Kedudukan Tes Dan Aplikasi Tes Dalam Bim
Kedudukan Tes Dan Aplikasi Tes Dalam Bim
14
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TES
Tes dapat menyajikan fungsi-fungsi tertentu. Tes dapat memberikan data untuk
membantu para siswa dalam meningkatkan pemahaman diri (self-understanding),
penilaian diri (self-evaluation), dan penerimaan diri (self-accpetence). Hasil tes juga dapat
digunakan siswa untuk meningkatkan persepsi dirinya secara optimal dan mengembangkan
eksplorasi dalam beberapa bidang tertentu. selain itu, tes berfungsi sebagai alat prediksi,
sebagai suatu bantuan diagnosis, alat pemanatau (monitoring), dan sebagai suatu instrumen
evaluasi.2
1
http://surya-apee.blogspot.com/2010/02/bab-i-instrumen-test-bimb.html.Diakses pada hari Minggu,
08 Maret 2015 pukul 14:42 wib
2
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal:5
14
C. TUJUAN PENGGUNAAN TES DALAM KONSELING
Secara umum penggunaan tes dapat digolongkan kedalam dua klasifikasi besar
yaitu untuk tujuan bukan untuk konseling dan tujuan untuk konseling.
Selain itu, tujuan tes dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah:
a) Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat,
minat kepribadian, sikap dan sebagainya.
b) Dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan siswa dapat menerima keadaan
dirinya sebagai objektif
c) Membantu siswa untuk mampu mengemukakan berbagai aspek dalam dirinya
d) Membantu siswa untuk dapat mengelola informasi dirinya
e) Membantu siswa agar dapat menggunakan informasi mengenai dirinya sebagai
dasar perencanaan dan pembuatan keputusan masa depan.4
3
http://bk13127endah.blogspot.com/2015/01/kedudukan-dan-tujuan-tes-dalam-konseling.html.
Diakses pada hari Minggu, 08 Maret 2015 pukul 15:26 wib
4
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal:8
14
D. JENIS INSTRUMEN TES DALAM BK
Bimbingan dan Konseling menggunakan tes dalam proses konseling sebagai upaya
untuk memperoleh tambahan data atau informasi dari konseli. Adapun jenis instrument
Bimbingan dan Konseling yang pada umumnya digunakan di sekolah, antara lain:
1. Tes IQ (kecerdasan)
2. Tes Kepribadian
3. Tes Bakat
5
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal:15
14
a) Kemampuan potensial yang tidak disadari individu
b) Mendukung pengembangan kemampuan istimewa atau potensial individu
tertentu
c) Menyediakan informasi untuk membantu individu membuat keputusan
pendidikan dan karir atau alternative pilihan yang ada
d) Membantu memprediksi tingkat sukses akademis atau pekerjaan yang bisa di
antisipasi individu
e) Pengelompokkan individu sesuai dengan bakat yang serupa untuk mencapai
dan meningkatkan perkembangan kepribadian dan pendidikan.
4. Tes Minat
5. Tes Prestasi
Untuk mengetahui secara sepintas bagaimana kedudukan tes psikologis dalam
program pelayanan Bimbingan dan Konseling khususnya Bimbingan Karier di SMP dan
SMA/ SMK. Kiranya perlu ditnjau tentang pengertian dan tujuan dari bimbingan kaier itu.
14
kerja itu untuk pada akhirnya dapat memilih bidang pekejaan, memasukinya dan membina
karir dalam bidang tersebut.
Dalam program pelayanan bimbingan karier di sekolah diharapkan para siswa SMP
dan SMA/ SMK akan memperoleh bantuan dalam:
Secara umum tujuan bimbingan karier di sekolah ialah membantu para siswa agar
memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses mempersiapkan diri untuk
bekerja dan berguna dalam masyarakat. Sedangkan secara lebih khusus, tujuan bimbingan
karier dapat dirinci sebagai berikut:
a) Siswa dapat menilai dan memahami dirinya terutaman mengenai potensi dasar,
minat, sikap, kecakapan dan cita-citanya.
b) Siswa akan sadar dan memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
c) Siswa mengetahui berbagai jenis pekerjaan/jabatan yang berhubungan dengan
potensi dan minatnya, memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja,
memahami hubungan dari usahanya sekarang dan masa dengan masa depannya dan
mengetahui jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk suatu
bidang pekerjaan/ jabatan tertentu.
7
http://indonesiakonselor.blogspot.com/2013/01/pengertian-bimbingan-karier.html. Diakses pada
hari Selasa, 24 Maret 2015 pukul 19:44 wib
8
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal: 1
14
d) Siswa dapat menemukan hambatan-hambatan yang sifatnya dari dirinya dan dapat
mengatasi hambatan-hambatan itu.
e) Siswa dapat merencanakan masa depannya sehingga dia dapat menemukan karier
dan kehidupannya.9
Selain itu, tes mendapat tempat sentral dalam layanan bimbingan dan konseling.
Menurut Shertzer & Stone (1981) dan NA PPPK (2008) ada beberapa komponen layanan
program bimbingan dimana di dalam komponen tersebut, tes mempunyai tempat yang
sentral dan penting, yaitu:
Komponen yang terdapat dalam layanan dasar antara lain bimbingan pribadi,
sosial, belajar dan karir. Pelaksanaan layanan dasar ini sangat memerlukan instrumen
sebagai pijakan ataupun landasan dalam memberikan bimbingan.
2. Layanan Responsif
9
Ibid., hal: 2
14
psikologis siswa. Selain berperan dalam penyelesaian masalah psikologis siswa, dalam
kegiatan layanan responsif khususnya kegiatan layanan konseling individual dan
kelompok, tes memiliki peran sebagai data tambahan dalam proses konseling. Oleh karena
itu testing merupakan bagian yang integral dalam proses konseling.
Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman,
penerimaan dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif sehingga siswa bisa
merencanakan sesuatu berbasis kekuatan atau potensi diri yang dimilikinya. Dengan
demikian, kedudukan tes dalam kegiatan perencanaan individual adalah memberikan
informasi dalam mengambil keputusan.
4. Dukungan Sistem
a) Layanan Informasi
14
wawancara, studi kasus dan metode lainnya. Fakta menunjukkan bahwa tes
membantu dalam pemahaman individu dan pengambilan keputusan.
b) Layanan Konseling
c) Layanan Konsultasi
d) Layanan Penempatan
14
e) Layanan Appraisal dan Tindak Lanjut
Dalam penggunaan tes baik oleh konselor dan juga tenaga professional lainnya
sangat dibutuhkan kontribusi statistik dalam menginterpretasikan hasil tes atau penilaian.
Pemahaman mendasar tentang statistik dan psikologi memampukan konselor untuk :
a) Pembakuan (standarization)
Baku yang berarti bahwa pelaksanaan dan penskorannya sama pada setiap saat
digunakan. Ini berarti ada norma-nnorma yang tersedia untuk membantu
menginterpretasikan skors hasil tes. Disini seharusnya diikuti dengan tepat pada setiap kali
tes itu dilaksanakan. Penskoran tes seharusnya menggunakan seperangkat jawaban yang
telah ditetapkan sebelumnya, yang mana tidak meninggalkan ruangan untuk memperoleh
opini para pemberi skors (skorser). Tujuan pembakuan suatu tes adalah agar setiap testee
yang dites dengan tes tersebut mendapat perlakuan yang sama.
14
b) Objektivitas
Pada suatu tes yang objektif, pengambil tes (testee) seharusnya memperoleh skors
yang sama dari pemberi skors (skorser atau tester) yang berbeda. Jadi, yang objektif itu
adalah penilaiannya. Tipe-tipe tes yang paling lazim adalah berisi pertanyaan pilihan
ganda (multiple choice). Semua jawabannya bersifat khas dan telah ditetapkan
sebelumnya. Tipe tes lainnya ialah tes yang berisi pertanyaan benar-salah (true-false) dan
tes esai, meskipun tes esai ini termasuk suatu macam tes yang kurang objektif.
c) Reliabilitas Tes
d) Validitas
Validitas sering diartikan dengan keshahihan. Suatu tes disebut memiliki validitas
apabila tes tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai
dengan dengan kriteria tertentu. Artinya, ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi
pengukuran dan sasaran pengukuran. Suatu tes yang valid mempunyai validitas yang
tinggi, sebaliknya tes yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Validitas
ialah kualitas yang terpenting dalam suatu tes.10
10
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal: 263
14
2. Testing diperlukan apabila dibutuhkan data tentang sifat atau ciri kepribadian yang
menuntut adanya perbandingan dengan sampel yang lebih luas seperti taraf
intelegensi, minat, bakat, kecenderungan dalam pribadi seseorang.
3. Data hasil testing harus diperlakukan “setaraf” seperti data dan informasi tentang
konseli.
4. Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada konseli mengenai alasan
digunakannya tes dan apa hubungannya dengan masalahnya. Hasilnya harus
disampaikan kepada konseli dengan dengan disertai penjelasan tentang arti dan
kegunaannya.
5. Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak yang
diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada konseli dan tidak
merugikan konseli.
6. Pemberian sesuatu tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi
tes yang bersangkutan.11
11
Ibid., hal: 255
14
KESIMPULAN
Tujuan tes dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar siswa mampu
mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat, minat kepribadian, sikap dan
sebagainya. Dan dengn mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan siswa dapat menerima
keadaan dirinya sebagai objektif.
Salah satu etika penggunaan tes ialah konselor harus memberikan orientasi yang
tepat kepada konseli mengenai alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan
masalahnya. Hasilnya harus disampaikan kepada konseli dengan dengan disertai
penjelasan tentang arti dan kegunaannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati P.E, Desak. 2009. Analisis Tes Psikologis Teori
dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
http://surya-apee.blogspot.com/2010/02/bab-i-instrumen-test-bimb.html.Diakses pada hari
Minggu, 08 Maret 2015 pukul 14:42 wib
http://wieztha.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-instrumen-bimbingan.html. Diakses pada
hari Senin, 09 Maret 2015 pukul 22:12 wib
14