3C Adinda Nadhifah 181002 Askep+Lp Anak Meningitis
3C Adinda Nadhifah 181002 Askep+Lp Anak Meningitis
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
3C
Infeksi meningeal biasanya muncul melalui aliran darah akibat infeksi lain
(selulitis) atau melalui perluasan langsung (setelah cedera traumatik pada
tulang wajah). Meningitis bakterial atau meningokokal juga muncul
sebagai infeksi oportunis pada pasien AIDS dan sebagai komplikasi dari
penyakit limfe (Brunner & Suddart, 2013).
2. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2008), meningitis di klasifikasikan sesuai dengan
faktor penyebabnya antara lain terdiri dari meningitis asepsis, sepsis dan
tuberkulosa.
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis
virus.Meningitis ini biasanya di sebabkan berbagai jenis penyakit
yang di sebabkan virus seperti gondongan, herpes simpleks dan
herpes zooster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis
bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak di temukan
organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh
korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari
jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang
terlibat.
b. Sepsis/ Meningitis Purulenta
Meningitis sepsis merupakan meningitis yang di sebabkan oleh
organisme bakteri. Penyebab meningitis bakteri akut yaitu Neisseria
meningitidis (meningitis meningokokus), streptococus pneumoniae
(pada dewasa), dan haemophilus influenzae(pada anak-anak dan
dewasa muda).
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberculosa di sebabkan oleh basilus tuberkel.Menurut
Rich & McCoredck, Meningitis tuberkulosa terjadi akibat
komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya dari paru.
Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya selaput otak langsung
oleh penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang
belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga
arachnoid. Kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari
mastoiditis atau spondilitis. Pada pemeriksaan histologis, meningitis
tuberkulosa ternyata merupakan meningoensefalitis. (Ngastiyah,
2012).
3. Penyebab
Meningitis merupakan akibat dari komplikasi penyakit lain atau kuman
secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit
faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis dan dapat
pula sebagai perluasan kontinuitatum dari peradangan organ/jaringan di
dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis,
trombosis sinus kavernosus dan lain-lain (Ngastiyah, 2012).
4. Patofisiologi
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis
yang dapat menyebabkan obstruksi, selanjutnya terjadi hidrosefalus dan
peningkatan tekanan intra kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut
adalah hiperemi pada meningen, edema dan eksudasi yang menyebabkan
peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel darah merah pada
blood brain barrier. Masuknya organisme dapat melalui trauma, penetrasi
prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf
pusat. Otorrhea atau rhinorhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat
menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara Cerebral spinal
fluid (CSF) dan dunia luar.Masuknya mikroorganisme kesusunan saraf
pusat melalui ruang sub arachnoid dan menimbulkan respon peradangan
pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel, dari reaksi radang muncul eksudat
dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar jaringan
sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan
Hidrosefalus.
Meningitis bakteri; netrofil,monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan
sel respon radang. Eksudet terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang di
bentuk di ruang sub arachnoid. Penumpukan pada CSF akan bertambah
dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medula spinalis. Terjadi
vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan ruptur
atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak yang berakibat
menjadi infarctCSF (Suriadi & Yuliani, 2010).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis adalah
gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman
dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit.
1) Gangguan kesadaran
Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan pengawasan
tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering
cheyne-Stokes sehingg terdapat gangguan O2. Untuk membantu
pemasukan O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit. Selain
itu pasien koma juga mengalami inkontinensia urine maka perlu di
pasang penampung urine. Kebersihan kulit perlu di perhatiakn
terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang tertekan. Oleh
karena itu jika akan memasang kateter urine harus konsultasi
dahulu dengan dokter. Buat catatan khusus jika belum ada catatan
perawatan untuk mencatat hasil observasi pasien.
2) Resiko terjadi komplikasi
Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk
memenuhi kebutuhan pasien perlu dilakukan pemasangan sonde
tetapi untuk kebutuhan elektroloit tidak akan cukup. Bila terjadi
dehidrasi cairan yang di berikan biasanya glukosa 10 % dan NACl
0,9% dalam perbandingan 3:1. Pengawasan tetesan perlu dilakukan
secara cermat dan setiap mengganti cairan harus dicatat pada pukul
berapa agar mudah diketahui untuk memperhitungkan kecukupan
cairan atau tidak.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat Keadaran
kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai GCS yang
berkisar antara 3 sampai dengan 9 (GCS normal 15) (Riyadi &
Sukarmin, 2009).
2) Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan meningitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu
tubuh lebih dari normal. penurunan denyut nadi terjadi berhubungan
dengan tanda-tanda peningkatan TIK, pernapasan meningkat > 30
x/menit dan tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena
tanda-tanda peningktan TIK.(suhu normal 36,5-37,40 C, pernapasan
normal : untuk anak 2 bulan -< 12 bulan < 50 x/menit, 12 bulan-<5
tahun < 40x/menit) (Muttaqin, 2008).
3) Kepala
Pada neonatus di temukan ubun-ubun menonjol, sedangkan pada anak
yang lebih besar jarang di temukan kelainan. Pada pemeriksaan
meningeal pada anak dengan meningitis akan ditemukan kuduk kaku.
Terkadang perlu dilakukan pemeriksaan lingkar kepala untuk
mengetahui apakah ada pembesaran kepala pada anak (Wong, dkk,
2009).
4) Mata
Pada pasien dengan kesadaran yang masih baik fungsi dan reaksi pupil
biasanya tidak ada kelainan, sedangkan pada pasien dengan penurunan
kesadaran tanda-tanda perubahan dari fungsi dan reaksi pupil mungkin
akan di temukan,dengan alasan yang tidak di ketahui pasien meningitis
mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan terhadap
cahaya.
5) Hidung
Biasanya tidak ditemukan kelainan.
6) Mulut
Mukosa bibir kering akibat kehilangan cairan melalui proses
evaporasi.
7) Telinga
Terkadang di temukan keluarnya cairan dari telinga pada anak dengan
meningitis pneumokokus dan sinus dermal kongenital terutama di
sebabkan oleh infeksi E.colli.
8) Dada
a) Thoraks
1. Inspeksi, akan nampak penggunaan otot bantu
penapasan.
2. Palpasi, pada pasien dengan meningitis jarang
dilakukan dan biasanya tidak ditemukan kelainan.
3. Auskultasi, ditemukannya bunyi nafas tambahan seperti
ronkhi pada pasien dengan meningitis tuberkulosa
dengan penyebaran primer dari paru.
b) Jantung
penurunan kesadaran pada anak akan di ikuti dengan denyut
jantung yang terkesan lemah < 100x/menit. (normal 100-
140x/i).
9) Kulit
Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia dengan lesi
purpura sampai ekimosis pada daerah luas. Selain itu turgor kulit
mengalami penurunan akibat peningkatan kehilangan cairan.
10) Ekstremitas
Kekuatan otot menurun dan mengalami opistotonus. Pada tahap lanjut
anak mengalami gangguan koordinasi dan keseimbangan pada alat
gerak.
11) Genitalia, jarang di temukan kelainan.
12) Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I, biasanya pada pasien dengan meningitis fungsi
penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II, tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.
Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada
meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural
yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung
lama.
c) Saraf III, IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada
pasien dengan meningitis yang tidak disertai penurunan
kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut
meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda
perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan di dapatkan.
Dengan alasan yang tidak di ketahui pasien meningitis
mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan
terhadap cahaya.
d) Saraf V, pada pasien dengan meningitis biasanya tidak di
dapatkan paralis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya
tidak ada kelainan.
e) Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
sismetris.
f) Saraf VIII, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
g) Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
h) Saraf XI, tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usaha dari pasien untuk melakukan fleksi
leher dan kaku kuduk.
i) Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi serta indra pengecap normal.
13) Sistem motorik
Kekuatan otot menurun, mengalami gangguan koordinasi pada alat
gerak, anak bisa mengalami hemiplegi dan/atau hemiparise.
14) Pemeriksaan ransangan meningeal
a) Kaku kuduk
Kaku kuduk adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot
leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
b) Tanda kernig positif
Ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinski
Tanda ini di dapatkan apabila leher pasien di fleksikan, maka d
hasilnya fleksi lutut dan pinggul, bila di lakukan fleksi pasif
pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang
sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan (Muttaqin,
2008).
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :
a) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari
100/mm3(normal : < 6/µL).
b) Pewarnaan gram CSS
c) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial
dan pada meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa
biasanya normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari
nilai serum glukosa).
d) Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan
pada meningtis virus protein sedikit meningkat.
