Anda di halaman 1dari 21

A.

Tahap Pembentukan T Dalam im Efektif


Tahap yang dilalui dalam pembentukan tim efektif antara lain :
1. Tahap Forming
Pada tahap ini disebut juga dengan tahap uji coba, tahap ini masing-masing individu
masih belum saling mengenal dengan baik (tahap awal perkenalan individu) dan masih
mencoba untuk saling mendekati diri agar dapat saling mengenal antar individu. Pada
tahap ini masih ada "ego", perasaan dirinya merasa "lebih" dari yang lain.
2. Tahap Storming
Dalam tahap ini individu-individu sudah mulai mengenal yang lain, sehingga muncul
beberapa hal yang menurut dirinya tidak ideal seperti yang dia inginkan, muncul
masalah dalam hubungan antar pribadi. Maka pada tahap ini individu/ kelompok mulai
mencoba mengatasi kericuhan dalam tubulh sendiri
3. Tahap Norming
Yaitu tahap masa percobaan dalam membina hubungarn antar individu. Pada tahap ini
masing-masing individu mulai mencoba menjalin hubungan yang baik dengan membuat
kesepakatan bersama tentang nilai-nilai yang mungkin dalam melanggengkan kerja
dalam kelompok tersebut.
4. Tahap Performing
Setelah antar individu terjadi kesepakatan dan mulai mengenal dengan baik serta mulai
memahami dan menghargai antar karakter dan posisi masing-masing, maka disinilah
mulai terlihat efektivitas saling bekerja sama.
5. Tahap Maturity
Tahap kedewasaan yang ditandai dengan upaya saling memahami. menghargai,
membantu, unjuk kerja secara positif, dan selalu melakukan sesuatu yang terbaik dan
memberikan kemanfaatan yang banyak untuk orang lain. Pada tahap ini budaya
organisasi (culture of organisation) positif akan tercipta dengan baik. Bekerja sama
bukan “bekerja bersama-sama" atau "sama-sama bekerja” apalagi "ngerjain sesama"
tapi merupakan sebuah aktivitas kerja tim yang terstruktur, terkoordinir dan
terdistribusikan dengan baik berdasar pada kemampuan masing-masing yang setiap
individu berupaya terbaik untuk saling memahami, membantu dan saling memberikan
yang terbaik untuk yang lain (Mutual simbiolism).

Berbeda dengan pemikiran sebelumnya, Irving Janis (dikutip di Litteljohn, 2001) menformulasikan proses
pembentukan efektifitas kerja sama dalam suatu kelompok dengan menekankan pada pemikiran kritis
yang berkembang dalam anggota kelompok tersebut yang ia namakan dengan istilah berpikir kelompok
(groupthink) atau yang lebih dikenal dengan Janis’ Theory of Groupthink. Teori ini dianggap sangat
berpengaruh di dalam tradisi fungsional. Istilah berpikir kelompok menurut Janis dipahami sebagai suatu
cara yang cepat dan mudah untuk merujuk pada sebuah cara berpikir yang dipakai oleh orang (anggota
kelompok) saat mereka terlibat secara mendalam di dalam sebuah in-group yang kompak (kohesif), bila
usaha-usaha para anggotanya untuk mencapai kesepakatan mengalahkan motivasi mereka untuk secara
realistik memperhitungkan tindakan~tindakan alternatif.
Kekompakan adalah suatu akibat dari sejauh mana semua anggota memandang bahwa sasaran-sasaran
mereka dapat dicapai di dalam kelompok. Hal ini tidak menuntut para anggota memiliki sikap yang sama
tetapi mereka saling bergantung dan mengandalkan satu sama lain untuk mencapai sasaran-sasaran
tertentu yang diinginkan bersama. Semakin kompak [kohesifJ suatu kelompok, semakin besar
kekuatannya atas anggota-anggotanya, karena mereka ditekan oleh kelompok untuk menyesuaikan
dengan aturan yang disepakati bersama serta mampu membantu sinergi efektif dan meminimalkan
energi instrinsik berupa persahabatan, gengsi dan pengakuan akan nilai-nilai dan kepentingan pribadi.

Janis menegaskan bahwa berpikir kelompok (groupthink) ditandai oleh beberapa gejala, antara lain:

1. llusi ketidakrentanan (illusion of invulnerability], yang menimbulkan suasana optimis yang berlebihan.
Pada gejala awal ini seseorang anggota kelompok menganggap apa yang dilakukannya adalah tepat atau
benar dengan segala keyakinan diri. Seakan mereka ingin mengatakan bahwa kami tahu apa yang kami
Iakukan, jadi jangan ganggu kami.

2. Rasionalisasi tindakan (rationalize), yaitu upaya bersama untuk memberikan nilai kebenaran terhadap
segala tindakan yang diambil dalam kelompok

3. Penanaman Moralitas (Inherent Morality), dimana kelompok mempertahankan sebuah keyakinan


yang tidak perlu dipertanyakan Iagi dalam moralitasnya yang tertanam dengan menganggap dirinya
termotivasi kuat dan bekerja untuk mencapai hasil terbaik sehingga mengarahkan kelompok pada
konsekuensi-konsekuensi moral dan etis.

4. Stereotyped, kelompok tidak hanya menganggap bahwa hanya kelompoknya sendiri yang benar
tetapi jauh dari pada itu setiap orang yang berada di luar kelompok (out group) atau bahkan menentang
apa saja yang dilakukan oleh kelompok itu (in group) dianggap betul-betul salah dan jelek.

5. Tekanan langsung (direct pressure} bukan untuk tidak mengekspresikan penentangan pendapat.

6. Penyensoran diri (self-censorship) dari ketidaksepakatan. Dimana anggota secara individual enggan
menentang pendapat dan diam-diam menekan keraguan mereka.

7. Ilusi kesepakatan (illution 0f unanimity) dimana dalam kelompok sudah mulai muncul kesepakatan
bahkan jika keputusan itu tidak dengan suara bulat, kelompok tersebut tetap menampakkan suatu posisi
solidaritas keluar.

8. Munculnya pengawal pikiran (mindguards) yaitu anggota kelompok sudah mulai melindungi kelompok
dan pemimpinnya dari pendapat-pendapat menentang dan informasi yang tidak diinginkan. Pengawal
pikiran ini biasanya menekan informasi negatif dengan mewanti-wanti para partisipan untuk tidak
mempersulit segala urusan (Littlejohn, 2001).
Namun Janis (Littlejohn, 2001) juga mengungkapkan dalam penemuan penelitiannya bahwa berpikir
kelompok (group think} ini dapat mendatangkan enam hasil yang negatif, yaitu antara lain:

1. Kelompok cenderung untuk membatasi diskusinya hanya pada sedikit alternatif. Ia tidak
mempertimbangkan seluruh kemungkinan kreatif yang ada. Solusinya kelihatan jelas dan sederhana bagi
kelompok, dan tidak banyak dilakukan penelusuran terhadap pemikiran-pemikiran lain.

Posisi yang pada awalnya didukung oleh kebanyakan anggota tidak pernah dikaji ulang dengan kata lain
tidak begitu kritis dalam meneliti penyimpangan-penyimpangan dari solusi yang dipilih.

Kelompok itu gagal meneliti alternatif-alternatifyang awalnya tidak didukung oleh mayoritas. Pendapat
minoritas dengan cepat diabaikan, tidak hanya oleh mayoritas tetapi juga oleh mereka yang awalnya
mendukung.

Tidak mencoba menggali berbagai pendapat dari para ahli, mereka merasa puas dengan dirinya sendiri
dan mungkin merasa terancam oleh pihak luar.

Kelompok sangat selektif dalam mengumpulkan dan memerhatikan informasi yang tersedia. Para
anggotanya cenderung untuk memusatkan hanya pada informasi yang mendukung rencana yang
didukung.

Kelompok merasa sangat yakin akan alternatif pilihannya sehingga ia tidak mempertimbangkan rencana-
rencana kemungkinan. Mereka tidak meramalkan kemungkinan kegagalan dan tidak mempersiapkan diri
untuk gagal.

B. Karakteristik Tim Efektif

John C. Maxwell dalam bukunya ‘The 1 7 Essential Qualities of Team Players" menyajikan analisis
tentang karakteristik-karakteristik pribadi yang diperlukan untuk menjadi anggota tim yang efektif.

Menurutnya kesuksesan anggota tim ditentukan oleh kualitas:


1. lntensional, menjadikan setiap tindakan amat berarti bagi kesuksesan tujuan tim dalam jangka
panjang.

2. Relasional, menfokuskan diri dalam berhubungan dengan oranglain.

3. Tidak egois, yaitu mau mengambil alih tugas-tugas bawahan demi kesuksesan tim secara keseluruhan.

4. Tegar, sanggup bekerja keras dan tetap optimis dalam menghadapi kemunduran tim.

Selanjutnya Maxwell [2002) mensyaratkan 17 karakteristik yang dibutuhkan oleh individu untuk menjadi
pribadi yang didambakan setiap tim, antara lain:

1. Kemampuan beradaptasi. Michael McGriff menyatakan bahwa berbahagialah mereka yang mampu
mengembangkan fleksibilitasnya karena kecakapan ini memungkinkan mereka beradaptasi dalam segala
situasi. Cara untuk meningkatkan kemampuan adaptasi ini disarankan dengan : mau menerima ajaran,
memiliki kedamaian emosional, kreatif dan memiliki pola pikir melayani.

2. Kemampuan berkolaborasi. Kemampuan ini menuntut perubahan fokus pada empat bidang antara
lain : 1) Persepsi: melihat anggota tim sebagai para kolaborator bukannya kompetitor, 2) Sikap : suportif
tidak gampang curiga terhadap anggota-anggota satu tim, 3) Fokus : konsentrasi pada tim, bukan pada
diri sendiri, 4) Hasilnya : ciptakan kemenangankemenangan melalui multiplikasi.

3. Untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dapat dilakukan beberapa cara : mengembangkan


mental kemenangan buat semua, saling melengkapi satu sama lain, libatkan orang lain.

4. Kemampuan memegang komitmen. Beberapa faktor dalam membangun komitmen, yaitu: biasanya
komitmen ditemukan di tengah penderitaan, komitmen tidak tergantung pada bakat dan kemampuan,
komitmen muncul sebagai hasil pilihan bukan kondisi.

5. Cara untuk meningkatkan komitmen antara lain: ikatlah komitmen dengan nilai-nilai, ambillah
risiko,eva1uasikomitmen rekan-rekan satu tim anda.

6. Kemampuan menjalin komunikasi. Ciri : tidak mengisolir diri, mempermudah rekan-rekan satu tim
berkomunikasi, mengikuti kaidah-kaidah 24 jam, memerhatikan hubungan yang berpotensi konflik,
menindaklanjuti komunikasi penting secara tertulis.
Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ini

sikap menunda-nunda kesempatan dan mengembangkan sikap inklusif.

Kemampuan mengembangkan kompetensi. Ciri orang yang memiliki semangat mengembangkan


kompetensi ini antara lain: bersikap perfeksionis, tidak pernah puas dengan hasil yang biasa-biasa saja,
suka memerhatikan hal-hal secara detail. Sedangkan cara untuk meningkatkan kompetensi ini melalui:
memfokuskan diri secara profesional, perhatikan hal-hal detail, fokuskan lebih besar pada
implementasinya.

Dapat diandalkan. Anggota tim yang dapat diandalkan memenuhi karakteristik sebagaimana berikut:
motif murni (ikhlas), bertanggung jawab, memiliki pemikiran yang mantap dan berkontribusi secara
konsisten.

Agar dapat diandalkan bisa memerhatikan hal-hal berikut: periksalah motif-motif anda, temukan
seberapa jauh perkataan anda dapat dipegang, carilah seseorang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban anda.

Kemampuan mengembangkan disiplin, baik kedisiplinan pikiran, perasaan maupun tindakan.

Untuk mengembangkan kemampuan ini, ikutilah saran berikut: kembangkan kebiasaan kerja anda,
terimalah tantangan dan kendalikan lidah anda.

Kemampuan memberi nilai tambah. Ciri sikap ini adalah: menghargai rekan-rekan satu tim, menghargai
apa yang dihargai rekan-rekan satu tim, memberikan nilai tambah bagi rekan-rekan satu tim dan
menjadikan dirinya lebih berharga. Cara yang memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan ini
adalah : percayalah pada sesama anda sebelum mereka percaya pada anda, layanilah sesama sebelum
mereka melayani anda, berikanlah nilai tambah anda bagi sesama sebelum mereka memberikan nilai
tambah bagi anda.

Antusiasme. Adalah sikap selalu memunculkan semangat pada setiap langkah usaha yang dilakukan.

Untuk memunculkan sikap ini dapat dilakukan beberapa hal berikut : tunjukan rasa urgensi, bersedialah
berbuat yang lebih, berusahalah meraih kesempurnaan.
Memiliki tekad bulat. Alvin Tofler pernah mengatakan, ”Anda harus memikirkan "hal-hal besar" ketika
sedang mengerjakan hal-hal kecil, agar semua hal-hal kecil itu bermakna dan menuju arah yang tepat.
Untuk itu, kebulatan tekad, kiranya menjadi suatu jawaban yang tepat untuk membangun kekuatan
tim." Cara efektif membangun kebulatan tekad adalah dengan: memiliki tujuan kehidupan yang
bermakna, mengenal kekuatan dan kelemahan sendiri, memprioritaskan tanggungjawab anda, belajar
mengatakan "tidak", memegang komitmen terhadap restasi jangka panjang, khususkan diri pada bidang
keahlian anda, rencanakan kegiatan anda dengan tujuan yang jelas. Kesadaran akan misi tim. Anggota
tim yang sadar akan misinya memiliki karakteristik yaitu mengetahui benar kemana tujuan timnya,
mereka membiarkan pemimpin tim memimpin, mendahulukan prestasi tim daripada prestasi pribadi,
melakukan apapun yang diperlukan demi mencapai misi. Untuk meningkatkan kesadaran akan misi
maka: pastikan agar perhatian tim tetap terfokus dalam misinya, carilah cara-cara mengingat misi tim,
berikan kontribusi terbaik anda sebagai anggota.

Kesiapan diri. Untuk meningkatkan kesiapan diri maka jadilah pemikir proses, lakukan penelitian lebih
banyak dan ambil hikmah dari kesalahan-kesalahan Anda.

Kemampuan membina hubungan. Yaitu berupa sikap menghargai, pengalaman bersama, kepercayaan,
sikap timbal balik, sama-sama senang. Adapun cara untuk membina hubungan, Maxwell menyarankan
antara lain: fokuskan perhatian pada sesama daripada untuk diri sendiri, ajukanlah pertanyaan-
pertanyaan yang tepat, bisakanlah untuk berbagi pengalaman, buatlah sesama anda merasa istimewa.

Kesediaan mengembangkan diri. Untuk itu jadilah orang yang mau diajar, rencanakanlah kemajuan
anda, utamakan perbaikan diri daripada promosi diri.

Kemampuan menyisihkan kepentingan diri. Dengan cara promosikan orang lain daripada diri sendiri,
ambil peran yang bukan utama dan berikan secara diam-diam.

22. Berorientasi pada solusi. Kebanyakan orang dapat melihat masalah, namun tidak banyak yang
melihat tujuan, demikian yang dikatakan Alfred A. Montapert. Untuk itu renungkanlah kebenaran-
kebenaran yang diakui semua orang yang mencari solusi bahwa: masalah itu soal perspektif, semua
masalah dapat dipecahkan, masalah itu bisa menghentikan atau memaksimalkan potensi kita. Untuk itu
agar anda lebih berorientasi pada solusi maka jangan pemah menyerah, fokusulang cara berpikir anda,
evaluasi ulang strategi anda dan ulangi prosesnya.
23. Memiliki keuletan. Ulet adalah pantang menyerah artinya menyerahkan segala potensi yang dimiliki
untuk kepentingan organisasi, berupaya dengan tekad dan tidak hanya menunggu takdir, serta berhenti
setelah pekerjaan itu tuntas. Agar anda memiliki keuletan disarankan : bekerja lebih keras atau lebih

cerdik, junjunglah sesuatu dan jadikanlah pekerjaan itu suatu permainan yang mengasyikkan.

C. Kemampuan Membina Tim

Pembinaan dapat diartikan sebagai suatu tindakan, proses, hasil atau penyataan untk meniadi lebih
baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya suatu upaya untuk mengembangkan, meningkatkan ataupun
pula mengembangkan sesuatu. Pembinaan tim dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembangkan dan
menjadikan bagaimana tim itu lebih baik dan efektif. Pembinaan tim merujuk pada segala aktivitas yang
harusnya diambil oleh seorang pemimpin dalam mengelola orang-orang anggota organisasi dalam
menjalankan tugasnya secara bersama dalam suatu tim. Berikut beberapa aspek dari upaya pembinaan
tim yang dapat dijelaskan secara ringkas beserta kata kunci yang perlu dipahami dalam upaya
pembinaan tim ini, antara lain:

1. Penetapan tujuan yang jelas. Tim akan efektif jika mampu diarahkan pada pemahaman akan tujuan
yang jelas tentang apa yang akan dicapai oleh organisasi serta bagaimana cara mencapa'mya.
Kebanyakan kelompok cerdik pandai dalam

suatu organisasi kerapkali dapat menemukan cara mereka sendiri jika mereka tahu tujuan bersama
mereka.

Mulai dari hal yang sederhana. Organisasi mungkin tidak akan mampu menyelesaikan berbagai ragam
tugas jika mereka tidak berani melakukannya dari hal yang paling kecil sederhana terlebih dahulu.
Pengalaman menyelesaikan berbagai permasalahan menjadi kata kunci keberhasilan tim untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang rumit. Sebuah ungkapan menyatakan pohon jati
tumbuh dari biji yang kecil. Untuk itu dibutuhkan kepercayaan penuh dan keberanian untuk
menyelesaikan masalah. Begitu pula orang akan lebih senang dengan konsep yang mereka pahami, oleh
sebab itu penyederhanaan suatu tugas menjadi penting pula bagi efektivitas kerja tim.

Kepastian adanya kesepakatan sebelum mulai bekerja. Hal ini penting untuk memberikan arahan dan
rambu-rambu akan apa yang dapat dan tidak dapat mereka lakukan serta apa yang akan dia dapatkan
dari apa yang telah mereka upayakan, namun jangan pernah memberikan harapan kosong karena ingkar
janji akan mengurangi kepercayaan orang. Kesepakatan perlu dipahamkan secara sungguh-sungguh
pada anggota tim sebelum melakukan tugasnya sehingga dapat menjadi komitmen bersama, walaupun
untuk mencapai komitmen itu tentunya memerlukan waktu. Dan komitmen adalah inti dalam
pembangunan tim.

Penyusunan jadwal yang realistik. Agar tim dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka schedule
tentang apa yang akan mereka kerjakan dan kapan dikerjakannya haruslah dibuat secara realisitik
artinya dapat dicapai dalam kurun waktu, hal ini juga dimaksudkan agar jangan sampai terjadi
penumpukan tugas yang berakibat pada lemahnya kekuatan tim. Kita juga percaya bahwa Roma tidak
dibangun dalam sehari, hasil dan perubahan budaya tejadi secara bertahap.

Mendorong keterbukaan dan kejujuran. Pembinaan tim perlu diarahkan ada upaya untuk menciptakan
keterbukaan pada masing-masing anggota sehingga mereka merasa dibutuhkan

dan dianggap penting keberadaan dalam sebuah organisasi. Keterbukaan mendorong seseorang untuk
mengungkapkan segala ide dan pemikiran untuk dikontribusikan bagi keberhasilan tim. Keterbukaan ini
pula mendorong munculnya komitmen dalam diri anggota tim. Untuk itu jangan pernah mematikan
diskusi. Keterbukaan memungkinkan seseorang memahami apa yang tidak mereka ketahui. Hal yang
tidak dipahami lebih mengancam daripada hal yang dipahami. Begitu pula keterbukaan dalam
mengungkapkan permasalahan yang ada dalam organisasi perlu dibangun, karena kalau masalah
diungkapkan, maka masalah tersebut tidak begitu mengancam lagi dibandingkan masalah yang tidak
diungkapkan akan terus menjadi bom waktu yang suatu saat dapat meledak.

6. Menciptakan kesadaran dan keikhlasan dalam bekerja. Suatu ha] yangperlu diingat bahwa, "anda
dapat menuntun kuda ke air, tetapi tidak dapat memaksanya minum". Salah satu sikap dasar manusia
adalah bahwa setiap orang tidak senang diperintah walau oleh "bos" sekalipun, mereka hanya akan
melakukan atas kesadarannya sendiri akan tugas-tugas yang diembannya. Orang tidak dapat dipaksa
untuk mengubah sikap, terbuka dan jujur. Tapi mereka dapat dipahamkan dan disadarkan. Namun orang
dapat dipaksa untuk berpura-pura berubah, tapi tidak untuk perubahan yang sesungguhnya. Untuk itu
kata kunci yang tepat adalah mulailah dari diri anda sendiri yang itu tidak cukup dari sebuah kata-kata
karena action speak louder than words.

7. Belajar dari kekeliruan. Perjalanan suatu tim memang tidak selamanya mulus dan selalu sesuai
dengan apa yang direncanakan bahkan penyimpangan demi penyimpangan sangat mungkin bisa terjadi.
Untuk itu keberanian dan kejujuran untuk mengakuui adanya penyimpangan perlu dibina seraya
melakukan tinjauan ulang atas kemajuan secara teratur dan membiasakan mendorong adanya umpan
balik secara positif.

Selanjutnya, di sini pula dapat diidentifikasikan beberapa ciri dari kemampuan seseorang dalam
membina tim yang baik antara
lain (Pranoto, 1999):

kemampuan tinggi dalam memimpin

. taat asas

mendukung falsafah tim

o memilih anggota yang memadai

keikatan terhadap yang lain dalam

. membina suasana positif

o didorong oleh pencapaian hasil

dengan jelas merumuskan peran organisasi menggunakan metode kerja yang efektif

o merumuskan peran perorangan

o membahas tanpa kritik pribadi

o mendukung perkembangan perorangan

o mendorong potensi kreatif

o mengembangkan hubungan sehat antar kelompok o menangani konflik secara konstruktif

. mendorong orang untuk mengambil risiko mencari umpan balik


. menggunakan waktu dengan baik

menentukan standar tinggi

D. Model-Model Anggota Tim

Dalam suatu organisasi kita melihatberagam orang dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda,
karakteristik ini dipengaruhi oleh personalitas tertentu pada masing-masing individu. Karakteristik ini
juga terhadap pola kerja, hubungan dan komunikasi masingmasing individu dalam suatu organisasi.
Terdapat lima peran atau tipe yang dapat diklasifikasikan untuk menunjukkan pada modelmodel
anggota tim ini dan pada masing-masing tipe memiliki kelompok karakteristik yang berbeda-beda, yaitu
antara lain: 1. Tipe Pemimpin {Driver}, tipe ini dicirikan dengan: . Mampu membuat keputusan secara
intuitifdari pada detail. . Menyukai perubahan, berada di jalur cepat dan meninggalkan orang yang
lamban. Melihat jauh ke depan dengan menciptakan visi tentang masa depan yang harus dicapai. .
Melihat kesempatan dalam gambar besar dan menghitung

keuntungan yang mendasar, cenderung mengambil risiko. Mampu membangkitkan semangat dan
mengembangkan

tim.

Selanjutnya, tipe pemimpin ini memiliki tiga karakteristik,

yaitu :

1.1. Developer, dicirikan dengan:

Mengidentifikasi arah bagi tim.

Mengklarifikasi berbagai peluang, mempunyai visi dan strategi untuk meraihnya.


Memastikan tim terus tumbuh, dengan menumbuhkan budaya yang sehat.

Membangun pengaruh, percaya diri dan kekuatan tim.

1.2. Director, dicirikan dengan:

Biasanya tidak puas dengan cara kerja yang telah ada. Menghilangkan penghambat kemajuan tim.

Membuat pekerjaan terselesaikan (biasanya oleh orang Iain).

Menyukai tantangan.

1.3. Innovator, dicirikan dengan :

Sumber-sumber usaha tim yang kreatif, kaya imajinatif dan gagasan asli.

