Anda di halaman 1dari 11

BAB II LANDASN TEORI

2.1 UMUM

Klimatologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang Iklim dan Cuaca. Klimatologi berasal dari kata
bahasaYunani Kuno, klimat yaitu tempat, wilayah, zona, dan logia yaitu ilmu:

Iklim yaitu penyebaran cuaca dari waktu kewaktu (hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun
demi tahun) dan termasuk di dalamnya harga rata-rata dan harga ekstrim (yaitu
maksimum dan minimum) atau keadaan rata-rata cuaca pada suatu periode yang cukup
lama atau daerah yang cukup luas.

Cuaca yaitu semua proses/peristiwa fisik yang terjadi/berlangsung di atmosfer pada suatu saat
dan tempat tertentu atau nilai sesaat dari atmosfer serta perubahannya dalam jangka
pendek disuatu tempat tertentu di bumi.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari informasi iklim/cuaca adalah :

1. Sebagai peringatan dini dari dampak negative yang ditimbulkan oleh cuaca/iklim yang ekstrim
seperti banjir, kekeringan dan angina kencang

2. Menyelenggarakan kegiatan atau usaha dibidang teknik, ekonomi dan social sesuai dengan
ciri dan sifat iklim/cuaca, sehingga dapat dihindari kerugian yang diakibatkannya

3. Melaksanakan kegiatan tersebut sebaiknya memanfaatkan pula teknologi pemanfaatan


sumberdaya iklim/cuaca.

2.2 DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI

Data Hujan dan Klimatologi yang diambil dari Unit Hidrologi BWS Maluku Utara yaitu terbagi
menjadi 2 (dua) Wilayah Sungai diantaranya :

 Wilayah Sungai Halmahera Selatan, yang didalamnya ada 2 Posyaitu :

1. Pos Klimatologi Kobe, dan

2. Pos Klimatologi Tutiling Jaya

 Wilayah Sungai Halmahera Utara, yang di dalmnya ada 2 Pos yaitu:

1. Pos Klimatologi Kao Barat, dan

2. Pos Klimatologi AHA


WILAYAH SUNGAI HALMAHERA SELATAN
DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI POS KOBE KAB. HALTENG TAHUN 2017

NO JENIS DATA SATUAN RATA-RATA MAKSIMUM MINIMUM


1. CURA HUJAN mm 2,37 87 0
2. RH % 73 92 55
3. PENYINARAN % 22.19 96 3
MATAHARI
4. KECEPATAN ANGIN Km/hari 7 66 2

DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI POS KOBE KAB. HALTENG TAHUN 2018

NO JENIS DATA SATUAN RATA-RATA MAKSIMUM MINIMUM


1. CURA HUJAN mm 2.14 87 0
2. RH % 73 92 55
3. PENYINARAN % 26,80 96 3
MATAHARI
4. KECEPATAN ANGIN Km/hari 15 66 10

DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI POS TUTILING JAYAKAB. HALTIM TAHUN 2017

NO JENIS DATA SATUAN RATA-RATA MAKSIMUM MINIMUM


1. CURA HUJAN mm 5.31 77 0
2. PENYINARAN % 28,07 91 1
MATAHARI
3. KECEPATAN ANGIN Km/hari 68 207 35

DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI POS TUTILING JAYAKAB. HALTIM TAHUN 2018

NO JENIS DATA SATUAN RATA-RATA MAKSIMUM MINIMUM


1. CURA HUJAN mm 4,67 53 0
2. PENYINARAN % 43,99 95 1
MATAHARI
3. KECEPATAN ANGIN Km/hari 77 268 34

WILAYAH SUNGAI HALMAHERA UTARA


DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI POS KAO BARAT KAB. HALTIM TAHUN 2017

NO JENIS DATA SATUAN RATA-RATA MAKSIMUM MINIMUM


1. CURA HUJAN mm 9,34 119 0
2. PENYINARAN % 30,54 82 4
MATAHARI
3. KECEPATAN ANGIN Km/hari 51 392 4
DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI POS KAO BARAT KAB. HALTIM TAHUN 2018

