Anda di halaman 1dari 43

Absorpsi Obat

APT. DIAN AYU JUWITA, M. FARM


Absorpsi Obat
➢ Untuk memasuki aliran sistemik/pembuluh darah,
obat harus dapat melintasi
membran/barrier/sawar absorpsi yg merupakan
faktor penghalang bagi obat untuk mencapai
tempat aksinya ( misal: otak, jantung,
anggota badan lain)

➢ Untuk itu, obat harus dapat melewati berbagai


membran sel (misalnya sel usus halus, pembuluh
darah, sel ganglia di otak, sel saraf)
Sawar absorpsi

Yaitu; batas pemisah antara lingkungan dalam dan


lingkungan luar; membran permukaan sel.

Absorpsi, distribusi maupun ekskresi tidak mgkn


terjadi tanpa melalui suatu transpor membran.
Difusi pasif:
Tergantung pada:
• ukuran dan bentuk molekul obat
• kelarutan obat dalam lemak
• derajat ionisasi obat
Derajat ionisasi

➢ Adalah banyaknya obat yang terionkan (menjadi


bermuatan) ketika dilarutkan dalam air

➢ Faktor penentu utama ionisasi:


- Sifat asam-basa obat : asam lemah atau basa lemah
(sebagian besar obat adalah asam lemah atau basa lemah)
- Sifat asam-basa cairan solven (pelarut)-nya : asam atau
basa (obat yang bersifat asam lemah akan lebih terionisasi
pada suasana basa, sedangkan obat yang bersifat basa
lemah akan terionisasi pada suasana asam)
Contoh obat dan sifat keasamannya
Prinsip:
❖ Molekul akan menjadi kurang bermuatan (tidak terionisasi )
jika berada pada suasana pH yang sama, dan akan lebih
bermuatan jika berada di pH yang berbeda

❖ Semakin bermuatan, suatu molekul akan semakin sulit


menembus membrane

❖ Semakin kurang bermuatan, suatu molekul akan lebih


mudah menembus membran
❖ Dapat menjadi prediktor terhadap sifat absorpsi obat
❖ Contoh: Aspirin (bersifat asam lemah) akan lebih mudah
terabsorpsi di lambung atau usus ? Mengapa ?
Karena obat baru dapat berkhasiat apabila
berhasil mencapai konsentrasi yang sesuai
pada tempat kerjanya, maka suatu absorpsi
yang cukup merupakan syarat untuk suatu
efek terapeutik.
Dalam proses absorpsi obat, tidaklah mudah,
hal ini dikarenakan obat harus melewati sawar
absorpsi. Barier absorpsi dapat merupakan
epitelium di membran sel, dll.
Sistem transport obat

Molekul zat kimia dapat melintasi membran semi


permiabel berdasarkan adanya perbedaan
konsentrasi, a.l.melintasi dinding pembuluh ke
ruang antar jaringan. Pada proses ini beberapa
mekanisme transpor memegang peranan penting,
yaitu secara pasif atau aktif.
a. Transport pasif:

tidak menggunakan energi

ex. Perjalanan suatu molekul obat melintasi


dinding pembuluh ke ruang antar jaringan yg dapat
terjadi menurut 2 cara:

- filtrasi: melalui pori-pori kecil kecil dari membran,


ex. Dinding kapiler. Yg difiltrasi adalah air,zat aktif
hidrofil yg molekulnya lebih kecil dari pori spt
alkohol dan urea (BM<200)
- Difusi pasif:
Difusi pasif adalah pergerakkan obat
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Bersifat spontan, non selektif,
bergantung pada konsentarasi, proses
ini akan berhenti pada saat konsentrasi
yang dicapai telah sama.
b. Transport aktif

➢ Perpindahan obat/senyawa dari kompartemen


yang berkonsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi : membutuhkan energi dan protein
pembawa/carrier : pergerakkan zat yang
melawan gradien konsentrasi sehingga perlu
energi.
➢ Pergerakkan ini akan berhenti jika energi telah
habis.
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat
hidrofil (makromolekul atau ion) pd suatu protein
pengangkut spesifik yg umumnya berada di
membran sel (carrier). Setelah membran dilintasi,
obat dilepaskan kembali. Kebanyakn zat alamiah
diabsorpsi melalui proses aktif ini seperti; glukosa,
asam amino, asam lemak dan zat gizi lainnya.
Berbeda dgn difusi, cepatnya penerusan pd
transpor aktif tidak bergantung pd konsentrasi obat.
Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat

a. Kelarutan

Untuk dpt diabsorpsi, obat harus dpt melarut atau


dalam bentuk yg sudah terlarut.

