PENDALAMAN MATERI
DISUSUN OLEH:
KUPANG
2020/2021
TEMA 1 :
Prinsip Doktrin Anti Sejarah dan Anti Ornament Pada Masa Arsitektur Modern
Ekletik dan Awal Moderen Cendrung Kontradiktif.
Benteng Duurstede adalah suatu benteng Belanda abad ke-17 yang berlokasi di
Saparua, Maluku, Indonesia Benteng ini awalnya melindungi desa Saparoea.
2. Arsitektur Neo Klasik
Pada pertangahan abad XVIII, persisnya sekitar tahun 1750 muncul sebuah
gerakan pembaharuan arsitektur bangunan dan sering disebut sebagai gaya Neo
Klasik di Eropa. Kelahirannya didasarkan atas perasaan jenuh terhadap beberapa
arsitektur bangunan yang sebelumnya sudah ada. Pada masa tersebut banyak
arsitektur yang ingin menghadirkan arsitektur lama dari masa Yunani dan Romawi
Kuno.
Salah satu faktor munculnya gaya neo klasik di Indonesia adalah orang yang
pertamakali mengenalkan dan mengembangkan gaya Neo Klasik di Indonesia. Beliau
adalah Herman Willen Daendels yang menjabat sebagai Gubenur Jenderal Hindia
Belanda sejak tahun 1808 hingga 1811. Mantan perwira militer ini adalah salah satu
orang kepercayaan Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte. Saat itu meski berkuasa di
tanah air, namun Belanda sendiri berada dibawah kekuasaan Perancis.Pada masa
tersebut gaya arsitektur Neo Klasik mengalami kemajuan yang sangat pesat di
Perancis. Hanya saja sebutannya tidak menggunakan nama Neo Klasik melainkan
Empire Style. Lalu ketika ditugaskan di Indonesia, Deandels segera melakukan
perubahan terhadap gaya bangunan Indisch yang sebelumnya sering digaungkan
oleh Gubenur Jenderal sebelumnya, Albertus Wiese.
Perubahan yang dilakukan oleh Daendels ini mempunyai alasan khusus. Gaya
arsitektur Indisch dianggap kurang berhasil dalam memunculkan sifat kekuasaan
yang angkuh. Bahkan disebutkan gaya tersebut lebih sering mengakomodasi gaya
arsitektur lokal setempat terutama dari Jawa.Dalam perkembangan selanjutnya,
gaya arsitektur yang dikenalkan oleh Daendels tersebut sering dinamakan sebagai
gaya arsitektur Indische Empire Style.
Beberapa ciri utamanya antara lain pada dindingnya yang sangat tebal. Lantainya
dibuat dari bahan marmer dan plafonnya memiliki ukuran lebih tinggi.Ruang terbesar
yang terletak di bagian tengah selalu dihubungkan langsung dengan teras belakang
dan teras belakang. Bangunan sayap yang ada di sisi kiri dan kanan bangunan utama
difungsikan sebagai kamar tidur. Untuk fasilitas yang lain, dibuatkan secara khusus
di beberapa bangunan yang didirikan secara terpisah.
Bangunan milik Daendels yang masih berdiri hingga saat ini adalah Gedung Grahadi dan
Kantor Pos yang terletak di Surabaya .
TEMA 3 :
Hal yang menjadi bukti bahawa arsitektur Kolonial Belanda merupakan hasil dari
kelanjutan arsitektur Yunani dan Romawi yaitu :
a.Atap
Jenis atap yang sering dijumpai saat pada arsitektur kolonial belanda adalah
atap datar yang terbuat dari beton cor dan atap miring berbentuk perisai ataupun
pelana. Bentuk atap ini merupakan peniruan dari arsitektur Yunani dan Romawi.
Atap Pada Arsitektur Romawi Atap Pada Arsitektur Yunani
b.Langgam
Perkembangan Arsitektur di Eropa dan Dunia Internasional dari akhir Abad ke-18
(Neo-Klasik) dan selama Abad ke-19 (Modernisme) merupakan suatu pergerakan
yang signifikan dalam bidang arsitektur barat. Mulai dari kejenuhan akan gaya-gaya
klasik, pada masa-masa sebelumnya arsitektur dianggap hanya suatu bentuk dari seni
dan perasaan.
Gaya arsitektur ini biasanya banyak diterapkan pada bangunan yang bersifat
pemerintahan hal ini dikarenakan pada masa mereka mulai menguasai dan
memonopoli perdagangan di Indonesia tentu mereka juga ingin memiliki kekuasaan
atas kewilayahan Indonesia untuk itu mereka merasa perlu untuk membuat suatu
pemerintahan sebagai landasan yang kuat untuk menguasai suatu wilayah.
Ciri-ciri gaya arsitektur klasik yang dominan di indonesia biasanya bergaya Yunani
hingga Romawi dengan ciri-ciri antara lain bagian depan bangunan memiliki pilar-pilar
silindris yang berukuran cukup besar, secara umum memiliki atap tidak terlalu curam
, jendela berukuran besar, memiliki tympanum pada bagian Entablature, biasanya
bangunan berwarna putih untuk memberi kesan megah pada bangunan, walaupun
selama pendudukan Belanda juga berkembang gaya arsitektur klasik lainnya seperti
kristen awal, byzantium, art nouveau, renaissance dan sebagainya.
Hal yang menjadi bukti bahawa arsitektur Neo Klasik merupakan hasil dari
kelanjutan arsitektur Yunani dan Romawi yaitu :
a. Warna
Warna yang menjadi dominan pada arsitektur Neo Klasik yaitu pada eksterior
ruang laur biasanya berwarna putih polos dan pada interior didominasi dengan
warna terang sperti krem, abu-abu, dan putih yang merupakan bentuk tiruan
warna dari arsitektur Yunani dan Romawi.
Warna putih polos di bagian eksterior bangunan arsitektur Yunani Kuno yang diterpkan
pada arsitektur Neo Klasik.
b.Kolom
Peniruan bentuk kolom pada arsitektur Neo Klasik yang simetris yang sama persis dengan
kolom pada arsitektur Romawi.
4.Kesimpulan
Pada dasarnya gaya Arsitektur Kolonial Belanda dan Neo Klasik menganut
gaya klasik eropa. Hall tersebut dilihat pada bangunan simetris, eksteriornya polos
tanap plester, dekorasinya sangat klasik, terdapat susunan kolom, serta elemen-
elemen bangunan berici eropa. Bentuk, struktur, dan ornament Arsitektur Kolonial
Belanda dan Neo Klasik merupakan bentuk peniruan atau kelanjutan bangunan
dari arsitektur Yunani dan Romawi.