Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dalam pendidikan. Pada


umumnya dalam proses pendidikan yang baik terdapat program BK yang memberikan
layanan sesuai kebutuhan siswa. Dalam menyelenggarakan layanannya, Bimbingan dan
Konseling menyesuaikan dengan kebutuhan siswa (konseli). Konselor menggunakan
teknik tertentu sebagai upaya memahami kebutuhan siswa dan mengetahui potensi siswa
dan memperoleh data yang seakurat mungkin yang dapat dipergunakan sebagai informasi
pendukung dalam menyelesaikan masalah siswa (konseli) tersebut. Bahkan terdapat
asumsi bahwa semakin banyak data yang diperoleh dari konseli, maka semakin tepat
dalam pemberian layanan (penyelesaian masalah).

Proses pemerolehan data untuk memahami konseli membutuhkan instrumen, yaitu


instrumen tes dan non tes. Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui
potensi seseorang dan tes sebagai alat untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
perasaan dan sikap dari individu atau kelompok. Instrumen tes berupa Tes IQ
(kecerdasan), tes bakat, tes minat, tes prestasi. Instrumen tes memiliki kedudukan yang
urgen dalam bimbingan dan konseling, berikut ini akan dibahas secara mendalam
mengenai kedudukan tes dan aplikasi tes dalam bimbingan dan konseling.

14
PEMBAHASAN

KEDUDUKAN TES DAN APLIKASI TES DALAM BIMBINGAN KONSELING

A. PENGERTIAN TES

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan–


pertanyaan yang harus ditanggapi dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau
memperoleh informasi tertentu. Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengetahui potensi seseorang, sebagaimana dikemukakan oleh Bimo Walgito, bahwa tes
merupakan suatu metode pengumpulan data atau fakta-fakta yang lain dari testee dengan
menggunakan soal-soal, pertanyaan, tugas lain dimana persoalan/pertanyaan tersebut telah
dipilih dengan seksama dan telah di standardisasikan oleh tester.

Menurut Guy, tes merupakan alat untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,


perasaan dan sikap dari individu atau kelompok. Selain itu, tes digunakan untuk mengukur
prestasi belajar (achievement test) ataupun untuk mengungkap aspek–aspek psikologis,
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tes kemampuan (power test) dan tes kecepatan
(speed test). 1

B. FUNGSI PENGUKURAN TES

Tes dapat menyajikan fungsi-fungsi tertentu. Tes dapat memberikan data untuk
membantu para siswa dalam meningkatkan pemahaman diri (self-understanding),
penilaian diri (self-evaluation), dan penerimaan diri (self-accpetence). Hasil tes juga dapat
digunakan siswa untuk meningkatkan persepsi dirinya secara optimal dan mengembangkan
eksplorasi dalam beberapa bidang tertentu. selain itu, tes berfungsi sebagai alat prediksi,
sebagai suatu bantuan diagnosis, alat pemanatau (monitoring), dan sebagai suatu instrumen
evaluasi.2

1
http://surya-apee.blogspot.com/2010/02/bab-i-instrumen-test-bimb.html.Diakses pada hari Minggu,
08 Maret 2015 pukul 14:42 wib
2
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal:5

14
C. TUJUAN PENGGUNAAN TES DALAM KONSELING

Secara umum penggunaan tes dapat digolongkan kedalam dua klasifikasi besar
yaitu untuk tujuan bukan untuk konseling dan tujuan untuk konseling.

Yang termasuk ke dalam tujuan bukan untuk konseling ialah:


a) Seleksi calon masuk lembaga
b) Penempatan individu dalam lembaga
c) Adaptasi latihan lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan ciri-ciri individu tertentu
d) Pengembangan dan revisi latihan lembaga untuk memenuhi kebutuhan ciri-ciri
siswa atau pekerja pada umumnya.

Sedangkan penggunaan tes dalam tujuan untuk konseling meliputi:


a) Informasi diagnostik prakonseling
b) Informasi untuk mengarahkan proses konseling berikutnya
c) Informasi berkaitan dengan keputusan klien pasca konseling.3

Selain itu, tujuan tes dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah:
a) Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat,
minat kepribadian, sikap dan sebagainya.
b) Dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan siswa dapat menerima keadaan
dirinya sebagai objektif
c) Membantu siswa untuk mampu mengemukakan berbagai aspek dalam dirinya
d) Membantu siswa untuk dapat mengelola informasi dirinya
e) Membantu siswa agar dapat menggunakan informasi mengenai dirinya sebagai
dasar perencanaan dan pembuatan keputusan masa depan.4

