Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

EDUKASI VAKSINASI COVID-19

Oleh

Roni Syahputra Hasibuan 140100064

Dewi Sartika Harahap 140100114

Pembimbing

Prof. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT /


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS /
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
MAKALAH
EDUKASI VAKSINASI COVID-19

Oleh

Roni Syahputra Hasibuan 140100064

Dewi Sartika Harahap 140100114

Pembimbing

Prof. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT /


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS /
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
3

MAKALAH
EDUKASI VAKSINASI COVID-19

“Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi


persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara”

OLEH

Roni Syahputra Hasibuan 140100064


Dewi Sartika Harahap 140100114

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT /


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS /
ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
3

LEMBAR
PENGESAHAN

Judul : Edukasi Vaksinasi COVID-19

Nama : Roni Syahputra Hasibuan

NIM : 140100064

Nama : Dewi Sartika Harahap

NIM : 140100114

Medan, Februari 2021

Pembimbing

Prof. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes


NIP: 196906091999032001

i
3

ii
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Edukasi Vaksinasi COVID-
19”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing Prof. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan
makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam
penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat,
akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2021

Penulis

ii
3

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................I
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................IV
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan Makalah...............................................................................2
1.3 Manfaat Makalah............................................................................2
BAB II METODE PENELITIAN.........................................................................3
2.1 Corona Disease 2019 (COVID-19)................................................3
2.1.1 Definisi...............................................................................3
2.1.2 Etiologi................................................................................3
2.1.3 Epidemiologi.......................................................................4
2.1.4 Transmisi Penularan...........................................................5
2.2 Vaksin.............................................................................................7
2.2.1 Vaksinani COVID-19.........................................................7
2.2.2 Perkembangan Vaksin Covid-19......................................12
2.3. Edukasi Vaksinasi Covid-19..............................................15

BAB III KESIMPULAN......................................................................................18


DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

1
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu upaya yang sedang dikembangkan untuk
pencegahan COVID-19 adalah pembuatan vaksin guna membuat
imunitas dan mencegah transmisi (Susilo et al, 2020). Vaksin adalah
antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih hidup tapi
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa
toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein
rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
infeksi tertentu (Muliati et al, 2014).
Kebutuhan mengembangkan vaksin secara cepat untuk
melawan virus SARS-CoV-2 sangat tinggi beberapa bulan
belakangan. Seluruh peneliti di berbagai dunia dalam segala bidang
yang berkaitan seperti ahli genomik dan struktur biologi saling bahu-
membahu untuk mengembangkan vaksin ini. Para peneliti telah
bekerja keras dalam mengembangkan vaksin berbagai macam virus
setidaknya 20 tahun belakangan dikarenakan munculnya berbagai
virus baru yang menggemparkan dunia, di antaranya virus H1N1,
ebola, zika, SARS, MERS, hingga saat iniCovid-19 (RI,2020).
Berdasarkan data WHO pada 5 Januari 2021, telah ada 63
kandidat vaksin COVID-19 yang telah memasuki uji klinik, di mana
vaksin di antaranya telah memasuki fase ketiga. Walaupun
keseluruhan fase ketiga pada uji klinik belum selesai, beberapa
negara seperti Kerajaan Inggris dan Amerika Serikat telah
melaksanakan vaksinasi COVID-19 melalui mekanisme Emergency
Use Authorization (EUA). Mekanisme EUA dilaksanakan untuk
memfasilitasi penyediaan dan penggunaan produk kesehatan,

2
3

termasuk vaksin, dalam masa kegawat-daruratan, termasuk pada


pandemi COVID-19 (RI,2020).

3
3

1.2 Tujuan Makalah


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
mengenai ‘Edukasi Vaksinasi COVID-19’. Penyusunan makalah ini sekaligus
untuk memenuhi persyaratan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas / Ilmu
Kedokteran Pencegahan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3 Manfaat Makalah


Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
tentang ‘Edukasi Vaksinasi COVID-19’.

4
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Corona-virus Disease 2019 (COVID-19)

2.1.1 Definisi

Corona-virus Disease 2019 (COVID-19) adalah Coronavirus baru dari


subfamili Coronavirinae dalam keluarga Coronaviridae yang sekarang disebut
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) . Berbagai jenis
human coronavirus bervariasi dalam seberapa parah penyakit yang dijumpai
menjadi, dan seberapa jauh mereka bisa menyebar. COVID-19 ini pertama kali
diidentifikasi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina dan diyakini penyebarannya
berasal dari sebuah pasar basah di Huanan (CDC, 2020; WHO, 2020).