NO JENIS DATA SATUAN RATA-RATA MAKSIMUM MINIMUM


1. CURA HUJAN mm 6,20 106 0
2. PENYINARAN % 39,80 84 1
MATAHARI
3. KECEPATAN ANGIN Km/hari 37 303 2

DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI POS AHA KEPULAUAN MOROTAI KAB. HALUT TAHUN 2017

NO JENIS DATA SATUAN RATA-RATA MAKSIMUM MINIMUM


1. CURA HUJAN mm 5,67 111 0
2. PENYINARAN % 47,61 129 2
MATAHARI
3. KECEPATAN ANGIN Km/hari 290 181 1

DATA HUJAN DAN KLIMATOLOGI POS AHA KEPULAUAN MOROTAI KAB. HALUT TAHUN 2018

NO JENIS DATA SATUAN RATA-RATA MAKSIMUM MINIMUM


1. CURA HUJAN mm 4,78 93 0
2. PENYINARAN % 51,23 129 2
MATAHARI
3. KECEPATAN ANGIN Km/hari 60 181 2

2.3 HUJAN RERATA DAERAH (AREA RAINFALL )

Curah Hujan Rerata Harian Maksimum

Curah hujan yang diperlukan untuk suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan
pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah
hujan disuatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah atau daerah yang
dinyatakan dalam mm. Perhitungan curah hujan rerata harian maksimum ini bisa digunakan
metode rata-rata aljabar, cara Thiessen, cara garis Isohiet, cara garis potongan antara (intersection
line method), cara dalam – elevasi (Depht – elevation method), cara elevasi daerah rata – rata
(Mean areal elevation method).
Dalam studi ini akan dipakai metode Poligon Thiessen, karena metode ini memberikan bobot
tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap stasiun hujan dianggap
mewakili hujan disuatu daerah dengan luas tertentu dan luas tersebut merupakan faktor koreksi
bagi hujan di stasiun yang bersangkutan ( Sri Harto, 1993 : 55). Adapun cara perhitungan tersebut
yang dipakai dan cocok untuk kondisi di DAS Bedadung Jember adalah cara Thiessen berikut ini. Jika
titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara perhitungan curah hujan
rata – rata itu dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan. Curah
hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

2.4 HUJAN RANCANGAN

Hujan Rancangan

Hujan Rancangan adalah curah hujan terbesar tahunan dengan peluang tertentu yang mungkin
terjadi disuatu daerah.

Metode yang digunakan untuk menganalisa hujan rancangan antara lain : Metode E. J Gumbel,
Metode Normal, Metode Log Normal, dan Metode Log Person Tipe III.

Untuk DAS Bedadung Jember lebih cocok menggunakan metode log person Tipe III yang mana
dapat dipakai untuk semua macam sebaran data. Oleh karena itu metode ini sering dipakai dalam
menentukan curah hujan rancangan . Secara garis besar prosedur dari distribusi Log Pearson Tipe III
adalah sebagai berikut : (Soemarto,CD,1995 : 152)

1. Mengubah data banjir tahunan sebanyak n buah X1, X2, X3, …menjadi log X1, log X2, log X3, …
log Xn.

2. Menghitung nilai standar deviasinya dengan rumus berikut :

3. Menghitung koefisien pencengan dengan rumus berikut :


4. Menghitung logaritma debit dengan waktu balik yang dikehendaki dengan rumus berikut :

2.5 UJI PEMILIHAN DISTRIBUSI FREKUENSI

Uji ini terlebih dahulu dilakukan plotting data pengamatan pada kertas probabilitas Log Person Tipe
III dan garis durasi yang sesuai. Ploting dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Data curah hujan maksimum harian rata – rata tiap tahun di susun dari kecil ke besar.

b. Hitung probabilitasnya dengan menggunakan rumus Weibull : ( Subarkah, 1980 : 120 )

2.6 DISTRIBUSI CURAH HUJAN JAM-JAMAN

Untuk menghitung hidrograf banjir rancangan dengan cara hidrograf satuan, perlu diketahui dulu
sebaran hujan jam – jaman dengan suatu interval tertentu. Prosentasi distribusi hujan yang terjadi
dihitung dengan rumus Dr. Mononobe (Sosrodarsono, 1976 : 146) :

a. Perhitungan rata – rata hujan sampai jam ke – T

b. Perhitungan curah hujan pada jam ke – T

dengan : Rt = rata – rata hujan dari awal sampai jam ke – T (mm/jam)


T = waktu mulai hujan hingga ke – T (jam)
R24= curah hujan efektif dalam 24 jam (mm)
T = waktu konsentrasi hujan (jam)
RT = curah hujan pada jam ke – T (mm)

