Anda di halaman 1dari 7

Vol. 03, No. 01, Mei 2014, hlm.

75-81

MENJADIKAN EKARISTI SEBAGAI PUNCAK


DAN SUMBER KEHIDUPAN GEREJA

Ignatius Loyola Madya Utama

ABSTRACT:

Members of the Catholic Church believe the Church’s teaching on Eucharistic celebration as the
summit and the fount of the Church’s life. They even believe that the Eucharist is the summit and
the fount of their faith lives. Unfortunately, the real meaning of this belief oftentimes is not well
understood. As a result, the Eucharistic celebration does not really influence their way of thinking
and their way of lives. This article tries to discover and present such meaning, with the hope that
by having such understanding all members of the Catholic Church—including religious and
priests—will make it as their way of thinking and living. The Eucharistic celebration will become
the summit of the Church’s life if those who celebrate it have already tried to build a communion
before the celebration takes place. It will become the fount of the Church’s life if those who cele-
brate it will try their best to become a Eucharistic people by becoming promotors of peace and so-
lidarity.

Kata-Kata Kunci:
Ekaristi, puncak, sumber, communio, umat ekaristis, promotor perdamaian, promotor solidaritas.

1. PENDAHULUAN tanya. Dalam kenyataannya, ajaran tersebut tidak


dipahami oleh semua anggota Gereja sehingga
1.1. Latar Belakang tidak menjadi pola berpikir dan bertin-dak mereka.
Hal ini menimbulkan pertanyaan: Bagaimana
Umat Katolik kerap mendengar ungkapan
membantu para anggota Gereja sehingga mereka
“Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan
memahami ajaran ini serta menjadikannya sebagai
Gereja.” Namun sering kali ungkapan itu hanya
cara hidup mereka?
mereka dengar begitu saja tanpa dipahami makna
yang sesungguhnya dan kurang dijadikan sebagai
1.3. Tujuan Penulisan
pola hidup keseharian mereka. Akibatnya, jutaan
umat Katolik merayakan Ekaristi setiap hari Melalui artikel 1 ini penulis mencoba
Minggu, namun dampaknya bagi kehidupan mere- mendalami makna dari ungkapan tersebut dengan
ka dan bagi kehidupan bermasyarakat kurang menggali dokumen-dokumen penting Gereja serta
tampak. beberapa uraian dari sejumlah ahli teologi; dengan
harapan bahwa para pembaca—khususnya ang-
1.2 Rumusan Masalah gota Gereja—juga akan memahami makna
tersebut dan menjadikannya sebagai pola hidup
Gereja mengajarkan bahwa Perayaan Ekaristi
mereka.
merupakan puncak dan sumber kehidupannya.
Ajaran tersebut diharapkan menjadi keyakinan dan
pola berpikir serta pola bertindak seluruh anggo-

