Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih
(ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri  pada saluran kemih(Enggram, Barbara,
1998).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut.Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang
lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran  perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : resiko dan  beratnya meningkat dengan
kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal
dari uretra seperti juga  pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara
uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari
infeksi traktus urinarius.Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini
terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus
urinarius.Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu :
a) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya
ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke
dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus
yang terinfeksi.
b) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering terjadi
pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi
secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine
yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat  jaringan
parut, dan lain-lain.

B. Identifikasi Masalah

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). Dimana
penyakit ini banyak di derita oleh anak-anak hingga orang lanjut usia.

C. Tujuan

Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta Asuhan Keperawatan
dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) itu sendiri.atalaksanaan). Serta Asuhan keperawatan
(pengkajian,diagnose, perencanaan dan evaluasi)
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme dalam urin dan
memiliki potensi untuk menginvasi jaringan-jaringan pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih
(ISK) bergantung pada banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, prevalensi bakteriuria dan
faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Dalam
keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 10² hingga 104
bakteri/ml urin.Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 105
bakteri/ml (Coyle et al., 2005).

Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang baiknya mikroorganisme di dalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik pria maupun wanita dari semua
umur, dan dari kedua jenis kelamin teryata wanita lebih sering menderita infeksi dari pada pria.
(Sudoyo Aru, dkk 2019)

 Jenis-jenis infeksi saluran kemih (ISK)

Jenis infeksi saluran kemih, antara lain :

1. Kandung kemih (sistitis)


2. Uretra (urethritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Klasifikasi menurut letaknya :

1. ISK bawah
- Perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna).
- Sindrom uretra akut (SUA): presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme
(steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
- Laki-laki (sistitis, prostatitis, epidimidis dan urethritis)
2. ISK atas
- Pielonefritis akut (PNA): proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri
- Pielonefritis kronik (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak kecil.

Infeksi saluran kemih (ISK) dari segiklinik dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (simple/uncomplicated urinary tract infection)


yaitu bila infeksi saluran kemih tanpa faktor penyulit dan tidak didapatkan gangguan
struktur maupun fungsi saluran kemih.
b. Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection) yaitu bila
terdapat hal-hal tertentu sebagai infeksi saluran kemih dan kelainan struktur maupun
fungsional yang merubah aliran urin seperti obstruksi aliran urin, batu saluran kemih,
kista ginjal, tumor ginjal, ginjal, residu urin dalam kandung kemih.

Perbedaan antara infeksi saluran kemih terkomplikasi dan tidak terkomplikasi yaitu dalam hal
kebutuhan pemeriksan penunjang untuk penegakan diagnosis,lama dan penatalaksanaan,serta
gejala infeksi saluran kemih (Suwitra dan Mangatas, 2004)

B. Etiologi

Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi saluran kemih sejauh ini adalah
Escherichia coli yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap 80% kasus infeksi, 20% sisanya
disebabkan oleh bakteri Gram negatif lain seperti Klebsiella dan spesies proteus, dan bakteri
Gram positif seperti Cocci, Enterococci, dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme terakhir
dapat ditemui pada kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda yang aktif kegiatan
seksualnya.Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan abnormalitas struktur saluran kemih
sering disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten seperti Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter
dan spesies Serratia. Bakteri-bakteri ini juga sering ditemui pada kasus infeksi saluran kemih,
terutama pada pasien yang mendapatkan diagnosa infeksi saluran kemih (Bint, 2003)

Selain karena bakteri, faktor lain yang dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran
kemih antara lain kehamilan, menopause, batu ginjal, memiliki banyak pasangan dalam aktivitas
seksual, penggunaan diafragma sebagai alat kontrasepsi, inflamasi atau pembesaran pada prostat,
kelainan pada uretra, immobilitas, kurang masukan cairan, dan kateterisasi urin (Knowles, 2005).

