Absorpsi Obat ➢ Untuk memasuki aliran sistemik/pembuluh darah, obat harus dapat melintasi membran/barrier/sawar absorpsi yg merupakan faktor penghalang bagi obat untuk mencapai tempat aksinya ( misal: otak, jantung, anggota badan lain)
➢ Untuk itu, obat harus dapat melewati berbagai
membran sel (misalnya sel usus halus, pembuluh darah, sel ganglia di otak, sel saraf) Sawar absorpsi
Yaitu; batas pemisah antara lingkungan dalam dan
lingkungan luar; membran permukaan sel.
Absorpsi, distribusi maupun ekskresi tidak mgkn
terjadi tanpa melalui suatu transpor membran. Difusi pasif: Tergantung pada: • ukuran dan bentuk molekul obat • kelarutan obat dalam lemak • derajat ionisasi obat Derajat ionisasi
➢ Adalah banyaknya obat yang terionkan (menjadi
bermuatan) ketika dilarutkan dalam air
➢ Faktor penentu utama ionisasi:
- Sifat asam-basa obat : asam lemah atau basa lemah (sebagian besar obat adalah asam lemah atau basa lemah) - Sifat asam-basa cairan solven (pelarut)-nya : asam atau basa (obat yang bersifat asam lemah akan lebih terionisasi pada suasana basa, sedangkan obat yang bersifat basa lemah akan terionisasi pada suasana asam) Contoh obat dan sifat keasamannya Prinsip: ❖ Molekul akan menjadi kurang bermuatan (tidak terionisasi ) jika berada pada suasana pH yang sama, dan akan lebih bermuatan jika berada di pH yang berbeda
❖ Semakin bermuatan, suatu molekul akan semakin sulit
menembus membrane
❖ Semakin kurang bermuatan, suatu molekul akan lebih
mudah menembus membran ❖ Dapat menjadi prediktor terhadap sifat absorpsi obat ❖ Contoh: Aspirin (bersifat asam lemah) akan lebih mudah terabsorpsi di lambung atau usus ? Mengapa ? Karena obat baru dapat berkhasiat apabila berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai pada tempat kerjanya, maka suatu absorpsi yang cukup merupakan syarat untuk suatu efek terapeutik. Dalam proses absorpsi obat, tidaklah mudah, hal ini dikarenakan obat harus melewati sawar absorpsi. Barier absorpsi dapat merupakan epitelium di membran sel, dll. Sistem transport obat
Molekul zat kimia dapat melintasi membran semi
permiabel berdasarkan adanya perbedaan konsentrasi, a.l.melintasi dinding pembuluh ke ruang antar jaringan. Pada proses ini beberapa mekanisme transpor memegang peranan penting, yaitu secara pasif atau aktif. a. Transport pasif:
tidak menggunakan energi
ex. Perjalanan suatu molekul obat melintasi
dinding pembuluh ke ruang antar jaringan yg dapat terjadi menurut 2 cara:
- filtrasi: melalui pori-pori kecil kecil dari membran,
ex. Dinding kapiler. Yg difiltrasi adalah air,zat aktif hidrofil yg molekulnya lebih kecil dari pori spt alkohol dan urea (BM<200) - Difusi pasif: Difusi pasif adalah pergerakkan obat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Bersifat spontan, non selektif, bergantung pada konsentarasi, proses ini akan berhenti pada saat konsentrasi yang dicapai telah sama. b. Transport aktif
➢ Perpindahan obat/senyawa dari kompartemen
yang berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi : membutuhkan energi dan protein pembawa/carrier : pergerakkan zat yang melawan gradien konsentrasi sehingga perlu energi. ➢ Pergerakkan ini akan berhenti jika energi telah habis. Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion) pd suatu protein pengangkut spesifik yg umumnya berada di membran sel (carrier). Setelah membran dilintasi, obat dilepaskan kembali. Kebanyakn zat alamiah diabsorpsi melalui proses aktif ini seperti; glukosa, asam amino, asam lemak dan zat gizi lainnya. Berbeda dgn difusi, cepatnya penerusan pd transpor aktif tidak bergantung pd konsentrasi obat. Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat
a. Kelarutan
Untuk dpt diabsorpsi, obat harus dpt melarut atau
dalam bentuk yg sudah terlarut.