3
http://bk13127endah.blogspot.com/2015/01/kedudukan-dan-tujuan-tes-dalam-konseling.html.
Diakses pada hari Minggu, 08 Maret 2015 pukul 15:26 wib
4
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal:8

14
D. JENIS INSTRUMEN TES DALAM BK

Bimbingan dan Konseling menggunakan tes dalam proses konseling sebagai upaya
untuk memperoleh tambahan data atau informasi dari konseli. Adapun jenis instrument
Bimbingan dan Konseling yang pada umumnya digunakan di sekolah, antara lain:

1. Tes IQ (kecerdasan)

Intelegensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk


beradaptasi pada ligkungan dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Menurut
Wechsler, intelegensi adalah kemampuan bertindak dengan menetapkan suatu
tujuan, untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan
disekitarnya secara memuaskan.5 Tes kecerdasan digunakan untuk mengukur
kemampuan akademik, kemampuan mental dan kemampuan kecerdasan, yang
paling populer dari tes ini adalah digunakan untuk mengukur IQ  atau sering
dikenal dengan nama tes kecerdasan Stanford-Binet, sesuai dengan  nama
perancang yakni Alfred Binet pada tahun 1904.  

2. Tes Kepribadian

Anastasi dan Urbina berpendapat bahwa tes kepribadian merupakan instrument


untuk mengukur karakteristik emosi, motivasi, hubungan antar pribadi dan sikap,
sesuatu yang dibedakan dari bakat atau keterampilan. Tes Kepribadian yang biasa
digunakan adalah MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventories).  MMPI
adalah tes kepribadian yang paling luas digunakan dan paling dalam diteliti dan
dipandang sebagai tes kepribadian terkemuka dan digunakan pada subyek-subyek
yang normal.

3. Tes Bakat

Bakat adalah memperkenalkan suatu kondisi dimana menunjukkan potensi


seseorang untuk mengembangkan kecakapannya dalam suatu bidang tertentu. Tes
bakat digunakan untuk mengukur kemampuan individu dalam mengungkapkan
kecakapan dan keterampilan tertentu. Dalam hal ini, tes bakat banyak digunakan
oleh para  konselor dan tenaga professional lainnya untuk :

5
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal:15

14
a) Kemampuan potensial yang tidak disadari individu
b) Mendukung pengembangan kemampuan istimewa atau potensial individu
tertentu
c) Menyediakan informasi untuk membantu individu membuat keputusan
pendidikan dan  karir atau alternative pilihan yang ada
d) Membantu memprediksi tingkat sukses akademis atau pekerjaan yang bisa di
antisipasi individu
e) Pengelompokkan individu sesuai dengan  bakat yang serupa untuk mencapai
dan meningkatkan perkembangan kepribadian dan pendidikan.

4. Tes Minat

Tes minat diberikan untuk membantu individu mengembangkan self-awareness,


mengidentifikasi dan menganalisis alternatif okupasional. Salah satu instrument tes
minat adalah Career Decision Making System (CDM). CDM dikembangkan oleh
T.F.Harrington dan A.O Shea berdasarkan teori Holland kemudian di kembangkan
menjadi tipe-tipe okupasi diantaranya crafts (realistic), scientific (investigative),
arts (artistic), business (enterprise); clerical (conventional) dan social (social).

5. Tes Prestasi

Tes prestasi belajar berhubungan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan atau


pencapaian dalam suatu bidang sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi
prestasi anak-anak, mengelompokkan siswa menurut tingkat pengetahuannya dan
memberikan informasi pada orangtua tentang kelemahan dan kelebihan bidang
akademik anaknya.6

E. KEDUDUKAN TES DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

            Untuk mengetahui secara sepintas bagaimana kedudukan tes psikologis dalam
program pelayanan Bimbingan dan Konseling khususnya Bimbingan Karier di SMP dan
SMA/ SMK. Kiranya perlu ditnjau tentang pengertian dan tujuan dari bimbingan kaier itu.

Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan karir adalah suatu proses membantu


seseorang untuk mengerti dan menerima gambaran tentang diri pribadinya dan gambaran
tentang dunia kerja di luar dirinya, mempertemukan gambaran diri tersebut dengan dunia
6
http://wieztha.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-instrumen-bimbingan.html. Diakses pada hari
Senin, 09 Maret 2015 pukul 22:12 wib

14
kerja itu untuk pada akhirnya dapat memilih bidang pekejaan, memasukinya dan membina
karir dalam bidang tersebut.