Jenis – jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :

- Escherichiacoli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)


- Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated
- Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, Enterococci, dll
C. Gejala dan Tanda Klinik

Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi
saluran kemih bagian atas.Menurut gejala infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu disuria,
polakisuria atau frekuensi urgensi, stranguria, nyeri suprasimfisis dan enesmus, dan enuresis
nokturnal.Gejala infeksi saluran kemih bagian atas dapat berupa demam, menggigil, nyeri
pinggang, nyeri kolik, mual, muntah, nyeri ketok sudut kostovertebrata, dan hematuria.Selain itu
juga ditemukan manifestasi tidak khas infeksi saluran kemih yang berupa nyeri abdomen, nyeri
kepala, nyeri punggung, dan diare (Suwitra dan Mangatas, 2004).

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis Saluran Kemih menurut Sudoyo Aru dkk. 2009. Ada 9 yang termuat
antara lain :

1) Anyang – anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keliuar.
2) Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna putih, cokelat
atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3) Warna air seni kental/pekat seperti air the, kadang kemerahan bila ada darah.
4) Nyeri pada pinggang.
5) Demam atau mengigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi
nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)
6) Perandangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh – sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kandung kemih.
7) Pada Neonatus pada usia 2 bulan, gejalanya dapat berupa infeksi atau sepsis berupa
demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia, problem minum dan
syanosim.
8) Pada bayi gejalanya berupa demam berupa berat badan sukar naik atau anoreksia.
9) Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit atau kencing, frekuensi kencing
meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang – anyangan (pola kisuria)
dan bauh kencing yang menyengat.’

E. Patofisiologi

Patogenesis Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih adalah hematogen dan
asending, tetapi dari kedua cara ini jalur asending yang paling sering terjadi.

1) Infeksi hematogen Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang
sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul
akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Misalnya infeksi Staphylococus aureus
pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit,
endotel, atau di tempat lain. Salmonela, Pseudomonas, candida, dan proteus termasuk
jenis bakteri yang dapat menyebar secara hematogen. Ginjal yang normal biasanya
mempunyai daya tahan terhadap infeksi bakteri Escherichia coli karena itu jarang ada
infeksi hematogen Escherichia coli. Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini
dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat misalnya infeksi stafilokokus dapat
menimbulkan abses pada ginjal (Tessy & Suwanto, 2001).
2) Infeksi ascending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina Saluran kemih yang normal
umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra
yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid,
streptokokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3
bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis juga
banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari
tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut
adalah Escherichia coli di samping golongan enterobakter dan S. fecalis (Tessy &
Suwanto, 2001).
b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih Proses masuknya
mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam
kandung kemih adalah faktor anatomi, faktor tekanan urin pada waktu miksi,
manipulasi uretra atau pada hubungan kelamin, perubahan hormonal waktu
menstruasi, kebersihan alat kelamin bagian luar, adanya bahan antibakteri dalam
urin,dan pemakaian obat kontrasepsi oral (Tessy & Suwanto, 2001).
c. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih Dalam
keadaan normal mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih manusia
atau binatang akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak
dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung dari
interaksi tiga faktor, yaitu : eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek
pembilasan dan pengenceran urin, efek antibakteri dari urin, dan mekanisme
pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik (Tessy & Suwanto, 2001).
d. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Hal ini disebabkan oleh refluks
vasikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks
intrarenal. Refluks vasikoureter adalah keadaan patologis karena tidak
berfungsinya valvula vasikureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke
ginjal. Penggunaan kateter seringkali menyebabkan mikroorganisme masuk
kedalam kandung kemih, hal ini biasanya disebabkan kurang higienisnya alat
ataupun tenaga kesehatan yang memasukkan kateter. Orang lanjut usia yang sukar
buang air kecil umumnya menggunakan kateter untuk memudahkan pengeluaran
urin, itulah sebabnya mengapa penderita infeksi saluran kemih cenderung
meningkat pada rentang usia ini (Tessy & Suwanto, 2001).
e. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih Jenis-jenis infeksi saluran kemih dapat
dibedakan dalam 2 bentuk, yaitu : (1) Infeksi saluran kemih bagian bawah
(uncomplicated), umumnya radang kandung kemih pada pasien dengan saluran
kemih normal.

