Anda di halaman 1dari 4

Kancil dengan Buaya

1. Pencarian Ide untuk Menyebrangi Sungai


Cerita Kancil dan Buaya versi ini berawal dari rasa lapar yang mengganggu si
kancil. Pada suatu siang yang terik, kancil merasa perutnya sangatlah lapar. Ia mencari-
cari makanan di sekitar tempat ia berteduh tetapi tak kunjung ia temukan. Memang
terdapat hamparan rumput yang luas di dekatnya tetapi ia sudah sangat bosan.
Si kancil terus berjalan pelan menuju ke arah sungai. Ia merasa sedikit kehausan.
Ketika ia akan minum di pinggir sungai, ia melihat seekor buaya yang sedang tidur. Ia
minum dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan buaya tersebut. Sembari
minum air, ia melihat kebun timun yang lebat di seberang sungai.
Rasa laparnya yang awalnya hilang menjadi muncul kembali karena melihat timun
segar dari kebun di seberang sungai. Kancil ingin sekali menuju ke kebun timun tersebut
tetapi ia harus dapat menyeberangi sungai tanpa termakan oleh para buaya. Berenang
menyusuri sungai adalah suatu ketidakmungkinan dan sama saja dengan berusaha
membunuh dirinya sendiri.
Kancil berpikir cukup lama tanpa menimbulkan suara agar tidak membangunkan
seekor buaya yang sedang tidur. Akhirnya ia menemukan ide untuk dapat menyeberangi
sungai tersebut. cara tersebut adalah dengan menjadikan para buaya sebagai jembatan.
Agar buaya mau dijadikan jembatan, ia harus menipu para buaya bahwa ia akan
membagikan daging segar.

2. Kancil Berkata akan Membagikan Daging untuk Para Buaya


Setelah yakin dengan idenya untuk menggunakan iming-iming daging segar,
kancil berusaha membangunkan sang buaya. Kancil awalnya membangunkan buaya
dengan perlahan, tetapi sang buaya tak kunjung juga bangun. Akhirnya ia berteriak
dengan keras untuk membangunkannya. Buaya sangat kesal karena ada yang berani
membangunkan dirinya dari tidur siangnya yang lelap.
Buaya bertanya kepada kancil mengapa begitu berani membangunkan Buaya yang
sedang tidur terlelap di siang hari. Si Kancil menjawabnya dengan berani dan penuh
keyakinan bahwa ia akan membagikan daging segar untuk para Buaya di sungai ini. Sang
Buaya kegirangan karena kebetulan ia belum mendapatkan mangsa satu pun sejak pagi.
Mendengar ada berita baik tersebut sang buaya berusaha memanggil buaya-buaya
lain yang ada di sungai tersebut. Kancil menahan tawa karena begitu mudahnya buaya
tersebut ia kelabui dan langsung memanggil semua temannya. Satu per satu buaya
bermunculan. Beberapa buaya bertanya mengapa mereka dikumpulkan padahal ini adalah
jam istirahat yang paling enak.
Buaya pertama menjelaskan bahwa kancil akan membagikan daging segar kepada
semua buaya di sungai ini. Beberapa buaya merasa senang karena kebetulan ikan-ikan di
sungai telah banyak bermigrasi ke sungai lain. Namun ada juga yang curiga lantaran
kancil terkenal dengan tipuannya. Hanya dengan sedikit pembelaan semua buaya 100%
percaya pada kancil.

3. Pura-pura Menghitung Buaya yang Ada di Sungai


Semua buaya tak sabar ingin mendapatkan daging segar. Kancil berkata bahwa ia
harus memperkirakan berapa potong daging segar yang akan ia bagikan. Seorang buaya
bertanya cara apa yang dapat dilakukan agar kancil dapat mengetahui jumlah potongan
daging tersebut. Kancil merasa sangat puas karena sampai detik itu, semua buaya percaya
kepadanya.
Kancil memerintahkan para buaya untuk berjejer di sepanjang sungai sehingga
membentuk sebuah jembatan ke daratan di seberang kancil. Setelah buaya-buaya berjejer
seperti jembatan, kancil menghitungnya dengan melompati semua buaya di sungai.
Kancil menjelaskan dengan cara tersebut semua buaya akan terhitung dan tidak akan ada
buaya yang tidak mendapatkan daging segar.
Ketika kancil akan melompat, salah satu buaya berkata bahwa mengapa bukan ia
saja yang menghitung daripada kancil bersusah payah melompat. Kancil tersentak dengan
ide tersebut. Ia tetap berusaha santai dan terlihat wajar. Buaya itu mulai menghitung tetapi
buaya tidak hafal angka dan berhenti pada hitungan ke tiga.
Akhirnya para buaya memerintahkan kancil untuk segera melompati mereka.
Kancil melompat di kepala para buaya sembari menghitungnya. Tiba di buaya yang
paling tepi kancil bersorak dan tertawa lepas. Ia mengatakan bahwa daging itu hanya
tipuan. Para buaya sangat kesal tetapi salah satu buaya memiliki rencana menangkap
kancil di lain kesempatan.