Bimbingan Karir juga adalah proses pemberian bantuan kepada siswa dalam


memahami dan berbuat atas dasar pengenalan diri dan mengenal kesempatan kerja,
mampu mengambil keputusan sehingga yang bersankutan dapat mengelola pengembangan
kariernya.7

Dalam program pelayanan bimbingan karier di sekolah diharapkan para siswa SMP
dan SMA/ SMK akan memperoleh bantuan dalam:

a) Pemahaman yang lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan dirinya


b) Kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada dirinya dan yang terdapat dalam
masyarakat
c) Pengenalan terhadap berbagai jenis pekerjaan/ jabatan
d) Persiapan yang matang untuk memasuki dunia kerja
e) Memecahkan masalah-masalah khusus sehubungan dengan pekerjaan/ jabatan
f) Penghargaan yang objektif dan sehat terhadap kerja8

Secara umum tujuan bimbingan karier di sekolah ialah membantu para siswa agar
memperoleh pemahaman diri dan pengarahan diri dalam proses mempersiapkan diri untuk
bekerja dan berguna dalam masyarakat. Sedangkan secara lebih khusus, tujuan bimbingan
karier dapat dirinci sebagai berikut:

a) Siswa dapat menilai dan memahami dirinya terutaman mengenai potensi dasar,
minat, sikap, kecakapan dan cita-citanya.
b) Siswa akan sadar dan memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
c) Siswa mengetahui berbagai jenis pekerjaan/jabatan yang berhubungan dengan
potensi dan minatnya, memiliki sikap yang positif dan sehat terhadap dunia kerja,
memahami hubungan dari usahanya sekarang dan masa dengan masa depannya dan
mengetahui jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk suatu
bidang pekerjaan/ jabatan tertentu.

7
http://indonesiakonselor.blogspot.com/2013/01/pengertian-bimbingan-karier.html. Diakses pada
hari Selasa, 24 Maret 2015 pukul 19:44 wib
8
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal: 1

14
d) Siswa dapat menemukan hambatan-hambatan yang sifatnya dari dirinya dan dapat
mengatasi hambatan-hambatan itu.
e) Siswa dapat merencanakan masa depannya sehingga dia dapat menemukan karier
dan kehidupannya.9

Selain itu, tes mendapat tempat sentral dalam layanan bimbingan dan konseling.
Menurut  Shertzer & Stone (1981) dan NA PPPK (2008) ada beberapa komponen layanan
program bimbingan dimana di dalam komponen tersebut, tes mempunyai tempat yang
sentral dan penting, yaitu:

1. Layanan Dasar Bimbingan

Layanan dasar merupakan proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli


melalui penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan
secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan
tahap dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan
memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.

Komponen yang terdapat dalam layanan dasar antara lain bimbingan pribadi,
sosial, belajar dan karir. Pelaksanaan layanan dasar ini sangat memerlukan instrumen
sebagai pijakan ataupun landasan dalam memberikan bimbingan. 

2. Layanan Responsif

Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang


menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab
jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-
tugas perkembangan. Komponen kegiatan yang terdapat dalam layanan responsif antara
lain: konseling individual dan kelompok, layanan referral, kolaborasi dengan guru atau
wali kelas, kolaborasi dengan orang tua, kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar
sekolah, layanan konsultasi, bimbingan teman sebaya, konferensi kasus, dan kunjungan
rumah.

Penggunaan instrumen tes bertujuan untuk membantu konselor memperoleh


pemahaman yang lebih baik terhadap siswa yang dibantu dari sisi psikologisnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tes berperan dalam proses penyelesaian masalah

9
Ibid., hal: 2

14
psikologis siswa. Selain berperan dalam penyelesaian masalah psikologis siswa, dalam
kegiatan layanan responsif khususnya kegiatan layanan konseling individual dan
kelompok, tes memiliki peran sebagai data tambahan dalam proses konseling. Oleh karena
itu testing merupakan bagian yang integral dalam proses konseling.

3. Layanan Perencanaan Individual

Dalam layanan perencanaan individual, konselor membantu peserta menganalisis


kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh yaitu
menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan atau aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar dan karier.

Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman,
penerimaan dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif sehingga siswa bisa
merencanakan sesuatu berbasis kekuatan atau potensi diri yang dimilikinya. Dengan
demikian, kedudukan tes dalam kegiatan perencanaan individual adalah memberikan
informasi dalam mengambil keputusan.   

4. Dukungan Sistem

Dukungan sistem adalah kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan,


memelihara, meningkatkan dan menyempurnakan program bimbingan secara menyeluruh
melalui pengembangan professional, konsultsi dengan guru dan segenap komponen
sekolah, staf ahli/penasihat, hubungan orangtua dan masyarakat luas, manajemen program,
penelitian dan pengembangan.

