Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rini Adriani Auliana

NIM : 206020300011004
Artikel : Social and Environmental Accounting: A Reflection of Indonesian Firms’ Involvement
Penulis : Aprianto
Tahun : 2016

RINGKASAN

Artikel jurnal ini membahas tentang landasan teori akuntansi sosial dan implementasinya di
Indonesia. Menurut Ramanathan (1976) akuntansi sosial erat kaitannya dengan masalah; 1) Penilaian
dampak kegiatan sosial perusahaan, 2) mengukur kegiatan perusahaan, 3) melaporkan tanggung jawab
sosial perusahaan, dan 4) sistem informasi internal dan eksternal tentang penilaian sumber daya
perusahaan dan dampak sosial ekonomi aktivitas perusahaan. Akuntansi sosial di Indonesia
berkembang mengikuti adanya tuntutan tanggung jawab oleh perusahaan. Pergeseran filosofis dalam
manajemen organisasi entitas bisnis berubah dari pandangan manajemen klasik ke manajemen
modern, yang mengakibatkan keharusan adanya tanggung jawab perusahaan. Pada manajemen klasik
tanggung jawab perusahaan hanya berorientasi pada pemegang saham dan kreditor untuk mencapai
tingkat keuntungan yang maksimal. Namun, pada manajemen modern orientasi perusahaan dalam
mencapai keuntungan yang maksimal perlu diimbangi dengan tanggung jawab social perusahaan.
Selain manajemen, akuntan juga membahas bagaimana masalah tanggung jawab sosial dapat
dilakukan dalam ruang lingkup akuntansi sehingga tujuan utama pelaporan keuangan yang
memberikan informasi kepada pemegang saham dan kreditur ikut bergeser ke arah kecenderungan
kebutuhan pelaporan yang berada di luar organisasi perusahaan (Hines, 1988). Berdasarkan hal
tersebut yang mendasari perlunya perkembangan akuntansi sosial adalah tuntutan terhadap tanggung
jawab perusahaan.
Harahap (1988; 1993; 2001) mengemukakan bahwa pertanyaan apakah perusahaan perlu
memiliki tanggung jawab sosial atau tidak, hingga saat ini masih menjadi perdebatan ilmiah dalam
sistem ekonomi kapitalis. Di Indonesia masalah akuntansi sosial bukanlah hal baru, perusahaan di
Indonesia membuat laporan tahunan hanya sebagai laporan kepada investor dan kreditur (Utomo,
2000). Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Sudibyo (1988) ada dua hal yang menjadi kendala
sulitnya penerapan akuntansi sosial di Indonesia yaitu; 1) kurangnya tekanan sosial yang memerlukan
tanggung jawab sosial perusahaan, dan 2) rendahnya kesadaran perusahaan di Indonesia akan
pentingnya akuntabilitas sosial.
Terdapat dua dampak perusahaan dengan lingkungan social. Dampak tersebut berupa Social
benefit dan Social Cost. Pelaporan mengenai akuntansi sosial mengandung dampak positif dan negatif
yang ditimbulkan oleh perusahaan Belkoui (1985). Estes (1976) menjelaskan praktik pelaporan
akuntansi sosial yang terdiri dari; 1) Praktik sederhana yaitu laporan yang terdiri dari uraian akuntansi
sosial yang tidak disertai data kuantitatif, (2) Praktek lebih lanjut yaitu laporan akuntansi sosial terdiri
dari uraian dan dilengkapi dengan data kuantitatif, 3) Praktek paling maju yaitu berupa laporan
kualitatif perusahaan dan juga laporan posisi keuangan.
Di Amerika Serikat praktik pengungkapan sosial telah dimulai sejak tahun 1970 bahkan
FASB menguraikan secara lebih spesifik tentang standar pelaporan eksternalitas. Di Amerika Serikat
pengungkapan informasi sosial masih bersifat sukarela dan bukan kewajiban. Menurut pendapat
Deegan dan Gordon (1991) sebagian besar pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan masih
bersifat kualitatif dan hal yang cenderung diungkapkan hanyalah informasi yang positif.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia sejak 1997 membuat investor kehilangan
kepercayaan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Banyak masalah yang terjadi membuat
perusahaan untuk memanfaatkan lingkungan sosial yang disertai dengan pengungkapan dan pelaporan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga dihasilkan suatu laporan yang dapat mendukung
kelangsungan perusahaan. Akuntansi sosial dilaksanakan atas dasar kegiatan sosial yang dilakukan
oleh suatu perusahaan kemudian disesuaikan berdasarkan prinsip, metode dan konsep akuntansi untuk
diungkapkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Saat ini tuntutan pengelolaan perusahaan
dengan baik juga telah menjadi isu global, perusahaan multinasional yang menjalankan
operasionalnya di Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik
sehingga perusahaan tidak hanya mementingkan motif bisnisnya saja tetapi juga harus memperhatikan
aspek lingkungan dan masyarakat. Harahap (1993) memberikan contoh penerapan kepedulian social
oleh perusahaan di Indonesia yang ditunjukan dalam bentuk membiayai kegiatan keagamaan dan
memberikan beasiswa pendidikan.
Praktik pengungkapan sosial bagi perusahaan di Indonesia berpedoman pada standar yang
telah dikeluarkan dan diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Berdasarkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 1 (Revisi 1998) “Perusahaan juga dapat menyajikan pernyataan
tambahan seperti pernyataan mengenai lingkungan dan laporan nilai tambah terutama untuk industri
di mana faktor-faktor lingkungan memegang peranan penting". Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Utomo (2000) pengungkapan sosial oleh perusahaan di Indonesia masih tergolong
sangat rendah dan diduga perusahaan tidak memanfaatkan laporan tahunan sebagai media komunikasi
antara perusahaan dengan pemangku kepentingan lainnya. Penelitian Heny dan Murtanto (2001)
menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan sosial di Indonesia sebesar 42,32%.

Anda mungkin juga menyukai