Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ALIFIA APRIZILA PUTRI

NIM : A1C019011

KELAS : A AKUNTANSI

A.Proses Penyusunan Anggaran

1. Dari atas ke bawah (Top-down)


Merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan sebelumnya dan
tidak berlandaskan teori yang jelas. Proses penyusunan anggaran dari atas ke bawah ini
secara garis besar berupa pemberian sejumlah uang dari pihak atasan kepada
para karyawannya agar menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk menjalankan
sebuah program. Terdapat 5 metode penyusunan anggaran dari atas ke bawah yaitu :
• Metode kemampuan (The affordable method) adalah metode di mana perusahaan
menggunakan sejumlah uang yang ada untuk kegiatan operasional dan produksi
tanpa mepertimbangkan efek pengeluaran tersebut.
• Metode pembagian semena-mena (Arbitrary allocation method) : Metode ini tidak
berdasar pada teori, tidak memiliki tujuan yang jelas, dan tidak membuat konsep
pendistribusian anggaran dengan baik.
• Metode persentase penjualan (Percentage of sales) : menggambarkan efek yang
terjadi antara kegiatan iklan dan promosi yang dilakukan dengan persentase
peningkatan penjualan di lapangan. Metode ini mendasarkan pada dua hal, yaitu
persentase penjualan dan sejumlah pengembalian yang diterima dari aktivitas
periklanan dan promosi yang dilakukan.
• Melihat pesaing (Competitive parity): karena sebenarnya tidak ada perusahaan
yang tidak mau tahu akan keadaan pesaingnya. Tiap perusahaan akan berusaha
untuk melakukan promosi yang lebih baik dari para pesaingnya dengan tujuan
untuk menguasai pangsa pasar.
• Pengembalian investasi (Return of investment) merupakan pengembalian
keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan terkait dengan sejumlah uang yang
telah dikeluarkan untuk iklan dan aktivitas promosi lainnya. Sesuai dengan arti
katanya, investasi berarti penanaman modal dengan harapan akan adanya
pengembalian modal suatu hari.
2. Dari bawah ke atas (Bottom-up)
Merupakan proses penyusunan anggaran berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan anggaran ditentukan belakangan setelah tujuan selesai disusun. Proses
penyusunan anggaran dari bawah ke atas merupakan komunikasi strategis antara tujuan
dengan anggaran. Terdapat 3 metode dasar proses penyusunan anggaran dari bawah ke
atas, yakni:
• Metode tujuan dan tugas (Objective and task method)
Dengan menegaskan pada penentuan tujuan dan anggaran yang disusun secara
beriringan. Terdapat 3 langkah yang ditempuh dalam langkah ini, yakni
penentuan tujuan, penentuan strategi dan tugas yang harus dikerjakan, dan
perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai tugas dan strategi tersebut.
• Metode pengembalian berkala (Payout planning)
Menggunakan prinsip investasi di mana pengembalian modal diterima setelah
waktu tertentu. Selama tahun pertama, perusahaan akan mengalami rugi
dikarenakan biaya promosi dan iklan masih melebihi keuntungan yang diterima
dari hasil penjualan. Pada tahun kedua, perusahaan akan mencapai titik impas
(break even point) antara biaya promosi dengan keuntungan yang diterima.
Setelah memasuki tahun ketiga, barulah perusahaan akan menerima keuntungan
penjualan. Strategi ini hasilnya dirasakan dalam jangka panjang.
• Metode perhitungan kuantitatif (Quantitative models) :
Menggunakan sistem perhitungan statistikik dengan mengolah data yang
dimasukkan dalam komputer dengan teknik analisis regresi berganda (multiple
regression analysis). Metode ini jarang digunakan karena kompleks dalam
pemakaiannya.
3. Gabungan Dua Pendekatan
Gabungan pendekatan top-down dan bottom-up meliputi kerja sama dan interaksi
manajer puncak dan manajer pusat pertanggungjawaban dalam menetapkan anggaran
merupakan cara terbaik bagi perusahaan. Anggaran disusun oleh setiap manajer pusat
pertanggungjawaban yang ada dalam perusahaan dengan berpedoman pada tujuan,
strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, kelemahan dari kedua pendekatan
terdahulu dapat dikurangi sampai sekecil-kecilnya sehingga bawahan merasakan bahwa
dirinya diperhitungkan dan efektivitas pelaksanaan anggaran dapat terjamin