75
Menjadikan Ekaristi Sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja (Ignatius Loyola Madya Utama)

1.4. Metode Penulisan melainkan Allah yang selalu berelasi dalam cinta
dan selalu mengalirkan kehidupan-Nya sendiri
Artikel ini ditulis berdasarkan studi kepus-
secara berlimpah-limpah. 7 Allah seperti ini adalah
takaan dengan menggali dan mendalami doku-
Allah yang selalu memberikan diri-Nya kepada
mendokumen ajaran Gereja universal tentang
manusia. 8 Dengan kata lain, ”berhimpun menjadi
Ekaristi –khususnya yang tetuang dalam doku-
satu” atau ”kesatuan” Gereja adalah sebuah
men-dokumen Konsili Vatikan II– dokumen-
communio, sebuah pola hidup persaudaraan iman
dokumen Gereja lokal, Ensiklik dan Surat
yang dilandasi oleh semangat saling mengasihi, 9
Imbauan Apostolik Paus, serta beberapa karya dari
solidaritas, dan saling berbagi baik kekayaan
beberapa teolog. Metode yang digunakan adalah
rohani maupun material, sehingga tidak ada
metode deskriptif kritis. Penulis memaparkan
seorang pun yang mengalami kekurangan. 10
kembali gagasan-gagasan yang terdapat dalam
dokumen-dokumen tersebut secara kritis, Dalam konteks pemahaman seperti inilah Paus
sekaligus menarik relevansinya bagi kehidupan Yohanes Paulus II mengatakan bahwa membang-
jemaat saat ini. un communio merupakan prasyarat untuk dapat
merayakan Ekaristi secara sungguh-sungguh.
2. PERAYAAN EKARISTI SEBAGAI Dalam ensikliknya, Ecclesia de Eucharistia,
PUNCAK KEHIDUPAN GEREJA beliau menegaskan
Ungkapan ”Ekaristi sebagai Puncak dan …., Perayaan Ekaristi tidak dapat menjadi
Sumber Kehidupan Gereja” berasal dari dua titik-tolak dari persekutuan persaudaraan
dokumen Konsili Vatikan II. Dalam dokumen (communion). [Sebaliknya] Perayaan
yang pertama kali dihasilkan oleh Konsili Vatikan Ekaristi mengandaikan atau memprasya-
II, dikatakan bahwa meskipun ”Liturgi suci tidak ratkan bahwa perse-kutuan persaudaraan
mencakup semua kegiatan Gereja.” 2 “Namun tersebut harus sudah ada lebih dahulu.
demikian liturgi adalah puncak yang dituju oleh Dengan Perayaan Ekaristi, persekutuan
persaudaraan tersebut akan menjadi semakin
kegiatan Gereja, dan juga merupakan sumber
kokoh dan mencapai kesempurnaannya. 11
segala daya-kekuatannya.” 3 Sementara itu, dalam
dokumen yang dikeluarkan pada tahun berikutnya, Yang dimaksudkan dengan persekutuan
Konsili Vatikan II mengatakan bahwa “Dengan persaudaraan (communio) adalah cara hidup
ikut serta dalam korban Ekaristi, sumber dan jemaat Kristiani yang diwarnai oleh semangat
puncak hidup Kristiani, mereka [seluruh umat cinta kasih, kesediaan untuk saling berbagi
beriman] mempersembahkan korban ilahi kepada sehingga tidak ada anggota jemaat yang
Allah dan mempersembahkan diri mereka sendiri kekurangan, saling memberikan perhatian dan
bersama dengannya.” 4 Dari kutipan-kutipan memiliki kepri-hatinan terhadap satu sama lain,
tersebut, tampak jelas bahwa istilah ”Ekaristi saling memberikan dukungan, saling mengam-
sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja” puni, saling memberikan kesempatan untuk
merupakan ”rakitan” dari insights yang berasal berkembang, dan saling menerima serta menghar-
dari kedua dokumen Konsili Vatikan II tersebut. 5 gai keunikan masing-masing anggota. Semangat
Ketika Konsili Vatikan II berbicara mengenai hidup seperti ini jelas bertentangan dengan apa
Liturgi—khususnya Perayaan Ekaristi—sebagai yang telah terjadi dalam jemaat di Korintus (bdk.
puncak kehidupan Gereja, Konsili Vatikan II 1Kor. 11:17-34)—dan bahkan masih terjadi di
mengatakan: ”Sebab tujuan dari semua usaha banyak tempat sampai sekarang ini—di mana
kerasulan adalah supaya semua orang yang anggota jemaat yang kaya tidak peduli terhadap
melalui iman dan pembaptisan menjadi anak-anak anggota jemaat yang miskin, sehingga banyak
Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah anggota jemaat yang menjadi “lemah dan sakit,
di tengah Gereja, ikut serta dalam Korban, dan dan tidak sedikit yang meninggal” (ayat 30).
menyantap perjamuan Tuhan” (SC 10). 6 Ketidak-pedulian seperti itulah yang oleh Santo
Paulus disebut sebagai “dosa melawan tubuh dan
”Berhimpun menjadi satu” tentu saja tidak darah Tuhan” (ayat 27) serta “menghinakan
boleh dipahami hanya secara fisik, melainkan jemaat Allah dan mempermalukan orang-orang
harus ditempatkan dalam konteks pemahaman yang tidak punya apa-apa” (ayat 22).
Konsili Vatikan II tentang Gereja sebagai ”umat
yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa dan Praktik seperti itu didasarkan pada kebiasaan
Putera dan Roh Kudus” (LG 4). ”Kesatuan” hidup dalam masyarakat di mana orang-orang
Gereja berpola pada kehidupan Allah Tritunggal; yang kaya dan berkuasa senantiasa menerima
Allah yang tidak terkurung dalam kesepian diri, perlakuan yang istimewa; dan previlese semacam

