Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

AGAMA
ISLAM
( MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAM MODERN)

HAM DALAM PERSPEKTIF


ISLAM

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

14
FEB MANAJEMEN U001700001 H. JAZULI SURYADHI. M.Si

Abstract Kompetensi
Islam sebagai ajaran yang Dalam perkuliahan ini mahasiswa
komprehensif telah meng-ajarkan mampu :

kepada umatnya akan HAM. Hal ini 1. Menyebutkan pengertian dan

tercermin dalam tujuan makna HAM

disyari’atkannya Islam untuk 2. Menguraikan Islam dan

memelihara agama, memelihara Konsep HAM

jiwa, memelihara akal, memelihara 3. Menguraikan HAM dalam al-

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


1 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kehormatan atau keturunan, dan Quran
memelihara harta. Tujuan tersebut 4. HAM dalam Piagam
senada dengan pengertian HAM Madinah
sebagai seperangkat hak yang
melekat pada diri manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang bersifat
universal yang wajib dihor-mati serta
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan dan
perlindungan harkat dan martabat
manusia. Sehingga Islam dan HAM
adalah satu kesatuan yang tak
terpisahkan dengan bersumber pada
al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber
ajaran agama Islam. Dunia Barat
juga memiliki konsep tentang HAM
dengan formulasi HAM PBB yang
bersifat sekular sehingga
menimbulkan perbedaan pandangan
di kalangan umat Islam, yaitu
pandangan yang menolak secara
total konsep HAM PBB, pandangan
yang menerima total HAM PBB,
serta pandangan yang terakhir
dengan pandangan yang ambigu.

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


2 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pembahasan
BAB 14
ISLAM DAN HAK AZASI MANUSIA

TUJUAN ISTRUKSIONAL KHUSUS


Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan mampu :
5. Menyebutkan pengertian dan makna HAM
6. Menguraikan Islam dan Konsep HAM
7. Menguraikan HAM dalam al-Quran
8. HAM dalam Piagam Madinah.

DISKRIPSI SINGKAT
Dalam perkuliahan ini anda akan mempelajari pengertian dan makna entrepreneur dalam
Islam, ciri-ciri seorang entrepreneur Islami, etika berbisnis dalam Islam dan Manajemen
Islami yang diterapkan oleh seorang entrepreneur.
BAHAN BACAAN :
1. Kosasih, Ahmad. 2003. HAM dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Diniyah.
2. Maulana, Makhrur Adam. 2015. Konsepsi HAM dalam Islam: Antara Universalitas dan
Partikularitas. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
3. Mulia, Siti Musdah. 2010. Islam dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Naufan Pustaka.
4. Syaukat, Syekh. 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
14. 1. Pengantar Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Islam
Hak asasi manusia (HAM) bukanlah suatu istilah yang baru di dalam masyarakat
kontemporer. Dewasa ini masyarakat semakin familiar dengan istilah tersebut. Baik
masyarakat tingkat atas atau tingkat bawah mulai akrab membicarakan permasalahan HAM.
Media menjadi salah satu faktor semakin dikenalnya istilah ini.
Hak Asasi Manusia dikenal di berbagai agama samawi meskipun dengan istilah yang
berbeda, tidak terkecuali Islam. Islam sangat menjunjung tinggi hak asasi setiap manusia,
meskipun di dalam praktiknya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup mencolok antara
HAM menurut Islam dan HAM menurut Barat. Perbedaan itu kadangkala menjadi polemik
dan menjadi bahan untuk menyerang umat Islam. Kendati dalam kenyataannya perbedaan itu
bukanlah sebuah masalah yang besar, karena Islam di dalam kitab sucinya dengan jelas
menghormati hak asasi manusia.