Tabel 2.1 karakteristik Cairan Serebro Spinal pada bayi dan anak
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
4. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA (North America Nursing Diagnosis Association) NIC
Satyanegara. (2010). Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Tangerang : Gramedia Pustaka Utama.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Nama Mhs : Adinda Nadhifah
NIM : 181002
A. PENGKAJIAN
1. Data Biografi
a. Identitas Klien
Nama Klien (inisial) : An. S Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Panggil :S Agama : Islam
Tempat tgl lahir : Jakarta, 15 Mei 2019
Umur : 11 Bln Suku Bangsa : Indonesia
Bahasa yang digunakan : - Pendidikan : -
Pada tanggal 16 Maret 2020 pukul 16.00 An. S. usia 11 bulan dengan diagnosa medis
meningitis, encephalopati, failur to thrive (FTT), multiple congeietal anomaly, HAP.
Pasien dibawa ke IGD pada tanggal 16 maret karena panas suhu 39,5 oC, kejang
dirumah 5 kali dengan kaki dan tangan kaku, tidak ada muntah. pasien dipindahkan di
ruang infeksi, selama di ruang infeksi kesadaran composmentis. Pengkajian: pasien
terpasang naso gastric tube (NGT), mendapat susu formula 120 ml x 8. Nadi: 138
x/menit, suhu 39,90C, pernapasan 34 x/menit, terdengar ronchi kedua lapang paru.
BB: 4,9 kg, PB: 66 cm, nilai Z-score: <-3, pasien tidak bisa miring kanan-kiri, pasien
hanya bisa menangis. Pasien merupakan anak pertama, diasuh oleh neneknya.
Pemeriksaan laboratorium kimia klinik tanggal 29 maret: PH 7,448, p CO2 28,2 mm
Hg, p O2 84,2 mm Hg, p CO3 19,7 mmol/L, Base Excess -2,7 mmol/L, saturasi O2
97%, HCO3 19,7 mmol/L. Hasil pemeriksaan ronntgen thoraks: infiltrat paru kanan
atas. Pemeriksaan MSCT Scan dengan kontras: lesi mencefalon sisi kiri suspect focal
cerebritis. Hasil laboratorium tanggal 29 april: Hb 10,3 gr/dl, Ht 29,2%, leukosit
16.790 , trombosit 650.000, LED 45, Na 140, K 4,4, Cl 90.
Masalah Keperawatan :
Penatalaksanaan :
- Pasien mendapatkan susu formula 120 ml x 8
5) Pola Eliminasi :
a) BAB
(1) Frekuensi : 5X / sehari
(2) Waktu : £ pagi £ siang £ sore £ malam £ tidak
tentu
(3) Warna : Kuning
(4) Bau : Tidak
(5) Konsistensi : Padat
(6) Cara :-
(7) Keluhan : Tidak ada
(8) Penggunaan laxatif / pencahar : Tidak
(9) Kebiasaan pada waktu BAB : Tidak ada
b) BAK
(1) Frekuensi : 10X / sehari
(2) Warna : Kuning
(3) Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada
(4) Kebiasaan ngompol : Ada
6) Kebiasaan lain :
a) Menggigit jari : Iya
b) Menggigit kuku : Tidak
c) Menghidap jari : Tidak
d) Mempermainkan genital : Tidak
e) Mudah marah : Tidak
f) Lain-lain :-
: pria
: wanita
: pasien
: tinggal bersama
: Meninggal
b. Riwayat penyakit keluarga
5) Aktivitas / Latihan
5) Aktivitas / Latihan
a) Keseimbangan berjalan : Tidak
a) Tingkat kekuatan / Ketahanan : Lemah
b) Kekuatan menggenggam :
b) Kemampuan untuk memenuhi
(1) Tangan Kiri : Lemas
kebutuhan sehari –hari : Istirahat
(2) Tangan Kanan : Lemas
c) Adakah kekakuan pergerakan sendi :
c) Bentuk kaki : Normal
Tidak ada
d) Otot kaki : Lemas
d) Rasa nyeri pada sendi : Tidak ada
e) Kelemahan : Lemah
f) Kejang : Iya
6) Sensori persepsi
g) Lain-lain :-
a) Pendengaran : Baik
6) Sensori persepsi (sesuaikan dengan
b) Penglihatan : Baik
kasus)
c) Penciuman : Baik
a) Reaksi terhadap rangsangan : Iya
d) Perabaan : Baik
b) Orientasi : Baik
e) Pengecap : Baik
c) Pupil : Isokor
d) Konjungtiva/warna : Pucat
7) Konsep Diri Apakah penyakit tersebut
e) Pendengaran : Baik
mempengaruhi pasien ?