76
Vol. 03, No. 01, Mei 2014, hlm. 75-81

itu juga mereka tuntut di dalam Perayaan Ekaristi. iman sudah mendekati ideal komunitas beriman
Santo Paulus mengutuk praktik seperti itu sebagai yang diceritakan dalam Kisah para Rasul: Gereja
hal yang bertentangan dengan teladan yang telah yang berkumpul untuk memperdalam imannya,
diberikan oleh Tuhan Yesus sendiri. 12 melaksanakan Sabda Allah, dan berbagi kekayaan
rohani maupun material dengan satu sama lain
Senada dengan pendapat dan sikap Santo
sehingga tidak ada seorang pun yang mengalami
Paulus tersebut, Santo Yohanes Krisostomus
kekurangan (bdk. Kis. 2:42-47; 4:32-35). 16
(347–407) pernah menulis:
Secara singkat, Perayaan Ekaristi sungguh
Apakah kalian ingin menghormati Tubuh akan menjadi puncak kehidupan Gereja apabila
Kristus? Jika kalian ingin melakukannya, semua anggota Gereja mengupayakan agar hidup
janganlah melupakan Dia ketika Ia sedang
mereka benar-benar menjadi sebuah communio¸
telanjang. Jangan hanya menghormati Dia
ketika Ia berada di rumah ibadat dengan sehingga dalam Perayaan Ekaristi pengalaman
mengenakan pakaian sutra, tetapi segera membangun communio tersebut diraya-kan,
melupakan-Nya bila Ia berada di luar rumah dialami kembali, dikuatkan, dan disempurnakan,
ibadat dan menderita kedinginan serta sebab Perayaan Ekaristi adalah ”sakramen cinta-
telanjang. Ia yang bersabda: ”Inilah tubuh- kasih, lambang kesatuan, dan ikatan cintakasih”
Ku” adalah sama dengan yang mengatakan: (SC 47). Tanpa adanya upaya untuk membangun
”Ketika engkau melihat aku lapar, engkau communio, Perayaan Ekaristi—dan semua
tidak memberi aku makan.” Apa gunanya perayaan liturgi lainnya—”hanya akan menjadi
memenuhi altarmu dengan piala dan sibori tindakan yang semata-mata mentaati peraturan
emas, sementara Ia mati kelaparan? Mulai-
belaka (will seem like mere juridism).” 17 Seorang
lah dengan memberikan makan dan men-
genyangkan orang-orang yang kelaparan, ba- teolog Fransiskan, Kenan B. Osborne, dengan
ru kemudian—dengan yang tersisa—kalian sangat keras bahkan mengatakan: ”Tidak ada
boleh menghiasi altarmu juga. 13 Ekaristi di dalam sebuah komunitas yang
anggota-anggotanya tidak saling mengasihi.” 18
Perayaan Ekaristi tidak hanya merupakan
ungkapan persekutuan persaudaraan jemaat Kris- Konsili Vatikan II, dalam Dekrit mengenai
tiani, melainkan sekaligus juga—menurut Paus Pelayanan dan Kehidupan para Imam, Presby-
Yohanes Paulus II—merupakan suatu terorum Ordinis (selanjutnya disebut PO), dengan
tegas juga mengatakan:
proyek solidaritas dengan semua umat
manusia. Dalam Perayaan Ekaristi Gereja Hanya sedikit sajalah manfaat upacara-
terus-menerus memperbarui kesadarannya upacara [liturgi] betapa pun indahnya, atau
sebagai ’tanda dan alat’ [baca: sakramen] persekutuan-persekutuan betapa pun subur-
kesatuan mesra antara manusia dengan Allah nya, bila itu semua tidak diarahkan untuk
maupun antarumat manusia (LG 1). membina para anggota Gereja menuju
…..[Oleh karenanya] Setiap umat Kristiani kedewasaan Kristiani. Untuk mendorong
yang ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi mereka menuju kedewasaan [Kristiani] itu,
perlu belajar untuk menjadi promotor para imam akan membantu umat agar
persekutuan persaudaraan, perdamaian, dan mereka mampu memecahkan persoalan-
solidaritas dalam setiap situasi. 14 persoalan yang mereka hadapi dan mampu
menangkap kehendak Allah dalam krisis-
Berdasarkan pemahaman seperti di atas, krisis kehidupan yang mereka alami entah
perpecahan dan konflik yang disebabkan oleh besar ataupun kecil. Umat Kristiani juga
kesenjangan sosial dan ekonomi yang terlalu perlu dibina, supaya mereka jangan hanya
lebar—baik dalam hidup jemaat maupun hidup untuk diri mereka sendiri, melain-
masyarakat—tidak cocok dengan Ekaristi yang kan—menanggapi tuntutan perintah baru
tentang cinta kasih—saling berbagi rahmat
selalu kita rayakan. Bila kesenjangan itu memang
sesuai dengan kasih karunia yang diterima
terjadi, jawaban yang diminta dari kita adalah oleh masing-masing, dan dengan demikian
yang “memiliki lebih” harus berhenti “memper- semua melaksanakan tugas-tugas mereka
malukan mereka yang miskin” dengan mulai secara Kristiani dalam masyarakat” (PO, 6).
berbagi apa yang kita miliki dengan mereka yang
tidak mempunyai apa-apa (bdk. 1 Kor. 11:21-22; Sebaliknya, bila umat beriman sudah berusaha
33). 15 Paus Yohanes Paulus II menandaskan membangun communio sebelum datang ke gereja
bahwa dengan setiap kali merayakan Ekaristi kita untuk merayakan Ekaristi, niscaya Perayaan
dipanggil untuk melihat apakah hidup kita secara Ekaristi tersebut akan membantu mereka ”untuk
pribadi maupun sebagai persekutuan umat ber- menerima rahmat Allah demi kebaikan hidup

