Tabel 1. Indikator Kinerja Sistem Agroindustri kebijakan antara lain : ( 1 ) perkembangan investasi,
( 2 ) penyebaran lokasi usaha, (3) kesempatan
Sub Sistem
Indikator Kinerja berusaha, ( 4 ) diversivikasi usaha, dan (5)
Rantai Produksi . Produktivitas perlindungan terhadap stakeholder yang lemah.
. Efesiensi Indikator kinerja untuk subsistem kelembagaan
. Kualitas
Divesifikasi produk antara lain : ( 1 ) efektivitas dalam proses
pengambilan keputusan, (2) distribusi
Perkembangan investasi tanggungjawab dan kewenangan, (3) jangkauan
Penyebaran lokasi usaha
Kesempatan berusaha pengaruh, dan (4)efektivitas pelayanan. Sedangkan
Diversifikasi usaha indikator kinerja untuk subsistem pemasaran
Perlindungan terhadap meliputi : ( 1 ) area pemasaran, ( 2 ) luasan dan
stakeholder yang lemah
efektivitas jaringan, ( 3 ) jenis dan jumlah produk
Efektivitas pengambilan yang dipasarkan, dan ( 4 ) nilai produk yang
keputusan
dipasarkan
Distribusi tanggung
jawab dan kewenangan
Jangkauan pengaruh
Efektivitas pelayanan Kinerja Ekonomi dan Sosial
Salah satu karakteristik penting agroindustri adalah
Area pemasaran melibatkan masyarakat banyak pada lokasi yang
Jaringan pemasaran
Jenis dan jumlah produk luas, maka pengukuran kinerja ekonomi tidak dapat
yang dipasarkan dipisahkan dengan kinerja untuk aspek sosial.
Nilai produk yang
Dengan demikian, maka pendekatan penilaian
dipasarkan
kinerja yang efektif adalah menggunakan
ICKI,IIEfJII V o l u m e 8, N o 2 - Apr112003 17
multikriteria untuk masing-masing komoditas.
Sesuai dengan karakteristiknya, untuk mengukur
ekonomi berbasis pertanian (agribisnis dan
kinerja agroindustri kelapa sawit misalnya
agroindustri). Berarti sumbangan kegiatan ekonomi
dibutuhkan 10 kriteria kinerja, yaitu : (I) pendapatan
pertanian (agroekonomi) terhadap GDP pada tahun
perkebunan rakyat, (2) penadapatan pelaku usaha,
tersebut sekitar Rp 835 - Rp 964 trilyun (56 - 65
(3) pendapatan tenaga kerja, (4) perluasan
% GDP nasional).
kesempatan kerja, (5) pendapatan pemerintah pusat, I
Semakin tinggi produksi dalam negeri suatu
(6) pendapatan daerah, (7) peningkatan pemerataan,
komoditas semakin tinggi peranny a terkadap PDB.
(8) peningkavdn kebejahteraan masyarakat, (9)
Dengan demikian maka komoditas seperti padi,
dampak sosial budaya, dan (10) darnpak lingkungan
kayu, karet, kelapa sawit, ikan, jagung, kopi, dan
hidup (Said Didu, 2000). Semakin banyak indikator
kakao merupakan komoditas yang perannya terhapa
kinerja yang digunakan semakin tepat hasil analisis
PDB cukup tinggi (Tabel 2). Sedangkan peran
penilaian kinerja tersebut.
terhadap perekonomian nasional diukur nilai produk
Indikator ekonomi yang umum digunakan
dalam negeri ditambah dengan nilai impor.
adalah indikator perdagangan. Walaupun masih
Tabel 2. menunjukan beberapa komoditas
terdapat berbagai kelemahan dari sistem pendataan
pertanian yang memiliki peran besar terhadap
statistik untuk menilai kinerja agroindustri namun
perekonomian nasional. Pada tahun 2001 terdapat
indikator tersebut dapat digunakan untuk
8 (delapan) komoditas yang nilai ekonominya di
menganalisis kecenderungan perkembangan
atas US $ 1 rnilyar, yaitu padi, kayu dan kayu olahan,
agroindustri.
