Anjuran pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain mengkonsumsi tambahan kalori
tiap hari sebanyak 500 kalori. Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral,
dan vitamin. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.
Mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas. Minum kapsul vitamin A (200.000
unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Sulistyawati,
2015).
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolisme.
Kebutuhan nutrisi ibu menyusui meningkat sebesar 25% (meningkat 3x dari kebutuhan
biasa). Ini digunakan untuk memproduksi ASI dan proses kesembuhan setelah
persalinan. Makanan yang dikonsumsi harus sesuai dengan porsi yang cukup dan
teratur, tidak terlalu asin, pedas dan berlemak. Tidak mengandung alkohol, nikotin serta
pengawet dan pewarna.
Kandungan gizi yang terdapat dalam makanan yang dikonsumsi ibu nifas harus
mengandung unsur:
1. Sumber energi (karbohidrat)
Bahan makanan yang mengandung sumber energi adalah: beras, jagung, tepung
terigu, sagu dan ubi. Sedangkan lemak dapat diperoleh dari hewani (mentega, keju) dan
nabati (kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan margarine). Makanan tersebut
berfungsi untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru.
Berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan pengatur kelancaran
metabolism dalam tubuh. Ibu menyusui minum air putih minimal 3 liter/ hari. Ibu
dianjurkan untuk minum setiap selesai menyusui. Sumber makanan tersebut terdapat
dalam semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
Jenis-jenis mineral:
a. Zat kapur
Untuk pembentukan tulang. Sumber: susu, keju, kacang-kacangan dan sayuran warna
hijau.
b. Fosfor
Dibutuhkan untuk pembentukan kerangka dan gigi anak. Sumber: susu, keju, daging.
c. Zat besi
Zat besi dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel serta menambah sel darah
merah (HB) sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber: kuning
telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang-kacangan dan sayuran hijau.
d. Yodium
Untuk mencegah timbulnya kelemahan mental dan kekerdilan fisik. Sumber: minyak
ikan, ikan laut, garam beryodium.
e. Kalsium
Untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang, perkembangan syaraf penglihatan,
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Sumber: kuning telur, hati, mentega,
sayuran hijau, buah yang berwarna kuning (wortel, tomat, nangka). Vitamin A 200.000
IU.
b. Vitamin B1 (Thiamin)
Untuk membantu metabolisme karbohidrat, kerja syaraf dan jantung yang normal,
nafsu makan yang baik, membantu proses pencernaan makanan, meningkatkan
pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mengurangi kelelahan. Sumber: hati, kuning
telur, susu, kacang-kacangan, tomat, jeruk, nanas, kentang.
c. Vitamin B2 (Riboflavin)
Untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan, pencernaan, system urat syaraf, jaringan
kulit dan mata. Sumber: hati, kuning telur, susu, keju, kacang-kacangan, sayuran
berwarna hijau.
d. Vitamin B3 (Niacin)/Nicotine Acid
Untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan syaraf dan pertumbuhan. Sumber:
susu, kuning telur, daging, kaldu daging, hati, daging ayam, kacang-kacangan, beras
merah, jamur dan tomat.
e. Vitamin B6 (Pyridoksin)
Untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan gigi dan gusi. Sumber: gandum,
jagung, hati dan daging.
Untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan syaraf. Sumber: telur,
daging, hati, keju, ikan laut dan kerang laut.
g. Folic acid
Untuk pertumbuhan dan pembentukan sel darah merah dan produksi inti sel. Sumber:
hati, daging, ikan, jeroan dan sayuran hijau.
h. Vitamin C
Untuk pembentukan jaringan ikat, penyembuhan luka, pertumbuhan tulang, gigi, gusi,
daya tahan terhadap infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumber:
jeruk, tomat, melon, brokoli, jambu biji, mangga, papaya dan sayuran.
i. Vitamin D
Untuk mencegah perdarahan agar proses pembekuan darah normal. Sumber: kuning
telur, hati, brokoli, asparagus dan bayam. Kebutuhan energy untuk ibu nifas adalah 700
Kkal/ hari pada 6 bulan pertama, 500 kkal pada 6 bulan ke-2. Untuk ibu menyusui bayi
umur < 2 tahun 400 kkal/hari.