Membuat kerja tim menjadi lebih efektif.

Menjadi katalis bagi tim, menyenangi agar terus maju, memperkuat ikatan kebersamaan antar anggota.
Memberikan solusi-solusi terhadap permasalahan tim.

Tipe Perencana (Planner), tipe anggota tim ini memiliki beberapa ciri antara lain:

Mengutamakan berpikir logis, mengutamakan analisa yang mendalam dan rinci, mengambil kesimpulan
dengan yakin.

. Memberikan wujud nyata terhadap masa depan yang diidamkan driver. Selalu terorganisir, baik dalam
berpikir dan bertindak.
o Berpandangan ke depan dengan referensi kinerja masa

lalu.

0 Selalu memperhitungkan risiko kegagalan untuk antisipasi. Berusaha mengakomodasikan kebutuhan


anggota tim.

Anggota tim dengan tipe perencana ini memiliki 3 karakteristik antara lain:

2.1 Strategist, dengan ciri-ciri antara lain:

Mampu menangkap ide orang lain dan mengembangkannya menjadi rumusan strategi yang terperinci.

Memvisualisasikan jenis organisasi yang dibutuhkan. membangunnya dan bagaimana dampaknya


terhadap personil yang terlibat.

o Menghubungkan masa lalu dan masa depan dan membuat antisipasi yang harus dilakukan

2.2.Fasilitator, dengan ciri-ciri antara lain:

Memeriksa cara kerja yang biasa ditempuh dalam menyelesaikan tugas untuk kepentingan agenda kerja
tim.

o Menilai kapasitas kerja tim, baik yang memiliki dan yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi yang
telah dipilih.

0 Menganalisa tujuan dan strategi untuk kemudian menghitung saran dan sumber daya yang
dibutuhkan.

2.3. Scheduller, dengan ciri-ciri antara lain:


Melakukan pembagian tugas.

Mengidentifikasi jenis tugas yang harus dikerjakan secara berurutan dan paralel.

Mengatur agenda kerja tim, berikut anggota dan sumber daya yang diperlukan.

. Mengidentifikasi kapan dan dimana sumber daya dibutuhkan.

3. Tipe Public Relations (Enabler), dengan karakteristik antara lain: o Mengandalkan kelebihan pribadi.

. Secara alami mampu "menjual”, memengaruhi orang agar menerima gagasannya.

. Menerima sesuatu yang baru dengan penuh semangat.

Memastikan tim mendapatkan sarana dan sumber daya yang dibutuhkan.

~ Menikmati berhubungan langsung dengan orang lain.

Terdapat tiga karakteristik dari tim dengan tipe public relation

ini, antara lain:

3.1.Resource Manager, dengan beberapa ciri, yaitu:

o Memahami sifat sarana/sumber daya yang dibutuhkan tim, memahami bagaimana penggunaan dan
pengontrolnya.

o Mencatat permasalahan dalam penyediaan sarana dan menjadi masukan bagi planner untuk
penyesuaian rencana.
Mengenali jenis tim apa yang hendak dibangunnya. kemudian mengidentifikasi pelatihan dan
pengembangan rencana untuk mencapai tujuan tim diikuti.

3.2. Promotor, dengan beberapa ciri:

Mempublikasikan tim, baik ke dalam maupun ke luar.

Secara alami mampu menjual termasuk rencana dan tujuan masa depan anggota tim.

Menangkap inti dari tujuan dan strategi tim kemudian mengkomunikasikannya sampai orang lain
mengerti.

o Mempertahankan persatuan tim dengan meyakinkan anggota bahwa tujuan mereka akan tercapai jika
rencana mencapai tujuan tim diikuti.

3.3. Negosiator, dengan ciri-ciri antara lain:

o Memberi pandangan yang realistik dari sisi luar terhadap tim.

Mengidentifikasi kebutuhan pihak luar terhadap tim, lalu membuat proposal untuk meyakinkan pihak
tersebut.

o Melakukan tawar menawar untuk tim, menjadi penengah dalam konflik dengan menunjukkan

keuntungan yang didapat masing-masing. . Pihak dan mencairkan ganjalan yang terjadi.

Tipe Pelaksana (Exec), yaitu tipe anggota tim yang:

Mendasarkan keputusan pada hasil pengamatan dan perasaan.

Realistik, tidak mudah kagum dengan indahnya “gambar besar" ataupun detail yang rapi.
Pandai mengubah instruksi menjadi tindakan nyata secara sistematis, sabar dan menyeluruh.

Mempersatukan kepentingan individu dengan tugas demi tercapainya tujuan.

Hidup pada hari ini, tahu apa yang diperhatikan saat ini, tidak terlalu terpengaruh dengan apa yang
sudah terjadi dan tidak terlalu mengkhawatirkan yang akan dihadapi di masa depan.

Tipe pelaksana ini dapat dibagi dalam tiga karakteristik, yaitu: 4.1. Producer, yang dicirikan dengan:

Mengubah rencana dan instruksi menjadi tindakan nyata.

Goal setter sekaligus goal achiever.

Perlu sistem sebagai dasar kerja dan prosedur untuk diikuti.

4.2. Coordinator, dengan ciri:

Orang terbaik dalam menyeimbangkan berbagai permintaan, yang kadang menimbulkan konflik.

Mengembangkan dan memberlakukan standar perilaku tim, tidak jarang mengkritik perilaku yang tidak
bisa diterima.

. Mampu mengorganisir tiap-tiap individu dan mempersatukannya dalam kerja sama tim.

4.3. Maintainer, yaitu seseorang dengan ciri:

. Mampu menjaga kebersamaan tim Menangkap adanya konflik dan membantu menjelaskan serta
memecahkan masalah.

5.
Memberi dukungan yang tidak putus, mencegah dan mengelola konflik serta menghangatkan hubungan
dalam tim.

Menjadi koselor dalam tim.

Tipe Pengontrol (Controller), yaitu anggota tim yang memiliki

beberapa ciri sebagai berikut:

Berpikir analitis, mengambil keputusan dengan hati-hati, berdasar pada apa yang terjadi di masa lalu.

Bekerja sendirian tapi bukan anti sosial.

o Memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan untuk memberi nasihat dan petunjuk dalam menyusun
sasaran dan mengidentifikasi serta memecahkan masalah.

Menilai secara rinci biaya dan keuntungan yang dapat dicapai dengan kerja tim.

. Membuat penilaian tentang cara kerja tim, sistem yang digunakan, kemajuan nyata dan hasil yang
telah dicapai.

Karakteristik dari tipe Pengontrol ini dapat dibagi dalam tiga

kelompok, yaitu: 5.1. Auditor, yaitu seseorang anggota tim dengan ciri:

Menganalisa aktivitas tim.

Memeriksa mutu sarana dan sumber daya yang ada. Memeriksa adanya kesalahan dan jika ditemukan
lalu mengidentifikasipenyebab dan siapayangbertanggung jawab.
Lebih memeriksa sistem bukan personel.

Memberi petunjuk pemecahan masalah, tapi tidak bersedia bertanggung jawab langsung untuk
memecahkannya.

5.2. Monitor, dengan ciri:

Membuat catatan resmi tentang tim, baik kerja maupun personel yang terlihat di dalamnya.

Memeriksa apakah prosedur sudah ditaati, sebagai masukan bagi planner.

Memantau tindakan-tindakan yang sangat menentukan

kesuksesan tim yang efektifdan apa yang menyebabkan timbulnya permasalahn sebagai masukan bagi
Driver dan Exec.

. Pemburu kemajuan tim.

5.3. Evaluator, dengan ciri-ciri yaitu:

Hakim-nya tim dan manajer kualitas tim. o Menilai secara detail biaya yang dikeluarkan dan hasil yang
didapat dari aktivitas itu.

E. Langkah-Langkah Membangun Kerja Sama Tim Efektif

Untuk membangun kerja sama tim yang efektif menurut penulis setidaknya terdapat 6 langkah untuk
yang perlu dilakukan oleh setiap anggota tim khususnya pemimpin tim, antara lain:

1. Milikilah nilai-nilai (Visi) yang disepakati bersama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
masalah ini:
O

Visi tersebut adalah wujud tujuan yang ingin dicapai yaitu berupa gambaran ideal masa depan.

Adalah suatu cita~cita yang besar.

Realistis: bisa diwujudkan dan dapat dijabarkan dalam prilaku.

Bermanfaat untuk semua.

Disepakati bersama secara sadar dan ada komitmen bersama untuk mewujudkannya.

Ciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi.

Ciri berkomunikasi yang efektif disyaratkan oleh 5 C: Clear [jelas], Correct (tepat/benar), Concise
(singkat), Compact (padat), Courteous (sopan).

Dalam membangun keterbukaan dalam komunikasi yang harus diperhatikan:

Komunikasi yang disampaikan harus jelas.

Sampaikan pembicaraan itu secara terbuka tapi ramah "di depan orangnya" jangan "di belakangnya“
(dengan tidak membiasakan diri bersikap menutup diri atau perasaan "ngrundel").

Keluarkan dari hati jangan hanya dari mulut. Bicara

mulut diterima oleh telinga "kanan" keluar telinga “kiri”, sedangkan bicara hati, diterima oleh hati dan
dicamkan di dalamnya. Oleh karena itu bersihkan hati kita agar keluar dari kata-kata yang bersih, indah,
enak didengar, tidak menyakitkan yang lain, dan menyentuh perasaan sang pendengarnya.
Hadapkan seluruh tubuh dengan lawan bicara di saat berbicara.

Kalaupun harus mengkritik, sampaikanlah kritik dengan cara yang baik. Ketahuilah kritik adalah seni.

3. Biasakanlah berpikir positif (Positive Thinking) antar sesama. Untukdapatmembiasakan diri selalu
berpikir positifperhatikan hal-hal berikut:

Bersihkan hati dari penyakit-penyakit hati.

Dalam berinteraksi dengan orang, lihatlah kelemahan diri dan lihatlah kelebihan orang lain.

Intropeksilah diri terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain.

Temukan hikmah di balik semua peristiwa yang anda alami.

Yakinlah bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Sempurna dan pasti akan memberikan
kesempurnaanya pula pada kita.

Bangunlah sikap saling memahami dan saling pengertian.

Langkah untuk bisa saling memahami antar sesama, antara lain:

Kenali dengan baik latar belakang, karakter kepribadian, kesukaan & ketidaksukaan dari orang-orang di
sekitar mereka.

Dahulukan kepentingannya dari pada kepentingan diri kita sendiri.

Biasakanlah menyapa, tanyalah selalu kabar keadaannya. Berpikirlah untuk dapat selalu memberikan
kemanfaatan yang terbaik dan terbanyak bagi yang lain. Biasakanlah untuk selalu mengucapkan : “apa
yang bisa saya bantu, mana yang bisa saya bantu". Berikan senyum yang
terindah, tampilkan selalu wajah ceria dan buang jauh-jauh kecemberutan wajah anda.

Pahami sifat dasar manusia secara baik. Iatihlah selalu untuk melakukannya. Sifat dasar manusia itu
antara lain: a) Setiap orang senang diperhatikan; b] Setiap orang senang pada orang yang ramah; c)
Setiap orang sangat memerhatikan namanya; d] Setiap orang senang berbicara; e] Setiap orang senang
dikagumi dan dihargai; f) Setiap orang merasa dirinya baik; g) Setiap orang ingin dianggap penting.

5. Berempatilah pada orang lain, insyaAllah lahir simpati.

Langkah praktis berempati pada orang lain:

Pahami perasaan, kebutuhan, dan keinginan orang lain.

Belajarlah untuk mengetahui kenapa (alasan) dia (orang lain) melakukan hal tersebut.

Latih kepekaan anda untuk dapat menangkap perasaan oranglain.

Munculkan dalam pikiran anda, "seandainya aku sebagai dia, kira-kira bagaimana”.

Dukunglah pendapatnya.

6. Ciptakan budaya organisasi positif.

Biasakanlah dalam anda berkelompok, budaya positif berikut yang diformulasikan dalam 5 S:

Senyum Sabar Setia Semangat Selesai

F. Syarat Kemenangan Tim


Organisasi-organisasi dari semua tipe akan bisa menyelesaikan lebih banyak tugas/proyek jika para
anggotanya mampu bekerja sama dengan baik. Kerja sama selalu menjadi kata kunci bagi kesuksesan
sebuah organisasi. Namun untuk mengembangkan sebuah tim menuju kualitas-kualitas yang terbaik
selalui mulai dari

diri sendiri pada masing-masing Kim (anda, anggota tim maupun diri pemimpin) terlebih dahulu.
Terdapat beberapa syarat bagi sebuah kemenangan tim, yaitu antara lain :

1.

:“

Kohesi, yaitu suatu kekuatan tarik menarik di antara anggota (sel) dalam suatu organisasi. Bentuk dari
kohesi adalah sikap saling terkait antara satu dengan lainnya. saling membantu dan saling mengerti
antar sesama anggota tim. Langkah terbaik untuk menciptakan kohesi dalam organisasi ini adalah
dengan menanggalkan egoisme diri dan lebih banyak memerhatikan kepentingan orang lain atau bahkan
pula cara menciptakan suasana yang menantang bagi tim tersebut sehingga ada keinginan bersama
untuk menaklukkannya/memecahkan permasalahan yang dihadapi. Kebalikan dari sikap kohesi ini
adalah adhesi yaitu sikap menolak utnuk menyatu dengan yang |
ain,engganuntuksalingterkait,membantuatau bahkanenggan untuk saling mengerti orang lain. Sikap
yang terakhir ini sangat tidak efektif untuk dikembangkan bagi suatu kemenangan tim. Kerja sama, yaitu
hasil yang dicapai karena usaha bersama. Kemenangan suatu organisasi adalah di saat seluruh anggota
dalam tim tersebut mau melakukan berbagai upaya usaha organisasi secam bersama, dengan
mencurahkan segala pikiran dan tenaga bersama-sama untuk kepentingan keberhasilan organisasi.

Moralitas yang tinggi. Syarat bagi sebuah kemenangan tim adalah di saat adanya kesepakatan nilai-nilai
baik yang dibangun bersama sebagai penuntun dalam beraktivitas. Semangat korps, yaitu sikap merasa
menjadi bagian utuh dalam sebuah tim. Semangat ini adalah wuiud dari berbagai rangkaian sikap
sebelumnya. Organisasi diibaratkan sebagai satu tubuh yang apabila sakit salah satu anggota tubuh
maka yang lain iuga ikut merasa sakit. Semangat korps ini terlihat begitu sangat kuat dalam organisasi
militer.

Anda mungkin juga menyukai