Anda di halaman 1dari 2

Saudara-saudaraku yang terkasih di dalam Kristus Tuhan.

Di tengah duka dan kecemasan


dunia saat ini, yang sebabkan oleh virus corana, kita dituntut untuk berdiam diri di rumah. Berdiam
diri di rumah bukan tanpa alasan yang pasti. Kita berdiam diri di rumah dengan seribu satu alasan
dan dengan sebuah harapan agar pandemi virus ini segera usai. Namun saudara-saudaraku yang
terkasih, dengan adanya virus ini kita dapat belajar beberapa sisi postif untuk kita. Ada beberapa hal
yang saya catat di sini. Corona telah menutup bar, klup malam, kasino dan tempat orang berbuat
maksiat. Corona memindahkan alokasi anggaran militer menjadi anggaran perawatan kesehatan,
corona membuat negara-negara yang menganggap dirinya paling hebat dan tak terkalahkan diam
seribu bahasa, tak mampu melawan. Coron membuat manusia banyak berdoa dan berharap pada-
Nya dan tidak semata-mata mengandalkan sains dan tekhnologi, corona memaksa negara untuk
memperhatikan rakyatnya, corona membawa keluarga kembali ke dalam rumah dan melakukan
aktivitas di rumah bersama.

Berhadapan dengan situasi genting saat ini, kita dihapkan dengan bacaan-bacaan suci yang
menuntut iman kita akan Yesus Kristus. Injil hari ini merupakan kelanjutan dari perikop sebelumnya,
yakni tentang kesaksian Yesus tentang diri-Nya. Kesaksian Yesus tentang dirinya berawal dari kolam
Betesda di mana Ia menyembuhkan orang pada hari sabat dan menyuruh orang tersebut
mengangkat tilamnya. Konteks luas dari perikop ini pun juga masih disekitar Yerusalem. Yesus
memberi kesaksian tentang diri-Nya dalam konteks Ia berada di Yerusalem. Melanjutkan pewartaan-
Nya pada perikop sebelumnya, hari ini Yesus semakin mempertegas relasi mesra anatara diri-Nya
dengan Bapa yang mengutus-Nya. Yesus dan Bapa adalah satu tak terpisahkan. Tugas perutusan
Yesus berasal dari Bapa. Ia mendapat kuasa dari Bapa sendiri. Maka Ia mempunyai kasih dan kuasa
seperti Bapa.

Yohanes mengajak kita untuk mengingat bahwa tugas perutusan Yesus di dunia ini berasal
dari Bapa. Hal ini dapat kita lihat dalam peristiwa pembaptisan di sungai Yordan, ada suara keluar
dari dalam awan, dan Roh Tuhan yang dilambangkan dengan burung merpati hinggap di atas Yesus.
Ketika di atas Gunung Tabor, suara Bapa semakin memperkuat keputraan Yesus. Pesan Bapa adalah
supaya kita mendengarkan Yesus. Kesaksian Bapa itulah yang dijadikan Yohanes dalam perikop ini
sebagai bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan berkaitan dengan kesatuan Yesus dan Bapa.
Yesus tidak memberi kesaksian tentang diri-Nya sendiri seorang diri, namun Bapa juga meneguhkan
kesaksian Yesus tentang diri-Nya.

Yesus menampilkan figur Musa dalam kesaksian-Nya. Musa sebagai ‘pencipta’ hukum Taurat
mendapat tempat yang istimewa dalam umat Yahudi. Musa telah melakukan banyak cara untuk
bersaksi tentang Allah. Ia mengajak umat Israel untuk setia dan memandang kebaikan Allah atas
mereka. Namun, ketegaran hati telah membutakan mereka, hingga tak mampu lagi melihat apa yang
nyata mereka alami. Umat Israel tidak pernah puas dengan kesaksian, pun dengan peristiwa
menakjubkan. Melihat Allah secara nyata dan memimpin itulah yang mereka inginkan. 

Musa yang sudah hidup jauh dari zaman Yesus, mempunyai hubungan yang tak terpisahkan
dengan Yesus. Dalam beberapa kesempatan, Yesus mengatakan bahwa Abraham pun tidak lebih
besar dari Putera Manusia. Dengan demikian, Musa juga dalam pengertian yang sederhana tidak
lebih besar dari Putera Manusia, yakni Yesus Kristus. Relasi Yesus dan Musa tidak terputuskan.
Dengan demikian Yesus hendak berbicara bahwa Ia mempunyai kaitan yang erat dalam sejarah
keselamatan mulai dari masa lampau hingga saat ini. Musa ‘menciptakan’ hukum taurat, namun
Yesus adalah sumber hukum itu sendiri. Taurat penuh dengan ‘pendakwaan’, dan orang Yahudi
mempunyai sumber hidupnya dari Taurat. Pengharapan mereka baru sampai pada Musa dengan
tauratnya. Namun Yesus membawa pengharapan baru, Ia datang dengan menawarkan ‘taurat’ baru,
yakni diri-Nya sendiri. Di dalam Dia ada pengharapan akan pengajaran baru, yakni ‘taurat kasih’ yang
berasal dari Bapa. Hukum dan pengharapan baru diberikan Bapa dalam Putera-Nya yang tunggal.

Bagi kita, hukum dan pengharapan baru itu menjadi sumber hidup kita. Hukum dan
pengharapan baru berasal dari Yesus dengan suluruh sabda dan karya-Nya. Membaca dan
merenungkan sabda-Nya adalah jalan yang paling bisa dimengerti yang bisa kita tempuh.
Pengharapan baru senantiasa ada dalam nama Yesus. Seringkali pengharapan itu tidak mudah kita
lihat, karena kita kurang merenungkan sabda-sabda-Nya. Tidak jarang dalam berbagai persoalan
hidup kita kehilangan harapan. Banyak hal telah dibuat Yesus untuk kita sebagaimana terdapat
dalam Injil hari ini. Semua itu dilakukan Yesus agar kita semakin percaya dan dekat pada-Nya.
Sayang, apa yang diperbuat Yesus itu tidak pernah kita hargai dan lihat dengan baik. Hal itu karena
kasih Allah tidak ada dalam hati kita, sehingga semua berlalu begitu saja. Kendati demikian, Allah tak
membenci dan menahan kasih-Nya pada kita. Apabila kita mau kembali berbalik pada-Nya dengan
segenap hati, Ia akan membuat rancangan yang jauh lebih indah untuk kita, yaitu kebahagiaan dan
hidup kekal.

Anda mungkin juga menyukai