ASWAJA
Untuk memenuhi Tugas Mata kuliah
Dosen Pengampu : Bpk. Mukhlisin
DI SUSUN OLEH :
JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana konflik terjadi dalam pemerintahan khalafaurrasyidin?
2. Apa penyebab munculnya aliran teologi dalam Islam ?
3. Siapa tokoh- tokoh aswaja dalam ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa saja konflik yang terjadi dalam pemerintahan
khalafaurrasyidin
2. Untuk mengetahui bagaimana alur munculnya teologi islam
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh ahlusunnah wal Jama`ah
D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini yaitu dapat digunakan sebagai menambah
wawasan dari penulis maupun pembaca, selain itu juga untuk memenuhi
tugas tertulis dari Dosen pengampu kuliah.
BAB II
PEMBAHASAN
b. Aliran Murji’ah
Al-Hasan bin Ali Abi Thalib, Abu Hanifah, Abu Yusuf dan
beberapa ahli hadist kemudian dikenal dengan sebutan Murji’ah.
Jadi bagi kelompok ini orang Islam yang berdosa besar masih tetap
beriman. Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah memberi defenisi iman
sebagai berikut : Iman adalah pengakuan dan pengetahuan tentang
Tuhan, Rasulrasulnya dan tentang semua apa yang datang dari
Tuhan dalam keseluruhan dan tidak dalam rincian. Iman tidak
mempunyai sifat bertambah atau berkurang dan tidak ada
perbedaan antara manusia dalam hal iman.
c. Aliran Mu’tazilah (Ahl al-Sunnah Wal Jama’ah) Tokoh aliran
ini adalah Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ary dan Imam Abu
Mansur Al-Maturidy. Aliran ini pada dasarnya aturan esensial
berfikir ini terdiri dari tiga komponen. Pertama adalah
pengakuan bahwa masing-masing lapisan realitas memiliki
logika berfikir yang sesuai dengan kodrat sendiri. Kedua adalah
pengakuan bahwa kebenaran dari lapisan lain dapat diterima
melalui keyakinan atas dasar otoritas aturan berfikir dan unsur
ketiga adalah pengakuan bahwa lapisan realitas tersebut
merupakan kesatuan dasar Tuhan yang diterima dalam Islam.
Jadi aliran ini tidak menetapkan hukum kafir bagi pelaku dosa
besar.Demikianlah, perselisihan ini menjadi perselisihan
keagamaan setelah pada mulanya merupakan perselisihan
politik sehingga menjadi salah satu pembahasan ilmu tauhid
yang penting, sebagaimana masalah jabatan Khalifah juga
menjadi bidang kajian ilmu ini, meskipun lebih tepat untuk di
bab ilmu Fiqih karena menyangkut hukum amaliah bukan
masalah keyakinan. Hal ini dikarenakan masalah pemimpin
pemerintahan pada garis besarnya merupakan kemaslahatan
yang berkaitan dengan orang yang pantas untuk mengatur
urusan-urusan kaum Muslimin, bukan masalah kepercayaan
yang berkaitan dengan salah satu dasar agama. Tetapi
berhubungan dengan sebagian kelompok mengajukan beberapa
pendapat yang hampir-hampir membawa kepada penolakan
terhadap banyak kaidah Islam, maka para tokoh ilmu tauhid
menjadi masalah jabatan khalifah itu sebagai salah satu bidang
kajian mereka, untuk dibahas secara objektif, jauh dari
fanatisme dan hawa nafsu, dengan tujuan untuk memperoleh
kebenaran tentang masalah tersebut, demi menjaga akidah-
akidah agama yang benar karena banyaknya masalah-masalah
lain yang masuk di dalam ilmu tauhid.