World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute
respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya
sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID- 19) (WHO, 2020). Pada mulanya
transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-
manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat
kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu pasien
tersebut dicurigai kasus “super spreader”. (Channel News Asia, 2020). Akhirnya
dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke
manusia (Relman, 2020). Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih
misterius dan penelitian masih terus berlanjut (Yuliana, 2020).

2.1.2 Etiologi
Transmisi dari Virus Corona diyakini melalui droplet yang berasal dari batuk
dan bersin, sama seperti penularan pathogen pada saluran pernafasan lainnya
seperti influenza dan rhinovirus. Menurut World Health Organization (WHO)

5
6

penyebaran SARS-Cov2 di china tampaknya terbatas pada anggota keluarga,


penyedia layanan kesehatan dan kontak dekat lainnya. Kasus terbanyak di China
dilaporkan pada laki-laki dewasa yang usia di atas 40 tahun disertai penyakit
komorbiditas, dan pada anak anak hanya sedikit yang baru teridentifikasi dan
mereka yang terinfeksi tampaknya memiliki gejala ringan (PDPI,2020).

Data yang diliris baru-baru ini menunjukan bahwa pasien tanpa gejala masih
dapat menularkan infeksi. Hal ini meningkatkan kekhawatiran akan efektivitas
dari isolasi. Zou et all melakukan penelitian dengan mengikuti expresi virus saat
infeksi melalui usap hidung dan tenggorokan, mereka menemukan peningkatan
viral load saat pasien menjadi asimptomatik. Satu pasien didapatkan tidak
ditemukan gejala namun mulai menyebarkan virus pada hari ke 7 setelah diduga
infeksi (PDPI,2020).

2.1.3 Epidemiologi
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya
kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologi Desember 2019 (Li et al, 2020).
Berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga berhubungan
dengan Pasar Seafood di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China
kemudian mengumumkan bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus
jenis baru yang kemudian diberi nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2). Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus
penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun
SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV
(CDC China, 2020). Proses penularan yang cepat membuat WHO menetapkan
COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020. Angka
kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada populasi yang
terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan
pemeriksaan laboratorium.
Thailand merupakan negara pertama di luar China yang melaporkan adanya
kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara berikutnya yang melaporkan kasus
7

pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea Selatan yang kemudian berkembang
ke negara-negara lain. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020, WHO melaporkan
10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian di seluruh dunia (CFR
4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi adalah Amerika
Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom. Sementara, negara dengan
angka kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Italia,
Perancis, dan Spanyol.
Indonesia melaporkan kasus pertama COVID-19 pada tanggal 2 Maret
2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga sekarang. Sampai dengan tanggal 30
Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 56.385 kasus konfirmasi COVID-
19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang tersebar di 34 provinsi.
Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling banyak terjadi pada
rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5 tahun. Angka
kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun
(KEMENKES,2020). Jumlah kasus yang sudah terjadi diindonesia sendiri ada 989
kasus dengan jumlah pasien yang sembuh 799 dan yang meninggal dunia 27.835.
Dengan jumlah yang terdata pada daerah Sumatera Utara ada 20.221 kasus,
dengan pasien yang sembuh 17.480 dan yang meningeal dunia 726.

2.1.4 Transmisi Penularan


Transmisi kontak dan droplet
Transmisi SARS-CoV-2 dapat terjadi melalui kontak langsung, kontak tidak
langsung, atau kontak erat dengan orang yang terinfeksi melalui sekresi seperti air
liur dan sekresi saluran pernapasan atau droplet saluran napas yang keluar saat
orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau menyanyi. Droplet saluran
napas memiliki ukuran diameter > 5-10 µm sedangkan droplet yang berukuran
diameter = 5 µm disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol. Transmisi droplet
saluran napas dapat terjadi ketika seseorang melakukan kontak erat (berada dalam
jarak 1 meter) dengan orang terinfeksi yang mengalami gejala-gejala pernapasan
(seperti batuk atau bersin) atau yang sedang berbicara atau menyanyi; dalam
keadaan-keadaan ini, droplet saluran napas yang mengandung virus dapat
8

mencapai mulut, hidung, mata orang yang rentan dan dapat menimbulkan infeksi.
Transmisi kontak tidak langsung di mana terjadi kontak antara inang yang rentan
dengan benda atau permukaan yang terkontaminasi (transmisi fomit) juga dapat
terjadi (WHO,2020).

