“ EVALUASI PEMBELAJARAN “
Dosen Pengampu :
Oleh :
HASVA AYUNINGRUM SISWORO
( 8206165006)
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga saya dapat
menyelesaikan Critikal Book Review saya mengenai ini yang mengenai “Evaluasi
pembelajaran” yang ditulis oleh Prof. Anas Sudijono. Dan tak lupa saya berterima kasih
kepada bapak Dr. Arif Rahman M.Pd selaku dosen mata kuliah evaluasi hasil belajar yang
Saya menyadari bahwa Critikal Book review ini masih jauh dari kata kesempurnaan,
Oleh karena itu saya sangat mengaharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dan
menyempurnakan Critikal Book Review saya ini, saya berharap semoga Critikal book ini dapat
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Tujuan.........................................................................................................................4
C. Manfaat.......................................................................................................................5
D. Identitas buku.............................................................................................................5
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................45
B. Saran.........................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................46
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dapat digambarkan sebagai pembuatan penetapan tentang nilai, untuk
tujuan tertentu, baik berupa gagasan, pekerjaan, solusi, metode, material dan lain–lain,
yang melibatkan penggunaan ukuran seperti halnya untuk menilai tingkat suatu
tertentu itu akurat, efektif, hemat, atau memuaskan, ketentuan itu baik yang
kwantitatif atau kwalitatif. Dengan demikian maka evaluasi merupakan kegiatan yang
sangat penting dalam pengajaran. Dan kegiatan ini merupakan salah satu dari empat
tugas pokok seorang guru.
Dalam praktek pengajaran keempat kegiatan pokok ini merupakan sebuah
kesatuan yang padu dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dalam
melaksanakan tugas mengajarnya seorang guru berusaha untuk menciptakan situasi
belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar, memotivasi, mengajukan bahan ajar,
serta menggunbakan metode dan media yang telah disiapkan. Selain itu guna
mencapai tujuan pendidikan yang optimal , guru memberikan bimbingan kepada
siswa dengan berupaya untuk memahami kesulitan belajar yang dialami siswa. Dari
berbagai persoalan yang di hadapi dalam proses belajar mengajar evaluasi
memberikan sumbangan yang cukup berarti. fungsi evaluasi digunakan sebagai acuan
untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan proses pembelajaran serta sebagai alat untuk
menyeleksi dan sebagai alat untuk memberikan motivasi belajar siswa.
B. Tujuan
Adapun tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengkritik kelebihan dan kelemahan buku utama dan buku pembanding
2. Untuk mencari metode apa saja yang digunakan dalam Evaluasi Hasil Belajar
3. Untuk melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan
oleh setiap bab dari kedua buku tersebut
4. Untuk menganalisis kedua buku tersebut
C. Manfaat
Adapun manfaat sebagai berikut :
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai Evaluasi Hasil Belajar
2. Dapat mengetahui kegunaan metode dalam Evaluasi Pembelajaran
3. Dapat mengambil kesimpulan dari kedua buku yang telah di review
4. Dapat menyarankan ke pada para pembaca buku mana yang baik untuk digunakan
oleh Calon Guru.
D. Identitas Buku
Buku Utama
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau
perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan tugas
tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap peserta didik.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada
sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana sekolah
dan sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur. Dalam bidang
pendidikan, psikologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran
biasanya menggunakan tes sebagai alat ukur.
Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta
didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan
tertentu (Arifin, 2013:4). Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, keputusan tersebut dapat
menyangkut keputusan tentang peserta didik (seperti nilai yang akan diberikan), keputusan
tentang kurikulum dan program atau juga keputusan tentang kebijakan pendidikan
Bab 2. EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013
(PENILAIAN OTENTIK)
Ilmuan Muslim era klasik seperti Ibnu Tufail (wafat 1138 M) misalnya, telah
mengetengahkan pemikiran bahwa kebenaran suatu pengetahuan dapat diperoleh dengan
sendirinya melalui pengamatan terhadap fenomena yang spesifik sekalipun tanpa bersumber
dari guru dengan mengamati fenomena-fenomena spesifik secara terfokus,
mempertanyakannya, menalar dan kemudian menarik kesimpulan (Siddik, 2011: 60). Proses
berfikir yang demikian disebut sebagai penalaran induktif (inductive reasoning) yang
berkebalikan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning).
a. Memecahkan Masalah
b. Menganalisa masalah
c. Membandingkan
d. Menyatakan hubungan
e. Menarik kesimpulan dan sebagainya (Sutomo, 1995:80).
