Anda di halaman 1dari 4

MISA KHUSUS KELOMPOK KECIL

1. Pengantar
Pada 15 mei 1969 konggregasi ibadat mengeluarkan instruksi “Actio Pastoralis” yang
mengatur tentang penyelenggaraan misa khusus dalam kelompok kecil (misa lingkungan,
keluarga, kelompok organisasi rohani, dan kelompok kecil lainnya yang biasanya
dilaksanakan di rumah atau di aula). Hal ini merupakan realisasi lanjutan dari keinginan para
peserta Konsili yang ditegaskan dalam dokumen Sacrosanctum Concilium nomor 19:
Hendaklah para gembala jiwa dengan tekun dan sabar mengusahakan
pembinaan liturgi kaum beriman serta keikutsertaan mereka secara aktif,
baik lahir maupun batin, sesuai dengan umur, situasi, corak hidup, dan
taraf perkembangan religius mereka...

Pada dasarnya, susunan dan model Perayaan Ekaristi kelompok kecil sama dengan Tata
Perayaan Ekaristi yang berlaku umum, tetapi dilaksanakan dalam konteks dan situasi khusus
sehingga mempunyai ketentuan-ketentuan khusus. Ketentuan khusus tersebut disesuaikan
dengan konteks dan situasi tanpa mengaburkan atau menghilangkan makna Perayaan
Ekaristi. Selanjutnya, kelompok menampilkan beberapa ketentuan tersebut berdasarkan
instruksi “Actio Pastoralis” dalam urutan ritus-ritus Perayaan Ekaristi.
2. Beberapa pemikiran Gereja dalam instruksi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
 Sasaran utama dari kegiatan pastoral Gereja ialah meningkatkan keterlibatan (peran
serta) umat beriman di dalam hidup berjemaat.
 Kelompok-kelompok khusus ini bukan untuk menopang pembentukan “Gereja-gereja
mini” dan pengistimewaannya, melainkan untuk melayani keperluan-keperluan
khusus umat beriman sehingga dengan demikian penghayatan hidup Kristiani dapat
ditingkatkan selaras keperluan dan kemampuan anggota-anggota kelompok
bersangkutan. Hal ini mengembangkan suatu ikatan rohani dan apostolis khusus dan
semangat ingin saling mendukung dalam perkembangan rohani.
 Berdasarkan pengalaman, kalau diatur secara tepat dan diarahkan dengan bijaksana,
perayaan itu sama sekali tidak menghambat kebersamaan umat Paroki.
 Perayaan-perayaan khusus itu menunjang kegiatan misioner Paroki karena mampu
menjangkau sejumlah umat secara lebih personal dan berdampak lebih dalam
terhadap pembinaan iman orang lain.

1
 Pertemuan kelompok kecil ini merupakan suatu “pertemuan doa” untuk pendalaman
kebenaran Kristiani dengan merenungkan Sabda Tuhan yang memuncak pada Ekaristi
Kudus.
3. Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Misa Khusus
Jikalau ada pemintaan untuk mengadakan misa dalam kelompok kecil (lingkungan,
keluarga, dan kelompok kecil lainnya), perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
III.1. Hanya Waligereja setempat atau pimpinan religius untuk rumah-rumah di bawah
kekuasaannya yang berwenang memberikan izin untuk melaksanakan Perayaan Ekaristi
dengan kelompok-kelompok khusus di luar tempat ibadah. Khususnya bila menyangkut
perayaan di rumah orang atau di sebuah wisma, mereka hanya boleh memberi izin itu
kalau tempat itu serasi dan pantas dan bukan ruang tidur. Perlu diperhatikan juga bahwa
kebutuhan akan tempat yang luas dan anggun tidak boleh menjadi alasan untuk
melaksanakan misa di tempat yang sama atau di rumah beberapa keluarga tertentu saja
dan terkesan mengistimewakan (AP 4).
III.2. Misa itu tak pernah boleh dianggap sebagai kegiatan eksklusif suatu kelompok khusus
(AP. 5b). Misa adalah perayaan Gereja, sakramen kesatuan.
III.3. Agar Perayaan Ekaristi serasi dengan situasi dan kondisi umat yang hadir:
 Peran serta umat hendaknya sedapat mungkin digalakkan dengan
memperhatikan situasi perayaan dan sarana-sarana yang dapat mewujudkan
partisipasi itu (AP. 6a). Sesuai kemampuan kelompok bersangkutan, perayaan
dapat didahului dengan bimbingan rohani atau renungan Kitab Suci (AP. 6b).
 Dalam homili imam hendaknya memperhatikan sifat khas perayaan ini dan
menjelaskan hubungan antara kelompok yang sedang berkumpul itu dengan
Gereja lokal maupun universal (AP. 6g)
 Doa umat dapat disesuaikan dengan situasi konkret asal saja ciri religiusnya
tetap dijaga dan tidak boleh menghilangkan ujud-ujud umum untuk Gereja,
dunia, sesama yang menderita, dan umat yang hadir (AP. 6h).
 Komuni dua rupa tidak boleh diadakan, kecuali viaticum/ komuni bekal suci
(AP.7)
 Peraturan-peraturan mengenai lagu dan musik dalam perayaan-perayaan liturgi
perlu diikuti dan segala sesuatu yang tidak selaras dengan kekudusan upacara
serta kesalehan para beriman harus dielakkan (AP. 8).

2
 Penyesuaian-penyesuaian yang diperbolehkan dalam Perayaan Ekaristi untuk
kelompok khusus tidak boleh dimasukkan ke dalam perayaan untuk seluruh
jemaat di Gereja (AP. 9)
 Syarat-syarat yang perlu dipenuhi untuk merayakan Ekaristi bersama
kelompok-kelompok khusus di luar rumah ibadat dan khususnya di rumah
warga adalah kehadiran umat (AP. 10)
III.4. Kecuali dalam hal-hal khusus, izin pelaksanaan misa dalam kelompok-kelompok kecil
seperti yang tertera pada AP nomor 4 tidak dapat diberikan pada hari-hari Minggu dan
pesta wajib agar terjaminlah pelayanan imam dan partisipasi umat beriman dalam
perayaan liturgis Paroki demi memupuk kehidupan dan paguyuban jemaat” (AP 10a
bdk. Dies Domini 35-36).
III.5. Bilamana yang memimpin perayaan bukan Pastor Paroki sendiri, pemimpin yang
bersangkutan harus terlebih dahulu memberitahu Pastor Paroki dan Pastor Paroki harus
melaporkan perayaan-perayaan itu kepada Uskup (AP.10b).
III.6. Kaidah tentang puasa Ekaristi harus ditaati. Oleh karena itu, Misa Kudus tidak pernah
boleh diadakan langsung sesudah santap bersama dalam bentuk apapun. Kalau santap
bersama itu menyusul sesudah Misa, harap diusahakan agar sedapat mungkin tidak
dipakai meja yang tadinya digunakan untuk Perayaan Ekaristi (AP. 10c). Roti untuk
Ekaristi harus tak beragi (AP. 10d)
III.7. Misa sebaiknya tidak diadakan pada waktu larut malam (AP. 10e).
III.8. Kemudian, dalam AP 11 dikatakan sebagai berikut:
Dalam Misa ini “hanya boleh dipakai teks yang diambil dari Misale atau dari lampiran-
lampiran yang disahkan. Tidak dibenarkan menggantikan teks itu semau-maunya
dengan yang lain, …”. Kemudian, “jumlah, bentuk dan mutu perlengkapan altar, bejana
suci serta pakaian ibadat harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.” Akhirnya,
“Mengenai tata gerak imam dan tata perayaan maupun mengenai sikap badan para
hadirin seperti berdiri, berlutut, duduk, berlaku segala ketentuan seperti untuk Perayaan
Ekaristi lain.”
4. Penutup
Instruksi ini dikeluarkan dengan maksud agar Perayaan Ekaristi dapat dirayakan dengan
khidmat termasuk dalam suasana dan situasi khusus. Hal ini berarti bahwa meskipun
Perayaan Ekaristi dirayakan dalam situasi khusus, tetapi sakralitas sakramen tidak kehilangan
maknanya. Dengan rumusan lain, situasi khusus tidak menjadi alasan untuk menyangkal serta

3
mengurangi makna dan sakralitas sakramen. Dalam situasi yang khusus ini, umat dapat
menciptakan suatu suasana yang akrab antara satu dengan yang lain dalam satu persekutuan
sehingga dapat menumbuhkan iman yang kokoh.
Umat yang merayakan Ekaristi ini diharapkan agar tetap mengikuti Perayaan Ekaristi
dengan penuh iman dan mengikuti panduan-panduan khusus perayaan. Di samping itu, Umat
juga mesti menyadari bahwa misa khusus dimaksudkan agar umat semakin lebih dekat
dengan Tuhan dan semakin memotivasi umat untuk menghayati iman dalam kehidupan
sehari-hari.

Nama-nama Anggota Kelompok Konvik Karmel:

Andreas Yorenus Waji Rasi (NPM: 19.860)


Kristoforus Rawi (NPM: 19.893)
Sonobius Rua (NPM: 19.914)
Yeremias Geleta Huler (NPM: 19.920)
Yohanes Palaama Belang (NPM: 19.923)
Yoseph Kua (NPM: 19.929)

Anda mungkin juga menyukai