Anda di halaman 1dari 41

DISTRIBUSI

TUJUAN KHUSUS PERKULIAHAN


• Mhs mampu mengidentifikasi membandingkan Hirarki
dan Jenis Per-UU-an Distribusi obat – obat tradisional
– kosmetika- PKRT/Alkes
• Mhs mampu mengidentifikasi Per-UU-an dan perbedaan
ketentuan terkait distribusi antara obat – obat tradisional
– kosmetika- PKRT/ Alkes,
• Pengalaman Belajar Mahasiswa : Menyusun desripsi Per-
UU-an dan perbedaan ketentuan terkait distribusi antara
obat – obat tradisional – kosmetika- PKRT/Alkes
• Kriteria Penilaian : Penilaian dilakukan terhadap
kesanggupan, kemampuan menjelaskan distribusi antara
obat – obat tradisional – kosmetika- PKRT/Alkes
Hirarki dan Jenis Per-UU-an Pelaksanaan & Pengawasan
Distribusi Sediaan Farmasi & Alkes

UUD 1945

OOK UU 35,36/09, UU 8/’99


419/’49 36/’14

PP 51/’09 PP 72/98 PP lain

PER/SK
PER / SK MENKES
KaBPOM
Hirarki dan Jenis Per-UU-an Pelaksanaan & Pengawasan
Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi & Alkes

1. REG. DVG. 1. PP 32/96


2. O.O. K. 419/49
3. UU 8/’99
2. PP 72/’98
4. UU 32/’04-UU 8/’05 3. PP 38 / 2007
5. UU 35 /’09 4. PP 19 / 2005
6. UU 13/’03 5. PP 23/ 2004
7. UU 36/’09 6. PP 51/2009
8. UU 44/’09
9. UU 36/’14
7. PP 20/1962
10. DLL 8. DLL

1. PERMENKES/SK MENKES
2. PER/SK KA BPOM
3. EDARAN MENKES / BPOM
Ruang Lingkup Pengaturan
Pelaksanaan & Pengawasan
Produksi dan Distribusi
Sediaan Farmasi & Alkes
Ruang Lingkup Pengaturan Pelaksanaan & Pengawasan Produksi
dan Distribusi Sediaan Farmasi & Alkes

1. PERSYARATAN MUTU, KEAMANAN DAN KEMANFAATAN


2. PRODUKSI : IZIN (INDUSTRI, PRODUKSI), CARA PEMBUATAN)
3. PEREDARAN ( PENYALURAN & PENYERAHAN): IZIN EDAR:
REGISTRASI & NOTIFIKASI; IZIN SARANA; CARA PEREDARAN;
JAGA MUTU; DOKUMEN
4. PEMASUKAN DAN PENGELUARAN KE DALAM DAN DARI WILAYAH
INDONESIA
5. KEMASAN
6. PENANDAAN DAN IKLAN
7. PEMELIHARAAN MUTU
8. PENGUJIAN & PENARIKAN KEMBALI
9. PEMUSNAHAN
10. PEMBINAAN
11. PENGAWASAN
12. KETENTUAN PIDANA
PERATURAN PERUNDANGAN & KEBIJAKAN
KEFARMASIAN TERKAIT
INDUSTRI MANUFAKTUR DISTRIBUSI
OBAT OT KOSM ALKES PKRT

