Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN

“Teori-teori Pendidikan Secara Umum dan Teori Pendidikan Islam (Tarbiyah,


Ta’lim dan Ta’dib) Serta Komponen-komponen Pendidikan Islam”

Dosen Pengampuh:
Syarifatmah, M.Pd

Kelompok II Kelas VII A


Disusun Oleh:
Depita Sari (1711240112)
Widya Agustina (1711240167)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat sertakarunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini. Dengan judul makalah “Teori-teori Pendidikan
Secara Umum dan Teori Pendidikan Islam (Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib)
Serta Komponen-komponen Pendidikan Islam”. Dalam proses penyusunan
tugas ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun berkat
dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
tugas ini dengan cukup baik.
Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya
tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu,segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat penyusun harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan penyusun semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
bagi pembaca lain pada umumnya.

Bengkulu, 01 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori-teori Pendidikan Secara Umum..............................................4
B. Teori Pendidikan Islam (Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib).....................6
C. Komponen-komponen Pendidikan Islam.........................................10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................18
B. Saran.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang bergelut  secara intens denan
pendidikan. Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan
animal educandus secara sekalius, yaitu sebagai makhluk yang dididik dan
makhluk yang mendidik. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yan
senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan baik yang
dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya
sendiri. Proses pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam
kehidupan manusia, karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat
pendidikan.
Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003
pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Di dalam pendidikan
termuat usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan penuh
perencanaan yang bertujuan untuk mengembangkan segala potensi yang ada
pada peserta didik.
Pendidikan merupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan
melibatkan banyak aspek yang saling berkaitan. Pendidikan betujuan untuk
mengubah sikap dan tingkah laku manusia ke arah yang beradab. Dalam hal ini
dibutuhkan suatu proses yang sangat panjang dan kompleks. Suatu proses dalam
mengubah kualitas masukan dalam dunia pendidikan melibatkan dua aspek
utama yang saling berkaitan, yakni belajar dan pembelajaran. Di samping kedua
hal tersebut, masih terdapat berbagai faktor lain yang sifatnya mendukung
terjadinya kedua proses tersebut.

1
Dalam upaya mewujudkan proses belajar-mengajar yang efektif dan
efisien maka perilaku yang terlibat dalam proses tersebut hendaknya
didinamiskan secara baik.Pengajar hendaknya mampu mewujudkan perilaku
mengajar secara tepat agar mampu mewujudkan perilaku belajar siswa melalui
interaksi belajar-mengajar yang efektif dalam situasi belajar-mangajar yang
kondusif.Pengetahuan pengajar terhadap teori-teori dalam dunia pendidikan
sangatlah penting untuk membantunya di lapangan pendidikan yang dihadapkan
pada anak didik yang beragam.Dengan pemaparan tadi, maka dirasa perlu untuk
sedikit membahas teori-teori pendidikan untuk menambah pengetahuan guru
sebagai bekal mengajar.
Terkait pendidikan Islam, Tafsir (2008: 47) mengungkapkan hal yang
sama, menurutnya pendidikan Islam harus mempersiapkan manusia supaya
beribadah sebagai hamba-Nya yang taat, sehingga aspek ibadah lebih
didahulukan guna meraih kesempurnaan insan untuk mengapai kebahagian
dunia dan akhirat.
Namun, teori-teori tersebut bertolak belakang dengan apa terjadi di
lapangan. Akhir-akhir ini, di tengah-tengah masyarakat terjadi fenomena-
fenomena yang sangat memilukan, seperti tindakan kekerasan, asusila, anarkis,
kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, bentrok antar warga, seks bebas, dan
korupsi bahkan tidak sedikit dari fenomena tersebut menelan korban jiwa hingga
berujung pada kematian.
Menurut Zakiah Daradjat (1996: 31) terjadi fenomena-fenomena tersebut
mengindikasikan bahwa jiwa mayoritas masyarakat Indonesia mengalami
ganguan jiwa (kesehatan mental mengalami gangguan). Terjadinya penyakit
atau gangguan jiwa tersebut bukan disebabkan kerusakan organik pada tubuh,
tetapi karena kondisi jiwa, merasa tertekan, kecewa, gelisah, was-was dan
sebagainya. Oleh karena itu, betapa pentingnya peranan agama dan pendidikan
Islam, dalam rangka untuk mengatasi problem-problem gangguan jiwa tersebut.
Menurut Zakiah bahwa agama memiliki peran yang sangat mendasar
dalam memahami esensi kejiwaan manusia. Pengaruh keyakinan agama diyakini

2
oleh seseorang akan berimplikasi terhadap perilakunya. Oleh karena itu agama
dapat dijadikan dasar pijakan psikologi.
Kemudian melalui jalur pendidikan Islam, yakni bagaimana proses
bimbingan, arahan, pengajaran dan pembinaan terhadap peserta didik itu
dilakukan. Sebab jalur tersebut merupakan jalur yang efektif untuk digunakan.
Pembinaan tersebut dapat dilakukan mulai dari keluarga. Di sini orang tua
diharapkan dapat menanamkan pendidikan tentang aqidah, budi pekerti (akhlak
atau moral), dan lain sebagainnya kepada anaknya. Sebab keluarga merupakan
pendidikan pertama dan utama bagi perkembangan anak selanjutnya.
Kemudian dilanjutkan di sekolah, tentunya dengan metode atau
pendekatan yang sesuai dengan karakteristik peserta. Maka, Zakiah
menyimpulkan bahwa pendidikan Islam harus bersifat integralistik dan
komprehensif, yaitu mencakup seluruh dimensi, eksistensi, subtansi dan relasi
manusia (Nata, 2005: 243). Dalam rangka untuk menyampaikan visi dan misi
yang diusung oleh pendidikan Islam, psikologi agama biasanya dijadikan
sebagai salah satu pendekatannya. Sebab cara berpikir, bersikap, dan bertingkah
laku yang tidak bisa dipisahkan dari keyakinan agama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan secara umum?
2. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan islam (tarbiyah, ta’lim dan
ta’dib)?
3. Apa saja komponen-komponen pendidikan islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori pendidikan secara
umum.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori pendidikan islam
(tarbiyah, ta’lim dan ta’dib).
3. Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen pendidikan islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori-teori Pendidikan Secara Umum
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dan bertujuan
untuk menjelaskan fenomena alamiah. Teori terdiri dari 3 elemen,
yaitu concept (konsep), scope  (lingkup), dan relationship (hubungan). Sebuah
teori harus memiliki konsep-konsep dengan lingkup tertentu dan saling
berhubungan.
Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-
konsep itu sendiri merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu
persoalan atau kenyataan. Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara
ketika kita merujuk pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan
konsep merupakan suatu penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan
keterkaitan antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala (peristiwa).
Karenanya, teori merujuk pada suatu hubungan antara konsep-konsep yang lebih
bisa menjelaskan peristiwa atau suatu proses tertentu dari kehidupan ini.
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan
suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah
kita pahami dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala
dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian
perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan
ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan
menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan
antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki karakternya
masing-masing
Pendidikan secara etimologi berasal dari kata “paedagogie” dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata “pais” artinya anak dan “again” artinya membimbing,

4
jadi jika diartikan, paedagogie artinya bimbingan yang diberikan kepada
anak.1Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
 Pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh
dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaknya sejak dilahirkan
hingga dia mati. Pendidikan dengan pengertian ini meliputi semua sarana, baik
disengaja seperti pendidikan dilingkungan keluarga (rumah), dan pendidikan
sekolah, atau yang tidak disengaja seperti pendidikan yang datang kebetulan dari
pengaruh lingkungan sosial kemasyarakatan dalam pergaulan kesehatan atau
yang bersifat alamiah dan lain-lain. Pendidikan dalam pengertian ini, sama
dengan pengertian bahwa kehidupan itu sendiri atau dalam artian sesungguhnya
bahwa segala bentuk hubungan manusia baik di lingkungan keluarga,
lingkungan alam dalam kehidupan ini dianggap sebagai sebuah proses
pembelajaran dengan anggapan bahwa dimulai dari buaian atau sejak terlahir
sampai keliang lahat.2
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya. Dalam makna yang lebih luas, ungkapan Ki Hajar Dewantara
mengenai pendidikan juga dapat di definisikan sebagai penuntun, pembimbing,
dan petunjuk arah bagi para peserta didik agar mereka dapat tumbuh menjadi
dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri yang tertanam dalam diri
sebenarnya.3
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

1
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. hlm.67
2
Dewasastra, 2012, Teori Pendidikan Secara Umum, http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/20/teori-
pendidikan-secara-umum/, diakses tanggal 01 November 2020.
3
Hasbullah. 2001. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. hlm.4