Transmisi melalui udara


Transmisi melalui udara didefinisikan sebagai penyebaran agen infeksius
yang diakibatkan oleh penyebaran droplet nuclei (aerosol) yang tetap infeksius
saat melayang di udara dan bergerak hingga jarak yang jauh. Transmisi SARS-
CoV-2 melalui udara dapat terjadi selama pelaksanaan prosedur medis yang
menghasilkan aerosol (“prosedur yang menghasilkan aerosol”). WHO, bersama
dengan kalangan ilmuwan, terus secara aktif mendiskusikan dan mengevaluasi
apakah SARS-CoV-2 juga dapat menyebar melalui aerosol, di mana prosedur
yang menghasilkan aerosol tidak dilakukan terutama di tempat dalam ruangan
dengan ventilasi yang buruk (WHO,2020)

Transmisi fomit
Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh orang yang
terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda, sehingga terbentuk fomit
(permukaan yang terkontaminasi). Virus dan/atau SARS-CoV-2 yang hidup dan
terdeteksi melalui RTPCR dapat ditemui di permukaan-permukaan tersebut
selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan sekitarnya
(termasuk suhu dan kelembapan) dan jenis permukaan. Konsentrasi virus dan/atau
RNA ini lebih tinggi di fasilitas pelayanan kesehatan di mana pasien COVID-19
diobati. Karena itu, transmisi juga dapat terjadi secara tidak langsung melalui
lingkungan sekitar atau benda-benda yang terkontaminasi virus dari orang yang
terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer), yang dilanjutkan dengan
sentuhan pada mulut, hidung, atau mata (WHO,2020).
Meskipun terdapat bukti-bukti yang konsisten atas kontaminasi SARS-CoV-2
pada permukaan dan bertahannya virus ini pada permukaan-permukaan tertentu,
9

tidak ada laporan spesifik yang secara langsung mendemonstrasikan penularan


fomit. Orang yang berkontak dengan permukaan yang mungkin infeksius sering
kali juga berkontak erat dengan orang yang infeksius, sehingga transmisi droplet
saluran napas dan transmisi fomit sulit dibedakan. Namun, transmisi fomit
dipandang sebagai moda transmisi SARS-CoV-2 yang mungkin karena adanya
temuan-temuan yang konsisten mengenai kontaminasi lingkungan sekitar kasus-
kasus yang terinfeksi dan karena transmisi jenis-jenis coronavirus lain dan virus-
virus saluran pernapasan lain dapat terjadi dengan cara ini (WHO,2020).

2.3 Vaksin
2.3.1 Vaksin COVID-19

Salah satu upaya yang sedang dikembangkan untuk pencegahan COVID-19


adalah pembuatan vaksin guna membuat imunitas dan mencegah transmisi (Susilo
et al, 2020). Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah,
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein
rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu (Muliati et al,
2014).
Pengembangan vaksin yang efektif untuk melawan infeksi SARS-CoV-2
sangat dibutuhkan. Sejauh ini, lebih dari 40 perusahaan farmasi dan institusi
akademis di seluruh dunia telah diluncurkan program mereka pada pengembangan
vaksin melawan SARS-CoV-2 (Zhang et al, 2020).
Semua vaksin bertujuan untuk memaparkan tubuh ke antigen yang tidak akan

menyebabkan penyakit tetapi akan memicu respons kekebalan yang dapat

memblokir
atau membunuh virus jika seseorang terinfeksi. Setidaknya ada enam
teknologi vaksin yang dicoba untuk melawan virus corona, dan mereka
mengandalkan virus atau partikel virus yang dilemahkan atau dilemahkan (WHO,
2020)
10

Gambar 2.1 Beberapa pendekatan untuk vaksin COVID-19 (WHO,2020)

beberapa dibawah ini adalah tipe vaksin SARS-CoV-2 yang sedang dalam
masa pengembangan