1. TAHAPAN PROSES PERIZINAN


IZIN EDAR DAN
PERSYARATAN TIAP TAHAP
2. TAHAPAN PROSES PERIZINAN
IZIN SARANA PRODUKSI DAN
IZIN PRODUKSI DAN
PERSYARATAN TIAP TAHAP
3. TAHAPAN PROSES PERIZINAN
IZIN SARANA DISTRIBUSI DAN
PERSYARATAN TIAP TAHAP
4. FUNGSI / KEGIATAN YANG ADA
DI INDUSTRI MANUFAKTUR
5. FUNGSI / KEGIATAN YANG ADA
DI DISTRIBUTOR
6. PENCATATAN & PELAPORAN
7. KEMUNGKINAN
PELANGGARAN & SANKSI
ASPEK IZIN EDAR
NO ASPEK OBAT OT KOSM ALKES PKRT
1 Tujuan
2 Definisi
3 Kategori / Jenis
4 Pengecualian Izin
5 Pelaku/ Pemohon
6 Syarat Pemohon
7 Pemberi Izin
8 Kriteria Produk
9 Persyaratan Registrasi
10 Mekanisme / Tahap
11 Dokumen yg diperlukan
12 Penilai
13 Pelaksanaan izin edar
14 Evaluasi kembali
15 Pembatalan izin edar
16 Pelanggaran yg mungkin
17 Sanksi yg akan diterima
PER UU & KEBIJAKAN KEFARMASIAN
DISTRIBUSI
VG ➢ SEDIAAN FARMASI & PEKERJAAN
• ORDONASI OBAT KEFARMASIAN
KERAS ➢ PERLINDUNGAN KONSUMEN
• UU 35, 36, 44 /’09 ➢ OTONOMI DAERAH
• UU 8/’99
➢ PSIKOTROPIKA & NARKOTIKA
• UU 32/’04-UU8/’05
➢ TENAGA KESEHATAN
• UU 5 & 22 /’97
• UU 36/’14 ➢ PENGAMANAN SEDIAAN
• PP 51/’09 FARMASI
• PP 32/96
• PP 72/’98 ➢ PRAKT. / PEK. KEFARMASIAN
• PP 25/’00 ➢ GDP
• PERMENKES
• SK KaBPOM
➢ PERIZINAN
PERATURAN PELAKSANAAN
Pengamanan Sediaan Farmasi , Pengadaan, Pembuatan dan
Distribusi TERKAIT OBAT (1)
1. PERPRES 54/’10 Jo 70/’12 : PENGADAAN SEKTOR
PEMERINTAH
2. PMK 1799/’10 Jo 16 /2013 : INDUSTRI FARMASI
3. PMK 1010/08 Jo 1120/2008: REGISTRASI OBAT
4. PMK : 1148/’11 Jo 34/’14, Jo 30/2017 : PEDAGANG
BESAR FARMASI
5. PMK 3/’15 : P4 NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA &
PREKURSOR
6. PKaBPOM 14 TAHUN 2017: PEDOMAN DIP
7. PKaBPOM 24 TAHUN 2017: TATALAKSANA
REGISTRASI OBAT
8. PKaBPOM 25/2017: SERTIFIKASI CDOB
9. PKaBPOM 29 & 30/2017: PEMASUKAN &
PENGAWASAN BAHAN OBAT Fauzi Kasim &MAKANAN
PERATURAN PELAKSANAAN
Pengamanan Sediaan Farmasi , Pengadaan, Pembuatan dan
Distribusi TERKAIT OBAT (1)
1. PERPRES 54/’10 Jo 70/’12 : PENGADAAN SEKTOR
PEMERINTAH
2. PMK 1799/’10 Jo 16 /2013 : INDUSTRI FARMASI
3. PMK 1010/08 Jo 1120/2008: REGISTRASI OBAT
4. PMK : 1148/’11 Jo 34/’14, Jo 30/2017 : PEDAGANG
BESAR FARMASI
5. PMK 3/’15 : P4 NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA &
PREKURSOR
6. PKaBPOM 14 TAHUN 2017: PEDOMAN DIP
7. PKaBPOM 24 TAHUN 2017: TATALAKSANA
REGISTRASI OBAT
8. PKaBPOM 25/2017: SERTIFIKASI CDOB
9. PKaBPOM 29 & 30/2017: PEMASUKAN &
PENGAWASAN BAHAN OBAT Fauzi Kasim &MAKANAN
Peran Apoteker di bidang kefarmasian
• bekerja di apotek,
• rumah sakit ataupun
• industri farmasi,
• menjadi penanggung jawab di distibusi Farmasi
atau Pedagang Besar Farmasi (PBF).
• PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk melaksanakan proses
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat
dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pentingnya Distribusi
• Sediaan farmasi merupakan salah satu bagian terpenting dalam