Sehingga, melarut dr suatu obat akan sangat
menentukan kecepatan absorpsi. Untuk itu, sediaan padat sebaiknya diminum dgn cairan yg cukup u membantu mempercepat kelarutan obat. b. pH
pH adalah derajat keasaman atau kebasaan jika
zat berada dalam bentuk larutan. Obat yg terlarut, dapat berupa ion atau non ion. Bentuk non ion, relatif lebih mudah larut dalam lemak, shg lebih mudah menembus membran karena sebagian besar membran sel tersusun dr lemak. ▪ Kecepatan obat menembus membran dipengaruhi oleh pH obat dalam larutan dan pH dr lingkungan obat berada.
▪ Obat yg bersifat asam lemah akan mudah
menembus membran sel pada suasana asam. Karena, dalam suasana asam, obat relatif tdk terionisasasi atau bentuk ionnnya sedikit, sehingga lebih mudah menembus membran sel. Contoh:
Aspirin (suatu obat yg bersifat asam) akan lebih mudah menembus
membran lambung yang relatif asam jika dibandingkan dgn pH usus halus. Jika pH obat berubah (penambahan buffer) atau pH lambung berubah karena pemberian antasid (basa), maka absorpsi aspirin akan diperlambat. Sebaliknya, obat-obat yg bersifat basa lemah, akan mudah diabsorpsi di usus halus, karena juga relatif tidak terionisasi. c. Tempat absorpsi
Obat dpt di absorpsi dr berbagai tempat:
misal; kulit, membran mukosa, lambung dan usus halus.
Namun demikian, untuk obat oral, absorpsi
banyak terjadi di usus halus, krn paling luas permukaannya. Begitu pula obat yg diberikan melalui inhalasi, diabsorpsi sgt cepat karena epithelium paru-paru juga sangat luas Absorpsi obat yg menembus lapisan sel tunggal (tipis), spt pada epithelium intestinal, akan lbh cepat jika dibandingkan kalau menembus membran kulit yg berlapis2x.
Karena kecepatan absorpsi berbanding lurus dgn luas
membran, dan berbanding terbalik dgn tebal membran d. Sirkulasi darah Obat umumnya diberikan pd daerah, yg kaya akan sirkulasi darah (vaskularisasi), mis: pemberian melalui sublingual akan lebih cepat diabsorpsi jika dibandingkan dgn kalau melalui sub kutan, krn sirkulasi darah di sub kutan lbh sedikit dibandingkan di sublingual. Secara keseluruhan, aliran darah berpengaruh pd absorpsi obat, cont: obat yg diberikan pd pasien yg syok, absorpsinya akan melambat atau tdk konstan, shg pemberian melalui IV lebih dipilih. Absorpsi melalui sublingual
mukosa yang tervaskularisasi, baik rongga mulut maupun
rongga tenggorokan, memiliki sifat absorpsi yang baik untuk senyawa yang terionisasi dan lipofil.
Keuntungannya; kerja cepat, tdk ada kerja cairan cerna, bhn
obat tidak harus melalui hati. Karena permukaan absorpsi yg relatif kecil, rute bukal atau sublingual hanya mungkin untuk senyawa yang dapat diabsorpsi dg mudah, selain itu rasa hrs enak.
Indikasi penting yaitu pengobatan serang angina
pektoris dg nitrogliserol dalam kapsul kunyah atau aerosol. Absorpsi melalui rute oral
Membran bersifat non polar, maka:
Jika obat bersifat asam lemah, maka absorpsi baik di lambung (pH asam). Jika obat bersifat basa lemah, maka absorpsi baik di usus (pH basa).
Absorpsi minyak dan lemak, lebih baik diemulsikan
terlebih dahulu, dipecah dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Jika masih dalam keadaan lemak (lipofil) susah dicerna oleh enzim. a. Absorpsi di lambung Karena harga pH sangat asam, dalam lambung diabsorpsi terutama asam lemah dan zat netral yg lipofil, contoh asetosal dan barbital
Obat yang bersifat asam lemah, hanya sedikt sekali
teruarai menjadi ion dalam lingkungan asam kuat di lambung, sehingga absorpsinya baik sekali di dalam organ ini.
Sebaliknya, basa lemah terionisasi baik pada pH
lambung dan hanya sedikit diabsorpsi, seperti; alkaloida dan amfetamin. Lama perlewatan dalam lambung, tergatung pd kondisi pengisian dan bhn kandungan lain yg tdp dalam lambung, pengosongan yang cepat pd pemberian obat pd saat lambung kosong.