Infeksi saluran kemih bagian atas (complicated), terdapat pada pasien dengan saluran kemih
abnormal, misalnya adanya batu, penyumbatan, atau diabetes (Tjay & Rahardja, 2007).

f. Komplikasi
a) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
b) Gagal ginjal

g. Diagnosis Infeksi Saluran Kemih


Diagnosis pada infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Urinalisis
a). Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan
adalah infeksi saluran kemih. Leukosuria dinyatakan positif bilamana terdapat lebih
dari 5 leukosit/lapang padang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit
silinder pada sedimen air kemih menunjukkan adanya keterlibatan ginjal.Namun
adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya infeksi saluran kemih karena
dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi (Tessy dan Suwanto, 2001).
b). Hematuria
Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya infeksi saluran
kemih yaitu bilamana dijumpai 5–10 eritrosit/LPB sedimen air kemih. Hematuria
dapat pula disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis
papilaris (Tessy dan Suwanto, 2001).
2. Bakteriologis

a). Mikroskopis

Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa disentrifuse
atau pewarnaan Gram. Bakteri dinyatakan positif bermakna bilamana dijumpai satu
bakteri lapangan pandang minyak emersi.

b). Biakan bakteri

Pemeriksaan biakan bakteri contoh air kemih dimaksudkan untuk memastikan


diagnosis infeksi saluran kemih yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna = 105 organisme patogen/mL urin pada 2 contoh urin berurutan (Tessy
dan Suwanto, 2001).

3. Tes kimiawi

Tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang
paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000-1.000.000
bakteri.Konversi ini dapat dilihat dengan perubahan warna pada uji carik (Tessy dan
Suwanto, 2001).

4 Tes plat-celup (dip-slide)


Pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempeng plastik bertangkai
dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus.Lempeng
tersebut dicelupkan ke dalam air kemih pasien atau dengan digenangi air kemih setelah
itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula,
lalu dilakukan pengeraman semalam pada suhu 37oC. Penentuan jumlah kuman/mL
dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan
serangkaian gambar yang memperlihatkan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah
kuman antara 1000 dan 100.000 dalam tiap mL air kemih yang diperiksa. Cara ini mudah
dilakukan, murah dan cukup akurat. Keterangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya
tidak dapat diketahui walaupun demikian plat celup ini dapat dikirim ke laboratorium
yang mempunyai fasilitas pembiakan dan tes kepekaan yang diperlukan (Tessy dan
Suwanto, 2001).

5 Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya

 Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis sedangkan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT-
scan (Tessy dan Suwanto, 2001).

h. Penatalaksanaan

1. non farmakologi

- Istirahat
- Diet; perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran
kemih

2. Farmakologi

- Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan
antibiotic antara lain cefotaxime, ceftriaxone, kotrimoxcsazol, trimetoprin.
- Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasin
penisilin dengan aminoglikosida
BAB III

ANALISA KASUS

KASUS TERKAIT
 
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak  perempuannya
yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus sejak kemarin sore
dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah dirawat oleh
pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya dibantu oleh pembantunya.

Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas – remas dan
perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK  padahal buang air
kecilnya lebih sering dari biasanya namun urinnya dalam  jumlahnya sedikit, oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk banyak minum.
 
Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya
hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena
sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk  berjalan sendiri sehingga waktu
turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
 
 RR : 28x/menit

 S : 40 ºC

 N : 108x/menit
 
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24 dan
diberikan terapi obat :
 
 Ceftriaxone 2x500mg

 Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB

DOKUMENTASI ASKEP
 
1. Pengkajian keperawatan
 
a) Nama perawat : Agus
 
Tgl pengkajian : 10 April 2012
 
Jam pengkajian : 15.00 WIB
 

b) Identitas Pasien
 
Nama Pasien : An. K 
 
Agama : Islam
 
Umur : 5 tahun
 
Jenis kelamin : Perempuan
 
2. Keluhan Utama
 
Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
 
3. Riwayat Kesehatan
 
a. Riwayat Penyakit sekarang
 
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk
berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat
di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL 20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4
hari.
 