 Vaksin Inaktif

Vaksin sel utuh yang dimatikan atau vaksin hidup yang dilemahkan
menghadirkan beberapa komponen antigenik ke inang dan dengan demikian
dapat berpotensi menyebabkan beragam efek imunologis terhadap patogen.
Mereka adalah vaksin tradisional dengan teknologi yang telah dipersiapkan
secara matang persiapan, dan dapat menjadi vaksin SARS-CoV-2 pertama
yang dimasukkan ke dalam aplikasi klinis. . Saat ini beberapa lembaga
11

penelitian telah memulai penelitian terkait. Pusat Pengendalian dan


Pencegahan Penyakit China, Institut Virologi Wuhan, Akademi Ilmu
Pengetahuan China, Universitas Zhejiang, dan beberapa institusi lain telah
berhasil mengisolasi strain virus SARS-CoV-2 dan memulai pengembangan
vaksin yang relevan. Selain itu, Codagenix, Inc. mengumumkan kerja sama
dengan Serum Institute of India, Ltd. untuk mengembangkan vaksin live-
attenuated terhadap SARS-CoV-2. Mereka menggunakan deoptimisasi virus
untuk mensintesis vaksin yang dilemahkan hidup yang “dirancang secara
rasional”. Teknologi ini dimulai dengan urutan genom virus dan
memungkinkan generasi cepat dari beberapa kandidat vaksin untuk melawan
virus (WHO, 2020)

 Vaksin Subunit
Vaksin subunit mencakup satu atau lebih antigen dengan
imunogenisitas kuat yang mampu secara efisien menstimulasi sistem
kekebalan tubuh. Secara umum, jenis vaksin ini lebih aman dan lebih mudah
untuk diproduksi, tetapi sering kali membutuhkan tambahan bahan untuk
memperoleh respons imun pelindung yang kuat. Selama ini beberapa institusi
telah memprakarsai program vaksin subunit SARS-CoV-2, dan hampir
semuanya menggunakan protein S sebagai antigen. Misalnya, Universitas
Queensland sedang mengembangkan vaksin subunit berdasarkan teknologi
"molecular clamp". Clover Biopharm Pharmaceuticals Inc. mengungkapkan
bahwa mereka sedang mengembangkan kandidat vaksin melawan SARS-
CoV-2 menggunakan teknologi “Trimer-Tag”, dan kandidat vaksin subunit
protein S trimerik diproduksi melalui sistem ekspresi sel mamalia. Novavax,
Inc. mengumumkan bahwa mereka telah menghasilkan beberapa kandidat
vaksin nanopartikel berdasarkan protein S, dan sekarang menilai kemanjuran
pada model hewan untuk mengidentifikasi kandidat vaksin yang optimal
untuk pengujian manusia. Selain itu, Johnson & Johnson, Pasteur Institute,
dan Chongqing Zhifei Biological Products Co., Ltd. juga memulai
pengembangan subunit vaksin melawan SARS-CoV-2 (WHO,2020).
12

 Vaksin berbasis mRNA


Dengan pengembangan dan pematangan teknologi sintesis, modifikasi,
dan pengiriman mRNA, penelitian tentang vaksin mRNA telah mendapatkan
kembali perhatian selama dua dekade terakhir. Vaksin mRNA merupakan
alternatif yang menjanjikan untuk pendekatan vaksin konvensional karena
potensinya yang tinggi, siklus produksi yang singkat, biaya produksi yang
rendah, dan administrasi yang aman. Prosedur pengembangan vaksin mRNA
meliputi pemilihan antigen, optimalisasi urutan, skrining nukleotida
termodifikasi, optimalisasi sistem pengiriman, evaluasi respon imun dan uji
keamanan. Khususnya, belum ada vaksin mRNA yang memasuki pasar,
sehingga diperlukan waktu lebih lama dalam penetapan standar kualitas dan
evaluasi keamanan. Sejauh ini, vaksin mRNA SARS-CoV-2 (mRNA-1273,
pengkodean protein S) yang dikembangkan oleh Moderna, telah diluncurkan
dalam percobaan pada hewan dan produksi batch klinis. Diharapkan uji klinis
akan dilakukan pada 20-25 relawan sehat pada akhir April. Universitas Fudan
bekerja sama dengan Universitas Jiaotong Shanghai dan Perusahaan
Biofarmasi Bluebird untuk mengembangkan vaksin mRNA SARS-CoV-2
menggunakan dua strategi berbeda. Yang pertama adalah menggunakan
mRNA untuk mengekspresikan protein SARS-CoV-2 S dan domain RBD,
kemanjuran vaksin ini sekarang sedang dievaluasi pada tikus. Yang kedua
adalah penggunaan mRNA untuk mengekspresikan partikel mirip virus secara
in vivo. Selain itu, perusahaan biofarmasi Jerman CureVac AG, Stermirna
Therapeutics, BDGENE Therapeutics, Guanhao Biotech, ZY Therapeutics
Inc., CanSino Biologics Inc., Baylor College of Medicine, University of
Texas, universitas Tongji juga mengumumkan kemajuan mereka dalam
pengembangan vaksin mRNA melawan SARS- CoV-2.
 Vaksin berbasis DNA
Vaksin DNA biasanya terdiri dari molekul DNA plasmid yang
menyandikan satu atau lebih antigen. Mereka lebih unggul dari vaksin mRNA
dalam formulasi yang dibutuhkan untuk stabilitas dan efisiensi pengiriman,
namun mereka perlu memasuki nukleus yang dapat membawa risiko integrasi
13