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas
(extended respons items).
Hasil dari satu proses pembelajaran mencakup tidak hanya aspek kognitif, tapi juga
aspek afaktif dan psikomotorik. Sehingga hasil dari proses pembelajaran dapat berupa
pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan
menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan.
Sedangkan hasil belajar berupa perubahan sikap hanya dapat diukur dengan teknik non-tes.
Instrumen evaluasi jenis non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses
dan produk dari suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap,
minat, bakat, motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis instrumen evaluasi jenis non-tes adalah
observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
a. Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai
apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat
diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati.
Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah.
b. Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum di
mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
c. Penilaian Sikap
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen kognitif, dan
komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan
seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk
berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata
pelajaran adalah sebagai berikut:
Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap
materi pelajaran. Dengan sikap„positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang
minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi
pelajaran yang diajarkan.
Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru.
peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan
hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap
guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran di sini mencakup
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
d. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.Penilaian
proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam
bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam
penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subyek
tertentu secara jelas.
e. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk
dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja
tetapi juga proses pembuatannya.
f. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta
didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didiknya,
hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta
didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memper-lihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karya peserta didik, antara lain:
karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
g. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang
ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
h. Tugas-Tugas
Rancanglah satu instrumen eavaluasi bentuk non-tes untuk penilaian produk yang kait
dengan materi pelajaran di jurusan anda. Diskusikan dengan teman anda, materi pelajaran apa
di jurusan anda yang paling tepat dievaluasi dengan teknik non-tes.
C. guru efektif
Dalam manajemen SDA, menjadi professional adalah tuntutan jabatan,
pekerjaan ataupun profesi. Hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi,
yaiu sikap professional dan kualitas kerja. Menjadi Seorang guru professional
adalah keniscayaan. Profesi guru juga sangat lekat dengan integritas dan
personality bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Menjadi guru mungkin
orang bias. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidik perlu
pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam konteks tersebut,
menjadi guru professional setidaknya memiliki standar minimal yakni :
1. Memiliki kemampuan intelektual yang baik
2. Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional
3. Mempunyai keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara
efektif
4. Memahami konsep perkembangan psikologi anak
5. Memiliki kemampuan mengorganisir dan proser belajar
6. Memiliki kreativitas dan seni mendidik.
7. Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran yang
meliputi :
a. Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak
memiliki perhatiaan, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mapu
memberikan transisi subtansi bahan ajar dalam proses pembelajaran.
b. Mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan
berpikir yang berbeda unutuk semua siswa.
8. Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik dan
penguatan yang meliputi :
a. Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa.
b. Mampu memberikan respon yang berifat membantu terhadap siswa yang
lamban belajar
c. Mampu meberikan bantuan professional kepada siswa jika diperlukan
d. Mampu memberikan bantuan professional kepada siswa jika di perlukan
9. Memiliki kemampuan yang tekait peningkatan diri, meliputi ;
a. Mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
b. Mampu memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode
pengajaran
c. Mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang
mampu.
d. Mampu memberikan bantuan professional kepada siswa jika diperlukan
A. Kepribadian Guru
Untuk menjadi guru seseorang harus memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji,
Kepribadian yang harus ada pada diri guru itu: kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif dan berwibawa, jaditeladan untuk hal menainya, danberakhlakmulia, Kepribadian
yang mantap dan stabilmemi liki indikator esensial bertindak sesuai dengan norma hukum;
bertindak sesuai dengan norma sosial, tumbuhnya sebagai guru, dan memiliki reputasi-
sidalam bertindak dan berperilaku Kepribadian yang dewasa memiliki in-isipan esensial
menampilkan kemandirian dalam bahasa sebagai pena didik dan memiliki etos kerja
sebagai guru Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial menampilkan
tindakanyang dibangun pada kemanfaa- tan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkanketerbukaan dalam pemikiran dan tindakan. Kepribadian yang
berwibawamemiliki indika- tor esensial memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadap proses dan hasil belajar peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani bera-
khlak mulia, bertindak sesuai dengan norma agama iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani pes didik 1. Ciri Kepribadian Guru
adalah faktor utama dan bagi proses belajar siswa. Dalam pandangan siswa, guru memiliki
otoritas, bukan saja dalam bidang akademis, pelaut juga dalam bidang non akademis,
karena itu pengaruh guru terhadap para siswanya sangat mudah dan sangat menentukan.
