Janganlah mendefinisikan orang bodoh sebatas hanya semata-mata orang yang tidak mempunyai
ilmu pengetahuan belaka. Namun, yang sebetulnya bodoh adalah orang yang tak mau mentaati
Allah walaupun ia termasuk pemikir besar, pemimpin atau cerdik pandai ataupun cendekiawan
ternama.
*
Allah berfirman:
DEMIKIAN DIJANJIKAN ALLAH. ALLAH TIDAK PERNAH MENGUBAH JANJINYA,
AKAN TETAPI KEBANYAKAN MANUSIA TIDAK MENGETAHUI (HAKIKAT YANG
SEBENARNYA).
MEREKA HANYA MENGETAHUI PERKARA YANG ZAHIR (lahiriah) NYATA DARI
KEHIDUPAN DUNIA SAJA, DAN MEREKA TIDAK PERNAH INGAT HENDAK
MENGAMBIL TAHU TENTANG HARI AKHIRAT.
(Q.S. al-Rum [30]: 6-7).
*
Allah mencela mereka karena pintar dalam urusan dunia tapi bodoh dalam urusan agama dan
akhirat. Ayat di atas menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara kebodohan dan pengetahuan
yang hanya mencakupi urusan lahirahnya kehidupan dunia semata-mata.
(Syeikh Ibnu 'Ata'illah)
di Oktober 29, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
"Apabila hatimu sehat dan baik, ia akan selalu bersikap kritis untuk menanyai setiap bisikan
yang datang: Bisikan macam apa engkau ini? Dari sumber mana engkau datang? Mana bisikan
itu akan mengatakan: Aku adalah bisikan anu dan anu ..." .
Di dalam nasihatnya, beliau juga mengingatkan:
"Wahai anakku terkasih! Aku nasihatkan kepadamu agar bertakwa kepada Allah dan
senantiasa takut untuk menyakiti hati-Nya. Aku juga menasihatkan kepadamu agar
setiap saat engkau siap memenuhi kewajibanmu kepada kedua orangtuamu dan
kepada orang-orang tua (masya'ikh), sebab Allah memandang dengan penuh
keridhaan kepada hamba-Nya manakala memenuhi kewajiban itu. Engkau harus
menjadi pengawal setia Kebenaran, baik ketika engkau sendirian maupun sedang
berada bersama orang banyak.
di Oktober 28, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
SIFAT PEMURAH
Suatu kaum itu disibukkan untuk memberi kepada makhluk. Mereka mengambil dan
memberi. Mengambil dari kurnia dan rahmat Allah dan memberikan kepada fakir dan
miskin yang ditimpa kesempitan.Mereka tunaikan hutang orang yang berhutang yang
tiada kuasa untuk melunaskannya. Mereka adalah raja-raja, bukan raja-raja dunia
kerana raja-raja dunia itu mengambil dan tidak memberi, sedangkan kaum itu
mengutamakan orang lain dan menunggu-nungguorang yang tidak hadir. Mereka
mengambil dari tangan Allah bukan tangan makhluk. Usaha anggota badan mereka
untuk makhluk, sedangkan usaha hati mereka untuk mereka sendiri. Mereka berinfak
(memberikan harta) itu kerana Allah bukan kerana hawa nafsu, bukan kerana pujian
dan sanjungan. Tinggalkan kaum yang sombong terhadap Allah dan terhadap
makhluk, kerana sombong itu termasuk sifat orang-orang pemaksa yang mana mereka
dibenamkan ke dalam neraka jahanam. Apabila kamu marah kepada Allah maka kamu
sombong kepada-Nya.
(Pesanan Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani)
di Oktober 28, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Dengan membinasakan yang ujud menjadikan yang wujud hanya Dia. Dengan melenyapkan
yang zahir menjadikan yang terzahir hanya satu dalam keesaan Dia.
Dengan mematikan yang hidup menjadikan yang hidup kekal dalam kebaqaan Dia.
Untuk mengenal Dia dengan cara ini perlulah melihat kepada sifat-sifat kebesaran Allah.
Wahdaniah, Qadim, Baqa, Mukhalafatu lilhawadis dan Qiamuhu bi nafsihi, hanya Allah yang
mempunyai sifat keagungan ini, manusia sedikitpun tidak dapat menghidunya.
Tetapi dengan sifat-sifat keagungan Allah, Dia dapat dililhat dengan Nyata dan Terang,
bagaimanpun untuk sampai kepada pemahamannya yang sebenar perlukan petunjuk yang sangat
halus dan seni daripada mereka yang mengetahuinya, kerana ditakuti nanti ada pula yang
bertuhankan diri sendiri atau mengaku diri sebagai tuhan seperti Firaun di zaman dahulu .
nauzubillah min zalik.
Bagaimanapun apabila sifat-sifat keagunganNya itu dianugerahkan kepada salik, jadi apakah
yang tinggal kepadanya?
