Jenis NPWP
Menurut jenisnya, NPWP dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. NPWP Pribadi, diberikan kepada setiap orang yang mempunyai penghasilan di
Indonesia.
2. .NPWP Badan, diberikan kepada perusahaan atau badan usaha yang
mempunyai penghasilan di Indonesia.
Pada awal respons, pemerintah menggunakan pajak untuk memitigasi efek wabah
virus Corona terhadap perekonomian. Dengan pajak, pemerintah ingin menjaga
stabilitas pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat, dan produktivitas sektor
tertentu yang terdampak pandemi Covid-19.
Respons tersebut diwujudkan dengan pemberian sejumlah insentif yang diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.23/PMK.03/2020 tentang Insentif
Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona.
Penerima insentif PPh Pasal 21 DTP adalah sektor manufaktur (440 klasifikasi
lapangan usaha/KLU) dan perusahaan KITE. Sementara, tiga insentif lainnya bisa
dinikmati oleh sektor manufaktur (102 KLU) dan perusahaan KITE. Dalam
perkembangannya, penerima insentif akan diperluas ke 11 sektor usaha lainnya.
Dalam beleid yang diundangkan dan berlaku mulai 31 Maret 2020 tersebut,
setidaknya ada 3 kebijakan yang terkait dengan Ditjen Pajak (DJP). Ketiganya
menjadi bagian dari kebijakan keuangan negara untuk penanganan dan
penanggulangan Covid-19 serta mendorong stimulus perekonomian.
Pertama, penurunan tarif PPh badan dari 25% menjadi 22% (2020 dan 2021)
dan 20% (2022 dan seterusnya). Selain itu, ada pengurangan tarif 3 poin
persentase lebih rendah bagi wajib pajak badan yang go-public.
Kedua, pemajakan atas transaksi elektronik.
Dukungan itu diwujudkan dalam bentuk pemberian insentif atau fasilitas kepada
badan/instansi pemerintah, rumah sakit, atau pihak lain yang ditunjuk untuk
membantu penanganan pandemi Covid-19. Fasilitas diberikan terkait dengan
barang dan jasa.
Ketentuan fasilitas ini ada dalam PMK No.28/PMK.03/2020 tentang Pemberian
Fasilitas Pajak terhadap Barang dan Jasa yang Diperlukan Dalam Rangka
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019.
Dari sejumlah insentif dan kebijakan pajak yang diambil, mayoritas menitik
beratkan pada fungsi regulerend ketimbang budgeter. Langkah ini ditempuh
untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak mudah akibat Covid-19.
Dari sini bisa terlihat pajak memainkan peran sangat krusial, baik dari
fungsi regulerend maupun budgeter. Dalam konteks pemberian insentif dan
sejumlah relaksasi, pemerintah telah menggunakan instrumen pajak untuk
menstimulus perekonomian secara langsung. Jadi, bukan menggunakannya
untuk menjadi sumber penerimaan yang akhirnya dibelanjakan oleh negara.
Di sisi lain, pemerintah tetap ingin mengoptimalkan potensi yang masih bisa
digarap. Salah satunya adalah mengenalkan pemajakan atas transaksi elektronik
dalam Perpu 1/2020.
Dari pemetaan dan perbandingan Indonesia dengan tren negara lain, dapat
disimpulkan skema dan jenis instrumen pajak yang diambil oleh Indonesia selaras
dan dalam beberapa hal justru lebih progresif dibandingkan dengan negara lain.
Sumber : ( https://news.ddtc.co.id/pajak-jadi-andalan-hadapi-efek-pandemi-virus-
corona-20223?page_y=1520 )
Sumber : ( https://www.pajak.go.id/id/wajib-pajak-dan-npwp )
Sumber : ( https://news.ddtc.co.id/ini-peran-pajak-untuk-ketahanan-ekonomi-
indonesia-dalam-masa-covid-19-20387?page_y=2335 )
Sumber : https://indonesia.go.id/layanan/keuangan/ekonomi/fungsi-npwp-dan-
cara-membuatnya