Sehingga, melarut dr suatu obat akan sangat


menentukan kecepatan absorpsi. Untuk itu,
sediaan padat sebaiknya diminum dgn cairan yg
cukup u membantu mempercepat kelarutan obat.
b. pH

pH adalah derajat keasaman atau kebasaan jika


zat berada dalam bentuk larutan. Obat yg
terlarut, dapat berupa ion atau non ion. Bentuk
non ion, relatif lebih mudah larut dalam lemak,
shg lebih mudah menembus membran karena
sebagian besar membran sel tersusun dr lemak.
▪ Kecepatan obat menembus membran dipengaruhi
oleh pH obat dalam larutan dan pH dr lingkungan
obat berada.

▪ Obat yg bersifat asam lemah akan mudah


menembus membran sel pada suasana asam.
Karena, dalam suasana asam, obat relatif tdk
terionisasasi atau bentuk ionnnya sedikit, sehingga
lebih mudah menembus membran sel.
Contoh:

Aspirin (suatu obat yg bersifat asam) akan lebih mudah menembus


membran lambung yang relatif asam jika dibandingkan dgn pH usus
halus. Jika pH obat berubah (penambahan buffer) atau pH lambung
berubah karena pemberian antasid (basa), maka absorpsi aspirin akan
diperlambat.
Sebaliknya, obat-obat yg bersifat basa lemah,
akan mudah diabsorpsi di usus halus, karena
juga relatif tidak terionisasi.
c. Tempat absorpsi

Obat dpt di absorpsi dr berbagai tempat:


misal; kulit, membran mukosa, lambung dan
usus halus.

Namun demikian, untuk obat oral, absorpsi


banyak terjadi di usus halus, krn paling luas
permukaannya. Begitu pula obat yg
diberikan melalui inhalasi, diabsorpsi sgt
cepat karena epithelium paru-paru juga
sangat luas
Absorpsi obat yg menembus lapisan sel tunggal (tipis), spt
pada epithelium intestinal, akan lbh cepat jika
dibandingkan kalau menembus membran kulit yg
berlapis2x.

Karena kecepatan absorpsi berbanding lurus dgn luas


membran, dan berbanding terbalik dgn tebal membran
d. Sirkulasi darah
Obat umumnya diberikan pd daerah, yg kaya akan sirkulasi darah
(vaskularisasi), mis: pemberian melalui sublingual akan lebih cepat
diabsorpsi jika dibandingkan dgn kalau melalui sub kutan, krn
sirkulasi darah di sub kutan lbh sedikit dibandingkan di sublingual.
Secara keseluruhan, aliran darah berpengaruh pd absorpsi
obat, cont: obat yg diberikan pd pasien yg syok,
absorpsinya akan melambat atau tdk konstan, shg
pemberian melalui IV lebih dipilih.
Absorpsi melalui sublingual

mukosa yang tervaskularisasi, baik rongga mulut maupun


rongga tenggorokan, memiliki sifat absorpsi yang baik untuk
senyawa yang terionisasi dan lipofil.

Keuntungannya; kerja cepat, tdk ada kerja cairan cerna, bhn


obat tidak harus melalui hati.
 Karena permukaan absorpsi yg relatif kecil, rute bukal
atau sublingual hanya mungkin untuk senyawa yang
dapat diabsorpsi dg mudah, selain itu rasa hrs enak.

 Indikasi penting yaitu pengobatan serang angina


pektoris dg nitrogliserol dalam kapsul kunyah atau
aerosol.
Absorpsi melalui rute oral

 Membran bersifat non polar, maka:


 Jika obat bersifat asam lemah, maka absorpsi baik di
lambung (pH asam). Jika obat bersifat basa lemah,
maka absorpsi baik di usus (pH basa).

 Absorpsi minyak dan lemak, lebih baik diemulsikan


terlebih dahulu, dipecah dalam bentuk asam lemak dan
gliserol. Jika masih dalam keadaan lemak (lipofil) susah
dicerna oleh enzim.
a. Absorpsi di lambung
 Karena harga pH sangat asam, dalam lambung
diabsorpsi terutama asam lemah dan zat netral yg lipofil,
contoh asetosal dan barbital

 Obat yang bersifat asam lemah, hanya sedikt sekali


teruarai menjadi ion dalam lingkungan asam kuat di
lambung, sehingga absorpsinya baik sekali di dalam
organ ini.

 Sebaliknya, basa lemah terionisasi baik pada pH


lambung dan hanya sedikit diabsorpsi, seperti; alkaloida
dan amfetamin.
 Lama perlewatan dalam lambung, tergatung pd kondisi
pengisian dan bhn kandungan lain yg tdp dalam
lambung, pengosongan yang cepat pd pemberian obat
pd saat lambung kosong.

