Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANDIRI : ARSITEKTUR POST MODEREN

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH: Ir. PILIPUS JERAMAN, MT

PENDALAMAN MATERI

DISUSUN OLEH:

ADRIANUS GAE BONGE (22119068)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR-FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2020/2021
TEMA 1 :

Prinsip Doktrin Anti Sejarah dan Anti Ornament Pada Masa Arsitektur Modern
Ekletik dan Awal Moderen Cendrung Kontradiktif.

1. Arsitektur Moderen Ekletik


Berdasarkan arti katanya, eklektisme dalam arsitektur sudah ada sejak
lama, misalnya pada jaman Renaissan. Dimana elemen-elemen Romawi,(kolom
dan ornamen) digabung dan ditambah dengan unsur-unsur kaidah dan bentuk
baru. Demikian juga arsitektur Romawi telah mengambil unsur-unsur Yunani,
digabung dan dikembangkan menjadi bentuk baru. Arsitektur modern
eklektik, Pengulangan bentuk-bentuk lama ,Memadukan unsur - unsur dalam
bentuk sendiri dan dikembangkan menjadi bentuk baru. Dalam arsitektur,
eklektisisme sebagai metode bisa dimaknai sebagai sebuah proses seleksi bagian
pemikiran, prinsip dan elemen-elemen arsitektur dari masa lalu yang kemudian
dimodifikasi sedemikian hingga bagian pemikiran, prinsip dan elemen-elemen
tersebut dikomposisikan untuk menciptakan pemikiran baru, prinsip baru dan gaya
baru meskipun nama bisa sama. Adanya mental penjiplak yang menimbulkan dualisme
yang tragis bila mengingat bahwa manusia barat kreatif.

Order ionic octastyle Yunani,


2. Arsitektur Awal Moderen
Arsitektur moderen dapat dianggap sebagai suatu peran arsitektur klasik.
Arsitektur klasik mencerminkan banyak pandangan seperti moral bahkan
intelektual militer. Gerakan klasik ini sebenarnya lebih mengutamakan pada
konstruksi atau keindahan. Di sini Gerakan dialam memilikikonstruksi sehingga
menjadi indah.
Bangunan Arsitektur Modern, menganggap ornamen yang ada pada
bangunan tidak memiliki fungsi baik secara struktur maupun non struktur,
sehingga ornamen dihilangkan dan dianggap suatu kejahatan dalam desain.
Arsitektur Sebelumnya Lebih mengedepankan Estetika dari pada fungsi bangunan
itu sendr. Dengan banyak Ornamen dan Ukiran-ukiran, sedangkan pada asitektur
modern lebih mengutamankan fungsi bangunan itu sendiri, setiap bagian dari
bangunan yang di bangun memiliki fungsinya masing-masing.
TEMA 2 :

Faktor Pendorong Munculnya Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia dan


Arsitektur Neo Klasik

1. Arsitektur Kolonial Belanda


Pengaruh percampuran budaya yang dibawa oleh bangsa Belanda pada
arsitektur bangunan dan bentuk kota yang ada di Indonesia merupakan gaya dan
konsep arsitektur yang sedang berkembang di benua Eropa pada masa tersebut.
Gaya dan konsep arsitektur tersebut disesuaikan dengan iklim tropis dan
ketersediaan bahan di Indonesia, sehingga diperoleh bentuk baru yang
menyerupai bentuk di negara mereka. Bentuk yang lahir dari percapuran budaya
pada masa tersebut lebih dikenal dengan gaya Arsitektur Kolonial. Arsitektur
Kolonial Belanda tersebar luas hampir diseluruh wilayah Nusantara. Kolonialisasi
yang dilakukan oleh bangsa Belanda di Indonesia menghasilkan banyak sekali
tinggalan berupa bangunan dan benteng yang bergaya arsitektur Kolonial. Salah
satu Faktor Bangunan dan benteng yang dibangun oleh Belanda di Idonesia adalah
dengan tujuan untuk mendukung aktifitas perdagangan selama masa penjajahan.
Salah satu benteng yang di bangun bangsa Belanda, yaitu Benteng Duurstede.