B. Pendekatan yang digunakan Dalam Penyusunan Anggaran

1. Pendekatan Tradisional
Terdapat beberapa ciri utama dari pendekatan anggaran tradisional, yaitu:
• Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism:
Anggaran tradisional bersifat incrementalism berarti hanya menambah atau
mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya
dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan
besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
• Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item
Struktur anggaran ini didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan
pengeluaran. Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan
item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran.
• Cenderung sentralistis
• Bersifat spesifikasi
• Tahunan
• Menggunakan prinsip anggaran bruto
Metode anggaran tradisional ini, memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
• Hubungan yang tidak memadai antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.
• Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah
diteliti secara menyeluruh efektifitasnya
• Lebih berorientasi pada input daripada output
• Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara
keseluruhan sulit dicapai.
• Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran
modal/investasi.
2. Pendekatan Kinerja
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat
dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya
tolok ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pelayan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada
konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga
mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan
yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan.
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu,
anggaran digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan
pada pelaksanaan value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini cenderung
menolak pandangan anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan
dan campur tangan, pemerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka dan
cenderung boros (overspending).
3. Planning, Programming, And Budgeting System (Ppbs)
PBBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber
daya berdasarkan analisis ekonomi. PBBS ini ditujukan untuk membantu manajemen
pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Proses
implementasi PPBS, meliputi:
• Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
• Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang elah
ditetapkan
• Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari
masing-masing program
• Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil
• Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui
Karakteristik dari PPBS itu sendiri meliputi :
• Berfokus pada tujuan dan aktivitas untuk mencapai tujuan
• PBBS berorientasi pada masa depan
• Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi
• Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif dan program yaitu
identifikasi tujuan, identifikasi secara sistematik alternatif program untuk
mencapai tujuan, estimasi biaya total dari masing-masing alternatif program, dan
estimasi manfaat yang ingin diperoleh dari masing-masing alternatif program.
Sedangkan Kelemahan PBBS meliputi :
• PBBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, dan staf
yang memiliki kapabilitas tinggi.
• Implementasi PBBS membutuhkan biaya yang besar.
• PBBS sulit untuk diimplementasikan.
• PBBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan
manusia yang kompleks.
4. Zero Based Budgeting (Zbb)
Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada
pada sistem anggara tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep
Zero Based Budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan line-item karena
anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-base). ZBB tidak berpatokan pada anggaran
tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan anggaran didasarkan
pada kebutuhan saat ini. Proses implementasi ZBB terdiri dari tiga tahap, yaitu:
• Identifikasi unit-unit keputusan
Struktur organisasi pada dasarnya terdiri dari pusat-pusat pertanggungjawaban
(responsibility center). Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang
berbasis pusat pertanggung jawaban sebagai dasar perencanaan dan pengendalian
anggaran.
• Penentuan paket-paket keputusan
Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai bagian dari
aktivitas organisasi atau fungsi yang dapat dievaluasi secara individual. Paket
keputusan dibuat oleh manajer pusat pertanggungjawaban dan harus
menunjukkan secara detail estimasi biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam
bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat.
• Meranking dan mengevaluasi paket keputusan Jika paket keputusan telah
disiapkan, tahap berikutnya adalah meranking semua paket berdasarkan
manfaatnya terhadap organisasi.
Kelemahan ZBB yaitu :
• Prosesnya memakan waktu lama, terlalu teoritis, dan tidak prakt
• ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
• Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju
• Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan mereview
paket keputusan