77
Menjadikan Ekaristi Sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja (Ignatius Loyola Madya Utama)

mereka, untuk menyembah Allah dengan benar, penuh semangat persaudaraan.” 24 Secara lebih
dan untuk mengamalkan cintakasih” (SC 59). kongkret beliau mengajak kita semua untuk
membuat komitmen guna mencari jalan untuk
3. PERAYAAN EKARISTI SEBAGAI mengatasi salah satu bentuk kemiskinan yang
SUMBER KEHIDUPAN GEREJA terdapat di dunia kita sekarang ini: tragedi
kelaparan yang melanda ratusan juta orang, berba-
Ketika berbicara mengenai Perayaan Ekaristi gai macam penyakit yang mendera penduduk-
sebagai sumber kehidupan Gereja, Konsili Vati- penduduk di negara-negara berkembang, kese-
kan II mengatakan pian yang dialami oleh orang-orang lanjut usia
... Liturgi sendiri mendorong umat beriman, yang harus hidup sendirian, kesulitan hidup yang
supaya sesudah dipuaskan dengan ”sakra- dialami oleh orang-orang yang tidak memiliki
men-sakramen Paskah” menjadi ”sehati- pekerjaan, dan perjuangan hidup yang dialami
sejiwa dalam kasih.” Liturgi berdoa supaya oleh para imigran. Semua bentuk kemiskinan ini –
”mereka mengamalkan dalam hidup sehari- menurut Paus Yohanes Paulus II–merupakan
hari apa yang telah mereka peroleh dalam kejahatan di tengah-tengah hidup yang penuh
iman.” ... Jadi dari Liturgi, terutama dari kemewahan. Dengan menunjukkan cinta timbal
Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah balik, dan khususnya perhatian serta kepe-dulian
rahmat kepada kita, dan pengkudusan
kita terhadap orang-orang yang membu-tuhkan
manusia serta pemuliaan Allah dalam
Kristus, yang merupakan arah dan tujuan
uluran tangan kita, kita akan dikenal sebagai
akhir dari semua kegiatan Gereja lainnya, murid-murid Yesus yang sejati (bdk. Yoh. 13:35;
dicapai dengan efektivitas yang sangat Mat. 25:31-46). Perhatian dan kepedulian
besar. 19 semacam inilah yang akan menjadi tolok ukur
untuk menilai otentisitas Ekaristi yang kita
Dari pernyataan di atas, liturgi –dan secara rayakan. 25
khusus Perayaan Ekaristi– sebagai puncak kehi-
dupan Gereja, tidak menjadi tujuan akhir dari Gagasan Paus Yohanes Paulus II ini
seluruh kehidupan Gereja, melainkan menjadi dilanjutkan oleh penerusnya, Paus Benediktus
”langkah awal” untuk bertindak lebih lanjut, 20 XVI, ketika beliau mengatakan
sebab tujuan dari kehidupan Gereja adalah
Komunitas-komunitas kita, saat merayakan
diwujudkannya ”Kerajaan Allah, yang oleh Allah Ekaristi, perlu menjadi lebih sadar bahwa
sendiri telah dimulai di dunia, untuk selanjutnya kurban Kristus dimaksudkan untuk semua
disebarluaskan, hingga pada akhir zaman disem- [orang], oleh karenanya Ekaristi mendesak
purnakan oleh-Nya juga” (LG 9). 21 Dengan kata kita yang percaya kepada-Nya, untuk
lain, Ekaristi menjadi sumber kekuatan untuk menjadi “roti yang dibagikan” bagi sesama,
melaksanakan iman yang telah dirayakan dalam dan untuk mengupayakan pembangunan
Ekaristi dalam hidup sehari-hari. dunia yang lebih adil dan bersaudara.
Mengenangkan penggandaan roti dan ikan,
Dalam garis pemikiran seperti inilah kita kita perlu sadar bahwa Kristus saat ini tetap
dapat memahami apa yang dikatakan oleh Paus mengundang para murid-Nya untuk terlibat
Yohanes Paulus II: secara pribadi: “Kamu harus memberi
mereka makan” (Mat. 14:16). Masing-
.... barangsiapa ambil bagian dalam Ekaristi masing dari kita sungguh dipanggil, bersama
mempunyai komitmen untuk mengubah Yesus, untuk menjadi roti yang dibagikan
hidup mereka dan dengan cara tertentu bagi kehidupan dunia. 26
membuatnya menjadi seutuhnya ”Ekaris-
tis.” 22 Buah-buah hidup yang ditransfor- Mendapatkan inspirasi dari Ekshortasi
masikan dan komitmen untuk mentransfor- (Imbauan) Apostolik, Sacramentum Caritatis,
masikan dunia sesuai dengan Injil inilah yang ditulis oleh Paus Benediktus XVI, Federasi
secara cemerlang melukiskan tegangan Konferensi-konferensi Waligereja Asia (Fede-
eskatologis yang terdapat dalam (inherent) ration of Asian Bishops’ Conferences) –dalam
perayaan Ekaristi dan kehidupan Kristiani sidang paripurnanya yang kesembilan pada 2009–
secara keseluruhan.” 23
tidak hanya berbicara mengenai penting-nya
Lebih lanjut Paus Yohanes Paulus II merayakan Ekaristi, melainkan juga menan-
mengatakan bahwa ”Ekaristi memberikan kepada daskan pentingnya menghayati atau menghidupi
komunitas daya dorong untuk membuat sebuah Ekaristi dalam konteks Asia. 27 Di benua tempat
komitmen yang akan benar-benar dilaksanakan begitu banyak orang miskin dan tersingkir –yang
guna membangun masyarakat yang lebih adil dan kerap kali hanya menerima dan mengalami kabar
buruk, dan bahkan hidup mereka pun mereka