Kepribadian guru memiliki pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan
kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Hasil percobaan dan hasil-hasil observasi
menguatkan. yak apa yang dipelajari oleh siswa dari gurunya Para Siswa menyerap sikap-
sikap merefleksikan perasaan-perasaannya, menyerap keyakinan-keyakinannya, m tingkah
lakunya, dan kutipan pern- yataan-pernyataannya. Pengalaman menunjukkan masalah-ma
salah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan hasrat belajar yang terus-
terus pada diri siswa yang bersumber dari keprib adian guru. Kepribadian guru sangat
sangat terhadap siswa, maka guru perlu memiliki ciri sebagai orang yang berpribadi
matang dan sehat. Allport (1978) mengemukakan ciri khas orang yang memiliki
kepribadian matang adalah: Ekstensian rasa diri Meningkatkan kesadaran diri, melihat sisi
lebih dan sisi kurang dari diri; b. Keterkaitan yang hangat dengan orang lain ini bisa
menjalin relasi dengan hangat dengan orang lain. Allport suka menjadi in itinag dan kasih
sayang (Keajaiban) Keintiman merupa. kan kemampuan orang mencintai keluarga atau
teman. Sementara kecintaan adalah kemampuan orang untuk mencintai kelu- arga, teman,
maupun orang lain. Guru yang memiliki tipe ini bias. anya memiliki banyak relasi, tidak
hanya sebatas relasi disekolah, juga relasi di lingkungan penerimaan diri. Memiliki
kemampuan untuk mengendalikan emosi dan mampu. Biasanya, guru yang memiliki sifat
ni memiliki toleransi tinggi terhadap frustasi, dan mau meneri. ma apa yang ada dalam
dirinya.
2. Kepribadina Guru yang Konstruktif
Guru yang konstruktif adalah guru yang memiliki tujuan untuk melakukan perubahan
dari diri peserta didiknya.Perubahan terse- but bisa dicapai jika guru mampu menempatkan
diri sebagai sumber kreativitas dan inspirasi. Bagi peserta didik.Sebagai sumber tenaga
energi untuk peserta didik, mata batin guru yang sudah terlatih dengan baik, dipastikan
akan mampu menyentuh dan menggetarkan jiwa dan lainya.Terlebih, jika itu dilakukan
dalam suasana kelas yang kondusif, maka para peserta didik akan lebih mudah menyerap
materi yang diberikan.Dengan kata lain, saat seorang guru berbicara sesuatu, maka seluruh
peserta didik akan menyimaknya bahkan menunggu tiap kata yang diucapkan sang guru
untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran maupun dalam perilaku keseharian.Jika
ingin menjadi guru yang konstruktif yang mudah memotivasi belajar para peserta didik,
maka guru itu harus lebih dahu lu bisa memotivasi diri sendiri.Dia harus mampu
memahami dan mengen- dalikan diri sendiri.Akan, jika dia sibuk dengan begitu banyak
kesalahpahaman dalam dirinya, dalam keluarga, dan dalam memilih profesinya, maka
kemungkinan besar akan sukar ubah hati dan pikiran peserta didiknya .Selain itu, guru
yang konstruktif juga harus dapat memahami kebutuhan dan masalah-masalah siswa,
seperti hal nya tugas guru BK (Bimbingan & Konseling) karena dengan memahami
kondisi psikologi siswa, seorang guru konstruktif mudah mengubah kesadaran siswanya.