vctor dan mutasi pada genom inang . Sejauh ini, dua vaksin DNA SARS-
CoV-2 sedang dikembangkan. Inovio Pharmaceuticals mengembangkan
kandidat vaksin DNA yang disebut INO-4800, yang dalam studi praklinis dan
akan segera memasuki uji klinis fase I. Anak Perusahaan Ilmu DNA Terapan,
LineaRx, dan Takis Biotech berkolaborasi untuk pengembangan kandidat
vaksin DNA linier melawan SARS-CoV-2, yang sekarang dalam studi
praklinis (WHO,2020).
 Vaksin berbasis vektor virus
Vaksin vektor hidup adalah virus hidup (vektor) yang mengekspresikan
antigen heterolog. Mereka dicirikan dengan menggabungkan imunogenisitas
yang kuat dari vaksin hidup yang dilemahkan dan keamanan vaksin subunit,
dan secara luas digunakan untuk menginduksi kekebalan seluler secara in
vivo. Penelitian vaksin SARS-CoV-2 terkait telah dilakukan oleh institusi
berikut. Greffex Inc. yang berbasis di Houston telah menyelesaikan
pembangunan vaksin vektor adenovirus SARS-CoV-2 dengan Greffex Vector
Platform dan seharusnya sekarang telah beralih ke pengujian hewan. Tonix
Pharmaceuticals mengumumkan penelitian untuk mengembangkan potensi
vaksin SARS-CoV-2 berdasarkan Horsepox Virus (TNX-1800). Johnson &
Johnson telah mengadopsi platform vektor adenoviral AdVac® untuk
pengembangan vaksin (WHO,2020).
 Vaksin Peptida Sintetis atau Epitop
Vaksin ini hanya mengandung fragmen tertentu dari antigen utuh dan
biasanya dibuat dengan teknik sintesis kimia. Mereka lebih mudah dalam
persiapan dan kontrol kualitas. Namun, berat molekul rendah dan
kompleksitas struktural dari vaksin ini biasanya menghasilkan imunogenisitas
yang rendah, sehingga modifikasi struktural, sistem pengiriman, dan bahan
pembantu diperlukan tambahan dalam formulasi. Saat ini, para peneliti dari
Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong memeriksa sekumpulan epitop
sel B dan T dari protein S dan N SARS-CoV, epitop ini sangat terkonservasi
dalam SARS-CoV- 2 dan dapat membantu memandu upaya eksperimental
menuju pengembangan. dari vaksin SARS-CoV-2. Generex Biotechnology
14