78
Vol. 03, No. 01, Mei 2014, hlm. 75-81

alami sebagai kabar buruk– umat Kristiani yang Perayaan Ekaristi sungguh bermakna kalau
merayakan Ekaristi ditantang dan dipanggil untuk memiliki dampak bagi kehidupan sehari-hari
membawa kabar baik bagi mereka itu. Federasi orang-orang yang merayakannya 30 serta orang-
Konferensi-konferensi Waligereja Asia dengan orang lain yang akan mereka jumpai dalam
sangat jelas mengatakan bahwa perjalanan hidup mereka. Seperti dikatakan oleh
Konsili Vatikan II, perayaan Ekaristi benar-benar
Menghayati Ekaristi di Asia memanggil kita bermakna kalau berkat perayaan tersebut iman
untuk semakin mampu mendengarkan Allah dari semua orang yang merayakannya dikembang-
yang mengutus kita untuk menjadi saksi-
kan, sehingga mereka tumbuh menjadi orang-
saksi rencana keselamatan-Nya. Menghayati
Ekaristi di Asia menuntut kesediaan penuh orang Kristiani yang beriman dewasa. Kedewasa-
semangat untuk menanggapi [panggilan an iman ini tampak dari keterlibatan aktif mereka
Allah] dan kesediaan untuk pergi dengan dalam menata kehidupan masyarakat menurut
penuh kegembiraan ke mana pun Allah nilai-nilai Injil, sehingga masyarakat menjadi
mengutus kita. Dengan penuh semangat kita lebih manusiawi, makmur secara merata, adil,
pergi ke panenan yang melimpah; yakni tidak korup, menjunjung tinggi dan mentaati
massa kaum miskin yang begitu banyak, hukum, demokratis, serta menghargai hak-hak
orang-orang yang kelelahan, dan orang- asasi manusia. 31
orang yang kecil di dunia Asia yang begitu
luas. Dalam seluruh kehidupan mereka, Konsili Vatikan II juga menandaskan bahwa
mereka itu hanya mendengar kabar buruk. Ekaristi itu sungguh-sungguh mencapai kepenu-
Mereka mengalami kabar buruk. Bahkan hannya dan dirayakan dengan tulus serta penuh
dari antara mereka ada yang memandang kesungguhan (sincere) bila perayaan tersebut
hidup mereka sendiri sebagai kabar buruk. mendorong semua yang merayakannya untuk
Kepada merekalah kita diutus untuk melakukan pelbagai karya cinta kasih, saling
membawa Kabar Baik Allah yang menyela-
matkan dalam Yesus yang menjadi miskin
membantu, terlibat dalam karya misioner, serta
karena cinta-Nya kepada kita. Kita disela- aneka bentuk kesaksian Kristiani (bdk. PO 6).
matkan oleh cinta—itulah Kabar Baik. Bila ini semua tidak terjadi, maka perayaan
Tetapi apakah iman Ekaristis kita membuat Ekaristi—meskipun dilakukan dengan mentaati
hati kita berkobar-kobar dengan semangat
semua peraturan yang ada secara sangat ketat dan
misioner? Apakah misi (pengutusan) meng-
gerakkan kita dan memberikan inspirasi
dirayakan dengan sangat indah serta meriah (dan
kepada kita, khususnya kaum muda? Untuk tentu saja juga dengan biaya yang sangat
“urusan-urusan” penting apakah kita mahal!)—menurut Konsili Vatikan II, hanya
menyediakan diri kita? Apakah orang-orang sangat sedikit manfaatnya bagi kehidupan orang-
Kristiani di Asia lebih siap untuk pergi ke orang yang merayakannya. 32
”panenan” yang dijanjikan oleh sistem
individualis dan materialis dari pada ”panen- Secara singkat, semua orang yang merayakan
an” orang-orang buta [sehingga mereka] Ekaristi dengan sungguh-sungguh perlu terus-
mampu melihat kembali, orang-orang menerus belajar untuk menjadikan selu-ruh cara
lumpuh [sehingga mereka] mampu berjalan, hidup mereka—khususnya dengan berbuat baik
orang-orang kusta [sehingga mereka] dan memberikan bantuan (bdk. Ibr. 13:16), serta
ditahirkan, orang-orang bisu [sehingga merawat, membela, dan memberdayakan orang-
mereka] dapat berbicara kembali, orang- orang miskin, orang-orang yang tidak punya
orang mati [sehingga mereka] dibang-kitkan harapan dan tersingkir (bdk. Yak. 1:27)—sebagai
ke dalam kehidupan, dan orang-orang ibadah yang sejati kepada Allah (bdk. Rom. 12:1).
miskin [sehingga mereka mengalami] kabar
Semua orang yang merayakan Ekaristi dengan
gembira sungguh diwartakan kepada
mereka? (bdk. Luk. 7:22). 28
tulus perlu terus-menerus berusaha agar seluruh
hidup mereka, seluruh hidup masyarakat dan
4. PENUTUP dunia, serta seluruh alam semesta sungguh ditata
sesuai dengan nilai-nilai Injil, sehingga pantas
Dengan menggunakan istilah “Perayaan untuk dipersembahkan kepada Allah bukan hanya
Ekaristi sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan di atas altar di dalam gedung gereja, melainkan
Gereja,” Konsili Vatikan II ingin menghubung- juga—seperti diungkapkan oleh Paus Yohanes
kan Perayaan Ekaristi dengan seluruh kehidupan Paulus II—di atas ”altar alam semesta.” 33 Inilah
Gereja. Perayaan Ekaristi tidak pernah boleh dan pengutusan orang-orang yang merayakan Ekaristi:
tidak pernah dapat dipisahkan dari kehidupan menjadikan Ekaristi sebagai puncak dan sumber
sehari-hari. 29 kehidupan Gereja sehingga kehadiran Gereja
sungguh memfasilitasi terwujudnya Kerajaan