4. Tipuan Undangan dari Raja Sulaiman


Setelah puas menipu para buaya, kancil makan dengan lahap semua timun di
kebun pak tani. Sesekali para buaya melihat kancil makan dan bergumam, “makanlah
yang banyak agar dagingmu cukup untuk semua Buaya di sungai ini.” Kancil tidak
memedulikan para buaya yang diam-diam mengawasi gerak-geriknya.
Timun demi timun ia makan dan tak terasa perutnya sudah terisi penuh. Sambil
membersihkan sisa-sisa cuilan timun di giginya ia mulai berpikir bagaimana caranya ia
dapat kembali menyeberangi sungai. Kancil mulai mengetahui bahwa para buaya diam-
diam merencanakan sesuatu. Lalu muncullah burung gereja, kancil menyapa burung
gereja dan mengajaknya mengobrol pelan.
Buaya berusaha mendengarkan obrolan mereka tetapi gagal, posisi kancil dan
burung gereja terlalu jauh. Sembari mengobrol kancil terus berpikir dan akhirnya
menemukan cara untuk menipu para buaya lagi. Kancil berpesan kepada burung gereja
jika Kancil memanggilnya burung gereja harus mengangguk-angguk. Kancil berjalan
mendekati bibir sungai dengan berusaha tak terlihat takut.
Lalu kancil langsung berkata bahwa raja Sulaiman akan membagikan undangan
pesta. Kancil mengatakan bahwa kabar tersebut ia dapat dari burung dan berteriak, “benar
kan perkataanku?” Burung pun mengangguk. Buaya pun percaya dan membiarkan kancil
melompati mereka. Saat kancil tiba di ujung sungai, burung berkata bahwa pesta telah
dilaksanakan minggu lalu. Tertipulah para buaya.

5. Rencana Balas Dendam Para Buaya


Kesal tertipu dua kali oleh si kancil para buaya mengadakan musyawarah untuk
menyusun siasat menangkap kancil tanpa memancing kecurigaan kancil. Para buaya
bersahut-sahutan mengutarakan idenya. Beberapa buaya berkumpul dan sepakat akan
memancing kancil akan menyeberang seperti waktu itu dengan iming-iming kebun apel.
Melihat para buaya yang berkumpul dan berbicara perlahan, kancil mulai curiga
dan diam-diam mengawasi para buaya. Kecurigaan kancil terjawab, salah satu buaya
memanggilnya untuk mendekat ke bibir sungai. Buaya mengatakan bahwa ada kebun apel
di seberang sungai baru berbuah dan para buaya akan dengan senang hati menjadi
jembatan untuk kancil.
Kancil mendengarkan dengan serius dan berkata, “waaah enak sekali buah apel
yang baru berbuah itu tetapi sayang aku masih kenyang.” Kancil bergumam dalam
hatinya bahwa ia tak kan tertipu dengan tipuan murahan seperti itu. Para buaya memang
kesal tetapi mereka menyembunyikan rasa kesal tersebut karena masih ada rencana lain.
Keesokan harinya, di pagi hari yang cerah, kancil tidak melihat satu pun buaya di
sungai. Sebuah kesempatan yang langka! Ia ingin duduk di sebuah batu di dekat bibir
sungai. Tanpa curiga kancil melompat ke batu dan berpikir bahwa hari masih terlalu pagi
buaya tak akan bangun sepagi ini.

6. Tipuan akan Menyerahkan Diri


Kancil menikmati udara sejuk pagi hari di batu tersebut sembari beberapa kali
meminum air sungai yang jernih. Ia tak menyadari bahwa sebenarnya para buaya sedang
menipunya. Para buaya sengaja tidak muncul di pagi hari agar memancingnya mendekat
ke air sungai. Dari kejauhan, para buaya mengawasi dan merencanakan akan muncul tiba-
tiba.
Rencana para buaya kali ini ialah dengan memunculkan satu buaya terlebih
dahulu sebelum akhirnya para buaya bersama-sama menyergap si Kancil. Hal tersebut
dilakukan untuk meminimalisir adanya tipu muslihat keji lain yang mungkin akan
dilakukan si kancil. Setelah merasa kancil sudah aman, salah satu buaya muncul diantara
batu dan bibir sungai.
Kancil begitu kaget dengan kemunculan satu buaya yang tak terduga tersebut.
Walaupun sebenarnya kancil sudah sangat panik, ia tetap berpikir bagaimana caranya ia
dapat lolos dari terkaman buaya. Buaya tersebut berusaha akrab dan meyakinkan kancil
bahwa ia tidak akan memakannya karena telah kenyang memakan banyak ikan pendatang
tadi malam.
Kancil tidak mempercayainya. Kancil berkata ia mengetahui rencana para buaya
dan ia rela dimakan oleh buaya. Kemudian kancil mempengaruhi buaya untuk memakan
dirinya seorang diri dan buaya setuju. Ketika buaya membuka mulutnya, kancil melompat
ke kepalanya dan melangkah sejauh-jauhnya ke bibir sungai. Kancil pun kembali lolos
dari cengkraman para buaya tersebut.
Pelajaran yang dapat dipetik dari kancil adalah kecerdikan dan kemauan yang
kuat. Pesan moralnya, kita jangan mudah berputus asa terhadap apa yang kita inginkan.
Pasti ada cara untuk mendapatkan keinginan tersebut. Pelajaran yang dapat dipetik dari
buaya adalah sifat gampang dibodohi dan mudah percaya tanpa meminta bukti yang
cukup jelas.

Anda mungkin juga menyukai