Petunjuk mengolah makanan secara sehat
8. Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi pada makanan. Jika makanan kemasan
kaleng jangan pilih kaleng yang penyok/karatan.
9. Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman
B. Ambulasi Dini
Lakukan ambulasi dini pada ibu nifas dua jam setelah persalinan normal, sedangkan
pada ibu nifas dengan partus sectio caesarea ambulasi dini dilakukan paling tidak
setelah 12 jam masa nifas setelah ibu sebelumnya istirahat (tidur). Tahap ambulasi dini
dapat dilakukan dengan miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan
apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan. (Asih, 2016).
Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur 24-48 jam post partum.
Keuntungan ambulasi dini:
C. Kebutuhan Eliminasi
Ibu harus berkemih spontan dalam 6-8 jam masa nifas, motivasi ibu untuk berkemih
dengan membasahi bagian vagina atau melakukan kateterisasi karena urin yang
tertahan dalam kandung kemih akan menghambat uterus berkontraksi dengan baik
sehingga menimbulkan perdarahan yang berlebihan. Sebaiknya pada hari kedua nifas
ibu sudah bisa buang air besar, jika sudah hari ketiga ibu masih belum bisa BAB, ibu
bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria sebagai pelunak tinja. Feses yang
tertahan dalam usus semakin lama akan mengeras karena cairan yang terkandung
dalam feses akan selalu diserap oleh usus, hal ini dapat menimbulkan konstipasi pada
ibu nifas. (Asih, 2016).
BAK harus sudah dapat dilakukan secra spontan setiap 3-4 jam. Bila ibu tidak bisa
BAK secara spontan dilakukan tindakan:
Merangsang mengalirkan air kran dekat klien
Bila upaya tersebut tetap tidak bisa baru dilakukan kateterisasi. BAB biasanya sudah
bisa dilakukan setelah hari ke-3. Bila belum bisa BAB diberikan suppositoria dan
minum air hangat. perlu diberikan diit secara teratur, minum cairan yang banyak,
makan cukup serat dan olahraga
D. Kebersihan Diri
Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun kulit anjurkan
ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Mengajarkan ibu bagaimana
membersihkan daerah kelamin dengan arah sapuan dari depan terlebih dahulu
kemudian ke belakang menggunakan sabun dan air. Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka. (Prawirohardjo, 2014).
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh/personal hygiene
Cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan alat genitalia • Jika ada luka
episiotomi/laserasi, hindari menyentuh daerah luka, kompres luka tersebut
dengan kassa bethadine setiap pagi dan sore hari untuk pengeringan luka dan
menghindari terjadinya infeksi
E. Istirahat
Ibu nifas sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali
keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu dan
beristirahat yang cukup sebagai persiapan energi menyusui bayinya nanti.
(Sulistyawati, 2015).
1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
F. Seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak
budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa
waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan
bergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Prawirohardjo, 2014).
1. Secara fisik aman, begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jari
2. Tradisi yang menunda hubungan suami istri sampai waktu tertentu. Hal ini
tergantung pasangan
3. Begitu darah merah berhenti, boleh melakukan hubungan suami istri
4. Untuk kesehatan sebaiknya ibu mengikuti program KB
5. Pada saat permulaan hubungan seksual perhatikan umlah waktu, penggunaan
kontrasepsi (jika menggunakan), dispareuni, kenikmatan dan kepuasan wanita
dan pasangan serta masih dalam hubungan seksual
Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain:
1. Gangguan/ ketidaknyamanan fisik.
2. Kelelahan.
3. Ketidakseimbangan hormone.
4. Kecemasan berlebihan.
G. Keluarga Berencana
H. Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas
dilakukan seawal mungkin dengan catatan menjalani persalinana dengan normal dan
tidak ada penyulit (masa nifas).
Latihan yang paling penting untuk dilakukan dalam beberapa minggu pertama
setelah melahirkan adalah beristirahat dan mengenal bayinya. Relaksasi dan tidur
adalah hal yang sangat penting. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya
dengan waktu yang berbeda-beda, ingatkan ibu agar bersikap ramah terhadap
dirinya sendiri.