B. Profesionalisme Guru
1. Memaknai Profesionalisme Guru
Memaknai Profesionalisme Guru yang menyandang suatu Makna
"profesional" pada orang mewujudkan profesi atau sebutan tentang penampilan
seseorang dalam unjuk kerja sesuai dengan profesinya. dan juga ini telah
mendapat baik segara formal lem-informal. Pengakuan secara formal diberikan
oleh suatu badan atau / yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah
informal pengakuan itu diberikan tau pengguna jasa suatu profesi. Bagi para
humberan luas dan para telah mendapat penind sebutan "guru profesional" adalah
guru yang berlaku, balk secara formal dengan ketentuan yang belakang dengan
jabatan jabatan belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini berlaku dalam
bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dan sebagainya baik yang
menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan "guru profesional" juga bisa
lolos ke pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru
dalam pelaksanaan tugas-tugasnya sebagai tenaga pengajar. Dengan demikian,
sebutan "profesional" terwujud pada pengakuan formal ter hadap kualifikasi dan
kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jaba- tan atau pekerjaan tertentu.
iDalam UU Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 4) adalah profesi atau pekerjaan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan yang membutuhkan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar profesionalisme "
adalah sebutan yang diharapkan untuk mewujudkan senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki
profesionalisme yang tinggi akan tercer- min dalam sikap mental serta komitmen
terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai cara
dan strategi.
2. Profesi Guru
Profesi dan profesional adalah dua kata yang mirip hati mempu- nyai makna
yang berbeda. Profesi berasal dari kata profesi, semen- tara profesional berasal
dari kata profesional, yang memiliki batasan bervariasi tergantung dari konteks
yang ingin halal. Batasan mengenai profesi dan profesional ditandaskan oleh Page
& Thomas (1979), seperti kutipan berikut ini, profesi, istilah evaluatif yang
menggambarkan pekerjaan paling bergengsi yang bisa disebut profesional.
Dari batasan di atas, bisa dikatakan etika profesi itu berkai- tan dengan baik
dan buruknya tingkah laku individu dalam suatu peker- jaan, yang telah diatur
dalam kode etik. Prasyarat profesi akan terpenuhi jika memenuhi kriteria sebagai
berikut: a. Profesi menuntut suatu latihan profesional yang dipersyaratkan dan
membudaya; b. Profesi menuntut suatu lembaga yang sistematis dan
terspesialisasi; c. Profesi harus memberikan keterangan tentang keterampilan yang
dibutuhkan di mana masyarakat umum tidak memilikinya; d. Profesi harus sudah
mengembangkan hasil dan pengalaman yang sudah teruji; e. Profesi harus
membutuhkan pelatihan dan penampungan tugas; Profesi harus merupakan tipe
pekerjaan yang bermanfaat; g, Profesi harus memiliki kesadaran kelompok sebagai
kekuatan yang mampu mendorong dan membina anggotanya; h. tidak boleh
menjadi batu loncatan mencari pekerjaan lain; Profesi harus terjerat dalam
masyarakat dengan meminta anggotanya penuh kode etik yang diterima dan
membangun nya. Prasyarat profesi akan terpenuhi jika memenuhi kriteria sebagai
berikut: a. Profesi menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan
membudaya b. Profesi muhammad tentang apa yang sedang terjadi pada
umumnya tidak memilikinya; c. Profesi harus mampu mengembangkan suatu basil
dan pengalaman yang sudah teruji kemanfaatannya, d. Profesi membutuhkan
pelatihan spesifik; e. Profesi adalah tipe pekerjaan yang bermanfaat f Profesi
memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan membina anggotanya; g. Profesi
tidak menjadi batu loncatan mencari pekerjaan lain.
Dalam UU Guru dan Dosen pasal (7) ayat (1) kata guru pro dan fiksi adalah
bidang pekerjaaan khusus yang memer- lukan prinsip-prinsip profesional sebagai
berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme b. Memiliki
kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan seskin dengan jurusan
tugasnya Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugasnya d.
Mematuhi kode etik profesi e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan
tugas f Memperoleh penghasilan yang sesuai dengan prestasi kerja g Memiliki
kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan h.
Memperoleh badan dalam tugas pro- fesionalnya i. Memiliki organisasi profesi
yang berbadan hukum Pada prinsipnya profesionalisme guru dapat diartikan
sebagai guru yang dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk melihat
apakah seorang guru sedang profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua
perspektif Pertamo, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang
pendidikan untukjenjang sekolah tempat bekerja menja. di guru Kedua,
penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, penyusunan proses pembelajaran,
penyusunan siswa, melakukan tugas-tugas bimbin gan, dan lain-lain. Sementara
itu, untuk melihatlebih jauh profesionalisme guru, dapat dilihat berdasarkan ciri-
ciri sebagai berikut 1. Ahli di bidang teori dan praktik keguruan. Guru profesional
adalah guru yang menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ahli
Selanjutnya Suyanto (2001) mengemukakan empat prasyarat agar seorang guru
dapat dikatakan profesional,
1. kemampuan guru mengolah atau menyiasati kurikulum,
2. kemampuan guru mengaitkan materi kurikulum dengan lingkungan.