mengumumkan bahwa mereka bekerja dengan kelompok pihak ketiga untuk


menghasilkan vaksin peptida melawan virus pandemi menggunakan teknologi
NuGenerex Immuno- Oncology Ii-Key yang dipatenkan yang menggunakan
peptida sintetis dalam meniru daerah protein esensial dari virus yang secara
kimiawi terkait dengan 4- asam amino Ii-Key untuk memastikan aktivasi
sistem kekebalan yang kuat (Zhang et al, 2020)
2.2.2 Perkembangan Vaksin COVID-19
Riset vaksin novel coronavirus merupakan salah satu tahapan penyediaan
vaksin sehingga hampir seluruh negara berlomba-lomba dalam riset vaksin ini.
Penelitian dan penemuan vaksin COVID-19 termasuk yang sangat cepat di
antaranya selain dikarenakan dampak yang sangat luas juga karena didukung
teknologi riset yang sangat modern dan dukungan anggaran yang sangat besar
yang belum pernah dilakukan sebelumnya di dunia.
Berdasarkan data WHO pada 5 Januari 2021, telah ada 63 kandidat vaksin
COVID-19 yang telah memasuki uji klinik, di mana 15 di antaranya telah
memasuki fase ketiga. Walaupun keseluruhan fase ketiga pada uji klinik belum
selesai, beberapa negara seperti Kerajaan Inggris dan Amerika Serikat telah
melaksanakan vaksinasi COVID-19 melalui mekanisme Emergency Use
Authorization (EUA). Mekanisme EUA dilaksanakan untuk memfasilitasi
penyediaan dan penggunaan produk kesehatan, termasuk vaksin, dalam masa
kegawat-daruratan, termasuk pada pandemi COVID-19.
Mekanisme EUA tentunya tidak menggantikan sistem dan protokol uji klinik
yang dilakukan dalam riset vaksin itu sendiri, sehingga vaksin COVID-19 yang
diberikan kepada manusia tetap harus teruji keamanan, mutu, dan khasiatnya. Di
Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), melalui mekanisme
rolling submission atau evaluasi vaksin atas penyampaian bertahap data hasil uji
klinik, memastikan bahwa keamanan dan respon imun vaksin COVID-19
memenuhi persyaratan efikasi dan imunogenisitas.
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 bertujuan untuk :
a) mengurangi transmisi/penularan COVID-19;
b) menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19;
15

c) mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd imunity);


d) melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial
dan ekonomi (PERMENKES, 2020).
Upaya vaksinasi COVID-19 telah dilakukan oleh berbagai negara termasuk
Indonesia untuk mengembangkan vaksin yang ideal dengan berbagai platform
yaitu vaksin inaktivasi /inactivated virus vaccines, vaksin virus yang dilemahkan
(live attenuated), vaksin vektor virus, vaksin asam nukleat, vaksin seperti virus
(virus-like vaccine), dan vaksin subunit protein. Namun hanya sekitar 7% jenis
vaksin yang berhasil melewati penelitian preklinis, dan hanya 20% dari kandidat
tersebut yang berhasil mencapai trial klinis (WHO, 2020).
Perkembangan vaksin yang normal umumnya dilakukan sesuai langkahnya
berurutan namun dengan situasi darurat dunia yang ditimbulkan oleh COVID-19
menyebabkan beberapa tahapan vaksinnya dituntaskan secara parallel untuk
mempercepat uj klinis. Keamanan dan efikasi vaksin tetap dimonitor seperti
surveilans efek samping, monitor keamanan data dan follow-up jangka panjang.
Fase IV post-marketing surveillance untuk efek samping adalah fase yang kritis
dan penting (WHO, 2020).

Gambar 2.2 Sepuluh kandidat vaksin di fase ketiga uji klinis (WHO, 2020)
16

2.4. Edukasi Vaksinasi covid-19


Tujuan utama vaksinasi COVID-19 adalah mengurangi transmisi/penularan
COVID-19, menurunkan angka kesakitan dan kamatian akibat COVID-19.
Mencapai kekebalan kelompok di masyarakat (herd imunity) dan melindungi
masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi.
Vaksinasi COVID-19 adalah bagian penting dari upaya penanganan pandemi
COVID-19 yang menyeluruh dan terpadu meliputi aspek pencegahan dengan
penerapan protokol kesehatan: menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun dan
memakai masker (3M), vaksinasi COVID-19, dan 3T (Tes, Telusur, Tindak
lanjut) (PERMENKES, 2020).
Saat ini, berbagai upaya edukasi penerapan protokol kesehatan terus
dilakukan. Hasil studi yang dilakukan Badan Pusat Statistik dan Satuan Tugas
Penanganan COVID-19 pada bulan September 2020 menunjukkan 75 persen
masyarakat mencuci tangan pakai sabun, 92 persen memakai masker dan 73
persen menjaga jarak. Penerapan protokol kesehatan yang konsisten memerlukan
kebijakan yang mendukung, sarana dan prasana yang memadai serta edukasi dan
komunikasi perubahan perilaku yang dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat dengan informasi yang mudah dipahami, akurat, menarik, dan dapat
mendorong terjadinya adopsi perilaku pencegahan. Herd Immunity atau kekebalan
kelompok akan terbentuk jika sebagian besar masyarakat divaksinasi. Cakupan
vaksinasi yang tinggi membutuhkan partisipasi dan kerjasama berbagai pihak
untuk mengatasi keengganan dan keraguan (hesitancy)masyarakat terhadap
vaksinasi, meningkatkan penerimaan (acceptance) dengan memastikan
ketersediaan akses pada informasi yang akurat tentang vaksinasi COVID-19.
17

