Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Obesitas adalah penyakit kronis multifaktorial yang melibatkan komponen


sosial, kultural, fisiologis, psikologis, metabolik, endokrin, genetik, dan tingkah
laku, yang pada akhirnya menyebabkan kelebihan jaringan adiposa dan massa
jaringan (Yao, 2012). Risiko kesehatan meningkat dengan tingkat obesitas dan
dengan peningkatan distribusi berat perut (Morgan, 2013).
Pada beberapa kondisi, kerjasama dan komunikasi antara ahli bedah dan
ahli anestesi lebih penting terutama selama operasi jalan nafas. Membuat,
mempertahankan, dan melindungi jalan napas dalam menghadapi anatomi yang
abnormal dan intervensi bedah yang simultan adalah tugas yang berat.
Pemahaman anatomi jalan nafas dan pemahaman terhadap prosedur operasi THT
dan maksilofasial yang umum sangat berharga dalam menangani tantangan
anestesi ini (Morgan, 2013).
Pasien obesitas cenderung mengalami obstructive sleep apnea (OSA).
OSA menyebabkan gangguan tidur dan rasa kantuk di siang hari. Akibatnya,
pasien dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, terutama jika mengemudi.
Konsekuensi jangka panjang yang lebih serius termasuk peningkatan tonus
simpatetik, penyakit jantung iskemik, hipertensi, takiaritmia, penurunan fungsi
kognitif, hipertensi paru, cor pulmonale, gagal jantung kongestif, kecelakaan/
stroke kardiovaskular, dan kematian mendadak. Gejala sisa ini adalah akibat dari
konsekuensi fisiologis dari peristiwa pernapasan. Pada kasus yang parah,
hipertensi paru dan polisitemia terjadi karena hipoksemia yang berkepanjangan.
Hipertensi sistemik terjadi karena meningkatnya kadar katekolamin. Menurut
Komisi Nasional Penelitian Gangguan Tidur, ada 38.000 kematian kardiovaskular
per tahun di Amerika Serikat sekunder dari OSA. Jika tidak diobati, mortalitas 15
tahun untuk orang dewasa dengan OSA parah adalah 30%. OSA sendiri dikaitkan
dengan peningkatan komplikasi paska operasi dan merupakan faktor risiko
independen untuk peningkatan morbiditas dan mortalitas (Ahmad, 2015)
(Abdelmalek, 2013).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas
Kegemukan dan obesitas diklasifikasikan menggunakan indeks massa
tubuh (Body Mass Index/ BMI). Kelebihan berat badan (overweight) didefinisikan
sebagai BMI 24 kg/m2 atau lebih, obesitas sebagai BMI 30 atau lebih, dan
obesitas ekstrim (sebelumnya disebut "obesitas morbid") sebagai BMI lebih dari
40. BMI dihitung dengan membagi berat (dalam kilogram) dengan tinggi (dalam
meter) kuadrat (Ahmad, 2015) (Morgan, 2013).

Dengan menggunakan rumus BMI diatas, berat badan dapat dibagi


menjadi beberapa kelas (berlaku untuk pria dan wanita), underweight adalah BMI
≤18.5, healthy weight (normal) adalah BMI 18.6 hingga 24.9, overweight adalah
BMI 25 hingga 29.9, obesity adalah BMI 30 hingga 34.9, severe obesity adalah
BMI 35 hingga 39.9, morbid obesity adalah BMI >40.0 (Yao, 2012).
Risiko kesehatan meningkat dengan tingkat obesitas dan dengan
peningkatan distribusi berat perut. Pria dengan ukuran pinggang 40 inchi atau
lebih dan wanita dengan ukuran pinggang 35 inchi atau lebih berada pada risiko
kesehatan yang buruk (Morgan, 2013).
Obesitas adalah penyakit kronis multifaktorial yang melibatkan
komponen sosial, kultural, fisiologis, psikologis, metabolik, endokrin, genetik,
dan tingkah laku, yang pada akhirnya menyebabkan kelebihan jaringan adiposa
dan massa jaringan (Yao, 2012). Standar BMI juga dapat dibagi berdasarkan jenis
kelamin menjadi :
 Anorexia adalah BMI kurang dari 17.5 pada pria ataupun wanita
 Underweight adalah BMI 17.6 hingga 19.0 pada wanita, dan 17.6 hingga
20.6 pada pria
 Ideal (normal) adalah BMI 19.1 hingga 25.8 pada wanita, dan 20.7 hingga
26.4 pada pria

2
DAFTAR PUSTAKA

Abdelmalak B, Doyle DJ. Anesthesia for Otolaryngologic Surgery. Cambridge


University Press, New York, 2013;18(175-184).
Ahmad SI, Imam SK. Obesity : A Practical Guidline. Springer International
Publishing AG, Switzerland. 2015; 10(131-7).
Farag E, Argalious M, Tetzlaff JE. Basic Science in Anesthesia: The
Postoperative Period. Springer International Publishing AG, Switzerland.
2018; 29(6): 510-511.

Frerk C, Mitchel VS, McNarry AF, e al. Difficult Airway Society 2015 guidelines
for Management of Unanticipated Difficult Intubation in Adults. Br J
Anaesth 2015;115 (6):827-48.
Levine AI, Govindaraj S, DeMaria S. Anesthesiology and Otolaryngology.
Springer, New York. 2013;244-246.
Morgan GE, Mikhail MS. Airway Management. Clinical Anesthesiology 5 th  ed.
Lange Medical Books, New York, 2013.
Paul AK. Step by Step : Practical Aspects of Emergency Anesthesia. Jaypee
Brothers Medical Publishers, Panama. 2010;45-46.
Said AL, Kartini AS, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. 2nd ed. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta. 2001;107-122.
Vacanti CA, Sikka PK, Urman RD, et al. Essential Clinical Anesthesia.
Cambridge University Press, New York. 2011;109-110.
Yao FS. Yao & Artusio’s, Anesthesiology : Problem-Oriented Patient
Management 7th ed. Lippincott Williams & Wilkins, Wolters Kluwer,
Philadelphia, 2012.

Anda mungkin juga menyukai