pelayanan kesehatan. Tidak sedikit biaya yang diperlukan guna
pembelanjaan sediaan farmasi.
• Distribusi menjadi aspek penting dalam menjamin kualitas sediaan.
• Untuk memastikan mutu sepanjang alur pendistribusian, maka
kualitas produk perlu dipantau mulai dari produk masuk gudang
hingga sampai di tangan konsumen. Sediaan farmasi sampai di
tangan pasien harus dalam keadaan aman, berkhasiat, bermutu,
dan terjangkau.
• Pengawasan obat secara komprehensif perlu dilakukan pada
jaringan distribusi obat demi terjaminnya mutu, khasiat, keamanan,
dan keabsahan obat.
• Penjaminan mutu dipantau seiring integritas rantai distribusi, mulai
dari kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran hingga jika
terjadi pengembalian. Pemantauan mutu mulai dari pembangunan
sistem mutu (Quality Management) hingga terjadi Recall dalam
proses distribusi diatur dalam Good Distribution Practice.
• Distributor farmasi adalah suatu perusahaan distribusi
produk -produk farmasi yang dipercayakan oleh beberapa
pabrik farmasi (principle) untuk mendistribusikan produk–
produknya di seluruh Indonesia. Pabrik farmasi
memproduksi obat–obatan seperi obat bebas, obat ethical
(resep) dan alat–alat kesehatan.
• Ketergantungan pihak konsumen kepada distributor farmasi
membuat pihak distributor mempunyai peranan yang
sangat besar dalam memperkenalkan dan memasarkan
produk-produk tersebut ke konsumen, dibandingkan oleh
pihak pabrik itu sendiri, sehingga pembentukan strategi
yang efektif menjadi tantangan tersendiri untuk melakukan
peran pemasaran oleh distributor farmasi yang di
percayakan oleh beberapa pabrik farmasi
• Terkait dengan tingginya peranan distributor
tersebut, maka sudah menjadi suatu
kewajiban bagi distributor farmasi untuk:
– mempersiapkan sumber daya manusia,
– sarana dan prasarana
– area coverage pendistribusian yang
dipercayakan oleh pihak pabrik
dapat dicapai dengan maksimal.
• Dalam mengawasi dan memantau kinerja
distributor farmasi biasanya pihak pabrik :
• menempatkan beberapa orang pegawainya
untuk berkantor di perusahaan distribusi
farmasi,
• sehingga dapat memonitor segala aktivitas
pelayanan ke outlet baik dari segi pengantaran
barang, area coverage dan begitu juga
percapaian penjualan sehingga pembebanan
target penjualan dapat dicapai
• Adanya distribusi Farmasi atau PBF ini merupakan salah
satu upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia karena dengan adanya PBF
kebutuhan sediaan farmasi dapat terpenuhi.
• Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai apoteker, telah
mengucapkan sumpah apoteker, dan memiliki
pengetahuan serta mengikuti pelatihan mengenai
pendistribusian obat.
• Selain itu, Apoteker penanggung jawab harus memiliki
izin sesuai ketentuan perundang-undangan dan tidak
boleh merangkap sebagai direksi/pengurus PBF pusat
atau PBF cabang.
Acuan Apoteker dalam melaksanakan tugasnya di