Maka yang tinggal itu bukanlah aku dan bukanlah dia, tapi Dia, iaitu sifat-sifat kebesarannya
juga yang tidak lain daripada Dia juga. Semua telah sirna dengan pancaran Cahaya yang Gilang
Gemilang, semua yang ada sekarang adalah ujud, wujud dan maujudnya. Maka tidak perlu lagi
dalil dan perumpamaan kerana semua itu telah terang dan nyata, telah terang lagi menyuluh.
di Oktober 28, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Syukur adalah keimanan hamba, bahwa segala sesuatu adalah milik-Nya, dan berasal dari-Nya,
Sementara Sabar adalah Keimanan hamba, bahwa dirinya adalah milik-Nya.
Syukur adalah lewat karunia dan nikmat, sementara sabar adalah lewat Kesulitan dan Kesukaran.
Suatu ketika Rasulullah S.A.W telah ditanya tentang suhuf yang diturunkan kepada suhuf Nabi
Allah Musa a.s.
Rasulullah S.A.W berkata :
"Sebahagian daripada kandungan suhuf Nabi Musa A.S :
*
1. Aku hairan pada orang yang telah meyakinkan akan datangnya kematian (yakin dirinya akan
mati dan ditanya tentang amalannya), tetapi mengapa mereka merasa senang dan gembira di
dunia (tidak membuat persediaan).
*
2. Aku hairan kepada orang yang telah meyakini akan adanya qadar (ketentuan) Allah, tetapi
mengapa mereka marah-marah (bila sesuatu musibah menimpa dirinya).
*
3. Aku hairan pada orang yang telah meyakini akan adanya hisab (hari pengiraan amal baik dan
buruk), tetapi mengapa mereka tidak berbuat kebaikan?"
*
Rasulullah S.A.W ditanya pula tentang sebahagian daripada kitab Taurat, Nabi berkata :
"Antara kandungannya ialah :
*
1. Wahai anak Adam, janganlah kau merasa khuatir akan kekuasaan (pangkat), selagi
kekuasaanKu kekal abadi iaitu tidak akan hilang selamanya.
*
2. Wahai anak Adam, sesungguhnya Kami menciptakan kamu adalah untuk beribadah
kepadaKu, maka dari itu janganlah kamu mensia-siakan (menghabiskan masamu untuk berhibur
sahaja).
*
3. Wahai anak Adam, Kami tidak mengira akan amalanmu yang akan dilakukan esok, oleh itu
janganlah kamu cemas akan rezekimu untuk esok.
*
4. Wahai anak Adam, sesungguhnya bagi kamu ada kewajipan dan ketentuan rezeki, sekalipun
kamu mengabaikan kewajipanmu terhadapKu, namun Aku tidak akan mengabaikan rezeki yang
telah ditentukan untukmu.
*
5. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu redha pada apa-apa yang telah aku berikan
kepadamu, maka kamu akan merasakan bahagia zahir dan batin. Tetapi jika kamu tidak redha
dengan apa-apa yang telah Aku berikan itu, maka kamu akan dikuasai oleh dunia sehingga kamu
akan melompat-lompat dan melenting kepanasan di padang pasir yang panas.
Demi Keagungan dan KemuliaanKu, ketika itu pun kau tidak akan memperolehi apa-apa selain
yang telah aku tetapkan, malahan engkau termasuk di dalam golongan orang yang tercela di
sisiKu."
di Oktober 21, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
"Kenallah (BERIBADAH) kepada Allah pada waktu lapang, pasti Dia akan mengenalmu (DIA
AKAN MENOLONGMU ) di waktu sempit/kesusahan. Ketahuilah, sesungguhnya apa yang
(DITETAPKAN) tidak mengenai padamu, pasti tidak akan menimpa kepadamu. Sebaliknya, apa
saja yang (DITETAPKAN) menimpamu, pasti tidak dapat terhindar darimu. Sesungguhnya
pertolongan Allah itu datangnya bersama kesabaran, kesenangan bersama (SETELAH)
kesusahan, dan sesungguhnya yang ada bersama kesulitan adalah (KEMUDIAN AKAN
DATANG) kemudahan."
(Maksud Hadis Bukhari dan Muslim)
Berkata para arifin:
"Ada lima dosa yang lebih besar daripada dosa itu sendiri; membesar-besarkan dosa
(MEMBANGGA-BANGGAKAN PERBUATAN DOSANYA) adalah lebih besar daripada dosa.
Meremehkan (MEMANDANG REMEH) dosa adalah lebih besar daripada dosa.Terus menerus
didalam mengerjakan dosa adalah lebih besar daripada dosa. Terang-terangan berbuat dosa
adalah lebih besar daripada dosa. Berani berbuat dosa adalah lebih besar daripada dosa itu
sendiri."
di Oktober 21, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Bagi seorang hamba yang tengah terbakar api cinta kepada ALLAH, tak ada keinginan selain
bisa dekat dengan Sang Kekasih. Ia suka memilih tempat yang sunyi, menyendiri dari manusia
dan dunia (zuhud), untuk mencurahkan isi hati kepada Kekasihnya.