79
Menjadikan Ekaristi Sebagai Puncak dan Sumber Kehidupan Gereja (Ignatius Loyola Madya Utama)

Allah di tengah masyarakat di mana Gereja itu


hidup dan merupakan bagiannya. 34 for the Year of the Eucharist” (untuk selanjutnya disebut MD),
art. 27.
15
Richard B. Hays, First Corinthians, 204.
16
Lih. MD, art. 22.
17
Ignatius Loyola Madya Utama Raymond Moloney, Problem in Theology: The Eucharist, 201.
Dengan nada yang sama, seorang teolog pembebasan dari
Program Studi Ilmu Teologi, Fakultas Teologi, Sekolah Amerika Latin—Gustavo Gutiérrez—mengatakan: “Ikatan
Tinggi Filsafat Driyarkara,: joysj@jesuits.net. yang menyatukan Allah dan manusia dirayakan—dikenangkan
dan diwartakan dengan kesungguhan—dalam Ekaristi. Tanpa
komitmen nyata untuk melawan eksploitasi dan alienasi demi
CATATAN AKHIR solidaritas dan masyarakat yang adil, perayaan ekaristi
1
menjadi tindakan yang kosong, tanpa kesungguhan dari yang
Tulisan ini bermula dari sebuah makalah yang pernah merayakannya.” Gustavo Gutiérrez, A Theology of Liberation,
disampaikan dalam kuliah Extension Course pada Program 148.
Studi Ilmu Teologi, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, 18
Kenan B. Osborne, Komunitas, Ekaristi, dan Spiritualitas,
Jakarta, pada 24 Mei 2012. Makalah tersebut telah direvisi 159.
beberapa kali untuk disajikan dalam berbagai seminar di 19
SC, art. 10.
Bekasi, Tangerang, Yogyakarta, dan Pekanbaru. Makalah yang 20
Lih. Liam Kelly, Sacraments Revisited: What do They Mean
telah direvisi tersebut direvisi ulang dan dilengkapi untuk Today, 95.
dipublikasikan. 21
Mengenai datangnya Kerajaan Allah di tengah dunia sebagai
2
Konstitusi tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium tujuan dari seluruh kehidupan Gereja dan semua tugas
(untuk selanjutnya disingkat: SC), art. 9. SC dipromulgasikan pelayanannya juga ditekankan oleh Konsili Vatikan II dalam
pada 4 Desember 1963. dokumen yang dikeluarkan sehari sebelum Konsili ditutup,
3
SC, art. 10. Penekanan dari penulis. Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini,
4
Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Lumen Gentium (untuk Gaudium et Spes (selanjutnya disebut GS). Bahkan Konsili
selanjutnya disingkat: LG), art. 11. LG dipromulgasikan pada menambahkan bahwa selain datangnya Kerajaan Allah, tujuan
21 November 1964. Hal senada diungkapkan dalam Dekrit dari seluruh kehidupan dan semua pelayanan Gereja adalah
tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, Presbyterorum demi diwujudkannya keselamatan bagi seluruh bangsa
Ordinis (selanjutnya disebut PO):”Sebab dalam Ekaristi suci manusia (lih. GS, 45).
tercakuplah seluruh kekayaan Gereja, yakni Kristus sendiri, 22
Gagasan mengenai Komunitas Ekaristis juga menjadi tema
Paska kita dan Roti hidup, yang karena daging-Nya yang dihi- pokok Surat Gembala Prapaskah 2012 dari Uskup Keuskupan
dupkan oleh Roh Kudus dan menjadi sumber kehidupan men- Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo.
gurniakan kehidupan kepada manusia. Begitulah manusia 23
EE, art. 20.
diundang dan diantar untuk mempersembahkan diri, jerih- 24
MD, art. 28. Penekanan dari penulis.
payahnya dan segenap ciptaan bersama dengan-Nya. Oleh ka- 25
Lih. MD, art. 28.
rena itu tampillah Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh 26
Benedict XVI, “Post-Synodal Apostolic Exhortation
pewartaan Injil” (PO 5). Penekanan dari penulis. Sacramentum Caritatis of the Holy Father Benedict XVI to the
5