pulp dan kertas, CPO, gula pasir, produk perikanan
I I I I I (juta US $1 I
Padi (ribu ton beras)
Kayu dan kayu olahan
1 31.000
- 4.433
Pulp dan Kertas (juta $) - 2.598 7 15 3.312
CPO (ribu ton) 9.000 9.000 2.700 "
Gula Pasir 2.025 1.500 3.525 1.622 a
kentang, Juta US $)
Nilai ekonomi langsung produk padi diperkirakan sekitar US $6,7 milyar (harga beras internasional US $
200 CIFIton), terdiri dari produksi dalam negeri sebesar 3 1juta ton dan impor sekitar 2 juta ton atau 6,3 persen.
Nilai ekonomi kayulkayu olehan, pulp dan kertas, CPO, gula pasir, perikanan, karet dan olahannya, dan jagung
tahun 2001 masing-masing sbesar US $4,4; 3,3; 2,7; 1,6; 1,5; 1,3; 1,2; dan 1,l milyar (Tabel 2).
I(;K1;?IEIII1 V o l u m e 8, N o 2 - Apr112003 19
Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan Indonesia priode Januari - November 2002 menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,6
% dibanding priode yang sama tahun 2001. Pertumbuhan tersebut lebih disebabkan oleh menurunnya impor
sebesar 1,9 %, terutama oleh penurunan impor non migas sebesar 5.5 % sedangkan impor migas justeru meningkat
sebesar 14,74 persen. Pada priode yang sama ekspor non migas meningkat 1,85 % dan ekspor migas menurun
sebesar 7,93 persen. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2002 ditopang oleh neraca
perdagangan non migas dengan neraca perdagangan posistip 12,42 %, sedangkan migas minus 25,21 persen 1
(Tabel 3).
Seperti diketahui bahwa ekspor non migas pertumbuhan sektor pertanian positip 4,65 %,
dikelompokan ke dalam 3 (tiga) kelompok besar, pertambangan minus 13,Ol %, dan sektor industri
yaitu sektor pertanian, pertambangan, dan sektor minus 0,86 persen jika dibandingkan dengan priode
industri. Walaupun pengelompokan tersebut kurang yang sama tahun 2001. Dari total ekspor Indonesia
tepat karena sektor industri sangat terkait dengan pada priode tersebut sebesar $ 29,77 milyar, 39,7
sektor pertanian dengan pertambangan. persen merupakan ekspor komoditas pertanian
(primer dan hasil olahan) yaitu sebesar $ 11,82
Data statistik perdagangan pada priode
milyar. Artinya pertumbuhan ekspor dan tentunya
Januari - Agustus 2002 menunjukkan bahwa
Pertumbuhan perdagangan tahun 2002 terjadi diunggulkan bahkan dimanjakan seperti tekstil, alas
pada ekspor sektor pertanian dengan nilai kaki, dan elektronik pada periode Januari - Agustus
pertumbuhan yang fantastis, kecuali untuk ekspor 2002 turun masing-masing 13,98, 23,37, dan 4,87
kayu bulat yang turun sebesar 79,29 persen, tetapi persen dibanding dengan priode yang sama pada
ekspor kayu olahan serta pulp dan kertas meningkat. tahun 2001.
Khusus untuk mengganti komoditas impor seperti gandum terdapat banyak komoditas yang dapat
dikembangkan dintaranya ganyong dan g a t . Jika kita berhasil mengganti 50 persen saja dari jumlah gandum
yang diimpor selama ini maka kita akan menghemat devisa sebanyak US $ 500 juta. Perhitungan yang sama
dapat dilakukan untuk komoditas lain.
Komoditas Produktivitas
Teoritis
Dari Tabel 6 terlihat bahwa produktivitas berbagai komoditas masih sangat rendah dan masih memiliki
peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan melalui pemanfaatan teknologi yang tepat dan secara konsisten
pemerintah melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha pertanian. Selain itu diperlukan penyediaan saran dan
prasarana untuk semua subsistem pada sistem agribisnis maupun subsistem agroindustri. Agenda demikian
jauh lebih realistis dibandingkan dengan agenda mencari-cari investor untuk sektor lainnya yang kadang lebih
banyak mengorbankan kepentingan rakyat banyak. Menjadikan agribisnis sebagai basis ekonomi dan agroindustri
sebagai pilar industrialisasi akan menyelesaikan dua permasalahan sekaligus, yaitu memberdayakan ekonomi
rakyat sekaligus meningkatkan kemandirian ekonomi bangsa.
