Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tiffany Cindy Claudia Anatasia Paliama

NIM : 112015323

Koass : UKRIDA

Periode : 30 Mei 2016- 2 Juli 2016

Pemeriksaan Mata Serta Tujuannya :

- Uji Penglihatan Sentral :

1. Pastikan ruangan cukup terang atau dapat menggunakan penerangan lampu pada
grafik.
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
3. Cuci dan keringkan penutup mata. Jika tidak ada, minta pasien untuk mencuci tangan.
4. Posisikan pasien, boleh dalam keadaan duduk atau berdiri, pada jarak 6 meter dari
grafik
5. Pengujian dilakukan pada setiap mata secara terpisah – mata ‘buruk’ yang pertama
diperiksa.
6. Minta pasien untuk memakai kacamatanya (jika pasien punya), tutup mata yang tidak
diperiksa (baik menggunakan penutup mata atau meminta pasien menutupnya dengan
menggunakan tangannya), dan mulai membaca grafik Snellen.
7. Baris terkecil yang bisa dibaca oleh pasien akan dinyatakan sebagai fraksi (bilangan
per), misalnya 6/18 atau 6/24. Angka di atas per merujuk pada jarak grafik dari pasien
(6 meter) dan angka yang di bawah per adalah jarak dalam meter di mana seseorang
tanpa penurunan visus harus dapat melihat grafik dengan baik.
8. Dalam dokumentasi pasien, catat visus untuk setiap mata. Catat juga apakah
pemeriksaan dilakukan dengan atau tanpa koreksi (kacamata), misalnya Visus kanan
= 6/18 (dengan koreksi), Visus kiri = 6/24 (dengan koreksi)

9. Jika pasien tidak dapat membaca huruf terbesar (paling atas) pada jarak 6 meter,
majukan pasien lebih dekat, satu meter pada satu waktu, sampai huruf paling atas
dapat dilihat – Visus kemudian akan dicatat dengan angka 5/60 atau 4/60, dan lain-
lain.
10. Jika huruf paling atas tidak dapat dibaca pada jarak 1 meter (1/60), gunakan jari Anda
pada berbagai jarak kurang dari 1 meter dan minta apakah pasien dapat
menghitungnya. Ini dicatat sebagai penghitungan jari (CF). Catat sebagai: Visus =
Penghitungan jari.
11. Jika pasien tidak bisa menghitung jari, lambaikan tangan Anda dan minta apakah
pasien dapat melihatnya. Ini dicatat sebagai gerakan tangan. Catat sebagai: Visus =
Lambaian tangan.
12. Jika pasien tidak bisa melihat gerakan tangan, beri sinar senter ke arah matanya dari
arah empat kuadran. Dokumentasikan pada kuadran yang relevan, dapat
menggunakan kode seperti Persepsi Cahaya (PC atau √), atau Persepsi Cahaya
Negatif (PCN atau X).
13. Selanjutnya lakukan hal yang sama dengan mata sebelahnya.
Jika 6/6 (penglihatan normal) tidak tercapai, uji satu mata pada satu waktu dengan penutup
mata lubang jarum (pinhole) ditambah kacamata saat ini dan ulangi prosedur di atas pada
jarak 6 meter saja. Penggunaan lubang jarum ini memungkinkan penilaian penglihatan
sentral. Jika penglihatan membaik, itu menunjukkan gangguan disebabkan kesalahan refraksi,
yang diperbaiki dengan kacamata atau resep baru.

Pemeriksaan Segmen Anterior

Bola Mata : Tes Hirscberg

Untuk mengidentifikasi adanya penyimpangan posisi bola mata dengan memperhatikan


kedudukan reflek cahaya pada kornea.

1. Minta kepada pasien untuk selalu memperhatikan titik/lampu fiksasi


2. Pemeriksa menempatkan dirinya didepan pasien sedemikian rupa, sehingga dapat
menilai dengan baik kedudukan reflek cahaya pada kornea pasien.
3. Perhatian pemeriksa ditijukan pada mata yang mengalami penyimpangan poisi
bolamata.
4. Nilai posisi reflek cahaya pada kornea mata yang berdeviasi/menyimpang.

Palpebra : menilai apakah palpebra simetris atau tidak

Inspeksi kelopak mata di lihat apakah ada edema,warnanya dan ketebalannya serta apakah
ada lesi pada kelopak mata.

Konjungtiva :

1. Pemeriksaan konjungtiva palpebra/tarsus superior bisa dilakukan dengan cara eversi


menggunakan tangan atau dengan bantuan cotton but (biasanya pada kelopak mata
yang bengkak). Sedangkan pemeriksaan konjungtiva inferior dilakukan dengan cara
ditarik ke bawah.
2.  Pada konjungtiva perhatikan ada tidaknya benda asing , luka, rupture, laserasi, litiasis
(penampakan lemak), papil, scar.
3. Pada konjungtiva bulbi (yang menutupi skelra/yang putih-putih disekitar kornea).
Perhatikan apakah ada tidaknya respon vascular injection (CVI yakni cornea Vascular
Injection, PCVI yaitu Pericorneal Vascular Injection).

Kornea, Iris dan COA

Dilakukan untuk menginspeksi kornea dan COA dengan mengarahkan cahaya senter dari
samping dan juga berbagai sudut. Pada keadaan normal kornea dan COA akan jernih dan
pada COA akan dalam bila pada saat tersinari lampu maka tidak ada bayangan yang
tertinggal. Hitung kedalaman ruang anterior dari samping dengan menggambarkan jarak
antara kornea dengan iris. Iris harus teriluminasi dengan cahaya dari samping. Permukaan
kornea normalnya tampak bercahaya dan terang tanpa adanya jaringan parut. Inspeksi juga
bagian iris dari tampak warna dan sensitivitas korneal.

Refleks Pupil
Pemeriksaan pupil dapat dilakukan dengan pen light, iluminasi fokal maupun slit
lamp. Yang perlu dinilai saat melakukan pemeriksaan pupil adalah bentuk, letak, ukuran,
jumlah, warna, efek akomodasi, dan reaksi terhadap rangsangan sinar langsung dan tidak
langsung. Pupil normal berbentuk bulat, letaknya sentral, diameter normal ditempat gelap
adalah 4,5 – 7 mm sedangkan ditempat terang 2,5 – 6 mm, jumlahnya satu, warna gelap,
miosis saat akomodasi, dan bereaksi ketika diberi rangsang cahaya. Pada reflek pupil direk:
mata diberi cahaya senter,dilihat refleknya bergantian. Reflek indirek : salah satu mata diberi
cahaya, dengan mata lainnya ditutupi dengan tangan ditempelkan di tengah2 wajah. Nanti
kedua mata akan berefleks sama (miosis) yang disebut refleks konjugasi. Dinilai refleknya,
apabila tidak sama dinamakan anisokonia (misal 1 miosis,1 midriasis).

Lensa

Dilihat kejenihannya. Bila suspect katarak dan kalau positif katarak, dilihat matur/ imatur.
Untuk melihat lensa lebih jelas bisa memakai obat tetes yang berisi midriatikum(midriatil)
yang fungsinya untuk midriasis pupil, jadi lensanya bisa lebih mudah dilihat. Untuk melihat
suatu katarak itu matur/imatur menggunakan pemeriksaan Shadow Test.
Cara pemeriksaan :
1. Pasien diminta melihat lurus ke depan
2. Lalu pemeriksa menyenteri mata pasien pada sudut 450 dari samping, dari bayangan
iris.
3. Nanti ada bayangan yang dibiaskan dari humor aquosus.
4. Katarak matur : lensa lebih cembung karena menyerap cairan lebih banyak,bayangan
iris pada lensa terlihat kecil dan letaknya dekat terhadap pupil, shadow test (-) ;
katarak imatur: lensa masih kecil,terdapat bayangan iris pada lensa terlihat besar dan
letaknya jauh terhadap pupil, shadow test (+)
Kelainannya :
- Luxasio : seluruh lensa lepas dan masuk ke vitreus
- Subluxasio : sebagian lensa lepas dari pegangannya. Baik luksasio dan subluxasio
bisa ada tanda2 iris tremolans.

Pemeriksaan Funduskopi

Prosedur :