Kegiatan utama layanan dasar bimbingan, responsif, perencanaan individual, dan


dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan bimbingan
dan konseling. Dari berbagai layanan pendukung ada beberapa layanan yang menempatkan
tes sebagai salah satu instrumennya antara lain:

a) Layanan Informasi

Layanan informasi diselenggarakan dalam rangka memberikan pengetahuan


kepada siswa terkait dengan bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir.
Dalam memberikan layanan informasi, konselor dapat menghimpun data hasil tes
maupun nontes. Kedua data ini bersifat saling mendukung dan saling melengkapi.
Siginifikansi skor tes akan lebih baik apabila dikombinasikan dengan hasil

14
wawancara, studi kasus dan metode lainnya. Fakta menunjukkan bahwa tes
membantu dalam pemahaman individu dan pengambilan keputusan.

b) Layanan Konseling

Layanan konseling diberikan untuk memfasilitasi pemahaman diri dan


perkembangan konseli melalui hubungan individual maupun kelompok. Fokus
utama konseling cenderung pada perkembangan pribadi dan pembuatan keputusan
berdasarkan pemahaman diri dan pengetahuan lingkungan. Dalam penyelenggaraan
layanan konseling, konselor memerlukan data pendukung, baik tes maupun nontes.
Data-data ini dihimpun untuk memberikan informasi yang komprehensif pada
konseli (siswa).

c) Layanan Konsultasi

Konsultasi dirancang untuk memberikan bantuan teknis kepada guru, administrator


dan orangtua dalam rangka memberikan layanan secara efektif dan memperbaiki
kinerja sekolah. Konsultasi dapat dilakukan dengan meminta narasumber dari ahli
terkait seperti ahli medis, bengkel kerja, ahli hukum dalam penyelenggaraan
Career Day. Narasumber yang diundang diharapkan dapat memberikan informasi
kepada orang tua dan siswa tentang potensi siswa. Informasi yang disampaikan itu
berbasis data, baik tes maupun non-tes.

d) Layanan Penempatan

Layanan penempatan adalah suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan untuk


membantu individu atau kelompok yang mengalami mismatch (ketidaksesuaian
antara potensi dengan usaha pengembangan), dan penempatan individu pada
lingkungan yang sesuai bagi dirinya serta pemberian kesempatan kepada individu
untuk berkembang secara optimal. Penempatan ini dilakukan dengan menyesuaikan
siswa sesuai kondisi dan kemampuan seperti kelompok belajar, kegiatan
ekstrakurikuler, penjurusan, pemilihan karir dan pengambilan keputusan. Data hasil
tes berupa intelegensi, bakat dan minat kemudian diintepretasikan dan dapat
digunakan untuk membantu siswa memilih dan mengambil keputusan tentang masa
depannya.

14
e) Layanan Appraisal dan Tindak Lanjut

Layanan appraisal dirancang untuk mengumpulkan, menganalisa dan menggunakan


data obyektif tentang sejauh mana siswa berhasil memahami diri dan mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Layanan ini sekaligus secara tidak langsung dapat
berfungsi untuk menilai keberhasilan program bimbingan secara keseluruhan. Dari
hasil penilaian ini selanjutnya dianalisis dan kemudian merencanakan tindak lanjut
bimbingan.

F. KAITAN TES DENGAN STATISTIK

Dalam penggunaan tes baik oleh konselor dan juga tenaga professional lainnya
sangat dibutuhkan kontribusi statistik dalam menginterpretasikan hasil tes atau penilaian.
Pemahaman mendasar tentang statistik  dan psikologi memampukan konselor untuk :

1. Mendeskripsikan karakteristik individu atau kelompok dibandingkan kelompok


atau populasi lain
2. Memprediksi kemungkinan sukses atau gagalnya performa ke depan berdasarkan
perilaku saat ini atau masa lalu  yang di tes
3. Menyimpulkan karakteristik suatu populasi dari sampel populasi tersebut. Oleh
karena itu pengatahuan tentang statistik merupakan salah satu syarat bagi konselor
atau pengguna tes.

G. CARA MENENTUKAN TES YANG BAIK

Suatu tes yang baik memiliki kualitas pokok sebagai berikut:

a) Pembakuan (standarization)

Baku yang berarti bahwa pelaksanaan dan penskorannya sama pada setiap saat
digunakan. Ini berarti ada norma-nnorma yang tersedia untuk membantu
menginterpretasikan skors hasil tes. Disini seharusnya diikuti dengan tepat pada setiap kali
tes itu dilaksanakan. Penskoran tes seharusnya menggunakan seperangkat jawaban yang
telah ditetapkan sebelumnya, yang mana tidak meninggalkan ruangan untuk memperoleh
opini para pemberi skors (skorser). Tujuan pembakuan suatu tes adalah agar setiap testee
yang dites dengan tes tersebut mendapat perlakuan yang sama.