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


3 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
14.2. Pengertian dan Sejarah Hak Asasi Manusia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak asasi diartikan sebagai hak dasar atau
hak pokok seperti hak hidup dan mendapatkan perlindungan. Hak asasi manusia adalah hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya dan
karean itu bersifat suci. Sementara Jan, Materson mengartikan hak asasi manusia sebagai hak
yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya manusia mustahil hidup sebagai manusia.
Asal mula konsep modern tentang HAM dikaitkan dengan filsafat stoics. Zeno, pendiri
paham filsafat ini mengajukan teori hukum alam di mana manusia sebagai makhluk hidup
dikatakan memilki beberapa hak universal di mana saja dan pada kondisi apa saja ia berada.
Bangsa Romawi, di bawah pengaruh filsafat ini juga mulai memberi tekanan pada HAM
dengan munculnya Kristen di Roma maka hak-hak ini diterjemahkan dalam konteks agama
dan sumbernya dari Tuhan.
Setelah Abad Kegelapan Eropa, contoh pertama konsep HAM disebutkan dari Inggris ketika
Piagam Magna Carta dikeluarkan pada tahun 1215 M. Asal mula Magna Carta adalah sebuah
perjanjian antara raja dan baron, untuk mengadakan perlindungan terhadap hak-hak istimewa
para Baron. Hak ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan hak-hak manusia yang
sesungguhnya. Hanya saja, setelah waktu yang lama Magna Carta akhirnya ditafsirkan ke
dalam konteks HAM.
Konsep hak-hak manusia yang alami muncul pada abd-ke-17 sebagai suatu kekuatan
pertahanan dari kekuasaan absolut. Hasil pergerakan yang dipengaruhi oleh Rousseau dan
lainnya ini merupakan penggabungan dari berbagai hak manusia yang tercanangkan pada
beberapa konstitusi berbagai negara dan akhirnya terwujud dalam Universal Declaration of
Human Rights(UDHR) oleh PBB pada 10 Januari 1948.
Deklarasi yang terdiri dari 30 pasal ini sebenarny telah ditetapkan Islam jauh lebih dahulu
bagi tiap-tiap insan sebagai umat manusia. Hal ini kemudian diikuti oleh beberapa perjanjian
regional dan internasional oleh beberapa negara Eropa dan Amerika pada aspek yang penting,
yaitu pembentukan pengadilan internasional untuk menangani kasuk-kasus HAM.
14.3. Konsep HAM dalam Islam
Terdapat perbedaan mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan HAM dalam
konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh dunia Internasional. HAM dalam Islam
didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sementara dunia
Barat percaya bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh hukum-hukum negara atau
sejumlah otoritas yang mencukupi untuk tercapainya aturan-aturan pblik yang aman dan
perdamaian universal. Perbedaan lain yang mendasar juga terlihat dari cara memandang

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


4 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
HAM itu sendiri. Di Barat perhatian kepada  individu-individu dari pandangan yang bersifat
anthroposentris, di mana manusia merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu. Sedangkan
dalam Islam, menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi
dan manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya.
Berdasarkan pandangan yang bersiifat anthroposentris tersebut maka nilai-nilai utama
dari kebudayan Barat seperti demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan ekonomi sebagai
perangkat yang mendukung tegaknya HAM itu berorientasi kepada penghargaan terhadap
manusia. Berbeda keadaannya pada dunia Islam yang bersifat theosentris, larangan dan
perintah lebih didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber dari al-Quran dan Hadis. Al-
Quran menjadi  transformasi dari kualitas kesadaran manusia. Manusia diperintahkan untuk
hidup dan bekerja dengan kesadaran penuh bahwa ia harus menunjukkan kepatuhannya
kepada kehendak Allah. Oleh karena itu mengakui hak-hak natar manusia adalah sebuah
kewajiban dalam rangka kepatuhan kepada-Nya.
Dalam perspektif Barat manusia ditempakan dalam suatu setting di mana
hubungannya dengan Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia dinilai hanya
sebagai perolehan alamiah sejak kelahiran. Sementara HAM dalam perspektif Islam dianggap
dan diyakini sebagai anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap individu akan merasa
bertanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian, penegakan HAM dalam Islam tidak
hanya didasarkan kepada aturan-aturan yang bersifat legal-formal saja tetapi juga kepada
hukum-hukum moral dan akhlaqul karimah.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di dalam masyarakat,
Islam mempunyai ajaran yang disebut amar ma’ruf nahi munkar . Islam mengajarkan tiga
tahapan dalam menjalankan ajaran tersebut: (1) melalui tangan (kekuasaan), (2) melalui lisan
(nasihat), (3) melalui gerak hati nurani, yaitu membenci kemungkaran sambil mendoakan
agar pelakunya sadar. Sehingga untuk mengatasi mengatasi terjadinya pelanggaran HAM,
Islam tidak hanya melakukan tindakan represif teatapi lebih menekankan tindakan preventif.
Sebab, tindakan represif cenderung berpijak hanya pada hukum legal-formal yang
mengandalkan bukti-bukti yang bersifat material semata. Sedangkan tindakan preventif tidak
memerlukan adanya bukti secara hukum.