bidang distibusi Farmasi yaitu CDOB (Cara Distribusi
Obat yang Baik).
• CDOB adalah cara distribusi atau penyaluran obat
dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk
memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau
penyaluran sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaannya.
• Dalam CDOB ada beberapa hal yang harus diperhatikan
yaitu manajeman mutu, organisasi, manajeman dan
personalia, bangunan dan peralatan, operasional,
inspeksi diri, keluhan, obat dan/atau bahan obat
kembalian, diduga palsu dan penarikan kembali,
transportasi, fasilitas distribusi berdasar kontrak, dan
dokumentasi.
Beberapa peranan lainnya yang harus
dilaksanakan Apoteker penanggung jawab:
• Menyusun, memastikan dan mempertahankan penerapan sistem
manajemen mutu.
• Fokus pada pengelolaan kegiatan yang menjadi kewenangannya serta
menjaga akurasi dan mutu dokumentasi.
• Menyusun dan/atau menyetujui program pelatihan dasar dan
pelatihan lanjutan mengenai CDOB untuk semua personil yang
terkait dalam kegiatan distribusi.
• Mengkoordinasikan dan melakukan dengan segera setiap kegiatan
penarikan obat dan/atau bahan obat.
• Memastikan bahwa keluhan pelanggan ditangani dengan efektif.
• Melakukan kualifikasi dan persetujuan terhadap pemasok dan
pelanggan.
• Meluluskan obat dan/atau bahan obat kembalian untuk dikembalikan
ke dalam stok obat dan/atau bahan obat yang memenuhi syarat jual
Beberapa peranan lainnya yang harus dilaksanakan
Apoteker penanggung jawab:
• Turut serta dalam pembuatan perjanjian antara pemberi kontrak dan
penerima kontrak yang menjelaskan mengenai tanggung jawab
masing- masing pihak yang berkaitan dengan distribusi dan/atau
transportasi obat dan/atau bahan obat.
• Memastikan inspeksi diri dilakukan secara berkala sesuai program
dan tersedia tindakan perbaikan yang diperlukan.
• Mendelegasikan tugasnya kepada Apoteker/tenaga teknis
kefarmasian yang telah mendapatkan persetujuan dari instansi
berwenang ketika sedang tidak berada di tempat dalam jangka waktu
tertentu dan menyimpan dokumen yang terkait dengan setiap
pendelegasian yang dilakukan.
• Turut serta dalam setiap pengambilan keputusan untuk
mengkarantina atau memusnahkan obat dan/atau bahan obat
kembalian, rusak, hasil penarikan kembali atau diduga palsu.
• Memastikan pemenuhan persyaratan lain yang diwajibkan untuk
obat dan/atau bahan obat tertentu sesuai peraturan perundang-
undangan.
• Dengan kata lain Apoteker penanggung jawab
distribusi memiliki peranan yang sangat
penting dalam melaksanakan segala aspek
yang terdapat di CDOB.
• Karena pengawalan mutu di sepanjang rantai
distribusi harus memperhatikan CDOB agar
mutu obat dapat dipertanggung jawabkan
hingga ke tangan masyarakat dan dengan
menerapkan CDOB yang konsisten maka akan
terciptanya kepercayaan dari pemerintah,
pemasok, dan pelanggan terhadap PBF.
Tujuan CDOB (Cara Distribusi Obat yang Baik)