Curah hujan kawasan diperoleh dari hujan rerata metode Thiessen dengan memperhatikan
pengaruh stasiun-stasiun curah hujan pada kawasan tersebut. Pada analisa ini curah hujan rencana
diambil stasiun terdekat dengan lokasi proyek, yaitu Stasiun Banyumeneng. Hal ini dikarenakan
keseluruhan wilayah Sub DAS Kali Dolog sebagai daerah studi berada pada daerah pengaruh Stasiun
Banyumeneng. Untuk mengkonversi data curah hujan harian ke curah hujan jam-jaman dibutuhkan
model data curah hujan jam-jaman yang telah ada (diperoleh dari pengukuran curah hujan
otomatis) pada stasiun terdekat, sehingga diharapkan memiliki pola curah hujan yang sama dengan
pola curah hujan daerah studi. Model data yang diambil adalah data curah hujan jamjaman Stasiun
Mijen.

Data hujan jam-jaman stasiun Mijen Tahun 2005

Tanggal Waktu Kedalaman Hujan Persentase


(mm) %
10:00 16,2 9,44
11:00 27,0 15,73
21/01/2005 12:00 50,6 29,49
13:00 14,0 8,16
14:00 21,0 12,24
15:00 42,8 24,94
kumulatif 171,6

22/01/2002 21/01/2005 Rata-rata


9,11 9,44 9,28
31,90 15,73 23,82
15,63 29,49 22,56
28,65 8,16 18,40
9,77 12,24 11,00
4,95 24,94 14,94
Jumlah 100,00

Prosentase data hujan jam-jaman rerata Stasiun Mijen inilah yang nantinya digunakan sebagai pola
distribusi hujan jam-jaman pada periode ulang tertentu. Digunakan pola hujan 1 jam, karena nilai tc
yang diperoleh mendekati dengan pola yang paling sesuai dengan pola hujan jam-jaman Stasiun
Mijen yaitu 1 jam-an.

2.7 KOEFISIEN PENGALIRAN


Koefisien pengaliran merupakan suatu perbandingan antara jumlah limpasan dan jumlah curah
hujan pada suatu kondisi daerah tertentu. Harga koefisien pengaliran berbeda – beda disebabkan
topografi dan tata guna lahan daerah aliran sungai.

Besarnya koefisien pengaliran dapat dilihat pada Tabel Berikut:

Kondisi daerah pengaliran dan sungai Harga dari C


Daerah pegunungan yang curam 0,75-0,9
Daerah pegunungan tersier 0,70-0,8
Tanah bergelombang dan hutan 0,50-0,75
Tanah dataran yang ditanami 0,45-0,60
Persawahan yang diairi 0,70-0,80
Sungai di daerah pegunungan 0,75-0,85
Sungai kecil di dataran 0,45-0,75
Sungai besar yang lebih dari setengah daerah
pengalirannyaterdiri dari dataran 0,50-0,75

2.8 ANALISA CURAH HUJAN NETTO JAM-JAMAN

Hujan Netto adalah curah hujan yang menghasilkan limpasan langsung. Besarnya hujan netto
jam – jaman diperoleh dari perkalian antara hujan yang terjadi dengan koefisien pengaliran. Pada
studi ini, koefisien pengaliran di tetapkan berdasarkan kondisi tata guna lahan dan kondisi fisik
Daerah Aliran Sungai.

2.9 DEBIT BANJIR RANCANGAN

Banjir rancangan adalah besarnya debit banjir yang ditetapkan sebagai dasar penentuan kapasitas
dan mendimensi bangunan-bangunan hidraulik (termasuk bangunan di sungai), sedemikian hingga
kerusakan yang dapat ditimbulkan baik langsung maupun tidak langsung oleh banjir tidak boleh
terjadi selama besaran banjir tidak terlampaui.

 Kala Ulung

Besarnya banjir rancangan dinyatakan dalam debit banjir sungai dengan kala ulang tertentu.
Kala ulang debit adalah suatu kurun waktu berulang dimana debit yang terjadi menyamai
atau melampaui besarnya debit banjir yang ditetapkan (banjir rancangan).

