Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TUGAS RUTIN

DOSEN PEMBIMBING:

Dra.Rosdiana,M.Pd

DISUSUN OLEH:

-Indah Putri Dwiyanti

-Sye Qippti Miranda

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas
rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir
pada kita kelak.

Makalah dengan judul “Asas-asas dan kode etik bimbingan konseling” dibuat untuk melengkapi
tugas mata kuliah Dasar dasar bimbingan konseling. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah ini. Penulis juga berharap
agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang
terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata
pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan
dan membaca makalah ini.

Aceh, 16 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................i

KATA PENGANTAR ..................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah .....................................................................4


B. Rumusan masalah .............................................................................4
C. Tujuan masalah .................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat manusia.................................................................................5
B. Aliran hakikat manusia......................................................................5
C. Dimensi hakikat manusia serta potensi keunikan dan dinamiknya. . .6
D. Pengembangan dimensi hakikat manusia..........................................8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................9

DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain.
Akal, merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk
mengatur insting serta ego manusia itu sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya.
Dengan akal, manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi ini,
tanpa akal, manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang
lainnya. Akal juga membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan
fungsinya, hakikat manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu
pengetahuan. Hakikat manusia bisa menjadi makhluk individual, makhluk sosial,
makhluk peadegogis dan manusia sebagai mahkluk yang beragama.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi hakikat manusia
2. Sebutkan apa saja aliran hakikat manusia
3. Jelaskan dimensi hakikat manusia serta potensi keunikan dan dinamiknya
4. Bagaimana pengembangan dimensi hakikat manusia
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi hakikat manusia
2. Untuk memahami aliran hakikat manusia
3. Untuk mengetahui dimensi manusia serta potensi keunikan dan dinamiknya
4. Untuk memahami dan mengetahui pengembangan dimensi hakikat manusia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia
Menurut bahasa atau etimologi manusia merupakan suatu insan yang berakal budi
(sanggup menguasai makhluk lain); insan; maupun orang. Makhluk berarti; substansi
yang dijadikan atau diciptakan oleh Tuhan (seperti; manusia, binatang dan tumbuhan).
Makna pengertian manusia secara bahasa ini memberikan penjelasan bahwa manusia
diciptakan oleh Allah dengan diberikannya suatu kelebihan yaitu akal sehingga dengan
kelebihan itu lah dapat memungkinkan manusia untuk mengendalikan makhluk yang lain
baik itu binatang maupun tumbuhan. Secara terminologi atau yang biasa di sebut istilah
pengertian manusia dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli. Salah satu pendapat
tersebut menurut Sastraprateja adalah:
Manusia merupakan makhluk yang bersejarah. Hakikat manusia itu sendiri merupakan
suatu historis, suatu peristiwa atau kejadian yang bukan hanya semata-mata bentuk
tunggal dari data (datum). Hakikat manusia itu hanya dapat dilihat dari dalam perjalanan
sejarah yakni perjalanan manusia.
Sastraprateja menyampaikan kelanjutan bahwasannya apa yang diperoleh dari
pengamatan atau observasi kita terhadap suatu pengalaman manusia adalah merupakan
bentuk suatu rangkaian dorongan dan orientasi yang dapat diambil melalui sejarah
perjalanan umat manusia, yaitu; hubungan manusia terhadap kejasmanian, alam di
sekitarnya maupun terhadap lingkungan ekologis; lembaga-lembaga; keterikatan
masyarakat dan kebudayaan terhadap waktu dan tempat; hubungan timbal balik antara
teori dan praktis; kesastraan keyakinan dan para keyakinan. Semuanya adalah salah satu
sintesis dan masing-masing saling berpengaruh antara pengaruh yang satu dan pengaruh
yang lainnya.
Berdasarkan pendapat dari Sastraprateja itu lah dapat dipahami bahwasannya manusia itu
merupakan suatu insan yang tidak dapat berdiri dengan sendirinya, akan tetapi mampu
menjalankan eksistensinya dalam kehidupan bila dia bisa selalu menjalin hubungan
antara sesama manusia maupun hubungan dengan alam di sekitarnya. Apabila hal itu
dapat diraih manusia maka dia akan sanggup menjalani hidup dan kehidupannya di dunia
ini.
B. Aliran Hakikat Manusia
Mengenai apa manusia itu, ada 4 aliran yaitu aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran
dualisme (gabungan dari aliran pertama dan kedua), dan aliran eksistensialisme.

 Aliran serba zat mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat
atau materi. Zat atau materi itulah hakikat dari sesuatu. Alam merupakan zat atau
materi, dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu hakikat dari manusia
itu adalah zat atau materi.
 Aliran serba ruh berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini
ialah "Ruh". Juga hakikat manusia adalah "Ruh". Ruh adalah sesuatu yang tidak
menemppati ruang, sehingga tak dapat disentuh atau dilihat oleh panca indra.
 Aliran dualisme menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua
substansi yaitu jasmani dan rohani, badan dan ruh. Kedua substansi tersebut
masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama
lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari
badan. Hanya dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan ruh, yang
keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia. Badan dan ruh terjalin
hubungan yang bersifat kausal, sebab akibat. Artinya antara keduanya saling
pengaruh mempengaruhi.
 Aliran eksistensialisme memandang manusia tidaak dari sudut serba zat atau serba
ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari segii eksistensi
manusia itu sendiri, yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu merupakan
perkaitan antara badan dan ruh. Badan dan ruh masing-masing merupakan
subtansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Proses
perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia, tidak ada bedanya dengan proses
perkembangan dan pertumbuhan pada hewan. Hanya pada kejadian manusia,
sebelum makhluk yang disebut manusia itu dilahirkan dari rahim ibunya, Tuhan
telah meniupkan ruh ciptaannya ke dalam tubuh manusia. Ruh yang berasal dari
Tuhan itulah yang menjadi hakikat manusia.
C. Dimensi hakikat manusia serta potensi keunikan dan dinamiknya
Dalam hal ini ada 4 macam dimensi yang akan dibahas yaitu :

1. Dimensi Keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi
berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sindiri. Inilah sifat
individualitas.Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai
kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang
berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh
orang lain. Serta setiap orang memiliki sikap dan pilihan sendiri yang
dipertanggungjawabkan sendiri, tanpa mengharapkan bantuan orang lain untuk
ikut mempertanggungjawabkan. Fungsi pendidikan adalah membantu peserta
didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kediriannya sendiri.
Tugas pendidik adalah menunjukkan jalan dan mendorong subjek didik
bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan
berpedoman pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso. Tut
wuri handayani.
2. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas demikian dikatakan Mj
Langeveld (1955 : 54). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak
dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling
berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan
menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada
dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang
ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya menjadi menusia jika berada
diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap
dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab seseorang
hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan sosial
seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam
interaksi dengan sesamanya.
3. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Kesusilaan
mencangkup etika dan etiketManusia itu dikatakan sebagai makhluk susila.
Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai,
menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Agar
manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus
mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan
kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Persoalan
kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai merupakan sesuatu
yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan,
keluhuran, kemuliaan, dan sebagainya sehingga dijadikan pedoman dalam
hidupnya. Dilihat asalnya dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga
macam, yaitu: nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat
seseorang), nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok),
dan nilai keagamaan yang berasal dari Tuhan. Pendidikan kesusilaan berarti
menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban di samping
menerima hak pada peserta didik.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada dasarnya manusia adalah makhluk religius. Mereka percaya bahwa di luar
alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam
semesta ini. Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh Tuhan manusia
menganut agama tersebut.Beragama merupakan kebutuhan manusia karena
manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang.
Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat
menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang tua
dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau
anak didiknya. Disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama
melalui mata pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa
pendidikan agama bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan
pengetahuan tentang agama. Jadi segi-segi afektif harus diutamakan. Kegiatan di
dalam pendidikan non-formal dan informal dapat dimanfaatkan untuk keperluan
tersebut.
D. Pengembangan Dimensi Hakikat Manusia
Pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan.
Pengembangannya dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Pengembangan yang utuh. Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia


ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara
potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas
perkembangannya.Pengembangan yang utuh dapat dilihat dari dua segi yaitu:
 Dari wujud dimensinya. Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara
dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Semua dimensi tersebut harus mendapat layanan
yang baik dan tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.
 Dari arah pengembangannya. Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia
dapat diarahkan kepada penembangan dimensi keindividualan, kesosialan,
kesusilaan,dan keberagamaan secara terpadu. Keempat dimensi tersebut tidak
dapat dipisahkan satu sama lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat
manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap seluruh dimensi
hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Maka
secara totalitas dapat membentuk manusia yang utuh.

2. Pengembangan yang tidak utuh. Pengembangan yang tidak utuh adalah proses
pengembangan dimensi hakikat manusia yang tidak seimbang antara dimensi yang
satu dengan yang lainnya, artinya ada salah satu dimensi yang terabaikan
penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh akan menghasilkan kepribadian yang
pincang dan tidak mantap. Pengembangan yang seperti ini merupakan pengembangan
yang patologis atau tidak sehat.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Hakikat manusia itu sendiri merupakan suatu historis, suatu peristiwa atau kejadian yang
bukan hanya semata-mata bentuk tunggal dari data (datum). Hakikat manusia itu hanya
dapat dilihat dari dalam perjalanan sejarah yakni perjalanan manusia.
Sastraprateja menyampaikan kelanjutan bahwasannya apa yang diperoleh dari
pengamatan atau observasi kita terhadap suatu pengalaman manusia adalah merupakan
bentuk suatu rangkaian dorongan dan orientasi yang dapat diambil melalui sejarah
perjalanan umat manusia, yaitu; hubungan manusia terhadap kejasmanian, alam di
sekitarnya maupun terhadap lingkungan ekologis; lembaga-lembaga; keterikatan
masyarakat dan kebudayaan terhadap waktu dan tempat; hubungan timbal balik antara
teori dan praktis; kesastraan keyakinan dan para keyakinan.
DAFTAR PUSAKA

Munib, Achmad. 2010.Pengantar Ilmu Pendikan. Semarang: Unnes Press.


Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depddikbud.

http://everandmore.blogspot.com/2011/09/hakikat-manusia-dan-dimensi-
dimensinya.html

http://iisratnaningsih.blogspot.com/2011/10/pemecahan-masalah-ekonomi-melalui.html

http://www.scribd.com/doc/38588449/PENGANTAR-ILMU-PENDIDIKAN#download

Anda mungkin juga menyukai