PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih
(ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih(Enggram, Barbara,
1998).
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur
baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut.Akan tetapi dari dua jenis kelamin
tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan angka populasi umur kurang
lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang
disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : resiko dan beratnya meningkat dengan
kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal
dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara
uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari
infeksi traktus urinarius.Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini
terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus
urinarius.Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu :
a) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya
ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke
dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus
yang terinfeksi.
b) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Secara hematogen yaitu: sering terjadi
pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi
secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine
yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan
parut, dan lain-lain.
B. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). Dimana
penyakit ini banyak di derita oleh anak-anak hingga orang lanjut usia.
C. Tujuan
Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta Asuhan Keperawatan
dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) itu sendiri.atalaksanaan). Serta Asuhan keperawatan
(pengkajian,diagnose, perencanaan dan evaluasi)
BAB II
TINJAUAN TEORI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme dalam urin dan
memiliki potensi untuk menginvasi jaringan-jaringan pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih
(ISK) bergantung pada banyak faktor seperti usia, jenis kelamin, prevalensi bakteriuria dan
faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Dalam
keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar 10² hingga 104
bakteri/ml urin.Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila urinnya mengandung lebih dari 105
bakteri/ml (Coyle et al., 2005).
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang baiknya mikroorganisme di dalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik pria maupun wanita dari semua
umur, dan dari kedua jenis kelamin teryata wanita lebih sering menderita infeksi dari pada pria.
(Sudoyo Aru, dkk 2019)
1. ISK bawah
- Perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai bakteriuria
bermakna).
- Sindrom uretra akut (SUA): presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme
(steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
- Laki-laki (sistitis, prostatitis, epidimidis dan urethritis)
2. ISK atas
- Pielonefritis akut (PNA): proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan infeksi bakteri
- Pielonefritis kronik (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak kecil.
Perbedaan antara infeksi saluran kemih terkomplikasi dan tidak terkomplikasi yaitu dalam hal
kebutuhan pemeriksan penunjang untuk penegakan diagnosis,lama dan penatalaksanaan,serta
gejala infeksi saluran kemih (Suwitra dan Mangatas, 2004)
B. Etiologi
Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi saluran kemih sejauh ini adalah
Escherichia coli yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap 80% kasus infeksi, 20% sisanya
disebabkan oleh bakteri Gram negatif lain seperti Klebsiella dan spesies proteus, dan bakteri
Gram positif seperti Cocci, Enterococci, dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme terakhir
dapat ditemui pada kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda yang aktif kegiatan
seksualnya.Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan abnormalitas struktur saluran kemih
sering disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten seperti Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter
dan spesies Serratia. Bakteri-bakteri ini juga sering ditemui pada kasus infeksi saluran kemih,
terutama pada pasien yang mendapatkan diagnosa infeksi saluran kemih (Bint, 2003)
Selain karena bakteri, faktor lain yang dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi saluran
kemih antara lain kehamilan, menopause, batu ginjal, memiliki banyak pasangan dalam aktivitas
seksual, penggunaan diafragma sebagai alat kontrasepsi, inflamasi atau pembesaran pada prostat,
kelainan pada uretra, immobilitas, kurang masukan cairan, dan kateterisasi urin (Knowles, 2005).
Infeksi saluran kemih dibedakan menjadi infeksi saluran kemih bagian bawah dan infeksi
saluran kemih bagian atas.Menurut gejala infeksi saluran kemih bagian bawah yaitu disuria,
polakisuria atau frekuensi urgensi, stranguria, nyeri suprasimfisis dan enesmus, dan enuresis
nokturnal.Gejala infeksi saluran kemih bagian atas dapat berupa demam, menggigil, nyeri
pinggang, nyeri kolik, mual, muntah, nyeri ketok sudut kostovertebrata, dan hematuria.Selain itu
juga ditemukan manifestasi tidak khas infeksi saluran kemih yang berupa nyeri abdomen, nyeri
kepala, nyeri punggung, dan diare (Suwitra dan Mangatas, 2004).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Saluran Kemih menurut Sudoyo Aru dkk. 2009. Ada 9 yang termuat
antara lain :
1) Anyang – anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba untuk
berkemih namun tidak ada air kemih yang keliuar.
2) Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna putih, cokelat
atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3) Warna air seni kental/pekat seperti air the, kadang kemerahan bila ada darah.
4) Nyeri pada pinggang.
5) Demam atau mengigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi
nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)
6) Perandangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh – sembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kandung kemih.
7) Pada Neonatus pada usia 2 bulan, gejalanya dapat berupa infeksi atau sepsis berupa
demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia, problem minum dan
syanosim.
8) Pada bayi gejalanya berupa demam berupa berat badan sukar naik atau anoreksia.
9) Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit atau kencing, frekuensi kencing
meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang – anyangan (pola kisuria)
dan bauh kencing yang menyengat.’
E. Patofisiologi
Patogenesis Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih adalah hematogen dan
asending, tetapi dari kedua cara ini jalur asending yang paling sering terjadi.
1) Infeksi hematogen Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang
sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga timbul
akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Misalnya infeksi Staphylococus aureus
pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit,
endotel, atau di tempat lain. Salmonela, Pseudomonas, candida, dan proteus termasuk
jenis bakteri yang dapat menyebar secara hematogen. Ginjal yang normal biasanya
mempunyai daya tahan terhadap infeksi bakteri Escherichia coli karena itu jarang ada
infeksi hematogen Escherichia coli. Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini
dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat misalnya infeksi stafilokokus dapat
menimbulkan abses pada ginjal (Tessy & Suwanto, 2001).
2) Infeksi ascending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina Saluran kemih yang normal
umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra
yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid,
streptokokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3
bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis juga
banyak dihuni bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari
tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut
adalah Escherichia coli di samping golongan enterobakter dan S. fecalis (Tessy &
Suwanto, 2001).
b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih Proses masuknya
mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam
kandung kemih adalah faktor anatomi, faktor tekanan urin pada waktu miksi,
manipulasi uretra atau pada hubungan kelamin, perubahan hormonal waktu
menstruasi, kebersihan alat kelamin bagian luar, adanya bahan antibakteri dalam
urin,dan pemakaian obat kontrasepsi oral (Tessy & Suwanto, 2001).
c. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih Dalam
keadaan normal mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih manusia
atau binatang akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak
dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung dari
interaksi tiga faktor, yaitu : eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek
pembilasan dan pengenceran urin, efek antibakteri dari urin, dan mekanisme
pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik (Tessy & Suwanto, 2001).
d. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal Hal ini disebabkan oleh refluks
vasikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks
intrarenal. Refluks vasikoureter adalah keadaan patologis karena tidak
berfungsinya valvula vasikureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke
ginjal. Penggunaan kateter seringkali menyebabkan mikroorganisme masuk
kedalam kandung kemih, hal ini biasanya disebabkan kurang higienisnya alat
ataupun tenaga kesehatan yang memasukkan kateter. Orang lanjut usia yang sukar
buang air kecil umumnya menggunakan kateter untuk memudahkan pengeluaran
urin, itulah sebabnya mengapa penderita infeksi saluran kemih cenderung
meningkat pada rentang usia ini (Tessy & Suwanto, 2001).
e. Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih Jenis-jenis infeksi saluran kemih dapat
dibedakan dalam 2 bentuk, yaitu : (1) Infeksi saluran kemih bagian bawah
(uncomplicated), umumnya radang kandung kemih pada pasien dengan saluran
kemih normal.
Infeksi saluran kemih bagian atas (complicated), terdapat pada pasien dengan saluran kemih
abnormal, misalnya adanya batu, penyumbatan, atau diabetes (Tjay & Rahardja, 2007).
f. Komplikasi
a) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
b) Gagal ginjal
a). Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa disentrifuse
atau pewarnaan Gram. Bakteri dinyatakan positif bermakna bilamana dijumpai satu
bakteri lapangan pandang minyak emersi.
3. Tes kimiawi
Tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang
paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar
mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000-1.000.000
bakteri.Konversi ini dapat dilihat dengan perubahan warna pada uji carik (Tessy dan
Suwanto, 2001).
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis sedangkan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT-
scan (Tessy dan Suwanto, 2001).
h. Penatalaksanaan
1. non farmakologi
- Istirahat
- Diet; perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran
kemih
2. Farmakologi
- Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan
antibiotic antara lain cefotaxime, ceftriaxone, kotrimoxcsazol, trimetoprin.
- Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasin
penisilin dengan aminoglikosida
BAB III
ANALISA KASUS
KASUS TERKAIT
Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RS.Soeradji mengantar anak perempuannya
yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus sejak kemarin sore
dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah dirawat oleh
pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya dibantu oleh pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremas – remas dan
perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air
kecilnya lebih sering dari biasanya namun urinnya dalam jumlahnya sedikit, oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk banyak minum.
Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya
hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena
sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu
turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR : 28x/menit
S : 40 ºC
N : 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24 dan
diberikan terapi obat :
Ceftriaxone 2x500mg
Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
DOKUMENTASI ASKEP
1. Pengkajian keperawatan
a) Nama perawat : Agus
Tgl pengkajian : 10 April 2012
Jam pengkajian : 15.00 WIB
b) Identitas Pasien
Nama Pasien : An. K
Agama : Islam
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
2. Keluhan Utama
Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk
berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat
di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL 20tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 4
hari.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami : klien sering mengalami nyeri abdomen
o Kecelakaan : tidak terkaji
1. Palliative/profokatif
Klien mengatakan nyeri berkurang setelah klien melakukan teknik relaksasi yang diberikan
oleh perawat/ pada saat BAK klien merasakan nyeri
2. Quality
klien mengatakan sangat nyeri ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang nyerinya
sesudah berkemih
3. Region
Bp.A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic.
4. Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 8
5. Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. Nutrisi Sebelum klien mengalami gangguan
eliminasi, klien mempuyai nafsu makan sehingga selalu makan 3 porsi sehari, tetapi pada saat
mengalami gangguan eliminasi urine, nafsu makan klien menjadi berkurang, sehingga hanya
makan 1 porsi sehari
6. Cairan elektrolit dan asam basa
Pada saat klien mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas standar 250
cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt, sebelum sakit klien minum 8 gelas
standar 250cc perhari.
7. Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami sesak nafas
dan tidak ada sputum.
8. Eliminasi Bowel
Sebelum sakit klien mengatakan BAB lancar fases berwarna kuning 2x sehari, saat
mengalami gangguan eliminasi urin klien merasakan perut terasa diremas-remas dan warna fases
cokelat.
9. Eliminasi urine
Sebelum mengalami ganguan eliminasi urin klien mempunyai frekuensi berkemih 500cc/hr,
selama mengalami gangguan eliminasi urin klien hanya berkemih 250cc/hr dan warna urine
merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri pada saat BAK.
10. Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori, persepsi dan
kognitif.
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign:
N : 108xmnt
RR : 28x/mnt
S : 40oc
b. Kepala:
Pada saat dilakukan inspeksi dan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di kepala,
bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental
menghadap kebelakang. Kulit kepala tidak mengalami peradangan, tumor, maupun bekas luka.
c. Leher:
Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan
leher secara terkoordinasi tanpa gangguan.
d. Dada: paru & jantung
Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan 20x/menit pada
saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding
dada sebelah kiri. Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi
resonan.
e. Abdomen:
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal,pada saat inspeksi tdak ada
pembengkakkan, dan semetris. Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara bising usus,
secara normal terdengar setiapbising usus normal terdengar 10 kali/menit.
ANALISA DATA
RR : 28x/menit
Teraba panas
01/02/2012 DS : Agen cidera biologis Nyeri akut
09.00 WIB 1. An.K mengatakan
sulit danSakit pada
perut sepertidiremas-
remas dan perih saat
mau buang air kecil,
sehingga An.K jadi
takut jika mau BAK
padahal buang air
kecilnya lebih sering
daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K
mengatakan takut
untuk banyak minum.
Bp.A mengatakan
anaknya mengalami
nyeri pada bagian
suprapubic dan
adanya hematuria,
selain itu diawal
berkemih ada cairan
eksudat yang purulen
dan terasa gatal. Kira-
kira skala nyerinya
mencapai 9.
DO : Infeksi saluran kemih Gangguan Eliminasi
urinarius
1. Klien tampak
terlihat pucat dan
lemas.
2. Klien terlihat
memegangi perut
bagian bawah.
DS :
1. An.K mengatakan
sulit dan
Sakit pada perut
seperti
diremas-remas dan
perih saat mau buang
air kecil, sehingga
An.K jadi takut jika
mau BAK padahal
buang air kecilnya
lebih sering daripada
biasanya, oleh sebab
itu An.K mengatakan
takut untuk banyak
minum.
DO :
1. Klien terlihat
kesakitan dan takut
saat buang air kecil.
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Hyperthermy berhubungan dengan proses infeksi
RENCANA ( INTERVENSI ) KEPERAWATAN
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada bab ini penulis dapat menyimpulkan antara lain: Pada pengkajian penulis
menyimpulkan data melalui kejadian kasus secara luas,wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat
atau adanya faktor-faktor resiko, manifestasi klinik infeksi saluran kemih, psikologi pasien, tidak
dilakukan karena penulis tidak mengkaji langsung pada klien , melainkan penulis hanya
mendapat data dari ilustrasi kasus yang di dapat.
Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah perubahan pola eliminasi
urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau hokturia ) berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada kandung kemih ataupun struktur urinarius, dll, sedangkan diagnose yang ada pada teori dan
pada kasus adalah infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang pengetahuan. Dalam
membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan kondisi klien secara luas saat
dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan
kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat. Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua
diagnosa dapat teratasi dan tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya penulis tidak dapat
mendokumentasikan data dengan baik sehingga untukmembuat evaluasi mengalami kesulitan,
hal ini dikarenakan penulishanya mendapatkan data berdasarkan pedoman kasus.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun
perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur lanjut.Akan
tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari
saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya
meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis
perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,
1998).Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga pada wanita.
B. SARAN
Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun pendokumentasian data
tidak dapat dilakukan karena data yang diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus secara luas
tetapi rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik.Dianjurkan agar dapat mendokumentasikan
semua data pada klien baik verbal maupun obyektif degan benar sehingga dapat membuat
evaluasi dengan baik untuk menunjang pendokumentasian yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih.Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
OLEH
KELOMPOK II
Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
Rahmat-Nya yang begitu melimpah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ASUHAN KEPERAWATAN ISK ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini dan untuk pembelajaran kami di masa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua..
Penulis
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan pada klien Ny “N”dengan Sistem Perkemihan : Infeksi Saluran Kemih
(ISK) dengan Sistem Perkemihan : Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Ruang Perawatan di Ruang
Perawatan. Gelatik di RS. Gelatik di RS. Bhayangka Bhayangkara Makassar Tanggal 04 ra
Makassar Tanggal 04 Agustus-06 Agustus 2011. Agustus-06 Agustus 2011.
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Ny.N
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
No. MR : 07.6272
Nama : Tn “S”
Umur : 36 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Polisi
PQRST :
Klien sementara diopname di RS. Bhayangkara diruang gelatik kamar 11, klien tampak
baring dengan keluhan yang dirasakan yaitu nyeri abdomen sebelah kanan bawah, sakit kepala
dan pusing. Klien masuk RS tangal 02 agustus 2011 dengan keluhan nyeri pada daerah perut
sebelah kanan bawah, disertai mual-mual, sakit kepala dan pusing yang dialami sejak kurang
lebih 2 minggu yang lalu.
1. Klien mengatakan tidak pernah diopmname sebelumnya di RS, dan penyakit yang biasa
diderita klien adalah sakit kepala.
2. Klien tidak pernah dioperasi.
Genogram
IV. Riwayat Psikososial
2) Pola kognitif
Klien tidak mengerti tentang penyakit yang dialami sekarang dan optimis akan
kesembuhan penyakitnya.
3) Pola koping
Klien memperhatikan arahan dokter dan perawat dan berharap agar dirinya cepat sembuh.
4) Pola interaksi
V. Riwayat spiritual
1) Tanda- tanda distress :
4. Berat badan : 60 kg
5. Kesadaran : Composmentis
b Tanda-tanda vital
TD : 120/80mmHg 120/80mmHg
N : 80 x/i
S: 36,7 C
P :20x/i
c) Sistem pernapasan
1) Hidung
3) Dada
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem pencernaan
6) Sistem indera
1) Mata
2) Hidung
3) Telinga
a) Pendengaran baik
7) Sistem saraf
1.Fungsi cerebral
2. Fungsi cranial
1. Kepala
2. Vertebra
3. Kaki
Tidak ada edema pada kedua kaki Tidak ada edema pada kedua kaki
4. Tangan
9) Sistem integumen
1.Kulit
2.Kuku
10 Sistem endokrin
b. Jumlah : 400-600 CC
Sed.Epitel : 2-3