Q5 thn = X m3 /dt atau P5 thn = X mm

Bisa terjadi kapanpun dalam range waktu 0 – 5 tahun tersebut 1 kali hujan sebesar X mm
atau debit sebesar X m3 /dt atau X mm akan disamai atau dilampaui.
Probabilitas terjadinya :

- Bisa terjadi 1 kali

- Bisa tidak pernah terjadi dalam 5 tahun tersebut

- Bisa banyak (berkali-kali) terlampaui

 Resiko Kegagalan
Apabila dikaitkan dengan faktor resiko kegagalan, maka dapat digunakan rumus sederhana
berikut ini

dengan :R= resiko kegagalan,


T= kala ulang (tahun),
L= umur bangunan/proyek (tahun).
 PENETAPAN KALA ULANG
Debit banjir rancangan ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan:
 ukuran dan jenis proyek
 ketersediaan data
 ketersediaan dana
 kepentingan daerah yang dilindungi
 resiko kegagalan yang dapat ditimbulkan
 kadang bahkan juga kebijaksanaan politik

2.10 EVAPOTRANSPIRASI

Evapotranspirasi adalah gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan


bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer. Evaporasi merupakan pergerakan air
ke udara dari berbagai sumber seperti tanah, atap, dan badan air. Transpirasi merupakan
pergerakan air di dalam tumbuhan yang hilang melalui stomata akibat diuapkan oleh daun.
Evapotranspirasi adalah bagian terpenting dalam siklus air.

Evapotranspirasi dan siklus air

Evapotranspirasi dapat menggambarkan jumlah air yang hilang dari badan air karena adanya
vegetasi. Jenis vegetasi mempengaruhi jumlah evapotranspirasi secara signifikan. Karena air
ditranspirasikan melalui daun yang mengalir dari akar, tumbuhan yang akarnya menancap dalam
ke bawah tanah mentranspirasikan air lebih banyak. Tanaman semak umumnya
mentranspirasikan air lebih sedikit dari tanaman berkayu karena semak tidak memiliki akar yang
sedalam tanaman kayu, dan daun yang posisinya setinggi tanaman kayu. Tanaman konifer meski
memiliki daun yang tidak lebar, dapat memiliki nilai transpirasi yang lebih tinggi dari tanaman
berdaun lebar, terutama di periode dormansi dan awal musim semi. [2] Faktor yang mempengaruhi
evapotranspirasi mencakup tahap pertumbuhan tanaman, persentase tanah yang tertutup
vegetasi, radiasi matahari, kelembaban udara, temperatur, dan angin. Meski selama ini dipercaya
bahwa vegetasni penutup tanah dapat mengurangi jumlah air yang hilang dari tanah, tetapi
pengujian isotop menunjukkan bahwa transpirasi oleh tumbuhan adalah komponen yang lebih
besar dari evaporasi.[3] Keberadaan vegetasi dapat menjaga jumlah air tanah karena aliran
permukaan dan perkolasi dihambat sehingga memberikan waktu bagi tanah untuk menyerap dan
menahan air dari presipitasi (misal hujan dan salju).
Sebuah ekosistem unik yang disebut dengan hutan awan menyerap air dari uap air yang
membentuk kabut atau "awan rendah" di sekitar mereka. Uap air yang menempel di permukaan
daun kemudian menetes ke tanah dan diserap tumbuhan untuk ditranspirasikan kembai. Jumlah
air yang didapatkan bisa lebih banyak dari yang diuapkan.
Memperkirakan evaptranspirasi
Evapotranspirasi bisa diukur atau diperkirakan dengan menggunakan beberapa metode.
Metode tak langsung
Data dari evaporasi panci dapat digunakan untuk memperkirakan evaporasi di danau, tetapi
transpirasi dan evaporasi yang terhalang hujan atau vegetasi tidak bisa diketahui. Data dari
evaporasi panci kemudian digunakan untuk memperkirakan evapotranspirasi secara tidak
langsung.
Keseimbangan air tangkapan
Evapotranspirasi dapat diperkirakan dengan membuat persamaan keseimbangan air dari daerah
badan air. Jumlah air di badan air, S, dihitung dengan rumus:
S=P-ET-Q-D
dengan presipitasi P, dan evapotranspirasi ET, aliran permukaan Q, dan pengisian ke air tanah
(perkolasi) D.
Persamaan hidrometeorologi
Persamaan yang lebih umum dan digunakan secara luas untuk memperkirakan evapotranspirasi
adalah persamaan Penman dan Penman-Monteith yang direkomendasikan oleh FAO.[4] Persamaan
yang lebih sederhana seperti persamaan Blaney-Criddle banyak digunakan namun tidak akurat
untuk daerah yang memiliki kelembaban udara tinggi. Solusi lain seperti Makkink, yang sederhana
namun harus dikalibrasi sesuai dengan daerahnya, dan persamaan Hargreaves. Untuk mengubah
nilai evapotranspirasi yang didapatkan menjadi nilai evapotranspirasi tanaman pertanian
aktual, koefisien tanaman dan koefisien stres harus digunakan. Koefisien tanaman merupakan
nilai yang didapatkan dari model percobaan yang dapat diprediksi, yang nilainya bervariasi
berdasarkan kondisi fase pertumbuhan tanaman dan musimnya.
Keseimbangan energi
Metode lainnya adalah menggunakan keseimbangan energi:
λE = Rn +G-H
di mana λE adalah energi yang dibutuhkan untuk mengubah fase air dari cair ke gas, R n adalah
radiasi matahari, G adalah fluks panas tanah, dan H adalah fluks panas sensibel.
Algoritme SEBAL memuat solusi keseimbangan energi pada permukaan tanah menggunakan citra
satelit. Cara ini dapat digunakan untuk mencari nilai evapotranspirasi aktual dan potensial per
piksel gambar. Evapotranspirasi adalah kunci untuk manajemen air dan performa irigasi.
Metode eksperimental
Lisimeter digunakan untuk mengukur ET secara eksperimen. Berat tanah diukur secara kontinu
dan perubahan berat tanah mengindikasikan perubahan kadar air tanah, yang lalu dikonversi ke
luas tanah yang digunakan dalam lisimeter. Perubahan kadar air tanah dapat disebabkan oleh ET
dan perkolasi, tetapi perkolasi dapat diukur dengan lisimeter karena air yang jatuh juga ditangkap
oleh lisimeter.
Kovarian Eddy
Metode langsung pengukuran ET dengan teknik kovarian Eddy di mana fluktuasi yang cepat dari
kecepatan angin vertikal berhubungan dengan fluktuasi kelembaban udara di atmosfer (densitas
uap). Kovarian Eddy secara langsung memperkirakan jumlah uap air yang dipindahkan dari
lingkungan setempat ke atmosfer melalui evapotranspirasi.