Hasil survei penerimaan vaksin yang dilakukan Kementerian Kesehatan


bersama ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) dengan
dukungan UNICEF dan WHO pada bulan September 2020 menunjukkan bahwa
sebagian besar masyarakat(74 persen) sudah mengetahui rencana pemerintah
untuk melaksanakan vaksinasi COVID-19. Sebanyak 65 persen bersedia untuk
divaksinasi, sekitar 27 persen masih ragu. Dan hanya sebagian kecil atau sekitar 8
persen yang menyatakan menolak dengan alasan khawatir akan keamanan,
efektivitas dan kehalalan vaksin. Hasil survei juga menunjukkan bahwa mereka
yang memiliki informasi tentang vaksinasi COVID-19 cenderung lebih menerima
vaksinasi COVID-19. Hal ini menunjukkan pentingnya untuk memastikan seluruh
masyarakat mendapatkan akses terhadap informasi yang akurat tentang
penanganan COVID-19, termasuk tentang vaksinasi COVID-19.
Perkembangan vaksin hingga dapat digunakan secara massal harus melewati
setidaknya 3 fase. Fase awal adalah uji coba pra-klinis (Preclinical Testing)yang
diujikan kepada hewan seperti monyet atau tikus untuk melihat respon kekebalan
tubuh penerima. Setelahnya beranjak ke fase pertama (Phase I: SafetyTrials),
vaksin diberikan kepada sejumlah pasien untuk menguji keamanan, ketepatan
dosis, dan memastikan rangsangan terhadap sistem imun tubuh penerima. Fase
kedua (Phase II: Expanded Trials), vaksin yang telah lolos uji fase pertama
diujikan kepada ratusan orang yang dikelompokkan berdasarkan usia untuk
melihat keterikatan usia pada pengaruh vaksin. Uji coba ini kemudian diuji
keamanan dan kemampuan vaksin untuk merangsang kekebalan tubuh pada
masing-masing usia. Fase ketiga (Phase III: Efficacy Trials),vaksin diujikan
kembali kepada ribuan orang dan melihat seberapa banyak yang terinfeksi
dibandingkan dengan sukarelawan placebo (pengobatan yang tidak berdampak
atau penanganan palsu). Uji coba ini bertujuan untuk menentukan kemampuan
vaksin melindungi terhadap virus korona.Tahap berikutnya adalah approvalatau
persetujuan, yakni vaksin yang telah melalui berbagai tahap sebelumnya ditinjau
oleh pemerintah tiap negara (regulatorapproval) untuk memutuskan vaksin akan
disetujui atau tidak (WHO, 2020)
BAB III
KESIMPULAN

Corona-virus Disease 2019 (COVID-19) adalah Coronavirus baru dari


subfamili Coronavirinae dalam keluarga Coronaviridae yang sekarang disebut
severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) . Berbagai jenis
human coronavirus bervariasi dalam seberapa parah penyakit yang dijumpai
menjadi, dan seberapa jauh mereka bisa menyebar. pada anggota keluarga,
penyedia layanan kesehatan dan kontak dekat lainnya.
Transmisi dari Virus Corona diyakini melalui droplet yang berasal dari batuk
dan bersin, sama seperti penularan pathogen pada saluran pernafasan lainnya
seperti influenza dan rhinovirus. Menurut World Health Organization (WHO)
penyebaran SARS-Cov2 di china tampaknya terbatas pada anggota keluarga,
penyedia layanan kesehatan dan kontak dekat lainnya.
Salah satu upaya yang sedang dikembangkan untuk pencegahan COVID-19
adalah pembuatan vaksin guna membuat imunitas dan mencegah transmisi (Susilo
et al, 2020). Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati,
masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah,
berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein
rekombinan yang apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu
Perkembangan vaksin yang normal umumnya dilakukan sesuai langkahnya
berurutan namun dengan situasi darurat dunia yang ditimbulkan oleh COVID-19
menyebabkan beberapa tahapan vaksinnya dituntaskan secara parallel untuk
mempercepat uj klinis. Keamanan dan efikasi vaksin tetap dimonitor seperti
surveilans efek samping, monitor keamanan data dan follow-up jangka panjang.
Fase IV post-marketing surveillance untuk efek samping adalah fase yang kritis
dan penting .