3. kemampuan guru memotivasi siswa untuk belajar sendiri.
4. kemampuan guru untuk mengintegrasikan berbagai bidang atau mata
pelajaran menjadi kesatuan konsep yang utuh.
a. Keshalehan Pribadi
Makna shaleh sebenarnya bukan hanya baik dalam arti hubungan dengan
sesama manusia, akankah juga mengandung makna baik ter hadap diri alam semesta,
dan hubungan manusia dengan Tuhan Keshalehan pribadi ini bisa diwujudkan dalam
bebera pa bentuk, seperti obyektif dewasa , berakhlak mulia, teladan, beriman
(iryakinan terhadap Tuhan), dan bertakwa (guru dan anak-anak) a guru harus mampu
menjaga dirinya sendiri dengan mengembangkan sikap dewasa (beraplak mulia)
berakhlak mulia, dan bisa menjadi teladan bagi siapa saja, sehingga kewibawaan akan
tumbuh pada dirinya.
A. Kompetensi Guru
Dalam merumuskan kompetensi, Louise Moqvist (2003) berpendirian
"kompetensi telah didefinisikan dalam kenyataan yang sebenarnya berkaitan dengan
individu dan pekerjaan. Sementara itu, dalam Len Holmes (1992) mendefinisikan:" A
Kompetensi adalah deskripsi tentang beberapa hal yang seseorang yang bekerja di
area pekerjaan tertentu harus menjadi Ini adalah deskripsi tindakan, perilaku atau hasil
yang seseorang harus dapat tunjukkan. Jadi seseorang baru di rebut saya-punya
kompetensi jika dia bisa melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan baik.
Begitu juga seorang guru, ia bisa dikatakan memiliki kompetensi mengajar jika guru
yang mampu mengajar dengan baik bagi siswa yang diajarnya. Kompetensi pada
hambatan, merupakan deskripsi tentang apa yang bisa dilakukan seseorang dalam
bekerja, dan apa wujucl dari peker- jaan tersebut yang bisa terlihat. Untuk dapat
melakukan suatu peker jaan, seseorang harus memiliki kemampuan dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan dengan bidang pekerjaannya.
Mengacu pada pengertian kompetensi di atas, kompetensi guru dapat dimaknai
sebagai gambaran tentang apa yang harus dilakukan ses eorang guru dalam
menjalankan pekerjaannya, baik itu kegiatan, perilaku maupun hasil yang dapat saling
membantu dalam proses belajar mengajar Menurut Suyanto dan Djihad Hisyam
(2000) ada tiga jenis kompeni tensi guru, yaitu: 1. Kompetensi profesional; memiliki
pengetahuan yang luas dari bi dang studi yang mengajarnya, memilih dan
menggunakan berbagai metode dalam proses belajar-mengajar yang diseleng garaka
nnya;2. Kompetensi kemasyarakatan: aampu berkomunikasi, baik dengan siswa,
sesama guru, maupun masyarakat luas, dalam konteks sosial;3. Kompetensi pribadi
yang memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian,
seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing
ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani,
Dalam proses belajar, semakin banyak melibatkan panca indera, semakin baik
hasil belajar yang bisa dicapai. Pola pikir yang tidak membutuhnya dalam jangka
waktu lama, akan menyebabkan ker jenuh otak, belajar menjadi lambat, bahkan
kemampuan dapat terhenti, dengan kata lain stan Dave Meier (2002: 90) fisik
mening- katkan proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan
tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah otak yang nakan untuk berpikir dan
memecahkan rnasala oleh karena mengimbangi tubuh. Rasa, pengaruh tubuh
dalam belajar. Dalam mengefektifkan kegiatan dalam belajar, Dave Meier (2002:
91) menggunakan pendekatan "SAVI" yaitu: a. Somalia: Belajar dengan bergerak
dan bersama b. Auditori: Belajar dengan berbicara dan belajar c visual: Belajar
dengan dan pilihan d. Intelektual: Belajar dengan memecahkan masalah dan
merenung.