d. Ahlus Sunnah wal Jama’ah
e. Syiah
f. . Qadariyah
g. Jabariyah
Berikut ini kita sebutkan beberapa nama tokoh terkemuka yang memiliki
andil besar dalam penyebaran akidah Asy’ariyyah. Ulama kita di kalangan
Ahlussunnah mengatakan bahwa menyebut nama orang-orang saleh adalah sebab
bagi turunnya segala rahmat dan karunia Allah; Bi Dzikr ash-Shâlihîn Tatanazzal
ar-Rahamât”. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa al-Imâm Ahmad ibn
Hanbal berkata tentang salah seorang yang sangat saleh bernama Shafwan ibn
Sulaim: “Dia (Shafwan ibn Sulaim) adalah orang saleh yang bila disebut namanya
maka hujan akan turun”. Karenanya, semoga dengan penyebutan orang-orang
saleh berikut ini, kita mendapatkan karunia dan rahmat dari Allah. Amin.
A. Angkatan Pertama
B. Angkatan Ke Dua
D. Angkatan Ke Empat
E. Angkatan Ke Lima
F. Angkatan Ke Enam
G. Angkatan Ke Tujuh
Diantaranya; al-Hâfizh Abu Zur’ah Ahmad ibn Abd ar-Rahim al-Iraqi (w
826 H), Taqiyyuddin Abu Bakr al-Hishni ibn Muhammad; penulis Kifâyah al-
Akhyâr (w 829 H), Amîr al-Mu’minîn Fî al-Hadîts al-Hâfizh Ahmad ibn Hajar al-
Asqalani; penulis kitab Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri (w 852 H),
Muhammad ibn Muhammad al-Hanafi yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn
Amir al-Hajj (w 879 H), Badruddin Mahmud ibn Ahmad al-Aini; penulis ‘Umdah
al-Qâri’ Bi Syarh Shahîh al-Bukhâri (w 855 H), Jalaluddin Muhammad ibn
Ahmad al-Mahalli (w 864 H), Burhanuddin Ibrahim ibn Umar al-Biqa’i; penulis
kitab tafsirNazhm ad-Durar (w 885 H), Abu Abdillah Muhammad ibn Yusuf as-
Sanusi; penulis al-‘Aqîdah as-Sanûsiyyah (w 895 H).
H. Angkatan ke Delapan
Nama-nama ulama terkemuka ini hanya mereka yang hidup sampai sekitar abad
12 hijriyyah, dan itupun hanya sebagiannya saja. Bila hendak kita sebutkan satu
persatu, termasuk yang berada di bawah tingkatan mereka dalam keilmuannya,
maka sangat banyak sekali, tidak terhitung jumlahnya, siapa pula yang sanggup
menghitung jumlah bintang di langit, membilang butiran pasir di pantai? Kita
akan membutuhkan lembaran kertas yang sangat panjang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa Rasulullah, segala permasalahan umat diselesaikan
langsung olehnya. Namun sepeninggal Rasul, maka banyak hal yang
membuat umat Islam kebingungan, termasuk di dalamnya penunjukan
pemimpin umat sepeninggal Rasul. Kepemimpinan Abu Bakar sebagai
khalifah pertama telah menimbulkan pro-kontra, terutama dari ahlul bait,
pada masa umar, stabilitas politik umat cukup stabil, namun pada masa
Usman, terutama setengah akhir jabatan kekhalifahannya, banyak
kebijakan lahir tanpa memperhatikan kepentingan umat Islam, sehingga
polemik ini berakhir pada pembunuhan terhadapnya. Selama masa
kepemimpinannya, Ali bin Abi Thalib menghadapi berbagai permasalahan
yang mungkin jika diberikan kepada orang lain akan menjadi berbeda
ceritanya. Walaupun dalam keadaan yang sangat terdesak, ternyata Ali bin
Abi Thalib tidak kehilangan kebesarannya, masih menjunjung tinggi nilai-
nilai Islam walaupun menurut sebagian orang, Ali bin Abi Thalib
melakukan kesalahan dalam menunda pengusutan pembunuhan Usman
dan penerimaan Tahkim. Kondisi terakhir telah menyebabkan konflik
berkepanjangan dalam tubuh umat Islam yang bermuara pada lahirnya
aliran teologi dalam Islam.
B. Saran