C. Karakteristik Perusahaan Manufaktur


Manufacturing company memiliki beberapa ciri tertentu yang tidak terdapat pada
industri lainnya, adapun beberapa ciri-ciri perusahaan manufaktur ialah sebagai berikut:
a. Proses Pengolahan Produk
Kegiatan perusahaan ini dilakukan dengan pengolahan bahan mentah menjadi suatu
barang jadi dimana prosesnya membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar. Barang
siap jadi tersebut kemudian dijual ke konsumen melalui proses pemasaran.
b. Mesin Berskala Besar
Kegiatan produksi pada manufacturing company menggunakan mesin-mesin dan
peralatan dengan skala besar agar dapat menghasilkan suatu produk dalam jumlah
tertentu dan kualitas tertentu. Namun kegiatan produksi masih tetap membutuhkan tenaga
manusia yang profesional untuk mengendalikan mesin-mesin dan peralatan tersebut.
c. Biaya Produksi
Agar dapat menghasilkan produk jadi berkualitas dengan jumlah besar maka dibutuhkan
biaya yang besar pula untuk mendukung kegiatan produksi. Biaya tersebut ialah untuk
pengadaan bahan baku, biaya tenaga kerja, perawatan mesin dan lain-lain. Meskipun
biaya produksi dalam industri ini sangat besar, namun potensi keuntungan yang dapat
dihasilkan pun jumlahnya sangat besar.
d. Proses Produksi
Kegiatan produksi pada perusahaan manufaktur pada umumnya sangat kompleks
sehingga membutuhkan pembagian tugas dan koordinasi yang baik antar divisi. Misalnya
tenaga operator mesin bekerja memastikan mesin bekerja sesuai fungsinya, sedangkan
bagian quality control bekerja memastikan produk yang dihasilkan sesuai standar dan
layak dijual ke pasar.
e. Pemasaran dan Penjualan
Kegiatan produksi akan sangat berkaitan dengan proses pemasaran dan penjualan produk.
Tanpa adanya pemasaran dan penjualan yang baik maka proses produksi akan mengalami
masalah. Perusahaan manufaktur umumnya melakukan berbagai upaya pemasaran
semaksimal mungkin agar penjualan produknya meningkat. Bahkan seringkali
perusahaan mengeluarkan biaya yang besar untuk melakukan kegiatan promosi agar
produknya lebih dikenal masyarakat dan menarik minat konsumen untuk membeli.

D. Struktur Biaya Pada Perusahaan Manufaktur :

1. Jenis dan Pengelompokan biaya :


• Biaya Bahan Baku, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang
digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi tertentu.
• Biaya Tenaga Kerja Langsung, biaya yang dikeluarkan untuk membayar pekerja
yang terlibat secara langsung dalam proses produksi.
• Biaya Overhead, biaya-biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga
kerja langsung tetapi juga tetap dibutuhkan dalam proses produksi.
o Biaya Bahan Penolong, bahan tambahan yang dibutuhkan menghasilkan
suatu produk tertentu.
o Biaya Tenaga Kerja Penolong (Tenaga Kerja Tidak Langsung), pekerja
yang dibutuhkan dalam proses menghasilkan suatu barang tetapi tidak
terlibat secara langsung di dalam proses produksi.
o Biaya Pabrikase Lain, biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu produk selain biaya bahan penolong dan biaya tenaga
kerja penolong.
• Biaya Pemasaran, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendistribusikan
barang dagangannya hingga sampai ke tangan pelanggan.
• Biaya Administrasi dan Umum, biaya yang dikeluarkan untuk keseluruhan biaya
operasi kantor.
Biaya-biaya tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok biaya yaitu :
➢ Biaya Produksi :
o Biaya Bahan Baku Langsung
o Biaya Tenaga Kerja Langsung
o Biaya Overhead
➢ Biaya Operasional/Komersial
o Biaya Pemasaran
o Biaya Administrasi dan Umum
2. Aliran Biaya
Proses aliran biaya dimulai dengan menilai bahan baku yang digunakan dalam proses
manufaktur. Aliran biaya kemudian pindah ke persediaan barang dalam proses. Biaya mesin
dan tenaga kerja yang terlibat dalam produksi serta biaya overhead ditambahkan. Aliran
biaya selanjutnya bergerak ke tahap persediaan di mana barang jadi disimpan sampai
mereka dijual. Setelah penjualan barang, aliran biaya akhirnya pindah ke harga pokok
penjualan. Ada beberapa metode untuk menghitung aliran biaya. Ini termasuk metode last
in, first out (LIFO); first in, first out (FIFO); metode biaya rata-rata tertimbang; dan metode
identifikasi spesifik.
3. Prilaku Biaya
• Biaya variabel, biaya yang akan berfluktuasi sejalan dengan perubahan tingkat
aktivitas perusahaan. Tingkat aktivitas dapat berupa volume produksi, volume
pemasaran, jumlah jam kerja, ataupun ukuran aktivitas yang lain. Yang termasuk
dalam kelompok ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
sebagian biaya overhead pabrik, sebagian biaya pemasaran.
• Biaya tetap, biaya yang relatif tidak akan berubah walaupun terjadi perubahan
tingkat aktivitas dalam batas tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
sebagian biaya overhead, sebagian biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan
umum.
• Biaya Semi Variabel, biaya yang sebagian mengandung komponen variabel dan
sebagian lagi mengandung sifat tetap.

Anda mungkin juga menyukai