Kegiatan belajar siswa perlu disesuaikan dengan ukuran sesuai denagn tingkat
kemampuannya. Seorang guru dituntut untuk menciptakan berbagai bentuk
kegiatan dalam mengelolaan pembelajaran, agar siswa secara optimal dapat
mengembangkan kemampuan diri den gan berbekal pengalaman yang ditempuh
selama melakukan kegiatan belajar. Berkenaan dengan optimalisasi kemampuan
belajar seseorang, Sheal, Peter (1989) menggambarkan enam kualifikasi
kemampuan sebagai berikut:
B. Strategi Kegiatan Pembelajaran
Langkah umum strategi kegiatan pembelajaran merupakan hasil dalam
kegiatan belajar dilakukan untuk melingkul empat cara efektif efisien. Paling tidak
Strategi yang dimaksud, yaitu: spesifikasi dan laualifikasi
1. Mengidentifikasi dan menentukan standar bahan tingkah laku yang diharapkan.
Hal ini berlaku pada kompetensi atau kompetensi tinggi, yang selanjutnya
dirumuskan dengan kemampuan dasar siswa untuk mendapatkan suatu kompetensi
yar mesti besar siswa, sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diberikan
2. cara belajar belajar yang tepat untuk mencapai stand. ar kompetensi, dengan
memperhatikan karakteristik siswa sebagai su-byek belajar dalam kegiatan ini,
kita wajib memahami tentang mo-dalitas dan / atau gaya belajar siswa, sebagai
individu yang menjadi beda baik secara logis, fisiologis, maupun sosiologi
3. Pilihan dan ukuran metode pembelajaran, dan metode yang sedang dikembangkan.
dahkan siswa menguasai dan menjiwai seluruh inti pesan yang ter kandung dalam
setiap sajian pembelajaran.
1. Persiapan
2. Penyampaian
3. Praktik
4. Penampilan Hasil
B. Peraturan Kelas
Ada kalanya seorang guru perlu aturan-aturan yang di nya mengajari siswa
bisa belajar disiplin. Terkadang masalah timbulnya batasan-batasan yang diterapkan
pada siswa yang memiliki kepribadian berbeda dengan teman sebayanya. Berbeda
dengan sine maksudnya memiliki perilaku yang lebih sulit dibina dan dikembangkan
dibinding siswa-siswa lainnya. Berikut beberapa saran untuk para guru yang sudah
bisa dan bisa dipakai pada siswa dengan dikurangi timbulnya masalah saya.
1. Buatlah Aturan Seminim dan sejelas Mungkin aturan yang mau dibuat jelas dan
langsung pada inti aturannya, tidak bertele-tele. Tujuannya, agar siswa langsung
mengeta- hui mana yang bisa mereka lakukan dan mana yang tidak mereka
lakukan. Jelaskan kepada mereka konsekuensi dari aturan singkat tapi, baik positif
maupun negatif. Berikan hadiah, pujian atau simpati kepada mereka yang
mematuhinya. Sedang untuk yang tidak patuh pada aturan, yang dapat memotivasi
tingkat kedisiplinan mereka.
2. Berikan Hadiah atau Hukuman Yang Masuk Akal Terangkan dengan sejelas-
jelasnya apa yang harus siswa kerjakan. Berikan pula pengertian kepada siswa
yang sangat efektif Jelaskan apakah mereka sendiri yang ada memegang kendali
atas kemampuan dan perilakunya masing-masing. Di akhir tugasnya, jelaskan
mereka harus mengerjakan tugas tepat pada waktunya, biarpun ngomong, toh
mereka pada saat yang sama juga bisa melakukan aktivi- tas yang lain. Jadi
mengerjakan tugas bukan penghalang un tuk melakukan kegiatan yang
menyenangkan lainnya.
3. Banyaklah Berkomunikasi dengan Siswa Selalu komunikasikan dengan siswa
secara baik-baik segala hal yang ingin diterapkan kepada mereka. Berikan
penjelasan dari sudut panik sebagai seorang guru dan terangkan perkembangan
apa saja yang telah diraih oleh setiap siswa.
4. Bekerja sama dengan Siswa Walaupun aturan sudah dibuat oleh guru t diajak kerja
sama. Ber. kan untuk mereka dalam proses pembelajaran mereka, jadwallisi dan
daftar ini. jadikan referensi bagi siswa untuk melakukan sesuai dengan jadwal
yang sudah disepakati bersama.