5
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.
Dalam definisi yang panjang ini terdapat  2 kata kunci yang layak disorot
yaitu kedewasaan dan tanggung jawab. Jadi, pendidikan bisa disimpulkan
sebagai proses yang dilakukan untuk mendewasakan manusia agar bisa
bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik sebagai individu maupun
makhluk social.
Pengertian teori pendidikan adalah suatu usaha untuk menjelaskan
bagaimana sesuatu terjadi dan atau digunakan dalam proses belajar mengajar.
Teori pendidikan berasal dari tahap pengamatan atau eksperimen melalui
metode yang sistematis terhadap proses pendidikan yang ada.
Dengan kata lain, teori pendidikan merupakan sebuah pandangan atau
serangkaian pendapat yang berkaitan dengan pendidikan yang disajikan dalam
sebuah sistem konsep. Teori pendidikan berkaitan dengan bagaimana sebuah
proses pendidikan dijalankan, siapa target pendidikan, dengan cara apa proses
pendidikan berlangsung, dan bagaimana pengembangannya.Hal ini dikarenakan 
pendidikan tidak bisa dilepaskan dari masyarakat, karenanya proses pendidikan
perlu memperhatikan keberadaan dan perkembangan masyarakat serta lembaga
lain baik itu langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap kelangsungan
pendidikan termasuk dengan kebijakan dan politik pendidikan.

B. Teori Pendidikan Islam (Tarbiyah, Ta’lim dan Ta’dib)


Dalam diskursus pendidikan Islam, ada beberapa istilah bahasa Arab
yang sering digunakan para pakar dalam memberikan definisi Pendidikan Islam,
walaupun terkadang dibedakan, namun juga terkadang disamakan yakni al-
tarbiyah, al-ta’dib dan al-ta’lim Sayid Muhammad al-Naquib al-Attas lebih
memilih istilah al-ta’dib untuk memberikan pengertian pendidikan dibanding

6
istilah lainnya, karena al-ta’dib menunjukkan pendidikan untuk manusia saja,
sementara istilah al-tarbiyah dan alta’lim berlaku untuk makhluk lain (hewan).4
1. Istilah Al-Tarbiyah
Istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb, walaupun kata rabb
memiliki banyak arti, namun makna dasarnya adalah tumbuh,
berkembang, memelihara, mengatur, menjaga kelestarian
(eksistensinya).Secara etimologis, kata “Al-tarbiyah” merupakan kata
jadian dari tiga akar kata yaitu: Pertama, rabba – yarbu- yang berarti
bertambah, tumbuh dan berkembang. Pengertian ini didasarkan atas QS.
Al-Rum ayat 39. Dalam pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah)
merupakan proses menambahkan, menumbuhkan dan mengembangkan
sesuatu (potensi) yang terdapat pada peserta didik baik secara psikis,
fisik, spiritual maupun sosial. Kedua, rabiya – yarba - tarbiyah yang
berarti tumbuh (nasya-a) berubah menjadi besar atau dewasa. Dalam
pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah) merupakan proses untuk
menumbuhkan atau mendewasakan peserta didik baik secara psikis, fisik,
spiritual maupun sosial. Ketiga, rabba – yarubbu - tarbiyah yang berarti
memperbaiki, memelihara, menuntun, menjaga, mengatur dan
memelihara. Dalam pengertian ini, pendidikan (al-tarbiyah) merupakan
proses untuk memperbaiki, memelihara, menuntun, menjaga, mengatur
dan memelihara peserta didik baik secara psikis, fisik, spiritual maupun
sosial.
Istilah al-tarbiyah bisa diartikan mengasuh, menanggung,
memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan,
mempertumbuhkan, memproduksi dan menjinakkan.
Abdurrahman al-Nahlawi berpendapat bahwa pengertian
pendidikan Islam yang tersirat dalam istilah al-tarbiyah meliputi atas

4
Syekh Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam, yang diterjemahkan oleh Haidar
Baqir dengan judul, Konsep Pendidikan Islam, Suatu Kerangka Fikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam,
(Bandung: Mizan, 1990), h. 75.