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


5 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perbedaan antara HAM Barat dan Islam
HAM Universal Declaration of
Human Rights HAM menurut Islam
Bersumber pada pemikiran filosofi Bersumber pada ajaran al-Quran dan
semata. Sunnah Nabi Muhammad.
Bersifat antrophosentris. Bersifat Theosentris.
Lebih mementingkan hak daripada
kewajiban. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Lebih bersifat individualistik. Kepentingan sosial diperhatikan.
Manusia dilihat sebagai makhluk yang
dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan, dan oleh
Manusia dilihat sebagai pemilik karena itu mereka wajib mensyukuri dan
sepenuhnya hak-hak dasar. memeliharanya.

14.4. Hak Asasi Manusia di dalam al-Quran


Tidak diragukan lagi bahwa al-Quran memberikan penjelasan-penjelasan tentang
petunjuk, dan pembeda di antara yang hak dan bathil. Manusia dipilih untuk mengemban
amanah Allah di bumi, kepadanya Allah amanatkan berbagai tugas dan tanggung jawab
untuk melakukan reformasi dan mencegah macam tindakan pengrusakan. Untuk
terlaksananya tugas dan tanggung jawab dalam misinya sebagai khalifah, kepadanya Allah
memberikan sejumlah hak yang harus dipelihara dan dihormat. Hak-hak itu bersifat sangat
mendasar, dan diberikan langsung oleh Allah sejak kehadirannya di muka bumi.
Berikut  beberapa  hak-hak asasi yang terdapat dalam al-Qur’an:

1. Hak untuk Hidup


Hak yang pertama kali dianugerahkan Islam di antara HAM lainny adalah hak untuk
hidup dan menghargai hidup manusia. Islam memberikan jaminan sepenuhnya bagi etiap
manusia, kecuali tentu saja jika ada alasan yang dibenearkan. Prinsip tentang hak hidup
tertuang dalam dua ayat al-Quran:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar.” (Q.S Al-Isra’:33)
“Dan Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan suatu (sebab) yang benar.” (al-An’am: 151)

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


6 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dua ayat di atas membedakan dengan jelas antara pembunuhan yang bersifat kriminal,
dengan pembunuhan untuk menegakkan keadilan. Untuk menegakkan keadlian hanya
pengadilan yang berwenang saja yang berhak memutuskan apakah seseorang harus
kehilangan haknya untuk hidup atau tidak. Oleh karena itu haruslah berlaku prinsip peradilan
yan gjujur dan tidak memihak.

2. Hak Kepemilikan Pribadi


Berkaitan dengan kepemilikan pribadi ini Islam sangat mengharagai hak-hak
kepemillikan pribadi seseorang. hal ini tercermin dari adanya persyaratan hak milik untuk
kewajiban zakat dan pewarisan. Seseorang juga diberi hak untuk mempertahankan hak
miliknya dari gangguan orang lain. Bahkan, jika ia mati ketika membela dan
mempertahankan hak miliknya itu maka ia dipandang sebai syahid.
Salah satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya hak milik terdapat pada Q.S.
an-Nisaa ayat 29 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan jalan
yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka.
Ayat tersebut mengingatkan agar dalam memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam dan
lingkungan itu, seseorang harus menghormati pula kepentingan orang lain. Dengan kata lain,
ia harus menempuh cara yang halal dan bukan melalui cara yang haram.