b. Riwayat Penyakit Dahulu
 
1. Penyakit yang pernah dialami : klien sering mengalami nyeri abdomen
 
o Kecelakaan : tidak terkaji

o Pernah dirawat di RS : Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun An.K pernah


dirawat di RS karena mengalami malaria
o Operasi : Bpk.A mengatakan An.K tidak pernah dioperasi
 
2. Alergi : Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi terhadap ikan
 
3. Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja di vaksin Hepatitis B 3bulan yang
lalu
 
4. Kebiasaan : An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di sembarang tempat
 
c. Riwayat Penyakit Keluarga
 
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K yaitu Ny. T sudah
pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih kurang satu minggu.
 
4. Pemeriksaan fisik
 
a. Aktivitas dan latihan
 
An. K sebelum sakit masih bisa melakukan aktifitas seperti anak seusianya seperti bermain
bersama teman-temannya, tetapi setelah mengalami ISK An. K menjadi pendiam karena
menahan rasa sakit perutnya. Selama sakit An. K dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh
pembantunya sehingga untuk  personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya.
 
b. Tidur dan Istirahat
 
Sebelum sakit Bp. A mengatakan An. K tidak ada masalah dalam masalahnya, A.n K
biasanya tidur 9 jam saat malam dan 2 jam saat siang, saat sakit Bp. A mengatakan An. K
mengalami sulit tidur dan sering terbangun saat tidur dikarenakan perut bagian bawah terasa
nyeri dan sangat sakit, A.n K hanya  bissa tidur 6 jam ssaat malam dan tidak bisa tidur saat siang.
 
c. Kenyamanan dan nyeri

1. Palliative/profokatif 
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik relaksasi yang diberikan
oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan nyeri
2. Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit  berkurang nyerinya
sesudah berkemih
3. Region
Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4. Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5. Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. Nutrisi Sebelum klien mengalami gangguan
eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat
mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya
makan 1 porsi sehari
6. Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas standar 250
cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas
standar 250cc perhari.
7. Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami sesak nafas
dan tidak ada sputum.
8. Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari, saat
mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas dan warna fases
cokelat.
9. Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi  berkemih 500cc/hr,
selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine
merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
10. Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori, persepsi dan
kognitif.

5. Pemeriksaan fisik 
 
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign:
 
  N : 108xmnt
 
RR : 28x/mnt
 
S : 40oc

b. Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di kepala,
bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental
menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami  peradangan, tumor, maupun bekas luka.
 
c. Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan
leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
 
d. Dada: paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan 20x/menit pada
saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding
dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara  paru klien normal yaitu terdengar bunyi
resonan.
 
e. Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada
pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara  bising usus,
secara normal terdengar setiapbising usus normal terdengar 10 kali/menit.

6. Psiko sosio budaya dan spiritual


 
a. Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK.
 
b. Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien sopan.
 
c. Budaya
Tidak terkaji
 
d. Spiritual
Tidak terkaji
 
7. Pemeriksaan penunjang
 
a. Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga diberikan obat
melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.

 ANALISA DATA

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

DS : Proses infeksi Hypertermi


 
1.Bapak klien
mengatakan suhu
badan anaknya teraba
panas.
 
DO :
 
N : 108x/menit
 
S : 40

RR : 28x/menit
 
Teraba panas
01/02/2012 DS : Agen cidera biologis Nyeri akut
   
09.00 WIB 1. An.K mengatakan
sulit danSakit pada
perut sepertidiremas-
remas dan perih saat
mau buang air kecil,
sehingga An.K jadi
takut  jika mau BAK
padahal  buang air
kecilnya lebih sering
daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K
mengatakan takut
untuk  banyak minum.
 
Bp.A mengatakan
anaknya mengalami
nyeri  pada bagian
suprapubic dan
adanya hematuria,
selain itu diawal
berkemih ada cairan
eksudat yang  purulen
dan terasa gatal. Kira-
kira skala nyerinya
mencapai 9.
 
DO : Infeksi saluran kemih Gangguan Eliminasi
  urinarius
1. Klien tampak
terlihat  pucat dan
lemas.
2. Klien terlihat
memegangi perut
bagian  bawah.

DS :
 
1. An.K mengatakan
sulit dan
 
Sakit pada perut
seperti
 
diremas-remas dan
perih saat mau buang
air kecil, sehingga
An.K jadi takut  jika
mau BAK padahal
buang air kecilnya
lebih sering daripada
biasanya, oleh sebab
itu An.K mengatakan
takut untuk  banyak
minum.
 
DO :
 
1. Klien terlihat
kesakitan dan takut
saat buang air kecil.

DS : Status kesehatan Ansietas


 
1. An. K mengatakan
sulit dan sakit pada
perut seperti diremas-
remas dan  perih saat
mau buang air kecil
sehingga An. K
menjadi takut jika
mau BAK. Oleh sebab
itu, An. K
mengatakan takut
untuk  banyak minum.
 
DO :
 
1. Wajah klien tampak
Status kesehatan

 
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
 
1. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
 
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
 
3. Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi
 
RENCANA ( INTERVENSI ) KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


No

1 Eliminasi urinarius Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau eliminasi


berhubungan dengan keperawatan selama urin contohnya
infeksi saluran kemih 4x24  jam maka eliminasi frekuensi urin,
urinarius An. K  berkurang volume urin,
dengan kriteria hasil sbb: konsistensi urin
1. Eliminasi lancar. dengan tepat
2. Urin berwarna 2. Ajarkan klien
kuning cerah tetapi tanda dan gejala
sedikit  pucat. infeksi saluran
3. Tidak terjadi kemih.
hematuria 3. Instruksikan klien
4. Volume atau keluarga
pengeluaran urine untuk mencatat
900-2100 cc per hari keluaran urin.
Nyeri akut  berhubungan
2 dengan agen cidera 1. Ajarkan klien tekhnik
biologis Setelah dilakukan tindakan relaksasi nafas dalam.
keperawatan selama 2x24  
jam maka nyeri yang 2. Beri
dialami oleh An.K kompreshangat pada
berkurang dengan kriteria bagian yang nyeri.
hasil sbb:  
  3. Kolaborasi dalam
1. Selera makan klien pemberian analgesik
kembali normal. Ketorolax 2x
  0,5mg/kg/BB
2. Klien sudah tidak
mengalami gelisah.
 
3. Klien dapat  beraktivitas
kembali seperti biasanya.
Hyperthermy  
3 berhubungan dengan 4. nyeri hilang atau 1. Observasi keadaan
proses infeksi berkurang. umum klien.
2. Monitor vital sign
Setelah dilakukan tindakan klien (suhu &nadi).
keperawatan selama 3x24 3. Beri kompres
jam maka An. K tidak hangat pada klien.
mengalami hipertermi 4. Anjurkan pada
dengan kriteria hasil sbb : klien untuk
  meningkatkan
1. RR klien normal16- istirahat.
24/menit. 5. Kolaborasi dalam
pemberian infus
2. Suhu tubuh klien RL, 20 tts/mnt
dalam rentang 36,5- 6. Anjurkan banyak
37,5  Nadi klien minum air putih.
normal (60- 7. Kolaborasi dalam
100x/menit). pemberian injeksi
Ceftriaxone
3. Tubuh klien tidak 2x500mg
teraba panas. 8. Kolaborasi dalam
pemberian
analgetik
paracetamol 10-10-
15 mg/kgBB/kali.
 
 
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada bab ini penulis dapat menyimpulkan antara lain: Pada pengkajian penulis
menyimpulkan data melalui kejadian kasus secara luas,wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat
atau adanya faktor-faktor resiko, manifestasi klinik infeksi saluran kemih, psikologi pasien, tidak
dilakukan karena  penulis tidak mengkaji langsung pada klien , melainkan penulis hanya
mendapat data dari ilustrasi kasus yang di dapat.
Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah perubahan  pola eliminasi
urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau hokturia )  berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada kandung kemih ataupun struktur urinarius, dll, sedangkan diagnose yang ada pada teori dan
pada kasus adalah infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang pengetahuan. Dalam
membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan kondisi klien secara luas saat
dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan
kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan  berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat. Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua
diagnosa dapat teratasi dan tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya penulis tidak dapat
mendokumentasikan data dengan baik sehingga untukmembuat evaluasi mengalami kesulitan,
hal ini dikarenakan penulishanya mendapatkan data  berdasarkan pedoman kasus.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri  pada saluran
kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut.Akan
tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari
saluran  perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan  beratnya
meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,
1998).Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga  pada wanita.

B. SARAN

Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun pendokumentasian data
tidak dapat dilakukan karena data yang diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus secara luas
tetapi rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik.Dianjurkan agar dapat mendokumentasikan
semua data pada klien baik verbal maupun obyektif degan benar sehingga dapat membuat
evaluasi dengan baik untuk menunjang pendokumentasian yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah  Brunner& Suddart.Alih


Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:  Infeksi Saluran
Kemih.Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Amin Huda Nurarif (2015) APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN


DIAGNOSA MEDIS DAN NANDA NIC NOC, jilid 2, Jogjakarta
TUGAS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH

OLEH

KELOMPOK II

ANSEL RATULOHAIN EUNIKE LESBASSA


CHINTHIA DAHOKLORY TOVILYA SIPAHELUT
YULIA FAYAU MARLEN LUHUKAY
JULIANA MIRU CHRISNA MATULESSY
DIANA SASABONE CHARLIE RIRIHENA
JUAN PARERA FENANSIA RESILAY
FATRESYA MASIHIN WILSON ALWER

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN2019


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
Rahmat-Nya yang begitu melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ASUHAN KEPERAWATAN ISK ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini dan untuk pembelajaran kami di masa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua..

Penulis
TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan pada klien Ny “N”dengan Sistem Perkemihan : Infeksi Saluran Kemih
(ISK) dengan Sistem Perkemihan : Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Ruang Perawatan di Ruang
Perawatan. Gelatik di RS. Gelatik di RS. Bhayangka Bhayangkara Makassar Tanggal 04 ra
Makassar Tanggal 04 Agustus-06 Agustus 2011. Agustus-06 Agustus 2011.

A. PENGKAJIAN

1. Biodata Biodata

a. Identitas Klien

Nama :  Ny.N

Umur : 26 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku /bangsa : Bugis / Indonesia

Status perkawinan : Menikah

Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)

No. MR : 07.6272

Diagnosa medis : Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Tanggal masuk RS : 02 Agustus 2011

Tanggal pengkajian : 04 Agustus 2011


b. Identitas penanggung

Nama : Tn “S”

Umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : Laki- laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Polisi

Hubungan dengan Klien : Suami klien

II. Keluhan utama

a. Keluhan utama : nyeri


b. Riwayat keluhan utama : Klien mengeluh nyeri pada daerah perut sebelah kanan
bawah,disertai mual, sakit kepala dan pusing yang dialami sejak ± 2 minggu yang lalu
c. Lamanya keluhan : ± 2 minggu yang lalu
d. Timbulnya keluhan : hilang timbul
e. Faktor yang memperberat : pada saat melakukan aktifitas
f. Cara yang dilakukan untuk mengatasinya : beristirahat dan minum obat.
g. Diagnosa medik : Infeksi saluran kemih (ISK)

PQRST :

P : Klien mengatakan nyeri perut

Q : Klien mengatakan sakitnya terus menerus nerus dan tembus ke belakang.

R : Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan

S : Klien mengatakan nyeri yang sangat hebat

T : Klien mengatakan nyeri ±2 minggu yang lalu


III. Riwayat kesehatan

A. Riwayat kesehatan sekarang

Klien sementara diopname di RS. Bhayangkara diruang gelatik kamar 11, klien tampak
baring dengan keluhan yang dirasakan yaitu nyeri abdomen sebelah kanan bawah, sakit kepala
dan pusing. Klien masuk RS tangal 02 agustus 2011 dengan keluhan nyeri pada daerah perut
sebelah kanan bawah, disertai mual-mual, sakit kepala dan pusing yang dialami sejak kurang
lebih 2 minggu yang lalu.

B. Riwayat kesehatan masa lalu

1. Klien mengatakan tidak pernah diopmname sebelumnya di RS, dan penyakit yang biasa
diderita klien adalah sakit kepala.
2. Klien tidak pernah dioperasi.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram
IV. Riwayat Psikososial

1) Pola konsep diri:


a. Gambaran diri klien: klien merasa puas dengan apa yang ada dalam dirinya.
b. Peran klien: klien menjalankan peranya sebagai istri Yang baik
c. Harga diri klien: klien ingin merasa dihargai dan bersabar dalam menerima
keadaanya.
d. Citra tubuh klien: klien mengatakan tidak ada yang istimewa didalam dirinya.
e. Ideal diri klien: klien berharap agar ia tetap sembuh.

2) Pola kognitif 

Klien tidak mengerti tentang penyakit yang dialami sekarang dan optimis akan
kesembuhan penyakitnya.

3) Pola koping

Klien memperhatikan arahan dokter dan perawat dan berharap agar dirinya cepat sembuh.

4) Pola interaksi

Klien dapat berinteraksi dengan perawat dan mampu mengerti pembicaraan.

V. Riwayat spiritual

1) Keadaan klien beribadah


Sebelum sakit klien rajin beribadah, selama di rawat di RS klien tidak pernah beribadah
dan hanya mampu berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
2) Dukungan keluarga klien
Keluarga senantiasa memberi dukungan dan semangat kepada klien.
3) Ritual yang biasa dijalankan klien
4) Tidak ada ritual khusus yang dilakukan klien untuk kesembuhannya.
VI. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum klien: Baik 

1) Tanda- tanda distress :

- Klien tampak lemah

- Klien tampak meringis

- Ekspresi wajah klien tampak gelisah

1. Penampilan klien sesuai dengan usianya

2. Klien mampu berinteraksi dengan baik.

3. Tinggi badan : 160 cm.

4. Berat badan : 60 kg

5. Kesadaran : Composmentis

b Tanda-tanda vital

TD : 120/80mmHg 120/80mmHg

N : 80 x/i

S: 36,7 C

P :20x/i

c) Sistem pernapasan

1) Hidung

(a) Tidak ada pernapasan cuping hidung.

(b) Tampak ada sekret

(c) Hidung simetris kiri dan kanan


2) Leher

(a) Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid

(b) Tidak terdapat tumor

3) Dada

(a) Bentuk dada simetris kiri dan kanan

(b) Pengembangan dada mengikuti pergerakan napas

(c) Simetris kiri dan kanan

(d) Frekuensi pernapasan 20x/i

4) Sistem kardiovaskuler

(a) Bunyi jantung 1 (lup)

(b) Bunyi jantung II (dub)

(c) Arteri karotis tidak teraba

5) Sistem pencernaan

(a) Mulut :Kemampuan menelan baik.

(b) Abdomen : Nyeri pada bagian perut bawah sebelan kanan.

(c) Gaster : Gerakan peristaltik menurun.

(d) Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan.

6) Sistem indera

1) Mata

(a) Kelopak mata normal.

(b) Bulu mata warna hitam.


(c)Alis warna hitam, pandang baik.

(e) Sclera tidak ikterus.

2) Hidung

(a) Penciuman baik 

(b) Mampu mengenali dan membedakan bau

(c) Ada secret yang menghalangi penciuman.

(d) Perih di hidung karena flu

3) Telinga

a) Pendengaran baik 

(b) Simetris kiri dan kanan

(c) Tidak tampak serumen

(d) Keadaan daun telinga normal

7) Sistem saraf 

1.Fungsi cerebral

(a) Status mental

a. Klien dapat berinteraksi dengan baik 

b. Klien dapat mengingat waktu dan tempat

c. Cara bicara klien baik 

(b) Kesadaran GCS : 14 ((E4,V5, M6)

a. Eye: Dapat membuka mata secara spontan spontan (f4)


b. Verbal : Orikutasi baik (V5)

c. Motorik : Mengikuti perintah (M6)

2. Fungsi cranial

(a) Nervus I (olfaktorius) : Klien mampu membedakan bau

(b) Nervus II (optichus): Penglihatan Penglihatan klien cukup baik.