Banyak diantara senam post partum sebenarnya adalah sama dengan senam
antenatal. Hal yang penting bagi ibu adalah agar senam tersebut hendaknya
dilakukan secara perlahan kemudian semakin lama semakin sering/kuat.
Ada beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam post
partum:
Tingkat kesegaran tubuh ibu sebelum kelahiran bayi
Apakah ibu telah mengalami persalinan yang lama dan sulit atau tidak
Apakah bayinya mudah dilayani atau rewel dalam meminta asuhan
Berikut ini adalah kondisi yang umum sebagai akibat dari stress selama
kehamilan dan kelahiran: Pemisahan simphisis pubis, Coccyx yang patah atau
cedera, Punggung yang cedera, bagian atas atau bagian bawah, Sciatica,
Ketegangan pada ligamen kaki atau otot, Trauma perineum yang parah atau nyeri
luka abdomen (operasi caesarea).
Tujuan senam nifas:
1. Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu.
2. Mempercepat proses involusio uteri.
3. Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut, dan perineum.
4. Memperlancar pengeluaran lokhia.
5. Membantu mengurangi rasa sakit.
6. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan.
Manfaat senam nifas
1. Membantu memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan.
3. Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen.
4. Memperbaiki dan memperkuat otot panggul.
5. Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca persalinan.
Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi atau
penyulit masa nifas atau diantara waktu makan. Sebelum senam nifas, persiapan yang
dapat dilakukan adalah:
1. Mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga.
2. Minum banyak air putih
3. Dapat dilakukan di tempat tidur.
4. Dapat diiringi musik
5. Perhatikan keadaan ibu.
Latihan senam nifas yang dapat dilakukan antara lain:
1. Senam otot dasar panggul (dapat dilakukan setelah 3 hari pasca persalinan)
Langkah-langkah senam otot dasar panggul: kerutkan atau kencangkan otot sekitar
vagina, seperti kita menahan BAK selama 5 detik, kemudian kendorkan selama 3
detik, selajutnya kencangkan lagi. Mulailah dengan 10 kali 5 detik pengencangan otot
3 kali sehari, secara bertahap lakukan senam, ini sampai mencapai 30-50 kali 5 detik
dalam sehari.
2. Senam otot perut (dilakukan setelah 1 minggu nifas)
Senam dilakukan dengan posisi berbaring dan lutut tertekuk pada alas yang datar dank
eras. Mulailah dengan melakukan 5 kali per hari untuk setiap jenis senam di bawah ini.
Setiap minggu tambahkan frekuensinya dengan 5 kali lagi, maka pada akhir masa nifas
setiap jenis senam ini dilakukan 30 kali.
Langkah-Langkah senam otot perut:
a. Menggerakkan panggul
Ratakan bagian bawah punggung dengan alas tempat berbaring
Keraskan otot perut atau panggul, tahan sampai 5 hitungan, bernafas biasa
Otot kembali relaksasi, bagian bawah punggung kembali ke posisi.
b. Bernafas dalam
Tariklah nafas dalam-dalam dengan tangan diatas perut. Perut dan tangan diatasnya
akan tertarik keatas. Tahan selam 5 detik. Keluarkan nafas panjang. Perut dan tangan
diatasnya akan terdorong kebawah. Kencangkan otot perut dan tahan selama 5 detik.
c. Menyilangkan tungkai
Lakukan posisi seperti pada langkah A. pada posisi tersebut, lakukan tumit ke pantat.
Bila hal ini tak dapat dilakukan, maka dekatkan tumit ke pantat sebisanya. Tahan
selama 5 detik, pertahankan bagian bawah punggung tetap rata.
d. Menekukkan tubuh
Lakukan posisi seperti langkah A. tarik dengan menarik dagu dan mengangkat kepala.
Keluarkan nafas dan angkat kedua bahu untuk mencapai kedua lutut. Tahan selama 5
detik. Tariklah nafas sambil ke posisi dalam 5 hitungan.
e. Bila kekuatan tubuh semakin baik, lakukan sit-up yang lebih sulit.
Dengan kedua lengan diatas dada. Selanjutnya tangan di belakang kepala, ingatlag
untuk tetap mengencangkan otot perut. Bagian bawah punggung tetap menempel pada
alas tempat berbaring.
Catatan: Bila ibu merasa pusing, merasa sangat lelah atau darah nifas yang keluar
bertambah banyak, ibu sebaiknya menghentikan latihan senam nifas. Mulai lagi
beberapa hari kemudian dan membatasi pada latihan senam yang dirasakan tidak
terlalu melelehkan. (Sulistyawati, 2015)
2. Adaptasi Psikologi Ibu Nifas
Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan
adaptasi Perubahan seperti sering menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat
berubah menjadi senang merupakan manisfestasi dari emosi yang labil. Proses adaptasi
berbeda-beda antara satu ibu dengan yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi
menerima bayi yang dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira
bercampur dengan kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang
sebentar lagi akan dijalani
Seorang wanita setelah sebelumnya menjalani fase sebagai anak kemudian berubah
menjadi istri dan harus bersiap menjadi ibu. Proses ini memerlukan waktu untuk bisa
menguasai perasaan dan pikirannya. Semakin lama akan timbul rasa memiliki pada
janinnya sehingga ada rasa ketakutan akan kehilangan bayinya atau perasaan cemas
mengenai kesehatan bayinya Ibu akan mulai berpikir bagaimana bentuk fisik bayinya
sehingga muncul "mental image" tentang gambaran bayi yang sempurna dalam pikiran
ibu seperti berkulit putih, gemuk, montok, dan lain sebagainya. Tanggungjawab
bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari
keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu.
Beberapa faktor yang berperan dalam penyesuaian ibu antara lain:
a Dukungan keluarga dan teman
b. Pengalaman waktu melahirkan, harapan dan aspirasi
c. Pengalaman merawat dan membesarkan anak sebelumnya
a. Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama sampai
hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada dirinya
sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari
awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyaman fisik
yang dialami ibu pada fase ini seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan
kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu
perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami,
seperti menangis, dan mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung lebih pasif
terhadap lingkungannya.
Pada fase ini petugas kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu
dapat melewati fase ini dengan baik. Ibu hanya ingin didengarkan dan diperhatikan.
Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu yang cukup
merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami atau keluarga
sangat diperlukan pada fase ini.
2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu missal
rasa mules karena Rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula,
payudara bengkak, nyeri luka jahitan
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan
cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena
sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab akan perawatan bayinya. Perasaan ibu
lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah
komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain mengajarkan cara
perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam
nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat
membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk
menjaga kondisi fisiknya. (Asih, 2016).
POST PARTUM BLUES
Periode emosional stress yang terjadi antara hari ke tiga dan ke 10 setelah
persalinan.
80% pada ibu post partum
Karakteristik: iritbilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing dan perasan
sedih dan kesendirian
Penyebab: ada beberapa faktor yang berperan:
Perubahan level hormon yang terjadi secara cepat
Ketidaknyamanan yang tidak diharapkan (payudara bengkak, nyeri
persalinan)
Kecemasan setelah pulang dari RS/ tempat bersalin
Brest feeding, Perubahan pola tidur, Manajemen:
Tidak ada perawatan khusus pada post partum blues jika tidak ada gejala
yang signifikan
Empathy dan support dari keluarga dan staf
Jika gejala tetap ada lebih dari 2 minggu bantuan profesional
1. FAKTOR BIOLOGIS
Riwayat depresi
Keluarga punya riwayat depresi
Depresi selama kehamilan
Harga diri rendah
Hubungan antara ibu dan anak yang kurang baik
Trauma hidup (kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan)
3. SOCIAL KULTURAL
REFERENSI
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1502100004/6._BAB_2__.pdf
https://www.academia.edu/28562230/KEBUTUHAN_DASAR_IBU_NIFAS
https://griyahusada.id/files/bahan-ajar/Askeb%20III%20Nifas.pdf