5. Bersikap dan Berpikir Positif Sekeras apapun disiplin yang dibuat, tidak berarti
disiplin yang dimaksud pemaksaan atau kekerasan terhadap siswa. Berikan kepada
ka pelbagai pilihan. Jadikan hal ini topik dari segala komun dengan siswa. Pada
siswa yang selalu mengerjakan tugas. alnya, beri pilihan untuk berusaha lebih
keras lagi atau akan kehilangan jatah waktu istirahatnya. Cara ini akan membuat
diri kita memiliki motivasi tersendiri secara internal maupun ekstern.
6. Pendekatan kepada siswa yang Bermasalah Bila ingin memberi pengertian kepada
siswa yang sering lalai atau bermasalah, gunakan pendekatan yang tidak mencolok
per. hatian siswa lainnya. Bila tidak bisa berbicara langsung pada ru. angan suka,
alihkan perhatian siswa lainnya dengan memberikan pekerjaan ringan. Ajaklah
berdiskusi, karena mungkin faktor kelalaian mereka bisa saja stres atau tekanan
akademis yang terlalu berat. Bisa juga karena mereka memiliki energi yang
berlebih sehingga sulit untuk berkonsentrasi cukup lama pada satu mata pelajaran.
Bantulah mereka untuk mengatasi masalah tersebut, dan jangan memalukan siswa
di de- pan teman-teman sekelasnya.
1. Pendekatan otoriter. Lihat ini pada perlunya pengawasan dan pengaturan siswa;
peluang besar guru
2. Pendekatan ini memberi cara intim untuk mengawasi dan menertibkan siswa dengan
3. Pendekatan Permisif. Pendekatan ini memberikan kebebasan pada siswa untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan, guru banya penting apa yang dilakukan siswa
tersebut; ke
4. Pendekatan "Resep Masakan". Pendekatan ini untuk guru dan guru yang tepat untuk
apa dan apa yang tidak bisa dilakukan; guru
5. pendekatan pengajaran Langkah ini memberi kesempatan bisa untuk menyusun
rencana pengajaran dengan tepat sehingga menghindari pertanyaan perilaku siswa
yang tidak diharapkan
6. Pendekatan Modifikasi Perilaku. Dalam pendekatan ini yang mendorong guru
mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa ini
7. pendekatan iklim sosio-emosional dalam konteks guru'menekankan pada terjalinnya
hubungan yang positif antara B. guru siswa kelompok / dinamika kelompok. Dari
pendekatan terse- but yang akan mengoptimalisasikan pengelolaan kelas adalah
penindasan modifikasi perilaku, iklim sosio-emosional, dan sistem proses kelompok
dinamika kelompok.
Seperti pengelola kelas, guru merupakan orang yang memiliki peran yang strategis karena dia
adalah orang yang merujuk kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan
melaksanakan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang
menentukan dan mengambil keputusan dengan Strategi yang akan digunakan dengan berbagai
kegiatan di kelas.
7. Metode Simposium
Dilakukan beberapa orang untuk membahas berbagai aspek dari suatu pokok
bahasan dan membacakan di muka peserta symposium secar singkat.
8. Metode Fish Bowl
Dapat digambarkan berikut beberapa peserta yang dipimpin oleh seseorang ketua
siding yang dipilih dari siswa untuk mengambil keputusan. Tempat duduk merka
diatur setengan lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta
diskusi.
B. Fungsi Penilaian
1. Fungsi Formatif
Evaluasi dilakukan selama pembelajaran berlangusung dapat memberikan
informasi yang berupa umpan balik baik bagi guru maupun bagi siswa.
2. Fungsi Sumatif
Dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar biasanya dilakukan pada akhir program
pengajaran, misalnya pada akhil kwartal, akhir semester dan akhir tahun ajaran.
3. Fungsi Diagnostik
Dipakai untuk mengungkapkan kesulitan siswa. Prosesnya dilakukan pada
permulaan PBM .
4. Fungsi Seleksi
Dipakai untuk menyeleksi peserta didik yang akan diterima dalam suatu jenjang
pendidikan guan didesuaikan dengan ruangan, tempat duduk atau fasilitas lain
yang tersedia.