18
DAFTAR PUSTAKA

CDC. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Centers for Disease


Control and Prevention. Retrieved 2 April 2020, from https://www.cdc.gov/
coronavi- rus/2019-ncov/if-you-are-sick/steps-when-sick.html.

CDC. (2020). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Centers for Disease


Control and Prevention. Retrieved 2 April 2020, from https://www.cdc.gov/
coronavi- rus/2019-ncov/if-you-are-sick/steps-when-sick.html.

CDC.2020. Human virus types. https://www.cdc.gov/coronavirus/types.htm

Li, Q. et al. Early transmission dynamics in Wuhan, China, of novel coronavirus–


infected pneumonia. N. Engl. J. Med.
https://doi.org/10.1056/NEJMoa2001316 (2020).

Relman, E. (2020). Business insider Singapore. Cited Jan 28th 2020. Available
on:https://www.businessinsider.sg/deadly-china-wuhan-virusspreading-
human-to-human- officials-confirm-2020- 1/?r=US&IR=T.

WHO. (2020). WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-


nCov on 26 February 2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on:

https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals-remarks-at-the-
media- briefing-on-2019-ncov-on-11-february- 2020. (Jan 26th 2021)

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2020. Protokol Tatalaksana Pasien COVID-


19. Jakarta, April 2020.

RI, P. data dan informasi kementerian kesehatan (2020) ‘Vaksinasi COVID-19


menuju sukses’.

WHO (2020) ‘Transmisi SARS-CoV-2: implikasi terhadap kewaspadaan


pencegahan infeksi’, Pernyataan keilmuan, pp. 1–10. Available at: who.int.

Yuliana (2020) ‘WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE’, Parque de los


afectos. Jóvenes que cuentan, 2(February), pp. 124–137. doi:

19
20

10.2307/j.ctvzxxb18.12.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikumiawan., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen,
L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F.,
Jasirwan, O., & Yunihastuti, E., 2020, ‘Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
Literatur Terkini’, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, vol. 7, no. 1, pp.60.
Muliati, E., Isfan, R., Royati O. F., & Widyaningsih, Y., (eds) 2014, BUKU AJAR
IMUNISASI, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, Jakarta.
Zhang, J., Zeng, H., Gu, J., Li, H., Zheng, L., & Zou, Q., 2020, ‘Progress and
Prospects on Vaccine Development against SARS-CoV-2’, Vaccine, vol. 8,
no. 153, pp. 1-7.
Guidance on developing a national deployment and vaccination plan for COVID-
19 vaccines. Geneva: World Health Organization;2020 (WHO/2019-
nCoV/NDVP/2020.1). Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES). 2020.


Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19). Jakarta; 1-23
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (DIRJEN P2P). 2021.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Jakarta; 1-114
WHO. 2020. What we know about COVID-19 Vaccine Development. 06 October
2020. WHO.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES). 2020a. Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Penetapan Jenis Vaksin
untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019(COVID-19).
Jakarta;1−4

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2021a. Penerbitan Persetujuan


Penggunaan Dalam Kondisi Darurat Atau Emergency Use Authorization
(EUA) Pertama Untuk Vaksin COVID-19 [Internet]. BPOM. [Disitasi 25
Januari 2021]. Tersedia di :
https://www.pom.go.id/new/view/more/pers/584/Penerbitan-
Persetujuan-Penggunaan-Dalam-Kondisi-Darurat-Atau-Emergency-Use-
Authorization--EUA--Pertama-Untuk-Vaksin-COVID-19.html.

Anda mungkin juga menyukai