Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FILSAFAT, AGAMA, ETIKA DAN HUKUM

ETIKA BISNIS & PROFESI

Disusun oleh :

Hariyanto (19040038)

DOSEN PENGAMPUH:

FATHUL HILAL SE, MM

UNIVERSITAS PROF. DR HAZAIRIN, SH BENGKULU

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

  Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Etika Profesi. Ucapan terima kasih pun tidak lupa kami ucapkan kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
masukan maupun kritikan dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kita, kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa
untuk dapat memahami dan mempelajari tentang Teori etika. Sekian dan terima kasih.

Wa’alaikumsalam Wr Wb

Bengkulu , 02-04-2020
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................................1

Daftar Isi ..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3

Latar Belakang Masalah .............................................................................................4

Rumusan Masalah........................................................................................................4

BAB  II  PEMBAHASAN............................................................................................... 5

Hakikat  filsafat..........................................................................................................5

Hakikat agama.................................................................................................. ........5

Hakikat etika..................................................................................................... ........6

Hakikat nilai...................................................................................................... .......7

Hubungan agama, etika dan  nilai.............................................................................8

Hukum etika, dan etiket............................................................................................9

BAB  III  PENUTUP.................................................................................................... ..10

A. Kesimpulan....................................................................................................... ...10

B.      Saran................................................................................................................... 10

DAFTAR  PUSTAKA....................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah filsafat sudah cukup dikenal sejak zaman dahulu. Meski begitu, untuk mulai
mendefinisikannya ternyata bukan perkara mudah, bilah dilihat dari arti katanya,  filsafat berasal
dari dua kata yunani philo dan shopia. Philo berarti cinta, sedangkan shopia berarti bijaksana.
Dengan demikian philoshopia berarti cinta terhadap kebijaksanaan, namun untuk membuka
pemahaman lebih lanjut tentang filsafat, ada baiknya dimulai dengan mengutik pertanyaan
suryasumantri yang membedakan antara pengetahuan (ilmu) dengan filsafat. Pengetahuan
dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu, dan filsafat di mulai dari
keduanya. Selanjutnya, suryasumantri mengutik pertanyaan will duranp yang mengumpamakan
filsafat sebagai pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri
(mewakili ilmu pengetahuan). Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan. Setelah pantai dapat direbut oleh pasukan marinir (filsafat) sedangkan maka pasukan
marinir akan pergi dan selanjutnya tugas pasukan infanteri (ilmu pengetahuan untuk
menyempurnakan tempat yang telah direbut tersebut. Untuk dapat lebih memperjelas perbedaan
filsafat dengan ilmu pengetahuan, atau untuk membedakan suatu cabang ilmu dengan cabang
ilmu lainnya, dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu (a) objek yang dikaji (ontologis), (b) prosedur /
metode untuk mengkajinya (epistemologis), (c) tujuan penggunaan filsafat / ilmu itu sendiri
(oksiologis).

1.2 Rumusan Masalah

1.      apa hubungan antara agama , etika, dan nilai ?


2.      apa persamaan dan perbedaan antara hukum, etika, dan etiket ?
BAB  II
PEMBAHASAN

A.     Hakikat filsafat
Secara etimologis, ( harfiah ), kata filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu “ fhilia atau
fhilien” yang artinya cinta atau mencintai dan “ sofhos” yang artinya  hikmah, kearifan atau
kebijaksanaan. Jadi dapat diartikan mencintai hikma atau kearifan, atau mencintai kebijaksanaan.
Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang menempati posisi sebagai induk
pengetahuan. Filsafat juga diartikan mencari sebuah kebenaran, karakteristik utama berfikir
filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Sifatnya menyeluruh
artinya mempertanyakan hahekat keberadaan, dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri
sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan persektif dari bidang perbidang atau sepotong-
sepotong. 
Menurut suriasumitra (2000), pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga
segi, yaitu : apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah  (logika), mana yang diangga baik
dan  mana yang dianggap  buruk (etika), serta mana yang dianggap indah dan mana yang
dianggap jelek (estetika). Itu sebabnya filsafat dikatakan sebagai induk  dari seluruh cabang ilmu
pengetahuan dan seni.

