Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU BUNUH DIRI

Oleh:
NAMA: FENANSIA M. RESILAY
NPM:12114201170212

C1 LAHAN C1 INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2019
PERILAKU BUNUH DIRI
A.Pengertian
1. Definisi
a. Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 2006).
B.EtiologiI
2. Faktor Predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku
resiko bunuh diri meliputi:
a. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat pasien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini, dan
berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan
bunuh diri.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko
untuk perilaku resiko bunuh diri
e. Faktor biokimia
Proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku
resiko bunuh diri.
3. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2006) faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri
adalah :
a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
d.Cara untuk mengakhiri keputusasaan

3.Mekanisme Koping:

1. Mood/affek: Depresi yang persisten, merasa


hopelessness, helplessness, isolation, sedih, merasa jauh dari orang lain, afek datar,
sering mendengar atau melihat bunyi yang sedih dan unhappy, membenci diri sendiri,
merasa dihina, sering menampilkan sesuatu yang tidak adekuat di sekolah,
mengharapkan untuk dihukum.
2. Perilaku/behavior: Perubahan pada penampilan fisik,
kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak intrest, kurang mendengarkan, gangguan
tidur, sensitive, mengeluh sakit perut, kepala sakit, perilaku antisocial : menolak untuk
minum, menggunakan obat-obatan, berkelahi, lari dari rumah.
3. Sekolah dan hubungan interpersonal: Menolak untuk ke
sekolah, bolos dari sekolah, sosial teman-temannya, kegiatan-kegiatan sekolah dan
hanya interest pada hal – hal yang menyenangkan, kekurangan system pendukung
sosial yang efektif.

4. Keterampilan koping: Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak
menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya

C.Patofisiologi/Pohon masalah
Resiko bunuh diri

Isolasi sosial

Harga diri rendah


Koping keluarga tidak efektif kegagalan perpisahan
D. Tanda dan Gejala

a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
Petunjuk psikiatrik :
Upaya bunuh diri sebelumnya
Kelainan afektif
Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia

E.Penatalaksanaan
1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada
diri sendiri, dengan cara :
d. Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.
e. Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social
yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping
mekanisme yang biasa digunakan.
2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko ,
managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi
f. Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat
ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.
g. Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan
klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang
berbahaya lainnya.
3. Membantu meningkatkan harga diri klien
h. Tidak menghakimi dan empati
i. Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
j. Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain
k. Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls
yang rendah
l. Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.

F.Landasan Teori Kepetawatan

 Pengkajian

1. Identitas Klien: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (Masuk Rumah Sakit), informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien
dan alamat klien.
2. Keluhan Utama: Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang dicapai
3. Faktor predisposisi: Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan :
 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis
dari klien.
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan
individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
 Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan),
kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
 Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhan fisik
yang dialami oleh klien.
G.Rencana Asuhan Keperawatan

No Dx Perencanaan Intervensi
Keperawa Tujuan Kriteria Evaluasi Keperawatan
tan
1 Risiko 1.klien dapat 1. Menjawab salam 1. Kenalkan diri pada klien
bunuh diri membina 2.Kontak mata 2. Tanggapi perbicaraan klien
hubungan saling 3.Menerima perawat dengan sabar dan tidak
percaya 4.Berjabat tangan menyangkal
3. Bicara tega,sjelas,jujur
4. Bersifat hargai dan bersahabat
5. Temani klien saat keinginan
menciderai diri meningkat
6. Jauhkan klien dari benda benda
yang membahayakan(seperti
pisau,silet,gunting,tali kaca,dll
2.Klien dapat 1.Menceritakan 7. Dengarkan keluhan yang klien
mengekspresik penderitaan secara rasakan
an perasaannya terbuka dan konstruktif 8. Bersikap empati untuk
dengan orang lain. meningkatkan ungkapan
keraguan,ketakutan dan
keprihatinan.
9. Beri dorongan pada klien untuk
mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapan karena
harapan adalah hal yang penting
dalam kehidupan
10. Beri klien waktu dan kesempatan
untuk menceritakan arti
penderitaan kematian dan sekarat
11. Beri dorongan pada klien untuk
mengekspresikan tentang
mengapa harapan tidak pasi dan
dalam hal-hal dimana harapan
mempunyai kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart and Sudden. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Stuart, GW. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Townsend, Marry C. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri edisi V. Jakarta. EGC
Isaacs, Ann. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai