Oleh :
Preseptor :
dr. Lydia Aswati, Sp.A, M.Biomed
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini dengan judul“Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR)” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik dari
Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepadadr. Lydia
Aswati,Sp.A, M.Biomed selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan kasus ini tepat waktu demi memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna,
karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan
laporan kasus ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... I
DAFTAR ISI........................................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................... 1
1.3 Manfaat................................................................................................. 2
BAB I
3
PENDAHULUAN
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
memerlukan perhatian. WHO (World HealthOrganization) mendefinisikan BBLR sebagai
bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam,
yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLSR (1000- 1499 gram), BBLER (< 1000 gram). WHO
juga mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi,
disebabkan karena BBLR. Masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu dapat menyebabkan
terjadinya komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ-organ yang berada dalam
tubuhnya kurang sempurna.1
BBLR tidak hanya mencerminkan situasi kesehatan dan gizi, namun juga menunjukkan
tingkat kelangsungan hidup, dan perkembangan psikososialnya. Bayi dengan BBLR memiliki
risiko lebih tinggi mengalami kematian, keterlambatan petumbuhan dan perkembangan
selama masa kanak-kanak dibandingkan dengan bayi yang tidak BBLR. BBLR cenderung
mengalami gangguan perkembangan kognitif, retardasi mental serta lebih mudah mengalami
infeksi yang dapat mengakibatkan kesakitan atau bahkan kematian.1
Berdasarkan data dari World Health Rangkings tahun 2014 dari 172 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke 70 yang memiliki presentase kematian akibat BBLR tertinggi
yaitu sebesar 10,69%. Tingkat kelahiran di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 4.371.800
dengan kejadian BBLR sebesar 15,5 per 100 kelahiran hidup atau 675.700 kasus prematur
dalam 1 tahun (WHO, 2013). Pada tahun 2010, kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1%
sedangkan Provinsi Sumatera Barat berkisar 7%. Kota Padang tercatat angka kematian bayi
pada tahun 2009 tercatat 107 kasus dari 16.449 kelahiran hidup dan BBLR menjadi penyebab
nomor satu dari kematian bayi dengan jumlah 28 kasus (26,2%). Pada tahun 2011, dari
16.584 kelahiranhidup, tercatat 142 bayilahirdengan BBLR.1
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan case report session ini adalah untuk mengembangkan wawasan dan
pemahaman mengenai BBLR.
1.3 Manfaat
4
1. Sebagai informasi untuk ilmu pengetahuan dan tenaga kesehatan mengenai Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).
2. Sebagai sarana untuk belajar bagi mahasiswa.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir
dengan berat ≤2500 gram. BBLR diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi,
terutama dalam satu bulan pertama kehidupan, WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3
macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLSR (1000- 1499 gram), BBLER (< 1000
gram).BBLR memiliki risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas
daripada bayi lahir yang memiliki berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang dari
37 minggu dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena pertumbuhan
organ-organ yang berada dalam tubuhnya kurang sempurna. Kemungkinan yang terjadi
akan lebih buruk bila berat bayi semakin rendah. Semakin rendah berat badan bayi, maka
semakin penting untuk memantau perkembangannya di minggu-minggu setelah
kelahiran.1,2
2.2. Epidemiologi
WHO melaporkan, bayi dengan berat lahir rendah berkonstribusi sebanyak 60 hingga
80% dari seluruh kematian dan memiliki risiko kematian 20 kali lebih besar dari bayi
dengan berat normal. Berdasarkan data WHO dan UNICEF, pada tahun 2013 sekitar 22
juta bayi dilahirkan di dunia, dimana 16% diantaranya 2 lahir dengan Bayi Berat Lahir
Rendah. Adapun persentase BBLR di negara berkembang adalah 16,5 % dua kali lebih
besar dari pada negara maju (7%).1,3
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang menempati urutan ketiga
sebagai negara dengan prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%) dan
Afrika Selatan (13,2%). Selain itu, Indonesia turut menjadi negara kedua dengan
prevalensi BBLR tertinggi diantara negara ASEAN lainnya, setelah Filipina (21,2%). .
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sebesar
10,2 %, walaupun lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 11.1% namun
penurunan tidak begitu signifikan. Presentase BBLR tertinggi terdapat di Provinsi
Sulawesi Tengah (16,8%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%). Pada tahun 2010,
kejadian BBLR di Indonesia sebesar 11,1% sedangkan Provinsi Sumatera Barat berkisar7
6
%. Kota padang tercatat angka kematian bayi pada tahun 2009 tercatat 107 kasus dari
16.449 kelahiran hidup dan BBLR menjadi penyebab nomor satu dari kematian bayi
dengan jumlah 28 kasus (26,2%). Pada tahun 2011, dari 16.584 kelahiran hidup, tercatat
142 bayi lahir dengan BBLR.1,3
2.3 Patofisiologi
Dari berbagai etiologi di atas, secara garis besar terjadinya BBLR adalah sebagai
berikut:4
a. Plasenta
Berat lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan luas
permukaan villus plasenta. Aliran darah uterus, juga transfer oksigan juga transfer oksifen
dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vaskular yang diderita ibu.
Disfungsi plasenta yang terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Dua puluh
lima sampai tiga puluh persen kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil
penurunan aliran darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit
vaskular ibu. Keadaan klinis yang meliputi aliran darah plasenta yang buruk meliputi
kehamilan ganda, penyalahgunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan
atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta umbilikus yang
abnormal, dan tumor vaskular.4
b. Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu
berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat ibu selama hamil. Ibu dengan berat badan
kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan ibu
dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki
efek kecil terhadap pertumbuhan janin. Hal ini karena kebanyakan wanita memiliki cukup
simpanan nutrisi untuk embrio yang tumbuh lambat. Meskipun demikian, pada fase
pertunbuhan trimester ketiga saat hipertrofi seluler janin dimulai, kebutuhan nutrisi janin
dapat melebihi persediaan ibu jika masukan nutrisi ibu rendah. Data upaya menekan
kelahiran BBLR dengan pemberian tambahan makanan kepada populasi berisiko tinggi
(riwayat nutrisi buruk) menunjukkan bahwa kalori tambahan lebih berpengaruh terhadap
peningkatan berat janin dibanding pertambahan protein.4
c. Infeksi
7
Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Wanita-
wanita dengan status sosioekonomi rendah diketahui melahirkan bayi dengan gangguan
pertumbuhan maupun bayi kecil di samping memiliki insidensi infeksi perinatal yang lebih
tinggi. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella kongenital dan sitomegalovirus (CMV)
umumnya terjadi gangguan pertumbuhan janin, tidak tergantung pada umur kehamilan
saat mereka dilahirkan.4
d. Faktor genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi
genetik ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecendrungan untuk berulang kali
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah atau keil untuk masa kahamilan (tingkat
pengulangan 25%-50%), dan kebanyakan anita tersebut dilahirkan dalam keadaan yang
sama. Hubungan antara berat lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.4
2.4 Klasifikasi
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan
komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.4
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh
terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu
atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri.4
2.5 Faktor Risiko
Faktor –fakor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm (prematur)atau
berat badan lahir rendah adalah:
1. Faktor ibu
•Gizi saat hamil yang kurang
•Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
•Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
•Penyakit menahun ibu: Hipertensi, jantung
•Faktor pekerja yang terlalu berat
8
2. Faktor kehamilan
•Hamil dengan hidramnion
•Hamil ganda
•Perdarahanantepartun
•Komplikasi: hamil: pre-eklamsia / eklamsia, KPD
3. Faktor janin
•Cacat bawaan
•Infeksi dalam rahim
4. Faktor yang masih belum diketahui
2.6 Diagnosis
Anamnesis :8
a. Umur ibu
b. Hari pertama haid terakhir
c. Riwayat persalinan sebelumnya
d. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
e. Kenaikan berat badan selama hamil
f. Aktivitas, penyakit yang diderita, obat-obatan yang diminum selama hamil
Pemeriksaan Fisik:8
a. Berat badan <2500 gram
b. Tanda prematurutas (bila bayi kurang bulan)
c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)
Pemeriksaan Penunjang:8
2.7 Penatalaksanaan
9
a. Pemberian vitamin K15
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur
3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
b. Mempertahankan suhu tubuhh normal5
Gunakan salahsatu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh
bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangoroo mother care, pemancar panas,
inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan setempat.
Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
Ukur suhu tubuh
c. Pemberian minum5
Asi merupakan piliham utama
Apabila bayi mendapatkan ASI, pastikam jumlah yang cukup. Perhatikan cara
pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari
sekali
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang 2 kali seminggu.
Pemberian minum minimal 8 kali /hari. Apabila bayi masih menginginkan
dapat diberikan lagi
Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang tidak
stabil, fungsi usus belum berfungsi terdapat anomali mayor saluran
cerna,NEC, IUGR berat dan lahir < 1000 g.
Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan selama
tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa normal.
d. Suportif5
Jaga dan pantau kehangatan.
Jaga dan pantau patensi jalan napas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit segera kelola sesuai dengan penyulit yang timbul
(misalnya hipotermi, kejang, gangguan napas, hiperbilirubinemia,dll)
Berikan dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga lainnya.
10
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila ini tidak memungkinkan, biarkan
ia berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui
Ijinkan dan anjurkan kunjungan oleh keluarga atau teman dekat apabila
dimungkinkan.
e. Lain-lain atau rujukan5
Bila perlu lakukan pemeriksaan USG kepala atau fisioterapi
Pada umur 4 minggu atau selambat-lambatnya usia koreksi 34 minggu
konsultasi ke dokter spesialis mata untuk evaluasi kemungkinan retinopathy
of prematurity (ROP)
THT : skirining pendengaran dilakukan pada semua BBLR, dimulai usia 3
bulan sehingga apabila terdapat kelainan dapat dikoreksi sebelum usia 6 bulan
Periksa alkaline phosphatase (ALP),P,Ca saat usiakronologid >4 minggu dan
2 minggusetelah bayi minum secara penuh sebanyak 24 kalori/oz. Jika
ALP>500 U/L berikan fosfat 2-3 mmol/kg/hari dibagi 3 dosis.
Imunisasi yang diberikan sama seperti bayi normal kecuali hepatitis B
Bila perlu siapkan transportasi dan atau rujukan.
11
atau gangguan neurologik
3. Transpilorik Tidak dapat mentoleransi cara
oro-/nasogastrik
Bayi diintubasi
Gangguan neurologik
Dalam intubasi
12
(cc4cg/hari) (hari)
1. <1.000 Tiap 2 jam 10 10 16
2. 1.000-1500 Tiap 2-3 jam 10-20 15-20 10-7
3. 1.501-1800 Tiap 3 jam 10-20 20-30 7-5
sakit
4. 1.501-1800 Tiap 3 jam 20-40 30-50 5-3
sehat
5. >1800 sakit Tiap 3 jam 20-40 30-75 5-2
2.6 Prognosis
Prognosis BBLR tergantung pada berat ringannya masalah prenatal, misalnya
umur kehamilan, asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, gangguan
metabolik dan lain-lain. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan post natal.6
2.7 Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu.6
b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik.6
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun).6
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama masa
kehamilan.6
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Status Pasien
Nama : by. Ny. T
Tanggal lahir : 26 Oktober 2020
Jeniskelamin : Perempuan
No RM RS : 545083
Nama ayah : Tn. Jefri
Nama ibu : Ny. Trisna Juita
Alamat : Tilatang kamang
Tanggal masuk : 26-10-2020
Tabel 3.1 Identitas 8
1.1 Alloanamnesis
Pada Ny. Trisna Juita, ibu kandung dari neonatus baru lahir pada tangal 26 Oktober
2020.
KELUHAN UTAMA
Bayi dating ke Rumah Sakit Achmad Mochtar dengan keluhan sesak nafas sejak 2
menit setelah lahir
14
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
a. Bayi sesak nafas sejak 2 menit setelah lahir, sesak dirasakan terus menerus dan
berkurang saat diberikan CPAP
b. Bayi Nampak kebiruan 40 menit setelah lahir, kebiruan hilang setelah diberikan
oksigen
c. Bayi langsung menangis setelah dilahirkan
d. Kejang tidak ada
e. Demam tidak ada
f. Mekonium sudah keluar 1 jam setelah lahir.
g. Buang air kecil sudah keluar
G3P2A0H0
Penyakit selama kehamilan : anemia (tidak ada), penyakit jantung (tidak ada), hipertensi
(tidak ada), DM (tidak ada), TB (tidak ada), Infeksi TORCH (tidak ada).
Pemeriksaan kehamilan:
Suhu : 37,1 ◦C
Leukosit : 16.870/ul
15
Kebiasaan ibu waktu hamil
RIWAYAT PERSALINAN
Neonatus
Berat badan : 1900 gram
Lahir : Spontan
Usia Kehamilan : 32-33 minggu
Derajat asfiksia : tidak ada
Jejas persalinan : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan : Kurang Aktif
Berat Badan : 1900 gram
Panjang Badan : 39 cm
FrekuensiJantung : 120x/menit
Frekuensi Napas : 56x/menit
16
Suhu : 36,4oC
Sianosis : Ada, di Ektremitas bawah
Ikterus : Tidak ada
Anemis : Tidak ada
Kepala: bentuk normocephal
Ubun-ubun besar 1x1 cm
Ubun-ubun kecil 0,5x0,5 cm
Jejas persalinan tidak ada
Mata :Konjungtiva anemis (kiri: tidak ada/kanan: tidak ada), sclera ikterik
(kiri: tidak ada/kanan: tidak ada)
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : nafas cuping hidung(ada)
Mulut : Tidak ada sianosis
Thoraks
a. Paru
Auskultasi :suara nafas vesikuler Ronkhi (tidak ada/tidak ada), Wheezing (tidak ada/tidak
ada)
b. Jantung
c. Abdomen
17
Palpasi : nyeri tekan tidak ada, nyeri lepas tidak ada, hepar tidak teraba, lien S0.
Perkusi :timpani
Kondisi : Lemas
Anus : Ada
Ukuran
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar perut : 23 cm
Panjang lengan : 16 cm
18
1. 0 <60/min Nil Normal None Nil
2. 1 60-80/min In room air Mild Audible Mild
decrease with
stethoscope
3. 2 >80/min In > 40% Marked Audible Moderate
FiO2 decrease with
unaided ear
Down score pada bayi : 2
19
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah rutin
Hb : 17,1 gr/dL
Leukosit : 23.440 /Ul
Diffcount : 0/0/21/54/19/5
b. Darah lengkap
Trombosit : 188.000/ uL
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Elektrolit
Natrium : 135,8 mEq/L
Kalium : 4,77 mEq/L
Klorida : 104,3 mEq/L
DIAGNOSIS KERJA
Neonatus kurang bulan-sesuai kehamilan (1900 gram) gravid 32-33 minggu
Lahir spontan
20
TERAPI
- Rawat Inkubator
-CPAP FiO2 21% PEEP 5mg
-OGT
-Neo K Inj. 1x1 mg IM
- Aminosteril infant 10% 1,04 ml/jam
- Nistatin drop 3 x 1 ml
-IVFD D10% + ca glukonas 10 mEq
-injAmpicilin 2x 100mg IV
-inj Gentamycin 10 mg IV
O:
- KU/Sedang,
- RR/ 46x/i,
- SPO2/ 98%
21
sclera ikterik
- Eks : CRT<2detik
A:
22
BAB IV
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
3. Putri AW, Pratitis A, Luthfiya, L. Faktor Ibu terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir
Rendah. Jurnal Ilmu Kesehatan Universitas Negri Semarang. 2019; 3,1 :55-62.
4. Dalmanik, SM. Klasifikassi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa gestasi. Dalam :
Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan penerbit IDAI; 2008. Hal 11-30
5. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Bayi Berat Lahir Rendah. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2009; 23-29.
7. Nasar SS. Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri
2004;5 4:65-170
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pemberian Asi pada Bayi yang Lahir Kurang
Bulan. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta; 2013. (Diunduh pada 1 November
2020). Didapat dari: URL: Https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-
asi-pada-bayi-lahir-kurang-bulan.
24
25