B.     Hakikat agama
Untuk memperolah pemahaman tentang agama, dibawah ini dikutip beberapa pengertian dan
definisi tentang agama.
1.      Agus M. harjana (2005) mengutip pengertian agama dari Ensiklopedi Indonesia karangan
Hasan Shandily.agama berasal dari bahasa sangsakerta : a berarti tidak , gam berarti  pergi,dan a
besifat atau keadaan.  Jadi istialah agama berarti : bersifat tidak pergi,tetap lestari, kekal dan
tidak berubah. Dengan demikian agama adalah pegangan atau pedoman bagi manusia utuntuk
mencapai hidup kekal.
2.      Faud farid ismail dan Abdul hamid mutawalli (2003) menjelaskan bahwa agama adalah
satu bentuk ketetapan  ilahi yang mengarahkan mereka  yang berakal dengan pilihan mereka
sendiri terhadap ketetapan ilahi itu tersebut kepada kebaikan hidup didunia dan kabahagian hidup
di akhirat.
4
3.      Abdul kadir Muhammad (2006)memberikan dua rumusan agama, yaitu : (a) menyangkut
hubungan antara manusia dengan suatu kesukaan luar yang lain dan lebih  dari pada yang
dialami oleh manusia, dan (b) apa yang disyariatakan Allah dengan perantara para nabi-Nya,
berupa perinta dan laranganya serta petunjuk untuk kebaikan di dunia dan di akhirat.
Dari beberapa  definisi  diatas, dapat dirinci rumusan agama berdasar unsur-unsur penting
sebagai berikut :  
1.      Hubungan manusia degan suatu yang tak terbatas, yang transcendental,yang ilahi ( tuahan
yang maha esa )
2.      Berisi pedoman dan tingka laku ( dalam bentuk larangan dan perintah ),nilai-nilai dan
norma-norma yang diwahyukan langsungoleh ilahi melalui nabi-nabi.
3.      Untuk kebahagian hdup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.
Sebenarnya  dalam pengertian agama tercakup unsure-unsur  utama sebagai berikut :
1.      Ada kitab suci.
2.      Kitab suci ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari tuhan
3.      Ada suatu lembaga yang membina, menuntun ummat manusia, degan menafsirkan kitap suci
bagi kepentingan ummatnya.
4.      Setiap agama berisi tentang ajaran dan pedoman penting :
a.       Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan.
b.      Susila, upacara, atau tata etika.
c.       Ritual,upacara, atau tata cara beribadat.
d.      Tujuan agama.

C.     Hakikat etika
Etika barasal dari kata yunani yaitu berasal dari kata ethos  (bentuk tunggal)yang berarti
tempat tinggal, padang, rumput, kadang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir, 
bentuk jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini kata etika sama dengan
moral.  Moral berasal dari kata latin: mos  ( bentuk tunggal ), atau mores  ( bentuk jamak ) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhalk, cara hidup, (kanter, 2001).
5
Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika , dibawah ini dikutip
beberapa pengertian etika:
1.      Ada dua pengertian etika;  sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai praksis etika berarti
nilai-nilai dan norma-norma moral baik yang diperaktikan atau justru tidak
diperaktekkan,walaupun seharusnya diperaktikan. Tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan
sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah  pemikiran moral ( bartnes, 2001 ).
2.      Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang dilakukan, atau tentang
adat istiadat yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk ( kanter,2001 ).
3.      Menurut kamus besar bahasa Indonesia  (KBBI) terbitan departemen pendidikan dan
kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam pengertian sebagai betrikut :
a.       Ilmu tentang apa yang baik dan yang  buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak);
b.      Kupulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak;
c.       Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dari uraian diatas , dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai  banyak arti. Namun
demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal berikut:
a.       Etika sebagai peraksis; sama dengan moral atau moralitas  yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat.
b.      Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika sebagai pemikiran
moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut bersifat
kritis, metodis, dan sistematis.

D.     Hakikat nilai
Untuk memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, dibawah ini dikutip beberapa definisi
tentang nilai.
1. Doni koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu dapat disukai, diinginka, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi
kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi makna dalam hidup, yang
berikan titik tolak, isi, dan tujuan dalam hidup
2.      Faud farid ismail dan abdul hamid mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai standar atau
ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu.  Ada nilai materialis  yang
berkaitan dengan ukuran harta pada diri kita,  ada nilai kesehatan yang mengungkapkan tentang
siknifikasi kesehatandalam pandangan kita,  ada niali ideal yang mengungkapkan kedudukan
keadilan dan kesetiaan dlam hati kita, serta ada nilai sosiologis  yang menunjukan signifikasi
kesuksesan dalam kehidupan peraktis, dan nilai-narnya dapat nilai yang lain.
 