Lih. Catechism of the Catholic Church, 368, art. 1324. Bishops, Clergy, Consecrated Persons and the Lay Faithful on
6
Penekanan dari penulis. the Eucharist as the the Source and Summit of the Church’s
7
Lih. Elizabeth A. Johnson, She Who Is: The Mystery of God in Life and Mission,” art. 88.
Feminist Theological Discourse, 222. Pada halaman 200 27
Federation of Asian Bishops’ Conferences. “Living the
Johnson melukiskan kehidupan Allah Tritunggal sebagai “the Eucharist in Asia: Final Document of the 9th FABC Plenary
livingness of God is with us and for us as renewing, liberating Assembly.” Isi pokok dari dokumen ini disajikan dengan
love.” sangat bagus oleh Mgr. Suharyo dalam bukunya Ekaristi:
8
Bdk. Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik: Buku Meneguhkan Iman, Membangun Persaudaraan, Menjiwai
Informasi dan Referensi. Cetakan pertama, 312. Pelayanan.
9
Berkaitan dengan semangat kasih yang merupakan salah satu 28
FABC, “Living the Eucharist in Asia,” art. E. 3, p. 21.
unsur sangat penting dalam ”kesatuan” Gereja, Lumen 29
Lih. E. Martasudjita, Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan
Gentium mengatakan bahwa yang menjadi hukum Gereja Pastoral, 302.
adalah kasih seperti telah diteladankan oleh Yesus sendiri: 30
Lih. Sacred Congregation of Rites. “Eucharisticum Mysterium¸
“Hukumnya adalah perintah baru untuk mencintai seperti Instruction on Eucharistic Worship,” art. 13, yang dikutip oleh
Kristus telah mencintai kita (lih. Yoh 13:34)” (LG 9). Mgr. Suharyo dalam bukunya Ekaristi: Meneguhkan Iman,
10
Bdk. Kis. 2:41-47; 4:32-37. Membangun Persaudaraan, Menjiwai Pelayanan, 11-12.
11
John Paul II. “Encyclical Letter Ecclesia de Eucharistia of His 31
Bdk. Panitia Sidang Agung Gareja Katolik Indonesia 2000,
Holiness Pope John Paul II to the Bishops, Priests and Gereja yang Mendengarkan: Memberdayakan Komunitas
Deacons, Men and Women in the Consecrated Life and All the Basis Menuju Indonesia, 35.
Faithfull on the Eucharist in Its Relationship to the Church” 32
Bdk. SC, 11; PO, art. 6.
(untuk selanjutnya disebut EE), art. 35. 33
EE, art. 8.
12
Richard B. Hays, First Corinthians Interpretation: A Bible 34
Bdk. GS, 45.
Commentary for Teaching and Preaching, 194.
13
Terjemahan bebas dari teks dalam bahasa Inggris: “Do you
wish to honor the Body of Christ? Do not ignore Him when he DAFTAR RUJUKAN
is naked. Do not pay Him homage in the temple clad in silk –
only then to neglect Him outside where He suffers cold and Benedict XVI. ”Post-Synodal Apostolic Exhortation
nakedness. He who said: ‘This is my body’ is the same one Sacramentum Caritatis of the Holy Father
who said, ‘You saw Me hungry and you gave me no food’ and Benedict XVI to the Bishops, Clergy,
‘Whatever you did for the least of My brothers, you did also
for Me.’ What good is it if the Eucharistic Table is overloaded Consecrated Persons and the Lay Faithful on
with golden chalices, when he is dying of hunger? Start by the Eucharist as the the Source and Summit of
satisfying his hunger, and then, with what is left, you may the Church’s Life and Mission.”
adorn the altar as well.” http://www.vatican.va/holy_father/benedict_x
http://www.corpuschristiparish.com/church/
inspirational_quotes/250.pdf. Diakses pada 19 Juni 2012, vi/apost_exhortations/documents/hf_benxvi_e
pukul 16:25, xh_20070222_sacramentum-caritatis_en.html.
14
John Paul II. “Apostolic Letter Mane Nobiscum Domine of the Diakses pada 23 Mei 2012, pukul 17:05.
Holy Father John Paul II to the Bishops, Clergy and Faithful

80
Vol. 03, No. 01, Mei 2014, hlm. 75-81

NN. 1995. Catechism of the Catholic Church. New Konferensi Waligereja Indonesia, 1996. Iman Katolik:
York: Doubleday. Buku Informasi dan Referensi. Cetakan
pertama. Yogyakarta/Jakarta: Kanisius/Obor.
Federation of Asian Bishops’ Conferences. “Living the
Eucharist in Asia: Final Document of the 9th Konsili Vatikan II, 2004. Dokumen Konsili Vatikan II.
FABC Plenary Assembly.” Terjemahan R. Hardawiryana, S.J. Cetakan ke-
www.fabc.org/.../FABC%20IX%20PA%20Fin 8, Jakarta, Obor.
al%20Document.pdf.Diakses pada 22 Mei
Martasudjita, E., 2005. Ekaristi: Tinjauan Teologis,
2012, pukul 19:15.
Liturgis, dan Pastoral., Yogyakarta: Kanisius.
Hays, R. B., 1977. First Corinthians Interpretation: A
Moloney, F. J., 1990. A Body Broken for A Broken
Bible Commentary for Teaching and
People: Eucharist in the New Testament.
Preaching. Louisville: John Knox Press.
Melbourne: Collins Dove.
Helwig, M. K., 1992. The Eucharist and the Hunger of
Moloney, R., 1995. Problem in Theology: The
the World. Second edition. Revised and
Eucharist. Collegeville, Min: The Liturgical
Expanded. Lanham, Sheed and Ward, MD.
Press,.
John Paul II. “Apostolic Letter Mane Nobiscum
Osborne, K. B., 2008. Komunitas, Ekaristi, dan
Domine of the Holy Father John Paul II to the
Spiritualitas. Diterjemahkan oleh J. Hartono
Bishops, Clergy and Faithful for the Year of
Budi, SJ dan Tim Seminar Teologi Modern
the Eucharist.”
Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma,
http://www.vatican.va/holy_father/john_paul_
2008., Yogyakarta: Kanisius.
ii/apost_letter/documents/hf_jp-
ii_apl_20041008_mane-nobiscum- Panitia Sidang Agung Gareja Katolik Indonesia 2000,
domine_en.html. Diakses pada 15 Mei 2012, 2000. Gereja yang Mendengarkan:
pukul 11:55. Memberdayakan Komunitas Basis Menuju
Indonesia Baru. Jakarta: Panitia Sidang Agung
__________. “Encyclical Letter Ecclesia de
Gareja Katolik Indonesia 2000.
Eucharistia of His Holiness Pope John Paul II
to the Bishops, Priests and Deacons, Men and Paul VI. “Mysterium Fidei, Ensyclical of Paul VI on
Women in the Consecrated Life and All the the Holy Eucharist.”
Faithfull on the Eucharist in Its Relationship http://www.vatican.va/holy_father/paul_vi/enc
to the Church.” yclicals/documents/hf_p-
http://www.vatican.va/holy_father/special_fea vi_enc_03091965_mysterium_en.html.
tures/encyclicals/ docu- Diakses pada 21 Mei 2012, pukul 16:32.
ments/hf_jp_ii_enc_20030417_ecclesia_eucha
ristia_en.html Diakses pada 15 Mei 2012, pu- Sacred Congregation of Rites. “Eucharisticum
kul 12:25. Mysterium¸ Instruction on Eucharistic
Worship.”
Johnson, E. A., 1996. She Who Is: The Mystery of God http://www.adoremus.org/eucharisticummyster
in Feminist Theological Discourse. New ium.html. Diakses pada 22 Mei 2012, pukul
York, Crossroad. 18:06.
Suharyo, I., 2011. Ekaristi: Meneguhkan Iman,
Membangun Persaudaraan, Menjiwai
Pelayanan., Yogyakarta: Kanisius.

81

Anda mungkin juga menyukai