• adalah untuk menjamin dan memastikan


bahwa distribusi / penyaluran obat / bahan
sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaannya.
• Selain itu juga berupaya untuk mengantisipasi
pemalsuan obat dan / atau bahan obat serta
beredarnya obat palsu yang dapat merugikan
dan / atau bahkan berisiko timbulnya korban
jiwa
Prinsip Umum Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
1. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk
aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk
pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi.
2. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan
obat bertanggungjawab untuk memastikan mutu obat dan/atau
bahan obat dan mempertahankan integritas rantai distribusi selama
proses distribusi.
3. Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk obat donasi, baku
pembanding dan obat uji klinis.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus
menerapkan prinsip kehati-hatian (due diligence) dengan mematuhi
prinsip CDOB, misalnya dalam prosedur yang terkait dengan
kemampuan telusur dan identifikasi risiko.
5. Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah,
bea dan cukai, lembaga penegak hukum, pihak yang berwenang,
industri farmasi, fasilitas distribusi dan pihak yang bertanggung
jawab untuk penyediaan obat, memastikan mutu dan keamanan
obat serta mencegah paparan obat palsu terhadap pasien
Pihak yang terlibat
• Beberapa pihak utama yang terlibat dalam
CDOB adalah produsen obat,
– Pedagang Besar Farmasi (PBF),
– Instalasi Farmasi, Apotek,
– Rumah Sakit,
– Toko Obat, dll.
• Semua pihak diartikan tidak terbatas pada
institusi yang disebutkan; namun termasuk
juga pihak yang bekerja sama; misalnya :
transporter; dll.
DISTRIBUSI
PERATURAN KEPALA BADAN
PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25
TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA
SERTIFIKASI CARA DISTRIBUSI
OBAT YANG BAIK
Pengertian
➢ Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk memengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
➢ Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun
tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat
dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi
termasuk baku pembanding
➢ Cara Distribusi Obat yang Baik yang selanjutnya disingkat
CDOB adalah cara distribusi/penyaluran Obat dan/atau
Bahan Obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang
jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya.
Pengertian
➢ Pedagang Besar Farmasi yang selanjutnya disingkat
PBF adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran Obat dan/atau Bahan
Obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
➢ PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki
pengakuan untuk melakukan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran Obat dan/atau
Bahan Obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan.
➢ Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang
merupakan bukti bahwa PBF atau PBF Cabang
telah memenuhi persyaratan CDOB dalam
mendistribusikan Obat dan/atau Bahan Obat.
Pasal 4
➢ (1) Sertifikat CDOB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 diberikan untuk
kegiatan pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran:
▪ a. Obat; dan/atau
▪ b. Bahan Obat.
➢ (2) Obat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) termasuk produk rantai dingin
meliputi vaksin dan produk biologi
lainnya, narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi.
PERSYARATAN CDOB
Pasal 5
(1) Permohonan Sertifikat CDOB hanya dapat
diajukan oleh PBF atau PBF Cabang yang
memenuhi persyaratan: a. memiliki izin PBF
untuk PBF; atau b. memiliki pengakuan
sebagai PBF Cabang untuk PBF Cabang.
(2) Permohonan Sertifikat CDOB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lama
12 (dua belas) bulan terhitung sejak
diterbitkan izin PBF atau pengakuan sebagai
PBF Cabang.
Pendaftaran Pemohon
Pasal 6
Pemohon harus melakukan pendaftaran untuk mendapatkan
nama pengguna (username) dan kata sandi (password).
Pasal 7
(1) Pendaftaran Pemohon sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 dilakukan melalui website Badan Pengawas Obat
dan Makanan dengan alamat http://www.pom.go.id atau
melalui subsite http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
(2) Pemohon melakukan entry data secara daring (online)
dan mengunggah dokumen pendukung ke dalam subsite
http://www.sertifikasicdob.pom.go.id.
Penerbitan Sertifikat CDOB
Pasal 18
(1) Kepala Badan menerbitkan Sertifikat CDOB
dalam jangka waktu paling lama 14 (empat
belas) Hari terhitung sejak hasil Pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3)
huruf a atau hasil evaluasi CAPA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4) dinyatakan
memenuhi persyaratan CDOB.
(2) Kepala Badan mendelegasikan wewenang
penerbitan Sertifikat CDOB kepada Deputi.
(3) Sertifikat CDOB berlaku untuk 5 (lima) tahun.
PETUNJUK PELAKSANAAN CARA DISTRIBUSI OBAT
YANG BAIK BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015
• Yang dimaksud dengan semua pihak yang terlibat
dalam distribusi obatdan/atau bahan obat adalah
termasuk namun tidak terbatas pada pihak
produsen obat, personil di fasilitas distribusi
(termasuk pihak lain yang bekerja sama
berdasarkan kontrak dengan fasilitas distribusi,
misalnya transporter, pengendali hama, petugas
kebersihan, dan petugaskeamanan), pengemudi
kendaraan, pelanggan dari fasilitas
distribusi(misal :apotek, rumah sakit, toko obat)
dan pasien pengguna obatdan/atau bahan obat.
• Prinsip kehati-hatian dapat dilakukan dengan
melalui Uji Tuntas (duediligence), yaitu istilah
yang digunakan untuk penyelidikan guna
penilaian kinerja dari suatu kegiatan/personil/
organisasi guna memenuhi standar baku yang
ditetapkan. Dalam hal ini yang dimaksud
dengan standar baku adalah CDOB.
• Yang dimaksud dengan Kemampuan Telusur
adalah kemampuan untuk menelusur riwayat,
aplikasi atasi lokasi sesuatu yang sedang
dipertimbangkan.
Sistem Digitalisasi Distribusi Sediaan Farmasi