Dari penjelasan  tetang  nilai  tersebut, sebenarnya dapat disimpulakn tiga hal, yaitu:
a.       Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
b.      Ada bermacam-macam (gugus) nilaiselain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup dikenal.
c.       Gugus-gugus nilai membentuk semacam heararki  dari yang terendah sampai yang tertinggi.
E.     Hubungan agama, etika, dan nilai
Semua agama  melalui kitab sucinya msing-masing mengajarkan tentang tiga hal pokok,
yaitu:
(1)   Hakekat tuhan ( god Allah, Gusti Alllah, budha, brahma, kekuatan tak terbatas, dan  lain-lain ).
(2)   Etika, tata susila dan (3) ritual,  tata cara beribadat. Jelas sekali bahwa antara agama dan etika
tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama yang tidak mengajarkan etika/moralitas. Kualitas
keimanan (spritualitas) seseorang ditentukan bukan saja  oleh kualitas peribadatan (kualitas
hubungan manusia dengan tuhan),  tetapi juga oleh kulaitas moral/etika (kualitas hubungan
manusia dangan manusia lain dalam masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa niali
ibadah menjadi sia-sia tampa dilandasi oleh nilai-nilai moral.
Akhirnya, tingkat kenyakinan dan kepasrahan kepada tuhanyang maha kuasa, tingkat kualitas
peribadatan, dan tingkat kualitas/ moral seseorang akan menentukan gugus/herarki nilai
kehidupan yang telah dicapai. Tujuan agama untuk merealisasikan  nilai tertinggi, yaitu hidup
kekal diakhirat (agama hindu menyebut moksa, agama budha menyebut nirwana). Dari sudut
pandang semua agama,  pencapain nilai-nilai  kehidupan duniawi (nilai-nilai yang lebih rendah)
bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya merupakan  tujuan sementara atau tujuan antara, dan
hanya dianggap sebagai media atau alat (means) untuk mendukung pencapain tujuan akhir (nilai
tertinggi kehidupan).
F.      Hukum, etika, dan etiket
Hukum, etika dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan  dan mempunyai atri yang
hampir sama  walaupun terdapat juga perbedaaan.
Table persamaan dan perbedaan hokum, etiak, dan etiket
No Hukum Etika Etiket
1. Persamaan: sama-sama mengatur prilaku manusia 
2. Perbedaan
A Sumber hokum: Sumber etika: Sumber etiket:
Negara, pemerintah Masyarakat Golonganmasyarakat
B Sifat pengaturan: Sifat pengaturan: Sifat pengaturan :
Tertulis berupa undang- Ada yang lisan (berupa Lisan
undang, adat kebiasaan) dan ada
Peraturan pemerintah, dan yang tertulis (berupa kode
sebagainya. etik)
C Objek yang diatur : Objek yang diatur: Objek yang diatur :
Bersifat lahiriah (misalnya : Bersifat rohaniah, Bersifat lahiriah,
hokum warisan, hokum misalnya: prilaku etis, misalnya: tata cara 
agrarian, hokum tata Negara) (jujur, tidak menipu, berpakaian, (untuk
dan rohaniah (misalnya: bertanggung jawab) dan pesta,sekolah,
hokum pidana) prilaku tidak etis pertemuan
(korupsi,mencuri, resmi,berkabung dan
bersina) lain-lain) tatab cara
menerima tamu, tatar
cara berbicara dengan
orang lain, dan
sebagainya.

BAB III.  PENUTUP
1.    Kesimpulan
Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang menempati posisi sebagai induk
pengetahuan. Filsafat juga diartikan mencari sebuah kebenaran, karakteristik utama berfikir
filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Sifatnya menyeluruh
artinya mempertanyakan hahekat keberadaan, dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri
sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan persektif dari bidang perbidang atau sepotong-
sepotong. 

Sifatnya yang mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya bahwa ilmu itu
benar. Sifatnya yang spekulatif karena filsafat selalu ingin mencari jawab bukan bukan saja pada
suatu hal yang sudah diketahui, tetapi segalah sesuatu belum diketahui.

Agama adalah satu bentuk ketetapan  ilahi yang mengarahkan mereka  yang berakal
dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan ilahi itu tersebut kepada kebaikan hidup
didunia dan kabahagian hidup di akhirat.

Etika sama dengan moral.  Moral berasal dari kata latin: mos  ( bentuk tunggal ),
ataumores  ( bentuk jamak ) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhalk,
cara hidup. Hukum, etika dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan  dan mempunyai
atri yang hampir sama  walaupun terdapat jugaperbedaaan.

2.    Saran
Dengan kita mempelajari filsafat, agama, etika, dan hukum, semoga kita menjadi orang
yang kritis, berpikir yang benar dalam berbagai hal, dan semoga kita menjadi manusian yang
bermoral dan berahlak mulia untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada tuhan
yang maha Esa dan semoga kita dapat mencapai hakikat kehidupan yang sesungguhnya yaitu
surga.  Kritik dan saran pembaca akan membuat penulis akan lebih baik untuk evaluasi dan
pengembagan kedepan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Heizer, Jay & Rander, Barry. 2005. Etika bisnis dan profesi Edisi ke 7. Jakarta. Salembat
Embat. Diposkan oleh ida di 22.14

http://ancok.staff.ugm.ac.id/

http://sigit130589.wordpress.com/2011/04/10/harmonisasi-akuntansi-internasional/
hilmiatiq.com

Anda mungkin juga menyukai