5. Fungi Motivasi
Apabila siswa mengetahui bahwa dalam PBM yag dijalaninya tidak dilakukan
evalusai, maka sudah dapat dibayangkan : Siswa tesebut malas untuk belajar.
Dengan dilakukan evaluasi, maka keinginan untuk belajar akan menjadi lebih
tinggi, lebih-lebih lagi bagi siswa yang ingin menunjukan kemampuannya.
D. Prinsip penilaian.
Prinsip Penilaian dalam pembelajaran,baik pada penilaian bekelanjutan maupun
penilaian akhir hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip sebagai
berikut :
1. Penilaian Menyeluruh
2. Penilaian Bekelanjutan
3. Penilaian Berorientasi
4. Penilaian sesuai dengan pengalaman belajar
G. Pengskoran
1. Tes Kognitif
2. Pengukuran aspek afektif
3. Tes Psikomotorik
PEMBAHASAN
1. Pada Bab 1 Buku Utama adalah Membahas Tentang Konsep Evaluasi Pembelajaran
yang mana dalam materi ini Pada hakikatnya tes adalah serangkaian tugas yang harus
dilakukan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu
aspek perilaku tertentu. Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas daripada sesuatu. Dalam proses pengukuran tentu harus
menggunakan alat ukur Sedangkan Pada Bab 1 Buku Pembanding adalah
Membahas Tentang Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran yang mana dalam materi ini
Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas dalam bentuk soal atau
perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil pelaksanaan
tugas tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap
peserta didik. Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan
kuantitas daripada sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi
pembelajaran, sarana prasana sekolah .
2. Pada Bab 2 Buku Utama Adalah membahas Tentang Tujuan evaluasi pembelajaran
adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran. Sedangkan,
tujuan umum penilaian adalah keeping-track, checking-up, finding-out, and summing-
up. Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah diberikan; kecakapan, motivasi, bakat, minat,
dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran; tingkat kemajuan dan
kesesuaian hasil belajar peserta didiK
dilakukan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh pendidik dalam proses
pembelajaran adalah melalui evaluasi. Evaluasi yang dilakukan oleh pendidik ini
dapat berupa evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran.
Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita selalu melakukan
pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan
pengukuran dan penilaiankata sendiri serta dapat mengukur kecakapan murid untuk
berfikir tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk pertanyaan.
3. Pada Bab 3 Buku Utama Adalah Membahas Tentang Ruang Lingkup Proses
Pembelajara yang mana materi nya itu Ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam
perspektif domain hasil belajar dapat mengikuti pengelompokkan dari Benyamin
S.Bloom, dkk (1956) yang membagi hasil belajar menjadi tiga domain, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor.
Buku Pembanding
Pandangan Evaluasi Hasil Belajar menuru para ahli
Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or
process to determining the value of something. Menurut definisi ini, maka
istilah evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Kesimpulan yang dapat di ambil dari ke dua buku tersebut adalah bahwa pada buku
utama para ahli mengungkapkan Evaluasi Hasil Belajar harus memiliki beberapa
komponen dalam mengevaluasi. Sendangkan pada buku pembanding mendefenisikan
(Menjelaskan) evaluasi hasil belajar.
Buku Pembanding
Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Penyusunaiu Tes Hasil Belajar
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil
belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk
mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan
44
Kesimpulan yang dapat di ambil dari kedua buku tersebut adalah bahwa buku utama
memberikan jenis-jenis prinsip penilaian dalam evaluasi hasil belajar. Sedangkan
buku pembanding menjelaskan prinsip dasar dalam penyusunan tes hasil belajar.
44
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Ketiga buku yang telah kami bahas, kami menyimpulkan bahwa lebih banyak
Kelebihan Buku Utama dari pada Buku Pembanding. Sehingga kami menyarankan
buku ini cocok dimiliki Mahasiswa.
B. Saran
Semoga dengan adanya Critical Book Review ini pembaca, khusunya pendidik, atau
calon pendidik dapat memberikan perhatian lebih dalam hal yang berkaitan dengan
evaluasi sehingga seorang pendidik akan mempunyai dasar yang kuat dalam
melakukan penilaian terhadap siswanya. utamanya bagi pendidik ataupun calon
pendidik untuk lebih memperdalam pengetahuannya dalam hal evaluasi pembelajaran
dan menerapkan proses evaluasi tersebut secara benar dan tepat.
45
Daftar Pustaka
46