7
empat unsur pendekatan yaitu (1) memelihara dan menjaga fitrah16 anak
didik menjelang dewasa; (2) mengembangkan seluruh potensi anak didik
menuju kesempurnaan; (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan; (4) melaksanakan pendidikan secara terencana dan
bertahap. Pendapat Al-Nahlawi ini sejalan dengan tujuan pendidikan
Nasional di Indonesia sebagaimana tersurat dalam pasal 3 Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, penulis
berpendapat bahwa altarbiyah (pendidikan) adalah proses transformasi
ilmu pengetahuan dari pendidikan kepada peserta didik agar ia memiliki
sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari
kehidupannya, sehingga terbentuk keimanan, ketakwaan, budi pekerti,
dan kepribadian yang luhur.

2. Istilah Al-ta’lim
Kata ta’lim merupakan kata jadian dari akar kata ‘allama -
yu’allimu – ta’lîm. Para ahli bahasa mengartikan kata ta’lim dengan
pengajaran misalnya ‘allamahu al- ‘ilma yang berarti mengajarkan
kepadanya ilmu pengetahuan, sedangkan tarbiyah diartikan dengan
pendidikan.

5
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, cet. I (Jakarta:
Visimedia, 2007), hlm. 5

8
Secara histories, al-ta’lim telah digunakan sejak periode awal
pelaksanaan Pendidikan Islam. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa
al-ta’lim memiliki makna lebih universal dibanding al-tarbiyah atau al-
ta’dib. Abdul Fattah Jalal berpendapat bahwa al-ta’lim merupakan istilah
yang lebih tepat untuk memberikan definisi pendidikan.
At-Ta’lim yang berarti pengajaran adalah sebagaimana dijumpai
dalam QS. Al-Baqarah (2): 151: ُ

Artinya: Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui.
Ayat ini menunjukkan perintah Allah swt, kepada Rasulnya untuk
mengajarkan (ta’lim) Al-Kitab dan Al-sunnah kepada umatnya.

3. Istilah al-Ta’dib
Istilah al-ta’dib biasanya diterjemahkan dengan sopan santun,
budi pekerti, moral, etika, akhlak, dan adab. Istilah al-ta’dib memiliki
akar kata yang sama dengan istilah adab yang berarti peradaban atau
kebudayaan. Artinya, pendidikan yang baik akan melahirkan peradaban
yang baik pula. Menurut Muhammad Naquib al-Attas, merupakan istilah
yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam. Sementara
istilah al-tarbiyah dinilai sangat luas, sebab al-tarbiyah juga berlaku

9
untuk pendidikan terhadap binatang. Kata al-ta’dib tidak dijumpai dalam
Alquran, tetapi istilah itu terdapat dalam hadis Nabi Saw. Sehingga hadis
ini dijadikan rujukan dan argumen bahwa al-ta’dib dipakai juga dalam
peristilahan pendidikan. Nabi saw telah bersabda yang diriwayatkan al-
Askariy dari Aliy yang berarti “Tuhan telah mendidikku, maka Dia
sempurnakan pendidikanku”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka al-ta’dib berarti
“pengenalan” dan “pengakuan” (recognition) setiap manusia terhadap
berbagai aturan dan tatanan Tuhan (sunnatullah) yang dilakukan secara
berangsur-angsur, sehingga ia dapat mentaati aturan tersebut. Jadi dalam
al-ta’dib itu terjadi proses perubahan sikap mental setiap individu.
Misalnya proses mentaati dan menghormati kepada kedua orang tua.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dipahami
bahwa pendidikan Islam adalah (a) sebuah proses pemberian bimbingan
(b) dilakukan secara sadar (c) materi pendidikan Islam adalah seluruh
nilai dan aspek dalam Islam, baik menyangkut aqidah, syariah (ibadah),
maupun muamalah dan akhlak. (d) pendidikan berorientasi kepada dua
sasaran secara integrasi yakni kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
Sehingga penulis dapat menyimpulkan rumusan pengertian pendidikan
Islam yaitu suatu proses pemberian bimbingan dan pengajaran kepada
peserta didik dalam rangka meningkatkan kualitas potensi iman,
intelektual, kepribadian dan ketrampilan peserta didik sebagai bentuk
penyiapan kehidupan ke depan berdasarkan ajaran Islam.

C. Komponen-komponen Pendidikan Islam


Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran
dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan,
yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses
pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja

10
pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.6 Berbagai
komponen atau aspek tersebut antara lain:
1. Tujuan Pendidikan
Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik
maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan
yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga
pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.7
Adapun tujuan pendidikan Islam itu sendiri identik dengan tujuan Islam
sendiri. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berpribadi
muslim kamil serta berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat dalam firman
Allah yang berbunyi.8

ْ ‫ َواَل تَ ُم ْوتُنَّ إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُّم‬،‫ق تُقَاتِ ِه‬


‫سلِ ُم ْو‬ َّ ‫ا َمنُوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح‬  َ‫يَـآ َءيُّها الَّـ ِذ ين‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-


benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkandalam
keadaan beragama Islam. [QS. Ali Imran ayat 102].

2. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik.
Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Guru sebagai
pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan
keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai
pendidik dilingkungan masyarakat.9
6
Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2005. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. hlm.51
7
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: aneka Cipta.hlm.98
8
Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT Gramedia, Jakarta.hlm
13
9
Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT Gramedia, Jakarta.hlm
18

11
Dalam kamus bahasa indonesia dinyatakan bahwa pendidik adalah orang
yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang
derwasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta
didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohani, agar mencapai tingkat
kedewasaan mampu mandiri dalam melakukan tugas sebagai hamba dan
kholifah Allah SWT.
Guru dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan
murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. menurut peristilahan yang
dipakai dalam pendidikan dalam konteks Islam, Kelima istilah ini mempunyai
tempat tersendiri dan mempunyai tugas masing-masing.
 Murabbi adalah: orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar
mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya
untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam
sekitarnya.
 Mu’allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu
mengembangkannya sertamenjelaskan fungsinya dalam kehidupan,
menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer
ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.
 Mu’addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk
bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa
depan.
 Mudarris adalah: orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi
serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan
berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka,
serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat , minat dan kemampuannya.
 Mursyid adalah: orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
Nabi Muhammad SAW juga memposisikan pendidik di tempat yang
mulia dan terhormat. Beliau menegaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi,

12
sementara makna ulama adalah orang yang berilmu. Dalam perspektif
pendidikan Islam, pendidik termasuk ulama. Tegasnya, pendidik adalah pewaris
para nabi. Hal ini beralasan mengingat peran pendidik sangat menentukan dalam
mendidik manusia untuk tetap konsisten dan komitmen dalam menjalankan
risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kemudian ada pula hadits yang
menjelaskan bahwa kedudukan orang ‘alim itu lebih unggul dibanding ‘abid.
Juga hadits tentang pujian Nabi SAW terhadap orang yang belajar ilmu Al-
Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.

3. Peserta Didik
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981
mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus dipertimbangkan
dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar belakang budaya
masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ?
hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan
bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ?
Berdasarkan persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang
memperhatikan perbedaan individual, perhatian khusus pada anak yang
memiliki kelainan, dan penanaman sikap dan tangggung jawab pada anak
dididk.10
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah :
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik. Maksudnya, anak sejak lahir telah memiliki
potensi-potensi yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk
mengaktualisasikan membutuhkan bantuan dan bimbingan.
b. Individu yang sedang berkembang, maksudnya perubahan yang terjadi
dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri
maupun kearah penyesuaian lingkungan.

10
Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: aneka Cipta.hlm39-40.

13
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi. Maksudnya, dalam proses perkembangannya peserta didik
membutuhkan bantuan dan bimbingan. Bayi yang baru lahir secara
badani dan hayati tidak terlepas dari ibunya seharusnya setelah ia tumbuh
berkembang menjadi dewasa ia sudah dapat hidup sendiri. Tetapi
kenyataannya untuk kebutuhan perkembangan hidupnya, ia masih
menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang dewasa, sepanjang ia
belum dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pada diri peserta didik ada
dua hal yang menggejala ;
i. Keadaannya yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan
bantuan. Hal ini menimbulkan kewajiban orang tua untuk
membantunya.
ii. Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini
membutuhkan bimbingan. Orang tua berkewajiban untuk
membimbingnya. Agar bantuan dan bimbingan itu mencapai
hasil maka harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Maksudnya dalam
perkembangan peserta didik ia mempunyai kemampuan untuk
berkembang kearah kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan
untuk memerdekakan diri. Hal ini menimbulkan kewajiban pendidik dan
orang tua ( si pendidik) untuk setapak demi setapak memberikan
kebebasan dan pada akhirnya mengundurkan diri. Jadi, pendidik tidak
boleh memaksakan agar peserta didik berbuat menurut pola yang
dikehendaki pendidik. Ini dimaksud agar peserta didik memperoleh
kesempatan memerdekakan diri dan bertanggung jawab sesuai dengan
kepribadiannya sendiri dan bertanggung jawab sendiri.

4. Materi/Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik

14
isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi
pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia
ideal yang dicita-citakan.
Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan
sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan
pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan
agama. pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan
11
civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan
jasmani.
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam
kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini
meliputi materi inti maupun materi local, materi inti bersifat nasional yang
mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal
misinya adalah mengembangkan kebinekaan kekayaan budaya sesuai dengan
kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal Ika
dapat ditumbuh kembangkan.12

5. Konteks yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan


a. Lingkungan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan.
Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan,
yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan
dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari
lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosial.
Lingkungan pendidikan biasanya disebut dengan tri pusat pendidikan
pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat.
 Pendidikan keluarga

11
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001.lmu Pendidikan.jakarta.PT.Rineka Cipta.hlm.43.
12
Http:// http://anshorysyakoer.blogspot.com/2011/10/komponen-dalam-pendidikan-islam.html diakses
tanggal 01 November 2020

15
Pada mulanya keluargalah yang terutama berperan baik pada
pendidikan anak, aspek kebuadayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan
ketrampilan.
 Pendidikan Sekolah
Dengan meningkatnya kebutuhandan aspirasi anak, maka keluarga
pada umumnya tidak mampu memenuhinya . oleh karena itu, sebagian dari
tujuan pendidikan itu akan dicapai melalui jalur pendidikan sekolah.
 Pendidikan Masyarakat.
Fungsi pendidikan sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada
taraf perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang
tersedia di dalamnya.13
b. Sarana/Alat dan Metode
Sarana atau media pendidikan berguna untuk membantu dalam
proses pendidikan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan. Metode
dimaksudkan sebagai jalan dalam sebuah transfer nilai pendidikan oleh
pendidik kepada peserta didik. Oleh karena itu pemakaian metode dalam
pendidikan Islam mutlak dibutuhkan.
Sarana/Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi
dan efektivitasnya. alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang
dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan yang kuratif.
 Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal
yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan
juga hukuman.
 Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya ajakan
contoh,nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan
juga hukuman.

13
Http:// http://anshorysyakoer.blogspot.com/2011/10/komponen-dalam-pendidikan-islam.html diakses
tanggal 01 November 2020

16
 Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu ;
o Kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai
o Kesesuaiannya dengan peserta didik.14

14
Http:// http://anshorysyakoer.blogspot.com/2011/10/komponen-dalam-pendidikan-islam.html diakses
tanggal 01 November 2020

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori pendidikan memberikan sumbangsih bagi kualitas pendidikan.
Dengan berkembangnya teori pendidikan maka pola asuh dan pola didik anak
akan berbeda. Dalam Al-Qur‟an terdapat teori pendidikan yang menjelaskan
tentang cara memberikan pendidikan, teori tersebut dikenal dengan teori fitrah.
Perbedaan teori fitrah dengan teori yang berkembang dalam dunia pendidikan
saat ini adalah dalam teori fitrah setiap orang membawa fitrah (potensi) tauhid
atau agama kemudian Allah S.W.T. menciptakan telinga untuk mendengar, mata
untuk melihat dan hati sebagai penentu sikap. Potensi fitrah dan anugerah
pendengaran, penglihatan dan hati ini menjadi modal dasar dalam
mengembangkan potensi lain dan beragam.
Didalam pendidikan dikenal 3 istilah pendidikan yaitu: tarbiyah, ta’lim
dan ta’dib.
Adapun komponen-komponen dalam pendidikan yaitu:
1. Tujuan pendidikan
2. Pendidik
3. Peserta didik
4. Materi/isi pendidikan
5. Konteks yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan

B. Saran
Dari pembahasan makalah diatas, sudah selayaknya lembaga pendidikan
islam bisa mengaplikasikan sistem pendidikan islam dalam proses pendidikan,
sehingga kelak akan memunculkan generasi-generasi yang memiliki kecerdasan
intelektual dan spiritual.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. 2001. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo.

Dewasastra, 2012, Teori Pendidikan Secara


Umum, http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/20/teori-pendidikan-secara-
umum/, diakses tanggal 01 November 2020.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Abudin Nata, 2001, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan


Islam, PT Gramedia, Jakarta.

Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2005. Perencanaan Pendidikan.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001.lmu Pendidikan.jakarta.PT.Rineka Cipta


Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: aneka Cipta.

Http:// http://anshorysyakoer.blogspot.com/2011/10/komponen-dalam-pendidikan-
islam.html diakses tanggal 01 November 2020

Anda mungkin juga menyukai