Baginya, dunia ini tak ada nilainya. Bahkan akhirat pun tak ia lirik. Ia hanya punya satu
keinginan: menuju pintu kedekatan dengan-Nya.Bila seorang hamba hatinya telah dekat kepada-
Nya, maka dunia dan akhirat akan menjadi miliknya. Namun, untuk mencapai maqam seperti itu
tidaklah mudah. Diperlukan mujahadah keras untuk mengosongkan hati dari makhluk, hingga
yang tersisa di hati hanyalah ALLAH. "Manusia hanya punya satu hati, yang apabila telah penuh
dengan sesuatu, tak lagi punya ruang untuk yang lain".
*
Hai orang-orang yang lalai ! Secara terang-terangan Engkau menentang ALLAH S.W.T YANG
MAHA BENAR dengan bermaksiat kepada-Nya tetapi merasa aman dari siksa-Nya?
Ketahuilah tak lama lagi rasa aman itu akan berubah menjadi KETAKUTAN, masa luangmu
menjadi KESEMPITAN, KESEHATAN-mu menjadi sakit, KEMULIAN-mu menjadi kehinaan,
KEDUDUKAN-mu menjadi rendah, KEKAYAAN-mu menjadi kemiskinan.
Ketahuilah ! Rasa aman dari siksa ALLAH 'Azza wa jalla yang akan kau peroleh di hari
KIAMAT sesuai dengan rasa takutmu kepada-Nya di dunia ini. Sebaliknya, ketakutanmu di hari
kiamat, sesuai dengan rasa amanmu ( dari siksa ALLAH S.WT. ) di dunia.
Sayangnya ! Engkau tenggelam di dunia dan terperosok ke lembah kelalaian, sehingga cara
hidupmu seperti hewan. Yang kalian ketahui hanya makan, minum, menikah dan tidur. Keadaan
kalian ini tampak nyata bagi orang-orang yang berhati suci. Rasa rakus terhadap dunia,
keinginan untuk mencari dan menumpuk-numpuk harta telah memalingkan kalian dari jalan
ALLAH 'Azza wa jalla dan pintu-Nya.
Sejumlah Sufi juga menegaskan: * IyyaKa Na'budu adalah kefanaan hamba, wa-IyyaKa Nasta’in
adalah Baqo’Nya Allah SWT. * IyyaKa Na'budu, adalah jika engkau tak mampu melihatNya
maka Dialah yang Melihatmu, dan wa-IyyaKa Nasta'in jika engkau menyembah seakan-akan
engkau melihatNya.
* IyyaKa Na'budu adalah Mi'raj, wa-IyyaKa Nasta'in adalah Rahmatan Lil-'Alamiin.
* IyyaKa Na'budu adalah ibadah dan ‘ubudiyah (hendaknya menyembah dan menuju) wa-
IyyaKa Nasta'in adalah 'abudah, hendaknya engkau Musyahadah dan Ma'rifah.
* IyyaKa Na'budu adalah Taraqqy (menanjak ke Ilahi), dan wa-IyyaKa Nasta'in adalah Tanazzul
(turun bersama Allah Azza wa-Jalaa).
.
Penafsiran ayat di atas tentu akan terus memanjang tiada akhir, karena sifat absolutnya
Ketuhanan Allah Rabbul' Izzah.
di Oktober 21, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Metode Sufi hidup adalah tentang mencapai kedekatan ilahi. Sufi melihat semua materi dari
perspektif ini. Sebagai tujuan langsung adalah Allah saja, penting bagi sufi untuk diingat bahwa
setiap tindakan dan keputusan ada di depan Tuhan dan menyangkut Tuhan. Misalnya sufi
menghormati dan mengikuti nabi. Alasan untuk ini adalah ia hanya melihat Allah, ia menyadari
bahwa Allah mengirimkan seorang nabi dan memberinya petunjuk tertentu bagi masyarakat dan
siapa saja menolak untuk mengikuti secara langsung menolak untuk mengikuti Tuhan. Untuk itu,
sufi melihat petunjuk nabi sebagai gerbang dan hanya gerbang Tuhan. Kedekatan ilahi tidak
mungkin tanpa mengikuti nabi, sebagai sufi memahami bahwa Allah pada akhirnya pemilik
pengirim nabi.
di Oktober 10, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
"Hati tak ubahnya seperti sebatang pohon yang disirami air ketaatan. Keadaan hati
mempengaruhi buah yang dihasilkan anggota tubuh. Buah dari mata adalah perhatian untuk
mengambil pelajaran. Buah dari telinga adalah perhatian terhadap Al-Quran. Buah dari lidah
adalah dzikir. Kedua tangan dan kaki membuahkan amal-amal kebajikan. Sedangkan, jika hati
dalam keadaan kering, buah-buahnya pun akan rontok dan manfaatnya hilang. Karena itu, ketika
hati itu kering, siramilah dengan memperbanyak dzikir."
.
Ibnu Atha’illah dalam Taj A-‘Arus Al-Hawi li Tahdzib An-Nufus
di Oktober 05, 2015 Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest