FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016/2016 A. Penyusunan Standar Pembelajaran Penyusunan Standar pembelajaran dalam sebuah instansi pendidikan harus sesuai dengan pasal 1 butir 20 UU.No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di dalam lingkungan perguruan tinggi, interaksi tersebut terjadi antara mahasiswa dengan dosen. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa terjadi proses perubahan dalam empat ranah, yang disebut ranah kognitif, yaitu kemampuan berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran. Ranah afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda berdasarkan penalaran, misalnya penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, ranah psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani, misalnya persepsi, kreativitas, ranah kooperatif yaitu kemampuan untuk bekerja sama. Interaksi dosenmahasiswa tersebut adalah dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan (competence) dan mengeksplorasi nilai-nilai kemanusiaan (conscience and compassion) melalui matakuliah. Dosen memahami konteks setiap pertemuan dengan dasar pemahaman dosen tentang situasi mahasiswa dan konteks belajar sebagai hasil pertemuan- pertemuan sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar dicapai suatu koherensi dalam seluruh perjalanan belajar mahasiswa dan menanamkan kebiasaan berefleksi sebelum bertindak atau menjalani pengalaman baru. Dalam penyusunan standar pembelajaran dalam pendidikan harus ada prinsip-prinsip dalam hal pembelajaran di kelas yang melibatkan para dosen dan mahasiswa, antara lain : 1. Dosen berperan melayani mahasiswanya, peka terhadap bakat dan kesulitan mahasiswa, terlibat secara pribadi, dan membantu pengembangan kemampuan internal setiap mahasiswa. 2. Mahasiswa perlu secara aktif terlibat dalam studi, penemuan, dan kreativitas pribadi. 3. Hubungan antara dosen dan mahasiswa bersifat pribadi dan berkelanjutan. 4. Silabus dan pengajaran disesuaikan dengan tingkat kemampuan mahasiswa. 5. Isi dan bahan (pendidikan) diatur dalam urutan yang bersifat logis. 6. Pengulangan dan perbaikan (preview and review) sungguh-sungguh diupayakan demi penguasaan yanlebih baik, asimilasi yang lebih baik, dan pandangan yang lebih mendalam. 7. Kedalaman materi lebih disukai daripada keluasan cakupan. Penyusunan standar pembelajaran dari sebuah sekolah tinggi mempunyai beberapa tahap, antara lain : 1. Dosen merencanakan pembelajaran yang disusun berdasarkan prinsip- prinsip pembelajaran reflektif yang disusun dalam Satuan Acara Perkuliahan. 2. Dosen menyusun bahan ajar dan disosialisasikan pada mahasiswa . 3. Dosen mampu memilih metode pembelajaran yang paling cocok untuk mencapai outcome pembelajaran yang dihendaki. 4. Sumber belajar disediakan sesuai dengan tujuan pembelajaran. 5. Sarana dan prasarana pembelajaran mampu mendukung pembelajaran. Pada tahap penyusunan standar pembelajaran dipendidikan diasumsikan telah tersedia silabus matakuliah tertentu yang mengandung standar kompetensi dan kompetensi dasar 3C (competence, conscience and compassion) yang dihasilkan oleh tim dosen. Berikut adalah tahapan dalam perencanaan pembelajaran. 1. Dosen mengembangkan silabus ke dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk setiap kelas dalam satu matakuliah tertentu yang disetujui oleh Kaprodi. Dalam SAP telah memuat: standar kompetensi, kompetensi dasar, pokok-pokok materi perkuliahan, pengalaman pembelajaran, metode, media, rancangan evaluasi, dan sumber materi. 2. Sekretariat menyiapkan formulir laporan kegiatan perkuliahan dan presensi kehadiran dosen dan mahasiswa. Sekretariat berkoordinasi dengan BSP dan kepala laboratorium (bila perkuliahan dilaksanakan di laboratorium) untuk menyediakan media pembelajaran yang diperlukan oleh dosen. B. Pelaksanaan Standar Pembelajaran Pelaksanaan standar dalam pembelajaran di suatu instansi pendidikan sekolah tinggi memiliki banyak cara dalam pemberian metode motede pembelajaran, antara lain standar pelaksanaan pembelajaran dibedakan menjadi : a. Small group Discussion Mahasiswa peserta kuliah diminta membuat kelompok kecil (5 sampai 10 orang) untuk mendiskusikan bahan yang diberikan oleh dosen atau bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelomok tersebut. Dengan aktivitas kelompok kecil, mahasiswa akan belajar : - Menjadi pendengar yang baik - Memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif - Menghormati perbedaan pendapat - Mendukung pendapat dengan bukti - Menghargai sudut pandang yang bervariasi (gender, budaya, dan lain- lain). b. Simulasi Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. Misalnya untuk mata kuliah aplikasi instrumentasi, mahasiswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif yang bergerak dibidang aplikatif instrumentasi, kemudian perusahaan tersebut diminta melakukan hal yang sebagaimana dilakukan oleh perusahaan sesungguhnya dalam memberikan jasa kepada kliennya, misalnya melakukan bidding, dan sebagainya. Simulasi dapat berbentuk : - Permainan peran (role play). Dalam contoh di atas, setiap mahasiswa dapat diberi peran masing-masing, misalnya sebagai direktur, engineer, pemasaran dll. - Simulation exercise and simulation games - Model computer. Simulasi dapat merubah cara pandang (mindset) mahasiswa, dengan jalan : - Mempraktekkan kemampuan umum (missal komunikasi verbal & non verbal). - Memperbaiki kemampuan khusus - Mempraktekkan kemampuan tim - Mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) - Menggunakan kemampuan sintesis - Mengembangkan kemampuan empati. c. Discovery Learning (DL) DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa, untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri. d. Self Directed Learning (SDL) Adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh individu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Dengan kata lain, individu mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab terhadap semua pikiran dan tindakan yang dilakukannya. Metode pembelajaran SDL dapat diterapkan apabila asumsi berikut sudah terpenuhi. Sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa mestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri. - Pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat. - Kesiapan belajar merupakan tahap awal menjadi pembelajar mandiri. - Orang dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada dari sisi mata kuliah. - Pengakuan, penghargaan dan dukungan terhadap proses belajar orang dewasa perlu diciptakan dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini dosen dan mahasiswa harus memiliki semangat yang saling melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan. e. Cooperative Learning (CL) Adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan, semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa dalam hal ini hanya mengikuti prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen. Pada dasarnya CL seperti ini merupakan perpaduan antara teacher centered dan student centered learning. CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah : - Kebiasaan belajar aktif pada diri mahasiswa - Rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa - Kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahassiwa - Keterampilan sosial mahasiwa. f. Collaborative Learning (CbL) Adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari tugas dan bersifat open ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasar pada minat, prosedur kerja kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok, ingin dinilai oleh dosen, semuanya ditentukan melalui konsensus bersama antar anggota kelompok. g. Contextual Instruksi (CI) Adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi matakuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotifasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku professional atau manajerial, entreupeneur maupun investor. Sebagai contoh , apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat menganalisa factor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka dalam pembelajarannya, selain konsep transaksi dibahas dalam kelas, juga diberikan contoh, dan mendiskusikanya. Mahasiwa juga diberikan tugas dan kesempatan untuk terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati secara langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli, misalnya. Pada saat itu, mahasiwa dapat melakukan pengamatan langsung, mengkajinya dengan berbagai teori yang ada, sampai ia dapat menganalisis factor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya proses transaksi jual beli. Hasil, keterlibatan, pengamatan dan pengkajiannya ini selanjutnya dipresentasikan di dalam kelas, untuk dibahas dan menampung saran dan masukan lain dari seluruh anggota kelas. Pada intinya dengan CI, dosen dan mahasiswa memanfaatkan pengetahuan secara bersama-sama, untuk mencapai kompetensi yang dituntut oleh mata kuliah, serta memberikan kesempatan pada semua orang yang terlibat dengan sangat hati-hati. h. Project Based Learning (PjBL) Adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan komplek serta tugas dan produk yang dirancang dengan hati-hati. i. Problem-Based Learning/inquiry (PBL/I) Adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian /penggalian informasi inquiry untuk dapat memecahkan masalah. Pada umumnya, terdapat empat hal yang perlu dilakukan mahasiswa dalam PBL/I yaitu: - Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa kompetensi yang dituntut mata kuliah dari dosennya. - Melakukan pencarian data dan informasi yang relevan untuk memecahkan masalah. - Menata dan mengaitkan data dengan masalah. Peran dosen dalam pelaksanaan pembelajaran SCL antara lain : - Sebagai fasilitiator dalam proses pembelajaran. - Mengkaji kompetensi mata kuliah yang perlu dikuasi mahasiswa di akhir pembelajaran. - Merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang dapat menyediakan beragam pengalaman belajar yang diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut mata kuliah. - Membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan hidup sehari-hari. - Mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan dengan kompetensi yang diukur. Sedangkan peran mahasiswa dalam pendekatan pembelajaran SCL, adalah : - Mengkaji kompetensi mata kuliah yang dipaparkan dosen - Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan dosen. - Membuat rencana pembelajaran untuk mata kuliah yang diikutinya - Belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir tingkat tinggi, seperti analisis, sintetis, dan evaluasi), baik secara individu maupun kelompok. C. Cara Penyusun Mutu Pembelajaran (Standar struktur, Standar proses, Standar keluaran) Penyusunan Mutu dari standar pemebelajaran berupa pencapaian dari setiap pekerja untuk mencapaian kinerja yang maksimal. Dalam hal itu harus mengacu pada PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, yang berisi mengenai pelaksanaan pendidikan yang harus dipenuhi oleh lembaga penyelenggara pendidikan. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Selain itu Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Para pelaku proses pendidikan tinggi di suatu perguruan tinggi, baik yang memimpin maupun yang dipimpin, harus memiliki komitmen yang tinggi untuk senantiasa menjamin dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya. Tanpa komitmen ini di semua lini organisasi suatu perguruan tinggi, niscaya penjaminan mutu pendidikan tinggi di perguruan tinggi tersebut akan berjalan tersendat, bahkan mungkin tidak akan berhasil dijalankan. Terdapat aneka cara yang dapat dipilih untuk menggalang komitmen dari semua lini di suatu perguruan tinggi, tergantung dari ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan dari/di perguruan tinggi tersebut. Penyusunan mutu pembelajaran standart struktur dalam pendidikan sangat tergantung pada ukuran, struktur, sumber daya, visi dan misi, sejarah, dan kepemimpinan dari/di perguruan tinggi tersebut. Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa suatu perguruan tinggi dapat mengadakan unit penjaminan mutu di dalam struktur organisasinya yang dipimpin oleh seorang wakil Ketua, atau suatu unit yang independen terlepas dari struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang dosen. Standar proses dari cara penyusunan mutu pembelajaran antara lain melakukan untuk semua personil di perguruan tinggi harus membangun kesadaran, tanggung jawab, motivasi setiap personil untuk merealisasikannya, memiliki sistem, prosedur dan standar internal lebih sistematis, sehingga semua personil memiliki sasaran mutu dan tanggung jawab yang jelas, termasuk ukuran dan cara mengukur kinerjanya, Setiap langkah dalam proses, baik pendidikan maupun produksi manufaktur terekam/tercatat dalam dokumen yang rapi, perguruan tinggi memiliki sertifikasi standar mutu eksternal yang diakui internasional, misalnya sertifikat ISO, beban mengajar dosen yang ideal, sehingga staf pengajar mampu melaksanakan tri dharma perguruan tinggi dengan efektif. Dalam untuk melakukan cara standar proses untuk sistem penyusunan mutu maka disusun beberapa tahapan secara teknis anatara lain: 1. Memfasilitasi pembuatan SOP di lingkungan. 2. Membuat perangkat kerja yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan sistem mutu 3. Mensosialisasikan sistem mutu 4. Melaksanakan pelatihan sistem mutu 5. Melaksanakan sistem mutu 6. Memonitor dan mengevaluasi (meng-audit) pelaksanaan mutu Sistem penyususnan mutu, Ketua STIKes bertanggung jawab langsung terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi mutu akademik pendidikan. Dalam pelaksanaan harian, sistem penjaminan mutu diemban oleh pembantu Ketua I sebagai quality management representative (QMR). Bisa terlihat dari penyusunan mutu untuk standart proses yang sudah memiliki tahapan secara teknis untuk membuat mutu dari pembelajaran tersebut baik dalam segi pembelajaran pendidikan untuk meningkatkan nilai kualitas dari proses pembelajaran tersebut.