 Bahan yang peka terhadap asam, hrs dilindungi dr asam


lambung dg zat penyalut yang tahan terhadap asam.
2. Absorpsi di usus halus

 Usus halus merupakan organ absorpsi terpenting, baik untuk


makanan maupun untuk obat.
 Peningkatan luas permukaan diperlukan untuk absorpsi yg
cepat, dpt dicapat melalui lipatan mukosa, jonjot mukosa dan
mikrovili.
 Harga pH dr asam lemah dalam duodenum sampai basa
lemah dalam bgn usus halus bgn dalam.
 Dalam usus halus berlaku kebalikannya, yaitu basa
lemah yang diserap paling mudah, misalnya alkaloida.

 Beberapa obat yang bersifat asam atau basa kuat dgn


derajat ionisasi tinggi dgn sendirinya diabsorpsi dgn
sangat lambat. Zat lipofil yang mudah larut dalam cairan
usus lebih cepat diabsorpsi
 Absorpsi dari usus ke dalam sirkulasi berlangsung cepat bila
obat diberikan dalam bentuk terlarut (obat cairan, sirup atau
obat tetes).

 Obat padat (tablet, kapsul atau serbuk), lebih lambat karena


harus dipecah dulu dan zat aktifnya perlu dilarutkan dalam
cairan lambung-usus.

 Disini, kecepatan larut partikel (dissolution rate) berperan


penting. Semakin kecil, makin cpt larut dan makin cpt
diabsorpsi.
 Sehingga, senyawa yang bersifat basa lemah, sangat
baik diabsorpsi di usus halus, karena hanya sedikit yang
terionisasi.

 Karena usus halus panjang, maka waktu pelewatan


untuk pengambilan bahan2x yg mampu berpenetrasi,
umumnya cukup

 Walaupun demikian, pemendekan waktu pelewatan bisa


terjadi pada saat diare
Absorpsi pemakaian melalui rektum

 Kecepatan absorpsi lebih rendah dibanding pemakaian


oral
 Alur melalui hati memang dihindari, karena bagian yang
diabsorpsi yaitu 2/3 bgn bawah rektum langsung
mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena
porta sehingga langsung dibawa ke jantung dan
menghasilkan kerja yang lebih cepat.
 Tidak melewati hati sehingga lebih cepat.
 Obat yang digunakan: pencahar, antiemeti untuk
anak, obat panas untuk bayi, antipiretik, dan
analgetik.
Absorpsi pemakaian melaui hidung

 Mukosa hidung memiliki sifat absorpsi yang baik spt mukosa


mulut, cocok untuk pemakain obat untuk menurunkan
pembengkakan mukosa pd rinitis
 Hati-hati mengiritasi
 Mukosa hidung baik untuk absorpsi karena kerjanya
cepat
 Lokal/sistemik
Absorpsi pemakaian pada mata

 Dapat digunakan untuk pengobatan lokal/sistemik


 Hati-hati mengiritasi
 Perhatikan pH sediaan, tonisitas, dan sterilitas
 Obat yang digunakan: antiseptik mata dan antibiotik.
Absorpsi melalui paru-paru

 Terutama untuk zat yang bersifat gas (aerosol)


 Di absorpsi melalui alveoli
 Untuk kerja cepat
 Diperlukan suatu alat khusus untuk pemberiannya
 Contoh: obat asma.
Absorpsi obat melalui kulit

 Kulit scr fisiologis tidak memiliki fungsi absorpsi, tjd terutama


transepidermal.
 Stratum korneum yg tdk mengandung kapiler dgn kandungan
air yg sedikit mrp sawar absorpsinya
 Nisbah absorpsi tertinggi pd pemakaian pd kulit dimiliki oleh
zat yg larut dalm lemak, yang masih menunjukkan sedikit
larut dalam air.
 Zat hidrofil sedikit diabsorpsi oleh kulit.
Sejumlah faktor dpt mempengaruhi absorpsi kulit;

 Kenaikan suhu kulit dpt menambah kemampuan penetrasi zat


yg dipakai mll kerja panas dr luar. Pada daerah kulit yang
meradang, jumlah absorpsi dipertinggi.
 Pada bayi, stratum corneum msh sangat sedikit, krn itu
nisbah absorpsi meningkat.
 Pada orang tua, ketebalan stratum corneum juga rendah (kulit
kertas), krn itu berlaku aturan yg sama.
Absorpsi pd pemakaian parenteral

Dapat mempercepat kerja obat:


menurunkan barier absorpsi.
Sangat tergantung dari pasokan darah.
Digunakan untuk obat kerja cepat yang tidak
dapat diberikan secara oral.
 Perlu penanganan khus dari dokter atau perawat.

 Beberapa contoh rute parenteral: intravena (langsung ke


pembuluh darah), intamuskular (ke otot), intradermal (ke
kulit), subkutan (di bawah kulit), dll.

Anda mungkin juga menyukai