Benteng Duurstede adalah suatu benteng Belanda abad ke-17 yang berlokasi di
Saparua, Maluku, Indonesia Benteng ini awalnya melindungi desa Saparoea.
2. Arsitektur Neo Klasik

Pada pertangahan abad XVIII, persisnya sekitar tahun 1750 muncul sebuah
gerakan pembaharuan arsitektur bangunan dan sering disebut sebagai gaya Neo
Klasik di Eropa. Kelahirannya didasarkan atas perasaan jenuh terhadap beberapa
arsitektur bangunan yang sebelumnya sudah ada. Pada masa tersebut banyak
arsitektur yang ingin menghadirkan arsitektur lama dari masa Yunani dan Romawi
Kuno.

Salah satu faktor munculnya gaya neo klasik di Indonesia adalah orang yang
pertamakali mengenalkan dan mengembangkan gaya Neo Klasik di Indonesia. Beliau
adalah Herman Willen Daendels yang menjabat sebagai Gubenur Jenderal Hindia
Belanda sejak tahun 1808 hingga 1811. Mantan perwira militer ini adalah salah satu
orang kepercayaan Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte. Saat itu meski berkuasa di
tanah air, namun Belanda sendiri berada dibawah kekuasaan Perancis.Pada masa
tersebut gaya arsitektur Neo Klasik mengalami kemajuan yang sangat pesat di
Perancis. Hanya saja sebutannya tidak menggunakan nama Neo Klasik melainkan
Empire Style. Lalu ketika ditugaskan di Indonesia, Deandels segera melakukan
perubahan terhadap gaya bangunan Indisch yang sebelumnya sering digaungkan
oleh Gubenur Jenderal sebelumnya, Albertus Wiese.

Perubahan yang dilakukan oleh Daendels ini mempunyai alasan khusus. Gaya
arsitektur Indisch dianggap kurang berhasil dalam memunculkan sifat kekuasaan
yang angkuh. Bahkan disebutkan gaya tersebut lebih sering mengakomodasi gaya
arsitektur lokal setempat terutama dari Jawa.Dalam perkembangan selanjutnya,
gaya arsitektur yang dikenalkan oleh Daendels tersebut sering dinamakan sebagai
gaya arsitektur Indische Empire Style.

Beberapa ciri utamanya antara lain pada dindingnya yang sangat tebal. Lantainya
dibuat dari bahan marmer dan plafonnya memiliki ukuran lebih tinggi.Ruang terbesar
yang terletak di bagian tengah selalu dihubungkan langsung dengan teras belakang
dan teras belakang. Bangunan sayap yang ada di sisi kiri dan kanan bangunan utama
difungsikan sebagai kamar tidur. Untuk fasilitas yang lain, dibuatkan secara khusus
di beberapa bangunan yang didirikan secara terpisah.

Bangunan milik Daendels yang masih berdiri hingga saat ini adalah Gedung Grahadi dan
Kantor Pos yang terletak di Surabaya .
TEMA 3 :

Membuktikan Bahwa Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia maupun Neo


Klasik Merupakan Kelanjutan dari Arsitktur Klasik Yunani dan Romawi

1. Arsitektur Kolonial Belanda


Ciri – ciri umum gaya arsitektur Kolonial Belanda yakni tidak bertingkat, atap
perisai, berkesan monumental, halamannya sangat luas, massa bangunannya terbagi
atas bangunan pokok / induk dan bangunan penunjang yang dihubungkan oleh
serambi atau gerbang, denah simetris, serambi muka dan belakang terbuka
dilengkapi dengan pilar batu tinggi bergaya Yunani (Orde Corintian, Ionic, Doric),
antar serambi dihubungkan oleh koridor tengah, round-roman arch pada gerbang
masuk atau koridor pengikat antar massa bangunan, serta penggunaan lisplank batu
bermotif klasik di sekitar atap. Tampak atau muka bangunan simetris mengikuti
denah bangunan yang simetris. Elemen muka bangunan yang memperkuat gaya
bangunan Indische Empire Style ini antara lain bentukan kolom dan material
pembentuknya, detail bukaan pada entrance, serta detail pada atap.

Hal yang menjadi bukti bahawa arsitektur Kolonial Belanda merupakan hasil dari
kelanjutan arsitektur Yunani dan Romawi yaitu :

a.Atap

Jenis atap yang sering dijumpai saat pada arsitektur kolonial belanda adalah
atap datar yang terbuat dari beton cor dan atap miring berbentuk perisai ataupun
pelana. Bentuk atap ini merupakan peniruan dari arsitektur Yunani dan Romawi.
Atap Pada Arsitektur Romawi Atap Pada Arsitektur Yunani

Atap Pada Arsitektur Kolonial Belanda

b.Langgam

Langgam arsitektur Kolonial Belanda berupa order yang berupa kolom


dimana terdapat order dorik, ionic dan corintian. Order-order tersebut merupakan
peniruan bentuk order dari arsitektur Yunani dan Romawi.
Order pada arsitektur Yunani order padaarsitektur kolonial belanda

2. Arsitektur Neo Klasik

Perkembangan Arsitektur di Eropa dan Dunia Internasional dari akhir Abad ke-18
(Neo-Klasik) dan selama Abad ke-19 (Modernisme) merupakan suatu pergerakan
yang signifikan dalam bidang arsitektur barat. Mulai dari kejenuhan akan gaya-gaya
klasik, pada masa-masa sebelumnya arsitektur dianggap hanya suatu bentuk dari seni
dan perasaan.

Gaya arsitektur ini biasanya banyak diterapkan pada bangunan yang bersifat
pemerintahan hal ini dikarenakan pada masa mereka mulai menguasai dan
memonopoli perdagangan di Indonesia tentu mereka juga ingin memiliki kekuasaan
atas kewilayahan Indonesia untuk itu mereka merasa perlu untuk membuat suatu
pemerintahan sebagai landasan yang kuat untuk menguasai suatu wilayah.

Ciri-ciri gaya arsitektur klasik yang dominan di indonesia biasanya bergaya Yunani
hingga Romawi dengan ciri-ciri antara lain bagian depan bangunan memiliki pilar-pilar
silindris yang berukuran cukup besar, secara umum memiliki atap tidak terlalu curam
, jendela berukuran besar, memiliki tympanum pada bagian Entablature, biasanya
bangunan berwarna putih untuk memberi kesan megah pada bangunan, walaupun
selama pendudukan Belanda juga berkembang gaya arsitektur klasik lainnya seperti
kristen awal, byzantium, art nouveau, renaissance dan sebagainya.
Hal yang menjadi bukti bahawa arsitektur Neo Klasik merupakan hasil dari
kelanjutan arsitektur Yunani dan Romawi yaitu :

a. Warna

Warna yang menjadi dominan pada arsitektur Neo Klasik yaitu pada eksterior
ruang laur biasanya berwarna putih polos dan pada interior didominasi dengan
warna terang sperti krem, abu-abu, dan putih yang merupakan bentuk tiruan
warna dari arsitektur Yunani dan Romawi.

Contoh yang sebagai buktinya yaitu pada gambar berikut ini.

Warna putih polos pada eksterior arsitektur Yunani Kuno.

Warna putih polos di bagian eksterior bangunan arsitektur Yunani Kuno yang diterpkan
pada arsitektur Neo Klasik.
b.Kolom

Terdapat Kolom yang memiliki order, digunakan untuk menahan beban


berat dari struktur bangunan dan penempatannya merupakan suatu pola yang
simetri. Bentuk kolom dan polanya merupakan peniruan atau kelanjutan dari
arsitktur Yunani dan Romawi, dimana kolom sebagai suatu fungsi untuk menahan
beban yang berat.

Contoh yang sebagai buktinya yaitu pada gambar berikut ini:

Bentuk kolom yang simetris pada arsitektur Romawi

Peniruan bentuk kolom pada arsitektur Neo Klasik yang simetris yang sama persis dengan
kolom pada arsitektur Romawi.
4.Kesimpulan

Pada dasarnya gaya Arsitektur Kolonial Belanda dan Neo Klasik menganut
gaya klasik eropa. Hall tersebut dilihat pada bangunan simetris, eksteriornya polos
tanap plester, dekorasinya sangat klasik, terdapat susunan kolom, serta elemen-
elemen bangunan berici eropa. Bentuk, struktur, dan ornament Arsitektur Kolonial
Belanda dan Neo Klasik merupakan bentuk peniruan atau kelanjutan bangunan
dari arsitektur Yunani dan Romawi.

Anda mungkin juga menyukai