(c) Nervus III,IV,VI (oculamotorius, troclearis, abdusen) :bola mata


bergerak kiri dan dan kanan

(d) Nervus V (trigenius) : Klien mampu merasakan sentuhan pada dahi

(e) Nervus VII (fasialis) : Klien dapat tersenyum

(f) Nervus VIII (akustikus) : Klien mampu mendengar dengan jelas

(g) Nervus IX (glassofaringeus) : Klien mampu merasakan rasa pahit.

(h) Nervus X (vagus) :Klien tidak ada kesulitan untuk menelan

(i) Nervus XI (assesoris) : Klien dapat mengangkat bahunya

(j) Nervus XII (tlipoglasus) : Klien mampu menjulurkan lidahnya.


8) Sistem musculoskeletal

1. Kepala

(a) Bentuk mesochepal

(b) Gerakan ke segala arah

2. Vertebra

Tidak ada kelainan bentuk. Tidak ada kelainan bentuk.

3. Kaki

Tidak ada edema pada kedua kaki Tidak ada edema pada kedua kaki

4. Tangan

Tidak ada edema pada kedua tangan terpasang infus RL.

9) Sistem integumen

1.Kulit

(a) Warna kulit sawo matang

(b) Terdapat tahi lalat di bawah mata kanan.

2.Kuku

Tampak panjang dan bersih. Tampak panjang dan bersih.

3. Rambut Berwarna hitam.

10 Sistem endokrin

a. Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid

b.Suhu tubuh seimbang.


c. Tidak ada keringat berlebihan.

11) Sistem perkemihan

a. BAK : 1 kali sehari.

b. Jumlah : 400-600 CC

c. Nyeri saat BAK.

12) Sistem reproduksi

Tidak dilakukan pemeriksaan.

13) Sistem immun

a. Tidak terdapat alergi obat-obatan.

b. Penyakit flu berhubungan dengan cuaca.

VII. Aktifitas Sehari - hari

Jenis Jenis Kegiatan Sebelum Sebelum Sakit Selama Sakit


A. Nutrisi
1. Makanan
 Jenis  Nasi, sayur, ikan  Bubur, telur
 Frekuensi  3x sehari  3x sehari
 Jumlah  Dihabiskan  ½ Porsi dihabiskan
 Selera  baik   Menurun
2. Cairan
 Jenis  Air putih  Air putih, cairan

Jenis – jenis Kegiatan Sebelum Sakit Sesudah Sakit


3. Gunting kuku Gunting kuku  2 x seminggu  2 x seminggu
4. Sikat gigi Sikat gigi  2x sehari 2x sehari  2x sehari 2x sehari
5. Mandiri / dibantu  Mandiri  Dibantu

IIIV. Pemeriksaan Fisik

Nama Pemeriksaan Nilai Normal Hasil Satuan


1) Glukosa random Glukosa random. 0-110 70-110 77 mg/dl
2) Ureum Ureum. 10-50 10-50 27 mg/dl
3) Creatinin Creatinin p.0,5-1,2 p.0,5-1,2 0,7 mg/dl
4) SGOT 37 C SGOT 37 C L.37/ P.31 L.37/ P.31 11 uu//l
5) SGPT SGPT L.42/ P.32 L.42/ P.32 77 u/ll
6) WBC WBC 4,0-10,0 4,0-10,0 9,6 u/l
7) HGB HGB 11,0-16,0 11,0-16,0 10,6 g/dl
8) RBC RBC 3,50-5.50 3,50-5.50 4,05 u/l
9) PLT PLT 100-300 188 u/l

Urine Rutin Urine Rutin

Sed.Epitel : 2-3

Lekosit Lekosit : 3-5

Eritrosit Eritrosit : 2-3

IX. Rencana Therapi

 IFVD RL 14 tetes / menit


 Inj. ketorolac 1 amp/12 jam/ iv
 Inj.cipro inf/12 jam
 Inj.ranitidine 1 amp/12 jam/ iv

Anda mungkin juga menyukai