Anda di halaman 1dari 2

Sabda menjadi saudara. Mungkinkah?

In Carmelo

Sabda telah menjadi daging dan telah menjadi saudara manusia adalah ungkapan yang
biasa sekaligus suci dalam Gereja Katolik. Sinonim kata sabda adalah perkataan, ujaran, bicara
omong dan lain sebagainya. Sebagai manusia biasa sebutan sabda menjadi saudara adalah hal
yang biasa. Seorang penyanyi menggunakan perkataannya untuk menjadi sahabat dalam
kesendirian. Seorang penyair dapat menggunakan perkataannya sebagai saudara untuk
mengekspresikan hasil imajinasi terhadap dunia. Seorang penulis dapat menggunakan
perkataanya untuk menulis setiap pendapatnya tentang dunia. Tetapi apa mungkin perkataan
atau sabda itu bisa menjadi manusia yang nyata lalu bersaudara dengan manusia bahkan
dipercaya sebagai penyelamat manusia?
Dalam permenungan ini kita semua diajak untuk melihat perkataan yang adalah sabda.
Dalam Gereja Katolik kata sabda adalah kata yang sacral. Menurut kitab Suci dunia diciptakan
melalui sabda. Sabda atau perkataan yang diucapkan oleh Allah. Tetapi pertanyaan bagaimana
jika Sabda itu menjadi manusia yang bersaudara dengan kita adalah pertanyaan yang cukup
rumit. Namun dalam pada itu, sebagai umat beriman dalam Gereja Katolik itu semua adalah
kepercayaan yang tidak dapat mati. Ini adalah inti kepercayaan yang menjadikan manusia hidup.
Sabda adalah Dia (Yesus Kristus) yang datang dalam wujud dan menjadi sahabat manusia yang
berdosa. Pemahaman tentang Sabda yang adalah Yesus Kristus adalah sesuatu yang tidak dapat
dipertentangkan lagi.
Alasan mengapa “Sabda menjadi manusia” dari sudut yang relasional yaitu: bahwa di
dalam Kristus, Allah yang Mahatinggi secara hakiki berkenan menjadi sahabat bagi umat
manusia. Sebab dalam keberdosaan dan kefanaannya, umat manusia berada dalam situasi yang
terasing dan terbuang. Manusia tidak hanya terasing dari sesama dan orang-orang di sekitarnya,
tetapi dia juga terasing dengan dirinya sendiri dan terasing dengan Allah. Sehingga dengan
keterasingan tersebut kehidupan manusia senantiasa ditandai oleh “keretakan-keretakan”
spiritual yang membuat dia sering kehilangan makna dan tujuan hidupnya.
Melalui Kristus, Sabda Allah menempatkan diriNya sama dan setara dengan umat
manusia. Bahkan lebih dari pada itu, di dalam penderitaan dan kematian Kristus, Allah berkenan
mengosongkan diriNya untuk menjadi seorang hamba yang menderita dan mengalami perlakuan
yang sewenang-wenang, kejam dan tidak adil. Tujuannya agar di dalam Kristus, Allah dapat
merasakan pula seluruh penderitaan setiap orang yang tidak berdaya. Sehingga di dalam Kristus,
Allah yang jauh menjadi Allah yang sangat dekat. Dia hadir dalam realitas hidup manusia.
Sangatlah tepat rasul Paulus berkata tentang Kristus, yaitu: “Tetapi sekarang di dalam Kristus
Yesus kamu, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Karena Dialah
damai-sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok
pemisah, yaitu perseteruan” (Ef. 2:13-14). Demikianlah sabda dalam Kitab Suci bukanlah sabda
yang berdiri sendiri tetapi sabda yang adalah Allah telah menjadi manusia dan telah menjadi
saudara manusia dalam kasih persaudaraan.

Anda mungkin juga menyukai