14
b) Objektivitas

Pada suatu tes yang objektif, pengambil tes (testee) seharusnya memperoleh skors
yang sama dari pemberi skors (skorser atau tester) yang berbeda. Jadi, yang objektif itu
adalah penilaiannya. Tipe-tipe tes yang paling lazim adalah berisi pertanyaan pilihan
ganda (multiple choice). Semua jawabannya bersifat khas dan telah ditetapkan
sebelumnya. Tipe tes lainnya ialah tes yang berisi pertanyaan benar-salah (true-false) dan
tes esai, meskipun tes esai ini termasuk suatu macam tes yang kurang objektif.

c) Reliabilitas Tes

Conny Semiawan (1982) mengungkapkan bahwa pengertian reliabilitas menunjuk


pada ketetapan (konsistensi) dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam
kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Suatu
tes yang reliabel akan menghasilkan suatu hasil yang konsisten dengan percobaan yang
telah dilakukan secara berulang-ulang atau dalam kesempatan yang berbeda dengan tes
yang sama ataupun yang itemnya ekuivalen.

d) Validitas

Validitas sering diartikan dengan keshahihan. Suatu tes disebut memiliki validitas
apabila tes tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai
dengan dengan kriteria tertentu. Artinya, ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi
pengukuran dan sasaran pengukuran. Suatu tes yang valid mempunyai validitas yang
tinggi, sebaliknya tes yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Validitas
ialah kualitas yang terpenting dalam suatu tes.10

H. ETIKA PENGGUNAAN TES DALAM BK

Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) yang sekarang menjadi Asosiasi


Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) mengemukakan kode etik jabatan konselor
tertutama bersangkut paut dengan testing ialah sebagai berikut:
1. Suatu tes hanya boleh diberikan oleh petugas yang berwenang menggunakan dan
menafsirkan hasilnya

10
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Analisis Tes Psikologis Teori dan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal: 263

14
2. Testing diperlukan apabila dibutuhkan data tentang sifat atau ciri kepribadian yang
menuntut adanya perbandingan dengan sampel yang lebih luas seperti taraf
intelegensi, minat, bakat, kecenderungan dalam pribadi seseorang.
3. Data hasil testing harus diperlakukan “setaraf” seperti data dan informasi tentang
konseli.
4. Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada konseli mengenai alasan
digunakannya tes dan apa hubungannya dengan masalahnya. Hasilnya harus
disampaikan kepada konseli dengan dengan disertai penjelasan tentang arti dan
kegunaannya.
5. Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh pihak yang
diberitahu itu ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada konseli dan tidak
merugikan konseli.
6. Pemberian sesuatu tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi
tes yang bersangkutan.11

11
Ibid., hal: 255

14
KESIMPULAN

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, atau pertanyaan-


pertanyaan yang harus ditanggapi dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek perilaku atau
memperoleh informasi tertentu. Tes berfungsi sebagai alat prediksi, sebagai suatu bantuan
diagnosis, alat pemanatau (monitoring), dan sebagai suatu instrumen evaluasi.

Tujuan tes dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar siswa mampu
mengenal aspek-aspek dirinya (kemampuan, potensi, bakat, minat kepribadian, sikap dan
sebagainya. Dan dengn mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan siswa dapat menerima
keadaan dirinya sebagai objektif.

Adapun jenis instrument Bimbingan dan Konseling yang pada umumnya


digunakan di sekolah, antara lain Tes IQ (kecerdasan), tes bakat, tes minat, tes prestasi.
Tes mempunyai tempat yang sentral dan penting, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan
responsif, layanan perencanaan individual dan dukungan sistem.

Salah satu etika penggunaan tes ialah konselor harus memberikan orientasi yang
tepat kepada konseli mengenai alasan digunakannya tes dan apa hubungannya dengan
masalahnya. Hasilnya harus disampaikan kepada konseli dengan dengan disertai
penjelasan tentang arti dan kegunaannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sukardi, Dewa Ketut dan Nila Kusmawati P.E, Desak. 2009. Analisis Tes Psikologis Teori
dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
http://surya-apee.blogspot.com/2010/02/bab-i-instrumen-test-bimb.html.Diakses pada hari
Minggu, 08 Maret 2015 pukul 14:42 wib
http://wieztha.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-instrumen-bimbingan.html. Diakses pada
hari Senin, 09 Maret 2015 pukul 22:12 wib

14

Anda mungkin juga menyukai