• Menurut Deegan (2002), digitalisasi


merupakan proses konversi dari segala
bentuk fisik atau analog kedalam bentuk
digital.
• Digitalisasi juga dapat didefinisikan
sebagai transkripsi data ke dalam bentuk
digital sehingga dapat diproses secara
langsung dengan menggunakan
komputer (Feather, 1996).
Apa itu Distribusi ?
• Distribusi sediaan farmasi yaitu proses menyalurkan
(distribusi) bisa obat maupun bahan obat dimana
tujuannya itu untuk memastikan sepanjang jalur
distribusi dilakukan sesuai dengan persyaratan dan
tujuan dari penggunaannya dengan memastikan mutu
dari obat atau bahan obat yang didistribusikan itu.
• Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 14 Ayat 1, “Setiap Fasilitas Distribusi atau
Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus
memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung
jawab”
Bagaimana Digitalisasi di Bidang Distribusi?
• Kemajuan teknologi merupakan hal yang tidak bisa
dihindari pada kehidupan sekarang. Setiap inovasi
diciptakan untuk memberi manfaat yang positif bagi
kehidupan manusia, dan memberikan banyak kemudahan.
Perkembangan teknologi telah merubah masyarakat dunia
lokal menjadi masyarakat dunia global. Masyarakat global
membuat komunikasi secara global yang membuat manusia
menghasilkan budaya bersama, menghasilkan produk
bersama, menciptakan pasar, distribusi informasi bersama.
• Digitalisasi mulai merambah ke seluruh sektor perdagangan
tak terkecuali pada proses distribusi. Pendistribusian
produk menjadi lebih mudah dan cepat, salah satunya
seperti pemesanan barang dari luar negri. Dampak
digitalisasi ini merubah dinamika distribusi yang merupakan
salah satu bagian dari rantai pasok. Digitalisasi dalam
proses distribusi juga dapat menghemat waktu dan biaya
untuk para pelaku usahanya maupun untuk konsumen.
Contoh Digitalisasi di Bidang Distribusi
• Beberapa perusahaan di dunia yang bergerak dibidang
software sudah dapat memberikan layanan terhadap
rantai pasok. Misalnya, SAP, JDA Software Group Inc,
dan lainnya. Pada perusahaan SAP memberikan sebuah
layanan yang bernama SAP Supply Chain Management
(SAP SCM) dimana menyediakan fungsi yang
memungkinkan jaringan pasokan yang responsif dan
diterapkan pada software SAP.
Bagaimana Jalur Distribusi Sediaan Farmasi ?
• Jalur distribusi obat diawali dari Industri Farmasi yang
kemudian disalurkan kepada Pedagang Besar Farmasi
(PBF) dan selanjutnya PBF akan menyalurkan atau
mendistribusikan obat tersebut kepada PBF cabang,
Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Balai
Pengobatan, dan Gudang Farmasi.
Apakah Jalur Distribusi Semua Sediaan Farmasi itu
Sama ?
• Khusus untuk sediaan farmasi berupa narkotika dan psikotropika
memiliki jalur distribusi khusus. Untuk Narkotika hanya bisa
disalurkan dari Industri Farmasi kepada Pedagang Besar Farmasi
tertentu, Apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
tertentu, dan Rumah Sakit. Kemudian dilanjutkan dari PBF
disalurkan kepada PBF tertentu lainnya, apotek, dan lembaga ilmu
pengetahuan. Pendistribusian ini sesuai pada Undang-Undang
Republik Indonesia No.35 tahun 2009 untuk Narkotika.
• Selanjutkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.5
Tahun 1997 tentang penyaluran psikotropika dimulai dari Industri
Farmasi dapat menyalurkan kepada PBF, Apotek, Sarana
Penyimbanan Sediaan Farmasi Pemerintah, Rumah Sakit, Lembaga
Penelitian atau Lembaga Pendidikan. Kemudian dari PBF dapat
disalurkan kepada PBF lain, Apotek, sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah, Rumah Sakit, dan lembaga pendidikan. Sarana
penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah dapat menyalurkannya
kepada puskesmas dan balai pengobatan
Rantai Pasok Farmasi yang saling terhubung
Alur Proses Rantai Pasok Digital

Anda mungkin juga menyukai