3. Persamaan Hak dalam Hukum


Agama Islam menekankan persamaan seluruh umat manusia di mata Allah, yang
menciptakan manusia dari asal yang sama dan kepadaNya semua harus taat dan patuh. Islam
tidak mengakui adanya hak istimewa yang berdasarkan kelahiran, kebangsaan, ataupun
halangan buatan lainnya yang dibentuk oleh manusia itu sendiri. Kemuliaan itu terletak pada
amal kebajikan itu sendiri.
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari sesorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulai di antara kamu di sisi Allah ialah orang
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (al-Hujarat: 13)
Agama Islam menganggap bahwa semua manusia itu sama dan merupakan anak keturunan
dari nenek moyang sama. Dalam Haji wada’nya, Nabi mendeklarasikan hal tersebut bahwa
“Orang Arab tidak mempunyai keunggulan atas orang non-Arab, begitu juga orang non-Arab

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


7 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tidak mempunyai keunggulan atas orang Arab.demikian juga orang kulit putih tidak memiliki
keunggulan atas orang kulit hitam dan sebaliknya. Semua adalah anak keturunan Adam dan
Adam diciptakan dari tanah liat” Agama Islam telah menhancurkan diskriminasi terhadap
kasta, kepercayaan, perbedaan warna kulit, dan agama. Rasulullah tidak hanya secara lisan
menegakkan hak persamaan ini, namun juga telah memperhatikan pelaksanaanya selama
beliau hidup.

4. Hak Mendapatkan Keadilan


Hak mendapatkan keadilan merupakan suatu hak yang sangat penting di mana agama
Islam telah menganugerahkannya kepada setiap umat manusia. Sesungguhnya agama Islam
telah datang ke dunia ini untuk menegakkan keadilan, sebagaimana al-Quran menyatakan:
“Dan Aku perintahkan supaya berlaku adil di antara kamu” (Q.S Asy-Syura: 15)
Umat Islam diperintahkan supaya menjungjung tinggi keadilan meskipun kepentingan
mereka sendiri dalam keadaan bahaya
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadlilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahun kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jikakamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (an-Nisa: 135).

5. Hak untuk Mendapatkan Pendidikan


Salah satu dari hak asasi yang terpenting adalah hak untuk memperoleh pendidikan.
Tidak seorangpun dapat dibatasi haknya untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan dan
pendidikan, sepanjang ia memenuhi kualifikasi untuk itu. Ajaran Islam tidak saja
menegakkan sendi kemerdekaan belajar, lebih dari itu Islam mewajibkan semua orang Islam
untuk belajar.
Pentingnya pendidikan dan pengetahuan tertuang dalam surat at-Taubah ayat 122:
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, sehingga mereka waspada.”
Landasan ayat lain yang meninggikan pentingnya pendidikan ada di dalam surat al-Mujadilah
ayat 11, yang memiliki arti:

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


8 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

6. Hak untuk memperoleh kebutuhan hidup atau hak ekonomi.


Berbicara tentang hak ekonomi, Islam telah mengajarkan kepada setiap individu
untuk dapat memenuhi kebutuhan pribadinya dan keluarganya sesuai dengan prestasi hidup
skill yang dimiliki. Namun, di balik harta yang dimilikinya itu, di dalamnya terkandung hak
orang lain, khususnya kalangan dhua`fa dari golongan fakir miskin, yang dikeluarkan
melalui zakat, infak, dana sedekah (ZIS). Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT QS.
51 (adz-Dzariyat) : 19, yaitu:

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak-hak orang miskin yang tidak
mendapat bahagian.”

Pesan ayat tersebut menyatakan dan menegaskan bahwa siapapun yang minta
pertolongan dan siapapun yang menderita kesulitan mempunyai hak atas bagian harta benda
dan kekayaan seorang muslim, tanpa melihat apakah ia berasal dari bangsa ini, atau itu, dari
negara manapun dan dari ras manapun ia berasal.

Selain itu, Islam memberikan jaminan perlindungan dan keamanan terhadap eksistensi
harta kekayaan masing-masing individu, khususnya terhadap harta benda yang diperoleh
secara legal dan sah menurut hukum. Termasuk di dalamnya hak-hak untuk dapat menikmati
dan mengkonsumsi harta, hak untuk investasi dalam berbagai usaha, hak untuk mentransfer,
serta hak perlindungan individu lain tinggal di atas tanah miliknya.

7. Hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan.

Islam secara tegas melarang praktek perbudakan, dalam bentuk orang yang merdeka
menjadi hamba sahaya, kemudian diperjualbelikannya. Sebagaimana telah dijelaskan oleh
Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Ibn
Majah yang bersumber dari `Amr bin `Ash, yaitu: Ada tiga kategori manusia yang aku sendiri
akan menggugatnya pada hari kiamat. Di antaranya adalah mereka yang menyebabkan
seorang yang merdeka menjadi hamba sahaya, lalu menjualnya dan memakan uang hasil
penjualannya.

Perbudakan di Arabia dapat dituntaskan dalam kurun waktu 40 tahun. Dimulai oleh
Rasulullah SAW telah membebaskan sebanyak 63 hamba sahaya, `Aisyah RA telah

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


9 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membebaskan 67 orang, Abadullah bin Abbas membebaskan 70 orang , Abdullah bin `Umar
telah memerdekakan sebanya 1000 orang, dan Abdurrahman ash-Shahra telah memerdekakan
30.000 orang. Selanjutnya diikuti oleh para sahabat yang lain yang telah membebaskan
hamba sahaya dengan jumlah yang lebih banyak.

8. Kebebasan berpendapat dan berekspresi.

Islam menganugerahkan hak kebebasan untuk berfikir dan hak untuk mengungkapkan
pendapat kepada seluruh umat manusia. Kebebasan berekspressi ini tidak hanya diberikan
kepada warga negara ketika melawan tirani, namun juga bagi setiap individu untuk bebas
mengeluarkan pendapat dan sekaligus mengekspressikannya berkait dengan berbagai
masalah. Tentunya kebebasan berpendapat di sini berkait dengan upaya untuk
mensosialisasikan perbuatan kebaikan dan kebajikan, dan berupaya untuk menghimbau dan
mengantisipasi berbagai perbuatan kejahatan dan kezaliman.

Rasulullah SAW selama hidupnya telah memberikan kebebasan kepada para


sahabatnya untuk mengungkapkan pendapat sekalipun berbeda dengan pendapat pribadi
beliau. Rasululah SAW telah menempa kepribadian para sahabat sedemikian rupa sehingga
mereka dapat mengekspressikan perbedaan pendapat tanpa ragu-ragu. Sebagai contoh: ketika
Rasulullah SAW meminta para sahabat untuk melawan musuh di dalam kota Madinah. Para
sahabat berpendapat bahwa posisi para sahabat mesti di lokasi medan pertempuran Uhud.
Pendapat para sahabat ini kemudian dipilih oleh Rasululah SAW bahwa posisi umat Islam
dan Rasulullah dalam menghadapi musuh pada perang Uhud berada di lokasi jabal uhud
bukan di dalam kota Madinah.

Sebagai contoh kasus lain, Rasulullah mengajak bermusyawarah dan ber dialog
dengan para sahabatnya berkait dengan perlakuan terhadap para tawanan perang Badar.
Ketika itu, ada dua pendapat sahabat senior yang muncul, pendapat Abu Bakar Siddiq dan
pendapat Umar bin Khattab. Abu Bakar mengajukan pendapatnya, untuk mengambil tebusan
(fidyah) dari para tawanan itu. Sedangankan Umar bin Khattab berpendapat lebih tegas,
bahwa para tawanan Badar itu harus dibunuh. Menyikapi dua pendapat tersebut, Rasulullah
berijtihad, dengan memilih pendapat Abu Bakar Siddiq (menerima tebusan dari para tawanan
perang Badar itu). Di samping itu, tradisi politik yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar
Siddiq dan Khalifah Umar bin Khattab biasa mengundang kaum muslimin untuk meminta
kritik mereka terhadap berbagai kebijakannya tanpa ragu-ragu.

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


10 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
14.5. Hak Asasi Manusia Dalam Piagam Madinah
            Perjuangan panjang masyarakat barat dalam menegakkan Hak Asasi Manusia yang
ditandai dengan munculnya Magna Charta hingga Universal Declaration of Human Right,
ternyata telah terlebih dahulu di dahului umat Islam, yaitu dengan adanya Piagam Madinah
yang menjadi tonggak awal berdirinya Negara Islam di bawah panji Islam.
            Piagam Madinah, yang merupakan piagam tertulis pertama di dunia ini telah
meletakkan dasar-dasar Hak Asasi Manusia yang berlandaskan Syari’at Islam. Pada awal
pembukaan Piagam Madinah telah disebutkan bahwa semua manusia itu adalah umat yang
satu, yang dilahirkan dari sumber yang sama, jadi tidak ada perbedaan antara seorang dengan
orang lain dalam segala hal. Namun dalam islam ada satu hal yang membuat seorang
dianggap lebih tinggi derajatnya dimata Allah, yaitu kadar imannya, jadi bukan dilihat dari
warna kulit, suku, ras, Negara dan jenis kelaminnya, namun kadar iman seseorang itu yang
membedakannya dengan orang lain.

          Selain adanya persaman hak diantara setiap manusia, Piagam Madinah juga
mengakomodasi adanya kebebasan (yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan yang
masih dalam ruang lingkup syari’ah) yang berbeda dengan kebebasan yang terdapat dalam
undang-undang lain pada masa sekarang ini, yang mengedepankan hawa nafsu manusia
daripada ketentuan syari’at.
            Dalam masalah kebebasan ini, yang dengannya terjaminlah segala kemaslahatan
manusia dari segala bentuk penindasan, ketakutan, dan perbudakan. Selain itu, kebebasan
juga menjadikan manusia seperti apa yang dikehendaki Allah SWT, sebagai khalifah Allah di
bumi ini dan hambanya sekaligus.
            Dari uraian diatas dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa Hak Asasi Manusia yang
dimaksud oleh Piagam Madinah adalah Persamaan antara setiap individu manusia dalam
segala segi kehidupan bermasyarakat, dan juga kebebasan manusia dalam beragama dan
hormat-menghormati antar pemeluk agama, Hak-hak politik yang di tandai dengan adanya
persamaan hak antara setiap manusia di muka hukum dan social politik.
 
Asas Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah
            Hikmah dari kemanusiaan yang ada dalam Islam adalah; Persaudaraan, Kebebasan
dan Persamaan. Dan Islam, menyeru kepada ketiganya itu, menempatkannya dalam
gambaran yang nyata, dan melindunginya dengan akidah dan syari’atnya dengan kuat,

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


11 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan tidak hanya mencantumkannya dalam hukum-hukumnya sebagai syair-syair, bahkan
Islam telah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari para umatnya
            Ada dua asas yang sangat mendasar dalam Piagam Madinah, yang tidak terdapat di
Negara manapun kecuali Negara yang didirikan dengan dasar agama, pertama, kebebasan
beragama, kedua, adalah asas yang mendasari adanya pemikiran kemanusiaan dan
persaudaraan, asas yang melindungi persamaan hak dan persamaan kewajiban atas segenap
individu dari seluruh warga Negara.[41]
            Pada hakikatnya Piagam Madinah itu mempunyai empat rumusan utama, yang
merupakan inti dari keseluruhan pasal yang ada, yaitu;
a.       Persatuan umat Islam dari berbagai kabilah menjadi umat yang satu.
b.      Menumbuhkan sikap toleransi dan tolong-menolong antara komunitas masyarakat
yang baru.
c.       Terjaminnya kemanan dan ketentraman Negara, dengan diwajibkannya setiap
individu untuk membela Negara.
d.      Adanya persamaan dan kebebasan bagi semua pemeluk agama, dalam kehidupan
sehari-hari bersama masyarakat muslim.
            Dari sini, dapat disimpulkan bahwa Hak Asasi Manusia yang terkandung dalam
Piagam Madinah adalah;
1.      Persamaan,
2.      Kebebasan beragama,
3.      Hak Ekonomi,
4.      Dan Hak hidup.

14.6. Kajian Kasus :

Carilah dan uraikan satu kasus pelanggaran HAM di Indoensia, bagaimana menurut
pandangan Islam ?

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


12 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

1. Kosasih, Ahmad. 2003. HAM dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Diniyah.


2. Maulana, Makhrur Adam. 2015. Konsepsi HAM dalam Islam: Antara Universalitas dan
Partikularitas. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
3. Mulia, Siti Musdah. 2010. Islam dan Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Naufan Pustaka.
4. Syaukat, Syekh. 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
5.

2018 KULIAH AGAMA ISLAM


13 H. JAZULI SURYADHI. M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai