MIKROBIOLOGI PERTANIAN
ACARA VII
MORFOLOGI KOLONI MIKROBA
Oleh:
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karuniaNya, sehingga penulisan laporan ini yang berjudul “Laporan Praktikum
Mikrobiologi Pertanian Acara 7: Morfologi Koloni Mikroba” berhasil
diselesaikan. Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada,
1. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi
Pertanian.
2. Ibu Woro Sri Suharti, Ph.D. dan Ibu Ir. Darini Sri Utami M.P. selaku
dosen pengampu kelas Mikrobiologi Pertanian Kelas E.
3. Seluruh asisten praktikum Mikrobiologi Pertanian.
4. Mba Gayuh Lestari selaku asisten praktikum Mikrobiologi Pertanian
Kelas E.
5. Orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungannya.
6. Seluruh teman-teman mahasiswa Agroteknologi yang selalu mendukung
hingga laporan praktikum Mikrobiologi Pertanian dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang sempurna. Meskipun
demikian, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
memerlukannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
PRAKATA.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
III. METODE PRAKTIKUM.......................................................................................7
A. Bahan dan Alat.......................................................................................................7
B. Prosedur Kerja........................................................................................................7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................8
V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................18
A. Kesimpulan..........................................................................................................18
B. Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BIODATA.......................................................................................................................21
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
ciri-ciri fisik yang dimiliki tiap-tiap individu mikroorganisme tersebut
(Waluyo, 2008). Pengamatan morfologi koloni mikroorganisme juga
berguna dalam diagnosis bidang kesehatan (Rocha et al., 2012).
Morfologi secara umum memiliki arti bentuk, ukuran, struktur dan
penataan sel. Sedangkan koloni mikroorganisme adalah kumpulan
individu-individu mikrorganisme tertentu. Jadi morfologi koloni
mikroorganisme adalah bentuk, ukuran, struktur dan penataan sel dari
sekumpulan mikroorganisme yang hidup secara koloni pada suatu media
tumbuh dan kondisi lingkungan yang sama. Dimana beberapa sifat
morfologi koloni mikroorganisme misalnya bentuk dan pengelompokan
sel, susunan didinding sel, struktur mikroorganisme serta sifat-sifat
lainnya. suatu koloni mikroorganisme baik berupa bakteri maupun jamur
juga memiliki jumlah koloni, warna koloni, ukuran koloni, bentuk koloni
dan morfologi pada tiap-tiap sumber koloni yang berbeda-beda. Morfologi
koloni mikroorganisme memiliki berbagai macam bentuk misalnya pada
bakteri dimana bentuk morfologi koloninya ada yang bulat, tak beraturan
dengan permukaan cembung, cekung, atau datar serta tepi koloni rata atau
bergelombang, dsb. Pada medium agar miring penampakan koloni bakteri
ada yang serupa benang (filament), menyebar, serupa akar dan sebagainya.
Sedangkan bentuk morfologi koloni pada jamur adalah berupa
benangbenang putih yang sangat halus, berbentuk jala, atau bercak-bercak
dengan warna cerah (Purnomo, 2012).
Morfologi suatu mikroba dapat diperiksa dalam keadaan hidup
maupun mati.Pemeriksaan morfologi ini penting untuk mengenal nama
bakteri, pengenalan sifat fisiologisnya yang kebanyakan merupakan faktor
penentu dalam mengenal nama spesies. Bagian-bagian sel dapat dilihat
dengan terlebih dahulu memberi warna dimana warna bisa bersifat asam,
netral, maupun basa (Dwidjoseputro, 1984). Beberapa parameter
morfologi yang dapat digunakan adalah morfologi koloni yang tumbuh
dalam medium pertumbuhan dan morfologi sel yang dapat diamati
menggunakan mikroskop dengan perbesaran tertentu. Parameter morfologi
4
koloni sel dalam medium pertumbuhan yang diamati berupa warna,
bentuk, ukuran dan letak koloni dalam medium (Sabdaningsih, 2013).
Karakteristik dari mikroorganisme dapat diamati dengan identifikasi
sederhana bedasarkan deskripsi dari koloni mikroorganisme tersebut.
Walaupun dengan kemudahan prosedur pengamatan koloni
mikroorganisme, namun koloni mikroorganisme dapat berubah-ubah pada
kondisi yang berbeda-beda pula. Morfologi koloni pertama kali dianalisa
untuk parameter kualitatif seperti bentuk, bagian luar mikroorganisme,
tekstur, ukuran, tinggi dan warna. Lalu kemudian dipergunakan untuk
mencari data kuantitatif yakni frekuensi dari koloni tersebut (Rocha et al.,
2012).
Menurut Dwidjoseputro (2013) faktor lingkungan yang
mempengaruhi morfologi koloni bakteri diantaranya temperatur, pH, dan
oksigen bebas. Benson (2002) menjelaskan lebih jauh bahwa temperatur
mempengaruhi aktifitas enzim suatu bakteri. Reaksi enzimatis akan
maksimum pada temperatur optimum. Di bawah temperatur minimum dan
di atas maksimum enzim menjadi tidak aktif. Seperti halnya dengan
temperatur, pH akan bekerja lebih baik pada nilai optimum. Nilai ini
berlaku jika faktor lingkungan lainnya relatif konstan seperti komposisi
medium, temperatur inkubasi dan tekanan osmotik. Konsentrasi ion
hidrogen akan membatasi aktifitas enzim pada organisme untuk mampu
mensintesis protoplasma baru.
Penentuan karakter secara morfologi masih digunakan dalam
taksonomi seperti pada Buchanan & Gibbons (1974). Cappuccino &
Sherman (1987) menyebutkan bahwa beberapa parameter morfologi yang
dapat digunakan adalah morfologi koloni yang tumbuh dalam medium
pertumbuhan dan morfologi sel yang dapat diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran tertentu. Parameter morfologi koloni sel
dalam medium pertumbuhan yang diamati berupa warna, bentuk, ukuran
dan letak koloni dalam medium.
5
Mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroorganisme seperti
jamur, penelitian dapat dilakukan dengan pembiakan melalui media
pertumbuhan. Medium merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran
zat makanan (nutrient) yang berfungsi sebagai tempat tumbuh mikroba.
Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik harus
memenuhi persyaratan antara lain: media harus mempunyai pH yang
sesuai, media tidak mengandung zat-zat penghambat, media harus steril,
dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan
mikroorganisme (Octavia, 2017).
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun
cawan dan setelah diinkubasikan terlihat pertumbuhan bakteri dengan
berbagai macam bentuk, ukuran, sifat, dan berbagai ciri khas yang lain.
Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba tersebut pada media
pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat penting untuk
diperhatikan (Ratna, 2010).
6
III. METODE PRAKTIKUM
B. Prosedur Kerja
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Morfologi mikroskopis merupakan karakteristik mikroorganisme
yang hanya dapat dilihat melalui pengamatan di bawah mikroskop. Variasi
mikroorganisme atau koloni mikroorganisme dipengaruhi oleh arah
pembelahannya, umur, dan syarat pertumbuhan tertentu, seperti makanan,
suhu, dan keadaan yang tidak menguntungkan mikroorganisme. Sel-sel
mikroorgansime memiliki beberapa bentuk. Bentuk mikroorganisme
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu
untuk membandingkan bentuk serta ukuran mikroorganisme, kondisinya
harus sama. Pada umumnya, mikroorganisme yang usianya lebih muda
ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua. Berdasarkan
bentuknya, mikroorganisme dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu coccus,
bacillus, dan spirillum.
Kokus (coccus) merupakan mikroorgansime yang berbentuk bulat
serupa dengan bola-bola kecil. Bentuk kokus ini ada yang bergandengan
panjang yang serupa dengan tali leher disebut streptokokus, ada yang
bergandengan dua-dua disebut diplokokus, ada yang mengelompok empat
disebut tetrakokus, yang bentuknya mengelompok merupakan untaian
disebut stafilakokus, sedangkan kokus yang mengelompok serupa kubus
disebut sarsina.
9
2. Diplokokus (Diplococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang bergandengan
dua-dua, misalnya Diplococcus pneumoniae, penyebab penyakit pneumonia
atau radang paru-paru.
3. Streptokokus (Streptococcus), yaitu bakteri bentuk bbola yang berkelompok
memanjang membentuk rantai.
4. Sarkina (Sarcina), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-
empat sehingga bentuknya mirip kubus.
5. Stafilokokus (Stafilococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni
membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga bentuknya mirip
dompolan buah anggur.
Bacillus merupakan mikroorganisme yang berbentuk seperti batang.
Bacillus dapat dibedakan ke dalam bentuk batang panjang dan batang pendek,
dengan ujung datar atau lengkung. Bentuk batang dapat dibedakan lagi atas
bentuk batang yang mempunyai garis tengah sama atau tidak sama di seluruh
bagian panjangnya.
10
dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil. Bentuk ini
memiliki 3 variasi, yaitu:
1. Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral yang sel
tubuhnya kaku, misalnya Spirillum minor yang menyebabkan demam dengan
perantara gigitan tikus atau hewan pengerat lainnya.
2. Vibrio, biasa disebut bentuk koma dianggap sebagai bentuk spiral tak
sempurna. Contoh dari bentuk ini adalah Vibrio cholerae penyebab penyakit
kolera.
3. Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur.
pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut. Contohnya
Treponema pallidum, penyebab penyakit sifilis.
11
Sifat koloni pada agar-agar miring berkisar pada bentuk dan tepi koloni dan
sifat itu dinyatakan dengan kata-kata, seperti serupa pedang, serupa duri, serupa
tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar. Sedangkan sifat koloni
tusukan dalam gelatin terdapat mikroorganisme yang dapat mengencerkan gelatin.
Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Bila dilihat dari
samping koloni yang tidak mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih,
bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika mikroorganisme mampu mengencerkan
gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk, serupa
corong, pundi-pundi dan berlapis.
Morfologi makroskopis atau kolonial morfologi merupakan
morfologi pada mikroorganisme berdasarkan populasinya. Populasi
mikroorganisme tumbuh sangat cepat ketika mereka disertakan dengan
gizi dan kondisi lingkungan yang memungkinkan mereka untuk
berkembang. Melalui pertumbuhan ini, berbagai jenis mikroorganisme
biasanya akan menghasilkan koloni yang khas dalam penampilan.
Beberapa koloni mungkin akan berwarna, ada yang berbentuk lingkaran,
sementara yang lain tidak teratur. Karakteristik koloni (bentuk, ukuran,
warna, dll) ini diistilahkan sebagai koloni morfologi. Morfologi koloni
dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:
1. Bentuk (Shape)
2. Tepi atau pinggir (Edge)
3. Ketinggian (Elevation)
4. Ukuran (Size)
5. Permukaan (Surface)
6. Kekentalan atau kepadatan (Consistency)
7. Bau (Odor)
8. Transparansi (Opacity)
9. Pigmentasi (Chromogenesis)
12
Gambar 5. Morfologi koloni mikroorganisme
Menurut Tarigan (1998), ciri ciri koloni mikroorganisme dapat dilihat
melalui, ukuran, margin, tekstur permukaan, elevasi, konsistensi, dan pigmentasi.
Ukuran koloni mikroorganisme merupakan karakteristik yang berguna untuk
identifikasi, dan dapat diukur. Ukuran sering digambarkan sebagai berbentuk
seperti titik (punctiform), kecil (small), sedang (moderate), dan besar (large).
Ukuran koloni bervariasi, mulai dari sebesar ujung jarum, yaitu kira-kira pecahan
mm (diameternya) sampai 5-10 mm. Meskipun koloni suatu mikrobia mempunyai
ciri-ciri diameter, kiranya perlu diingat, bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya diameter tersebut. Misalnya hanya koloni-koloni yang
menyebar saja yang dapat diukur, karena koloni-koloni ini cenderung memilki
diameter yang lebih besar daripada koloni yang bertumpuk-tumpuk. Hal ini
disebabkan karena persaingan pada koloni yang menyebar lebih kecil dari
persaingan yang terjadi pada koloni yang bertumpuk-tumpuk dan kurang
mendapat hambatan dari zat-zat hasil sampingan.
Tepi atau margin koloni mikroorganisme merupakan karakteristik penting
dalam identifikasi mikroorganisme. Bagian tepi koloni mikroorganisme
bervariasi, tergantung kepada spesiesnya. Bentuknya dapat melingkar rata seperti
tepi (pinggir) suatu tetesan, atau tidak baraturan seperti tonjolan yang
melengkung, seperti benang atau seperti akar. Tepi yang umum termasuk tepi rata
(entire), tepi bergelombang/menyerupai gelombang (undulate/resembling waves),
teoi berlekuk (lobate/lobed structure), tepi melengkung (curled), tepi bergerigi
13
(rhizoid, serrate), tepi seperti benang-benang/berfilamen/berlekuk tidak beraturan
(filamentous/erose atau irregularly notched).
Bentuk koloni mikroorganisme merupakan keseluruhan penampilan bentuk
koloni tersebut. Bentuk umum termasuk melingkar/bulat bertepi (circular), bentuk
seperti akar/pertumbuhan menyebar (rhizoid), tidak beraturan/tidak bertepi
(irregular), berserabut (filamentous), dan lonjong (spindle).
Elevasi koloni memiliki variasi tergantung pada spesiesnya, bisa tipis
sampai tebal. Permukaannya dapat merata atau bisa menunjukkan adanya variasi
kesinambungan. ang paling umum adalah datar atau ketinggian tidak terukur,
nyaris rata dengan medium (flat), terangkat/ketinggian nyata terlihat, namun rata
pada seluruh permukaan (raised), bentuk cembung seperti tetesan air/permukaan
melengkung (convex/curved surface), berbentuk bantal (pulvinate), dan bentuk
cembung dibagian tengah lebih menonjol (umbonate).
Konsistensi koloni mikroorganisme dapat diketahui dengan menyentuhkan
jarum ose ke permukaan koloni. Beberapa spesies bakteri dapat membentuk
koloni yang bersifat viscous, ada juga spesies bakteri yang membentuk koloni
yang kering, atau berbetuk seperti tepung yang akan terpecah bila tersentuh jarum.
Tekstur permukaan koloni mikroorganisme merupakan ideentifikasi
konsistensi koloni mikroorganisme. Permukaan koloni juga bervariasi, tergantung
kepada spesiesnya dan tekstur permukaan ini ada yang licin (smooth), kasar
(rough), granuler, atau mucoid (berlendir). Koloni spesies tertentu ada
permukaanya yang keriput (wrinkled). Semua koloni-koloni kultur murni pada
piring petri, mempunyai persamaan jenis permukaan, akan tetapi kita harus
mengingat bahwa beberapa kultur murni dapat menunjukkan variasi permukaan.
Pada umumnya prmukaan koloni memiliki 3 macam bentuk yaitu: S (smooth),
licin, bundar, konveks; R (rough), kasar, datar, bergerigi; dan M (mucoid),
berlendir, basah, kadang-kadang bersatu, lembut, dan tebal.
Penampilan koloni (appearance) merupakan aspek luar permukaan koloni,
sering menggambarkan jika koloni berkilau/mengkilap (glistening, glossy, dan
shiny), kusam atau berawan (dull/cloudy). Sedangkan properti optik (optical
property) menggambarkan sifat tak tembus cahaya (opacity) dari koloni
14
mikroorganisme. Koloni sering terlihat buram (opaque), atau tidak tembus
cahaya, tembus cahaya atau cahaya menembus secara difusi (translucent), dan
transparan atau cahaya lewat tanpa gangguan (transparent).
Morfologi koloni mikroorganisme yang terakhir adalah pigmentasi.
Beberapa spesies mikroorganisme menghasilkan pigmen atau warna koloni yang
dapat larut dalam air atau larut dalam lemak. Produksi pigmen dapat bervariasi
tergantung pada kondisi lingkungan dan usia kolon, warna koloni misalnya putih,
kuning, merah, ungu dan lain-lain. Contoh adanya pigmentasi seperti pada
Flectobacillus major yang berwarna merah muda.
Pada praktikum “Acara 3: Pembuatan Media dan Pembuktian Mikroba Ada
di Udara” telah dihasilkan mikroba berupa bakteri dan jamur yang terdapat pada
media NA dan PDA. Bakteri dan jamur yang terdapat pada kedua media tersebut
membentuk suatu koloni mikroba. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui
morfologi koloni mikroba dari hasil pengamatan Acara 3 pada tabel di bawah.
Tabel 1. Morfologi koloni mikroba pada media Acara 3
No Media Perlakua Foto Morfologi Koloni
. n
1 PDA 10 menit Bentuk (Shape): irregular
Tepi atau pinggir (Edge): entire
Ketinggian (Elevation): convex
Penampilan (Appearance):
mengkilap
Tekstur (Texture): licin
Transparansi (Opacity):
trasnsparan
Pigmentasi (Chromogenesis):
nonpigmented
15
2 PDA 20 menit Bentuk (Shape): spindle
Tepi atau pinggir (Edge): undulate
Ketinggian (Elevation): convex
Penampilan (Appearance):
mengkilap
Tekstur (Texture): licin
Transparansi (Opacity):
trasnsparan
Pigmentasi (Chromogenesis):
nonpigmented
16
5 NA 20 menit Bentuk (Shape): filamentous
Tepi atau pinggir (Edge):
filamentous
Ketinggian (Elevation): raised
Penampilan (Appearance): kusam
Tekstur (Texture): kasar
Transparansi (Opacity): buram
Pigmentasi (Chromogenesis):
nonpigmented
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Walid, A., Novitasari, N., & Wardany, K. (2019). Studi Morfologi Koloni Bakteri
Udara Di Lingkungan Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu. Jurnal IPA & Pembelajaran IPA, 3(1), 10-14.
20
BIODATA
21