Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nama Abbasyiah menunjukkan nenek moyang dari Abbas, Ali bin Abi tholib
dan Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan pertalian keluarga antara bani
Abbas dengan nabi. Itulah sebabnya kedua keturunan itu sama-sama mengklaim
bahwa jabatan khalifah harus berada di tangan mereka. Sebagaimana dijelaskan pada
bab terdahulu, hanya pada periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa
keemasannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Pada masa bani Abbasiyah banyak dinasti-dinsati kecil yang memerdekan diri
dari kekuasaan Baghdad. Hal ini disebabkan para khalifah Abbasiyah sudah cukup
puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran
upeti itu. Selain itu, mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka
tunduk kepadanya dan penguasan bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan
peradaban dan kebudayaan daripada politik ekspansi. Akibat dari kebijaksanaan yang
lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari persoalan politik
itu, provinsi-provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa bani
Abbas.1
Dinasti dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada
masa khalifah Abbasyiah, diantaranya adalah :
1
Hamka Hasan, “Kemunduran Peradaban Islam dan Disentegrasi Politik Bani Abbas”, Jurnal
Studi Islam Komperhensif No.2 Vol.3 2004, Al-Zahra.
- Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia kecil (470-700 H/1077-1299M)
a. Umawiyah di spanyol
b. Fathimiyah di mesir2
Faktor lain yang menyebabkan peran politik bani Abbas menurun adalah
perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada
pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Nabi Muhammad memang tidak
menentukan bagaiman acara penggantian pemimpin setelah ditinggalkanya. Beliau
menyerahkan masalah ini kepada kaum muslimin sejalan dengan jiwa kerakyatan
yangberkembang dikalangan masyarakat Arab dan ajaran demokrasi dalam Islam.
Setelah nabi wafat, terjadi pertentangan pendapat diantara kaum muhajirin dan anshar
dibalai kota bani Sa’idah di madinah. Akan tetapi, karena pemahaman keagaamaan
mereka yang baik, semangat musyawarah, ukhuwah yang tinggi, perbedaan itu dapat
diselesaikan. dan Abu Bakar terpilih menjadi khalifah.
Pada pemerintahan bani Abbas, perebutan kekuasaan seperti itu juga terjadi,
terutama di awal berdirinya. Ditangan tentara Turkilah khalifah bagaikan boneka yang
tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah
sesuai dengan keinginan politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tanagn orang-
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998) h. 65-66
orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M),
Daulah Abbasyiah berada dibawah kekuasaan bani Buwaih.3
Kelahiran bani Buwaih berawal dari tiga orang putra Abu Syuja’ Buwaih,
pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk
keluar dari kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu
dipandang banyak mendatangkan rizki. Keadaan khalifah lebih buruk dari pada masa
sebelumnya, terutama karena bani Buwaih adalah penganut aliran Syi’ah, sementara
bani Abbas adalah Sunni. Selama masa kekuasaan bani Buwaih sering terjadi
kerusuhan antara kelompok Ahlus sunnah dan Syi’ah, pemberontakan tentara
tersebut.
Kekuasaan politik bani Buwaih tidak lama bertahan. Setelah generasi pertama,
tiga saudara tersebut. Kekuasaan menjadi ajang pertikaian di antara anak-anak
mereka. Masing-masing merasa paling berhak atas kekuasaan pusat.
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998) h. 67-69