2.11 DEBIT ANDALAN

Debit air irigasi adalah banyaknya air yang mengalir tiap satuan waktu dinyatakan dalam m3 per
detik atau liter per detik. Pemenuhan kebutuhan air irigasi, perlu bibuat probabilitas debit berupa
debit andalan yang menunjukkan bahwa ketersediaan air irigasi dapat menyamai atau melebihi
kebutuhan air irigasi tersebut. Debit andalan (Dependeble flow) adalah debit minimum sungai
pada tingkat peluang tertentu yang dapat dipakai untuk keperluan penyediaan air. Perhitungan
debit andalan dimaksudkan untuk mencari besarnya debit yang tersedia untuk kebutuhan air
irigasi dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan dengan kata lain debit andalan adalah
besarnya debit yang tersedia untuk kebutuhan air irigasi dengan resiko kegagalan yang telah
diperhitungkan. Adapun kriteria debit yang dipakai sebagai berikut :

1. Debit air tahun kering adalah besarnya debit yang terjadi sebanyak 355 hari dalam setahun
sebesar debit perencanaan (P=97 %)

2. Debit air tahun rendah adalah besarnya debit yang terjadi sebanyak 275 hari dalam setahun
sebesar debit perencanaan (P=75 %).

3. Debit air tahun normal adalah besarnya debit yang terjadi sebanyak 185 hari dalam setahun
sebesar debit perencanaan (P=51 %).

4. Debit air tahun basah adalah besarnya debit yang terjadi sebanyak 95 hari dalam setahun
sebesar debit perencanaan (P=26 %).

5. Debit Andalan adalah besarnya debit yang terjadi sebanyak 292 hari dalam setahun sebesar
debit perencanaan (P=80 %).
Menurut Soeseno (1987) penentuan debit andalan dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan debit rata-rata setengah bulanan, diurutkan dari terbesar keterkecil kemudian
dihitung besarnya Q 80 dengan persamaan sebagai berikut :

N = ((80/100) n )

Dimana : N = urutan Q yang akan diambil sebagai Debit andalan (Dependeble flow),

n =banyaknya pengamatan debit air sungai. Untuk perhitungan debit andalan


gunakan data debit terlampir.

Jadi Q tersedia dalam lter per detik merupakan penjumlahan dari Curah hujan efektif
dengan debit andalan.

Anda mungkin juga menyukai