1. Gelapkan ruangan, nyalakan lampu oftalmoskop dan putar piringan lensanya sampai
pemeriksa melihat pancaran cahaya putih dan lebar. Arahkan cahaya tersebut pada
punggung tangan pemeriksa untuk mengecek tipe cahayanya, intensitas cahaya yang
diinginkan dan kekuatan batere pada oftalmokop
2. Putarlah piringan lensa hingga dioptri 0 (dioptri merupakan satuan untuk mengukur
kekuatan lensa dan mengkonvergensikan atau mengdivergensikan cahaya). Pada
dioptri ini lensa tidak mengkonvergensikan atau mengdivergensikan cahaya. Letakkan
jari telunjuk pemeriksa pada pinggir piringan lensa agar anda dapat memutar piringan
tersebut untuk mengfokuskan lensa ketika pemeriksamemeriksa fundus okuli
3. Ingat. Pegang alat oftalmoskop dengan tangan kanan pemeriksa untuk memeriksa
mata kanan pasien, begitu juga pada sisi sebaliknya. Tindakan ini akan menjaga
tangan pemeriksa agar tidak membentur hidung pasien dan memberi pemeriksa
mobilitas yang lebih besar serta jarak pemeriksa yang lebih dekat untuk melihat
fundus dengan jelas. Awalnya mungkin anda akan mengalami kesulitan dalam
menggunakan mata yang tidak dominan, tetapi kesulitan ini akan semakin berkurang
dengan latihan
4. Pegang oftalmoskop kuat-kuat hingga menempel permukaan medial orbita anda
dengan bagian tangkainya sedikit dimiringkan kea rah lateral pada sudut sekitar 20˚
dari bidang vertical. Pastikan agar anda dapat melihat dengan jelas lewat aperture.
Minta pasien untuk memandang sedikit ke atas dan diatas bahu anda langsung pada
sebuah titik terdapat tembok.
5. Tempatkan diri anda pada jarak sekitar 15 inci (sekitar38 cm) dari tubuh pasien dan
dengan sudut 15˚ disebelah lateral dari garis pandang pasien. Arahkan pancaran
cahaya oftalmoskop pada pupil pasien dan cari kilauan cahaya orange pada
pupiltersebut- yang merupakan pantulan (refleksi cahaya merah) perhatikan setiap
kekeeruhan yang menganggu pantulan cahaya merah ini.
6. Kini tepatkan ibu jari tangan pemeriksa yang lain pada alis mata pasien (teknik akan
membuat pemerisaan anda lebih mantap tetapi tidak selalu harus dilakukan). Dengan
menjaga agar pancaran cahaya terus terfokus pada pantulan cahaya merah, gerakkan
oftalmoskop kedalam dengan sudut 15˚ kea rah pupil sampai anda sangat dekat
dengan pupil dan hamper menyentuh bulu mata pasien.

Pertahankan untuk mempertahankan kedua mata agar tetap terbuka dan rileks seperti jika
menatap tempat jauh karena tindakan ini akan mengurangi kekaburan yang berfluktuasi pada
saat kedua mata anda mencoba berakomodasi. Mungkin perlu mengurangi intensitas
pancaran cahayanya untuk membuat pemeriksaan terasa lebih nyaman bagi pasien,
menghindari hippus (spasme pupil) dan memperbaiki hasil pengamatan.

Palpasi Mata

Palpasi pada mata di lakukan untuk melihat adanya nyeri maupun oedem pada
kelopak mata. Pada palpasi bola mata dilakukan dengan menempatkan kedua ujung jari
telunjuk di kelopak mata di atas sklera sementara pasien melihat ke arah bawah. Pada bola
mata di dapatkan sama keras. Pada palpasi kantong lakrimal dengan menggunakan jari
telunjuk dan di tekan pada lingkar orbital bawah pada sisi yang dekat dengan hidung klien.
Dilakukan sambil menekan dan di lihat apakah adanya purulen maupun air mata yang keluar
secara berlebihan sehingga bisa di indikasi adanya sumbatan.

Kampus Visi

Tes konfrontasi : digunakan untuk menilai lapang pandang penderita. Penderita disuruh untuk
melihat gerak dan jumlah tangan pemeriksa di arah:
1. Lateral : 900
2. Caudal : 700
3. Cranial :550
4. Medial 600
Prosedur :
Pemeriksaan masing-masing bola mata dilakukan terpisah.
 Penderita didudukkan menghadap pemeriksan. Pemeriksaan dimulai dengan menutup
mata kiri , sedangkan mata kanan menatap mata kiri pemeriksan.
 Pemeriksa memperlihatkan beberapa jarinya sebentar di perifer salah satu dari empat
kuadran. Penderita diminta untuk menyebutkan jumalh jari yang digerakkan sesaat
tersebut sambil tetap menatap ke depan.
 Pemeriksaan diulang untuk kuadran temporal bawah dan atas serta nasal atas dan
bawah.
Kesalahan interpretasi penderita mengindikasikan kelainan seperti ablatio retina, kelainan
nervus optikus, dan iskemik pada jalur visual interkranial.

Tes Ishihara

Ishihara merupakan tes yang digunakan untuk menguji adanya kelainan mengenali
warna (buta warna) pada klien. Tes ini digunakan untuk mengetahui cacat warna merah dan
hijau akibat kerusakan retina (sel bipolar-badan ganglion genikulatum lateral). Ishihara
berbentuk gambar-gambar pseudoisokromatik yang disusun titik dengan kepadatan warna
berbeda sehingga orang normal dapat mengenal gambar yang dibentuk oleh titik-titik tersebut

 Prosedur :

1. Klien diminta melihat kartu dan menentukan gambar yang dilihat, misalnya angka 25
2. Klien iminta menyebukan gambar tesebut dalam waktu 3-10 detik bila lebih terdapat
kelainan buta warna

Anda mungkin juga menyukai