Bahan yang peka terhadap asam, hrs dilindungi dr asam
lambung dg zat penyalut yang tahan terhadap asam. 2. Absorpsi di usus halus
Usus halus merupakan organ absorpsi terpenting, baik untuk
makanan maupun untuk obat. Peningkatan luas permukaan diperlukan untuk absorpsi yg cepat, dpt dicapat melalui lipatan mukosa, jonjot mukosa dan mikrovili. Harga pH dr asam lemah dalam duodenum sampai basa lemah dalam bgn usus halus bgn dalam. Dalam usus halus berlaku kebalikannya, yaitu basa lemah yang diserap paling mudah, misalnya alkaloida.
Beberapa obat yang bersifat asam atau basa kuat dgn
derajat ionisasi tinggi dgn sendirinya diabsorpsi dgn sangat lambat. Zat lipofil yang mudah larut dalam cairan usus lebih cepat diabsorpsi Absorpsi dari usus ke dalam sirkulasi berlangsung cepat bila obat diberikan dalam bentuk terlarut (obat cairan, sirup atau obat tetes).
Obat padat (tablet, kapsul atau serbuk), lebih lambat karena
harus dipecah dulu dan zat aktifnya perlu dilarutkan dalam cairan lambung-usus.
Disini, kecepatan larut partikel (dissolution rate) berperan
penting. Semakin kecil, makin cpt larut dan makin cpt diabsorpsi. Sehingga, senyawa yang bersifat basa lemah, sangat baik diabsorpsi di usus halus, karena hanya sedikit yang terionisasi.
Karena usus halus panjang, maka waktu pelewatan
untuk pengambilan bahan2x yg mampu berpenetrasi, umumnya cukup
Walaupun demikian, pemendekan waktu pelewatan bisa
terjadi pada saat diare Absorpsi pemakaian melalui rektum
Kecepatan absorpsi lebih rendah dibanding pemakaian
oral Alur melalui hati memang dihindari, karena bagian yang diabsorpsi yaitu 2/3 bgn bawah rektum langsung mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena porta sehingga langsung dibawa ke jantung dan menghasilkan kerja yang lebih cepat. Tidak melewati hati sehingga lebih cepat. Obat yang digunakan: pencahar, antiemeti untuk anak, obat panas untuk bayi, antipiretik, dan analgetik. Absorpsi pemakaian melaui hidung
Mukosa hidung memiliki sifat absorpsi yang baik spt mukosa
mulut, cocok untuk pemakain obat untuk menurunkan pembengkakan mukosa pd rinitis Hati-hati mengiritasi Mukosa hidung baik untuk absorpsi karena kerjanya cepat Lokal/sistemik Absorpsi pemakaian pada mata
Dapat digunakan untuk pengobatan lokal/sistemik
Hati-hati mengiritasi Perhatikan pH sediaan, tonisitas, dan sterilitas Obat yang digunakan: antiseptik mata dan antibiotik. Absorpsi melalui paru-paru
Terutama untuk zat yang bersifat gas (aerosol)
Di absorpsi melalui alveoli Untuk kerja cepat Diperlukan suatu alat khusus untuk pemberiannya Contoh: obat asma. Absorpsi obat melalui kulit
Kulit scr fisiologis tidak memiliki fungsi absorpsi, tjd terutama
transepidermal. Stratum korneum yg tdk mengandung kapiler dgn kandungan air yg sedikit mrp sawar absorpsinya Nisbah absorpsi tertinggi pd pemakaian pd kulit dimiliki oleh zat yg larut dalm lemak, yang masih menunjukkan sedikit larut dalam air. Zat hidrofil sedikit diabsorpsi oleh kulit. Sejumlah faktor dpt mempengaruhi absorpsi kulit;
Kenaikan suhu kulit dpt menambah kemampuan penetrasi zat
yg dipakai mll kerja panas dr luar. Pada daerah kulit yang meradang, jumlah absorpsi dipertinggi. Pada bayi, stratum corneum msh sangat sedikit, krn itu nisbah absorpsi meningkat. Pada orang tua, ketebalan stratum corneum juga rendah (kulit kertas), krn itu berlaku aturan yg sama. Absorpsi pd pemakaian parenteral
Dapat mempercepat kerja obat:
menurunkan barier absorpsi. Sangat tergantung dari pasokan darah. Digunakan untuk obat kerja cepat yang tidak dapat diberikan secara oral. Perlu penanganan khus dari dokter atau perawat.
Beberapa contoh rute parenteral: intravena (langsung ke