Komoditas Produktivitas
I No
Produk Bahan Baku Nilai Tambah
(%, basis TBS)
lGHJtI6Illl V o l u m e 8, No 2 - Apr~l2003 24
PENUTUP
Pengukuran kinerja agroindustri tidak dapat Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem (ed 2) IPB Press,
dipisahkan dengan kinerja pertanian dan agribisnis. Bogor.
Analisis kinerja agroindustri Indonesia dapat
Ferris, J. N. 1998. Agricultural Prices and
ditinjau dalam bentuk kinerja sistem agroindustri,
kinerja terhadap ekonomi dan sosial, serta kinerja Commodity Market Analysis.
unit usaha agroindustri. Penilaian kinerja McGraw-Hill Co., Boston.
agroindustri selayaknya menggunakan multikriteria. Needham, D. 1982. The Economics ang Politics
Peran pertanian, agribisnis, dan agroindustri of Regulation : A Behavioral Approach.
terhadap produk domestik bruto (PDB) terus
Little, Brown and Company, Boston.
meningkat dan sudah menjadi penyumbang utama
terhadap PDB. Indikator perdagangan produk Ohmae, K. 1990. The Borderless World, Power
agroindustri selama 5 (lima) tahun menunjukan and Strategy in The Interlinked Economy.
fluktuasi yang tidak terlalu besar. Jika ditinjau dari
Harper Business, USA.
pengelompokan agroindustri kinerja perdagangan
agroindustri perkebunan, kehutanan, dan perikanan Porter M. E. 1994. Keunggulan Bersaing:
merupakan agroindustri penghasil devisa. Menciptakan dan Mempertahankan
Sedangkan kinerja perdagangan agroindustri pangan Kinerja Unggul. Terjemahan. Binarupa
dan peternakan merupakan kelompok penyedot
Aksara, Jakarta.
devisa.
Said Didu, M. 2000. Rancang Bangun Sistem
Peningkatan kinerja usaha agroindustri secara
individu hendaknya difokuskan pada peningkatan Pengembangan Agroindustri Kelapa
kinerja Quality, Cost, dan Delivery (QCD). Untuk Saiwit untuk Perekonomian Dareah.
mencapai hal tersebut diperlukan upaya peningkatan Disertas (tidak diterbitkan)
kinerja produktivitas dan peningkatan nilai tambah.
. Reposisi Peran Pertanian
Peningkatan kinerja agroindustri
Menjadi Basis Ekonomi Bangsa.
membutuhkan langkah yang sistimatis dengan multi
pendekatan. Strategi demikian dibutuhkan karena Makalah pada Sudium General Program
karakteristik masing-masing agroindustri berbeda- Study Konversi Universitas Islam Negeri
beda sehingga memerlukan pendekatan yang besifat Jakarta (d.h. IAIN). Kampus UIN
umum dan pendekatan khusus untuk masing-masing
Ciputat, 8 September 2001.
komoditas.
-----------------. Menata Agroindustri
REFERENSI: menjadi Sumber Pembayaran Utang.
Austin J. E. 1992. Agroindustrial Project Analy- Majalah AGRIMEDIA, Volume 7 -
sis. The Johns Hopkins University Press, Nomor 1, Agustus 2001.
Maryland. Said Didu, M. 2002. "Utang" dan Asset
Biro Pusat Statistik. 2002. Statistik Perdagangan Agroindustri. Republika, 29 Agustus
Bradley, S.P., J.A. Hausman, and R.L. Nolan. Glo- 2002.
'
balization, Technology, and Competiton. Said Didu, M. 2003. Globalisasi dan Kemandirian
Harvard Busienss School Press, Boston. Ekonomi Bangsa. Makalah pada
Downey W. D. and S. P. Erickson. 1987. Konferensi dan Silaturrahmi Kerja
Agribusiness Management. McGraw- Nasional (Silaknas) ICMI, Pontianak 24
Hill International Inc., New York. - 26 Januari 2003.
.,ICUIIIIEIlC1 V o l u m e 8, N o . 2 - Apr112003 25