik
pembantu. Pajak bumi dan bangunan pabrik merupakan
x Pemakaian Pita Cukai biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atas
Pita cukai merupakan tanda bukti pembayaran penggunaan tanah dan bangunan yang
pajak yang sah atas barang kena cukai. Satu mempunyai hak atasnya atau memperoleh
pak rokok dikatakan legal apabila terdapat manfaat. Pajak bumi dan bangunan pabrik
bandrol pita cukai, sehingga pemakaian pita dikategorikan dalam aktivitas berlevel fasilitas.
cukai digolongkan ke dalam aktivitas berlevel
unit.
6
x Beban Asuransi Pabrik
Beban asuransi pabrik merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mendapatkan jaminan apabila terjadi hal yang
tidak diinginkan pada pabrik (kebakaran,
gempa bumi, dll). Beban asuransi pabrik
dikategorikan dalam aktivitas berlevel fasilitas.
7
Tabel No.18: Daftar Tarif per Unit Cost Driver menggunakan ABC system pada
PR. Cemara Mas Sidoarjo
9
berdasarkan unit, tetapi juga berdasarkan Stephanie, Edwards 2008. Activity Base Costing,
batch, produk, dan fasilitas, sehingga dapat United Kingdom : The Chartered Institute
memberikan informasi yang lebih akurat. of Management Acoountants.
www.CIMAglobal.comdi unduh pada
tanggal 16 April 2013/ 20.45
Sugiri, Slamet, 2004. Akuntansi Manajemen
DAFTAR PUSTAKA (Sebuah Pengantar), Edisi ketiga,
Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Armanto, Witjaksono,2012. Akuntansi Biaya,
Sukirno, Sadono, 2005. Mikro Ekonomi Teori
Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Yogyakarta :
Pengantar, Edisi ketiga, Jakarta : PT. RAJA
Graha Ilmu.
GRAFINDO PERSADA
Blocher, Stout, Cokins, 2011. Manajemen Biaya
Sumadi, Suryabrata, 2005. Metodologi Penelitian,
(Penekanan strategis), edisi 5, buku 1,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta Selatan : Salemba Empat.
Suryawati, 2005. Teori Ekonomi Mikro, Edisi
Carter,K. Wiliam, 2006.Akuntansi Biaya, Edisi
Pertama, Yogyakarta : (UPP) AMP YKPN.
14, Buku 1, Edisi 14, Jakarta : Salemba
Empat.
Cecily, Rairborn. A., 2011. Akuntansi Biaya
(Dasar Dan Perkembangan), buku 1, edisi 7,
Jakarta Selatan : Salemba Empat.
Firdaus, Ahmad, 2012. Akuntansi Biaya, Edisi 3,
Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Francesca, Bartolaci 2004. Activity Based Costing
in the Supply Chain Logistics activities cost
analysis, Italy : Universita Degli Studi di
Macerata. Di unduh pada tanggal 18 April
2013/ 15.55
Hansen, Mowen, 2009. Akuntansi Manajerial,
Edisi 8, buku 1, Jakarta : Salemba Empat.
Horngren, Datar, Foster, 2005. Akuntansi Biaya
(Penekanan Manajerial), Jilid 1, Jakarta :
PT. Indeks Kelompok Gramedia,
Kusmayadi 2012. Activity Based Costing in
Global Era, Politeknik Negeri Semarang
ISSN 1411-4321. Di unduh pada tanggal 16
April 2013/ 20.45
Made, Wirartha. 2006. Metodologi Penelitian
Sosial Ekonomi, Yogyakarta : CV. ANDI
OFFSET.
Mulyadi, 2003. Activity Based Costing (sistem
informasi biaya untuk pengurangan biaya),
Edisi 6, Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
_______, 2009. Akuntansi Biaya,Edisi 5,
Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Murti, Sumarni. 2006. Metodologi Penelitian
Bisnis, Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Samuel, Idowu 2004. Overhead projecyions,
United Kingdom : The Chartered Institute
of Management Acoountants.
www.CIMAglobal.com di unduh pada
tanggal 16 April 2013/ 20.45
Sarwono, Jonathan, 2008. Riset Bisnis (untuk
pengambilan keputusan), Yogyakarta : CV.
ANDI OFFSET.
Soeharno, 2009. Mikro Ekonomi, Edisi pertama,
Yogyakarta : CV. ANDI OFFSET.
10