f) Penglihatan : Baik
Sangat mempengaruhui, pasien menjadi
lemah g) Lain – lain :-
8) Tidur / Istirahat 2) Konsep diri
a) Jika a) Kontak mata : Baik
tidur apakah merasa nyenyak b) Postur tubuh : Kurus
Kurang nenyak c) Perilaku : Baik
b) Mas 3) Tidur / Istirahat
alah atau gangguan waktu tidur a) Tanda-tanda kurang tidur : Tidak ada
Tidak ada b) Lain – lain : -
4) Seksualitas / Reproduksi
9) Seksualitas / Reproduksi a) Wanita
a) Wanita : (1) Benjolan pada buah dada : -
(1) Menstruasi : - b) Pria
(2) Pemeriksaan buah dada : - (1) Kelainan skrotum : Tidak
b) P (2) Hyposphadia : Tidak
ria : (3) Fimosis : Tidak
(1) Tidak dapat ereksi : - (4) Lain – lain : -
(2) Sakit pada waktu BAK : Tidak
c. Dampak Hospitalisasi
1). Pada Anak :
Anak menjadi cemas, mersa asing akan lingkungan yang baru, berhadapan
sejumlah individu yang belum dikenal, serta harus menerima tindakan medik
atau perawatan yang menyakitkan.
2). Pada Keluarga :
Keluarga menjadi cemas, panik, sedih, dan ada rasa takut.
-Pemeriksaan MSCT Scan dengan kontras: lesi mencefalon sisi kiri suspect focal
cerebritis.
-Hasil laboratorium tanggal 29 april: Hb 10,3 gr/dl, Ht 29,2%, leukosit 16.790 , trombosit
650.000, LED 45, Na 140, K 4,4, Cl 90.
8. Penatalaksanaan
(Therapi / pengobatan termasuk diet yang menunjang masalah)
- Pasien mendapatkan susu formula 120 ml x 8
- Pasien mendapat infus mikro drip 1000 ml RL
9. Data Fokus
Nama Klien / Umur : An. S / 11 Bulan
No. Kamar / Ruang : A01/R.Infeksi
Data Subjektif Data Objektif
- Keluarga pasien mengatakan pasien - Pasien dipindahkan di ruang infeksi,
kejang dirumah 5 kali dengan kaki
selama di ruang infeksi kesadaran
dan tangan kaku
- Keluarga pasien mengatakan tidak composmentis. pasien terpasang
ada muntah
naso gastric tube (NGT),
- Keluarga pasien mengatakan pasien
demam - Pasien mendapat susu formula 120
- Pasien mengatakan sesak napas
ml x 8.
- Nadi: 138 x/menit
- Suhu 39,9 oC
- Kulit pasien tampak kemerahan dan
terasa panas saaat di palpasi
- pernapasan 34 x/menit, terdengar
ronchi kedua lapang paru
- BB: 4,9 kg, PB: 66 cm, nilai Z-
score: <-3
- pasien tidak bisa miring kanan-kiri,
pasien hanya bisa menangis
- pasien tampak adanya secret dan
sulit untuk dikeluarkan
- Pemeriksaan laboratorium kimia
klinik tanggal 29 maret:
- PH 7,448,
- p CO2 28,2 mm Hg
- p O2 84,2 mm Hg
- p CO3 19,7 mmol/L
- Base Excess -2,7 mmol/L
- saturasi O2 97%
- HCO3 19,7 mmol/L
- Hasil pemeriksaan ronntgen thoraks:
infiltrat paru kanan atas
- Pemeriksaan MSCT Scan dengan
kontras: lesi mencefalon sisi kiri
suspect focal cerebritis.
- Hasil laboratorium tanggal 29 april:
- Hb 10,3 gr/dl
- LED 45
- K 4,4
- Cl 90
DO :
- Nadi: 138 x/menit
- Suhu 39,9 oC
- Hb 10,3 gr/dl
- LED 45
- K 4,4
- Cl 90
3 DS : Risiko Tinggi Infeksi Kerusakan Pertahanan
- Nenek pasien mengatakan kejang Tubuh
dirumah 5 kali dengan kaki dan
tangan kaku, tidak ada muntah.
DO :
- Pasien dipindahkan di ruang
infeksi, selama di ruang infeksi
kesadaran composmentis. pasien
terpasang naso gastric tube (NGT),
- Pasien mendapat susu formula 120
ml x 8.
- Nadi: 138 x/menit
- Suhu 39,9 oC
DO:
- Pasien terlihat menangis terus
- S: 39,5 C
- Nilai Z scor kurang dari -3
- pasien terlihat terpasang NGT
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien / Umur : An. S / 11 Bulan
No. Kamar / Ruang : A01/R.Infeksi
C. RENCANA KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen
Nama Klien / Umur : An. S/11 Bulan
No. Kamar / Ruang :A01/R.Infeksi
Tgl No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Paraf &
Keperawatan (PES) Nama Jelas
08 1 Ketidakefektifan Efektifan bersihan jalan 1. Kaji fungsi Adinda
Januari Bersihan Jalan Nafas nafas teratasi setelah paru Nadhifah
2021 b.d Penumpukan dilakukan asuhan 2. Kaji adanya
secret pada saluran keperawatan selama 1x24 bunyi napas
pernafasan jam. Dengan kriteria hasil : tambahan,
DS : - perubahan
- Jalan napas pasien
irama dan
DO : kembali efektif
kedalaman
- pasien tampak - Tidak menggunakan
3. Kaji warna,
adanya secret otot bantu napas
dan kekentalan
dan sulit - Tidak ada suara
sputum
dikeluarkan tambahan
4. Atur posisi
- pernapasan 34 - Dapat
fowler dan
x/menit, mendemonstrasikan
semifowler
terdengar cara batuk efektif
Peninggian
ronchi kedua - Sesak napas
kepala tempat
lapang paru berkurang
tidur
- p CO2 28,2
5. Ajarkan cara
mm Hg
batuk efektif
- p O2 84,2 mm
6. Lakukan
Hg
fisioterapi dada
- p CO3 19,7
: vibrasi dada
mmol/L
- saturasi O2
97%
- Hasil
pemeriksaan
rontgen
thoraks:
infiltrat paru
kanan atas
08
Januari
2020
Adinda Nadhifah
1 - Mengkaji warna, dan kekentalan sputum
08.00
Hasil : warna seputum pasien putih dan kental
1.
- Melakukan fisioterapi dada : vibrasi dada
08.40
Hasil : pasien sudah dilakukan vibrasi dada dan
pasien tampak nyaman dan tidak terlalu sesak
setelah dilakukan vibrasi dada
1
- Mengkaji adanya bunyi napas tambahan,
08.50 perubahan irama dan kedalaman
Hasil : bunyi nafas pasien ronchi, terdapat
perubahan irama, dan kedalaman dangkal
E. EVALUASI
Nama Klien / Umur : An. S/11 Bulan
No. Kamar / Ruang : A01/R.Infeksi
No. Hari/Tgl/ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan Nama
Jam Jelas
DK. (Mengacu Pada Tujuan)
1 09 Januari S:- Adinda Nadhifah
2021
O:
15.00
- Bunyi nafas pasien ronchi, terdapat perubahan
irama, dan kedalaman dangkal
- Warna seputum pasien putih dan kental
- Pasien diberikan posisi semifowler dan kepala
pasien lebih tinggi dari badan pasien
- pasien dan keluarga sudah diajarkan batuk efektif
dan pasien masih belum bisa melakukannya
09 Januari
O:
09 Januari
3 2021 Adinda Nadhifah
15.00 S:-
O:
- Keluarga pasien mengatakan pasien sedikit sulit
untuk makan
- keluarga mengatakan mengerti dan sudah akan
menjaga hygiene personal
- Suhu tubuh pasien 39, 3 oC
- Pasien tampak nyeri dada, nadi pasien tidak teratur,
dan demam suhu tubuh pasien tinggi
- Pasien sudah diberikan obat antibiotic sesuai
indikasi
TINDAKAN KEPERAWATAN:
LINK :
https://youtu.be/333hTcWeiGk