Nama :
Ir. I Gusti Ketut Sudipta, MT.
Penulis
ii
ABSTRAK
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... ... . xi
iv
2.12 Pengolahan Data .......................................................................................... 36
2.13 Skala Pengukuran ........................................................................................ 37
2.14 Analisis Data ................................................................................................ 38
2.14.1 Internal Factor Analysis System (IFAS) dan External Factor
Analysis System (EFAS) ................................................................. 38
2.14.2 Metode SWOT ................................................................................. 39
v
4.5.2 Strategi Penanganan Risiko Pembengkakan Biaya ......................... 79
4.5.2.1 Perhitungan Bobot Pernyataan Urgensi Penanganan Risiko
Pembengkakan Biaya ........................................................ 80
4.5.2.2 Pembobotan Internal Factor Analysis System (IFAS) dan
External Factor Analysis System (EFAS) ......................... 82
4.5.2.3 Kombinasi Strategi SWOT ................................................ 85
4.5.2.4 Perumusan Strategi SWOT ................................................ 91
4.5.2.5 Rangkuman Strategi SWOT .............................................. 94
4.5.3 Alternatif Strategi Terbaik Penanganan Risiko Pembengkakan
Biaya ................................................................................................ 96
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4.12 Hasil perhitungan uji reliabilitas untuk pernyataan urgensi
penanganan .....................................................................................68
Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ..............................69
Tabel 4.14 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .............70
Tabel 4.15 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...........70
Tabel 4.16 Hasil skor rekapitulasi data kuesioner faktor internal terhadap
pernyataan penanganan kondisi saat ini .........................................71
Tabel 4.17 Hasil skor rekapitulasi data kuesioner faktor eksternal terhadap
pernyataan penanganan kondisi saat ini .........................................72
Tabel 4.18 Hasil skor rekapitulasi data kuesioner faktor internal terhadap
pernyataan urgensi penanganan ......................................................73
Tabel 4.19 Hasil skor rekapitulasi data kuesioner faktor eksternal terhadap
pernyataan urgensi penanganan ......................................................74
Tabel 4.20 Hasil penilaian responden atas faktor-faktor internal terhadap
pernyataan penanganan kondisi saat ini .........................................77
Tabel 4.21 Hasil penilaian responden atas faktor-faktor eksternal terhadap
pernyataan penanganan kondisi saat ini .........................................78
Tabel 4.22 Pembobotan faktor-faktor internal tehadap pernyataan urgensi
penanganan .....................................................................................80
Tabel 4.23 Pembobotan faktor-faktor eksternal terhadap pernyataan
urgensi penanganan ........................................................................81
Tabel 4.24 Penilaian bobot IFAS SWOT .........................................................82
Tabel 4.25 Penilaian bobot EFAS SWOT ........................................................84
Tabel 4.26 Indikator Kekuatan (S) dan Peluang (O) ........................................86
Tabel 4.27 Kombinasi Indikator Strength dan Indikator Opportunity .............86
Tabel 4.28 Hasil kombinasi indikator Strength dan Opportunity.....................87
Tabel 4.29 Kombinasi strategi Strength-Opportunity (SO)..............................89
Tabel 4.30 Kombinasi strategi Weakness-Opportunity (WO) ..........................89
Tabel 4.31 Kombinasi strategi Strength-Threat (ST) .......................................90
Tabel 4.32 Kombinasi strategi Weakness-Threat (WT) ...................................91
Tabel 4.33 Matrik interaksi IFAS-EFAS SWOT .............................................92
viii
Tabel 4.34 Rangkuman interaksi IFAS-EFAS SWOT .....................................94
Tabel 4.35 Pembobotan strategi .......................................................................96
Tabel 4.36 Urutan alternatif strategi SWOT ....................................................96
Tabel 4.37 Strategi prioritas I Strength – Opportunity (SO) ............................97
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
kabupaten lainnya, seperti Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yang
berkembang sangat pesat. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana telah
menetapkan visi dan misi yang berkaitan dengan peningkatan pembangunan
daerah meliputi peningkatan sarana fisik dalam bentuk bangunan dan peningkatan
infrastruktur. Adanya peningkatan pembangunan daerah ini, menyebabkan
banyaknya proyek konstruksi baik yang berskala kecil maupun menengah di
kawasan tersebut. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penanganan terhadap risiko
yang ada dalam pelaksanaan proyek konstruksi untuk mengurangi dampak yang
merugikan bagi pelaksana proyek maupun pemilik proyek, misalnya risiko
pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi.
Sebagai bahan penelitian kasus pelaksanaan proyek konstruksi di
Kabupaten Jembrana yang mengalami pembengkakan biaya, diambil 3 (tiga)
contoh kasus pelaksanaan proyek konstruksi. Kasus pertama, proyek konstruksi
Penataan Obyek Wisata Bunut Bolong (Pembangunan Wantilan) tahun anggaran
2014. Proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya akibat keterlambatan
waktu pelaksanaan karena pengaruh cuaca di daerah lokasi proyek tersebut.
Sebagai akibat karena terjadi penambahan waktu pelaksanaan, maka
mempengaruhi pembengkakan biaya. Kasus kedua, diambil dari kasus proyek
konstruksi Belanja Modal Konstruksi Gedung Interna Tahap III tahun anggaran
2015. Proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya karena banyaknya volume
pekerjaan yang tidak sesuai dengan BQ (Bill Of Quantity) awal yang dicantumkan
dalam dokumen lelang yang disyaratkan. Kasus ketiga, diambil dari kasus proyek
konstruksi Penataan Areal Parkir Pusat Pembibitan Sapi Bali Pulukan tahun
anggaran 2015. Proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya karena volume
pekerjaan yang dicantumkan pada BQ (Bill Of Quantity) tidak sesuai dengan
kondisi di lapangan.
Pada penelitian ini, akan dicari strategi alternatif penanganan risiko
pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi. Penelitian ini
menggunakan metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)
dalam mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi perusahaan. Dengan demikian, diharapkan dapat memaksimalkan
2
kekuatan (Strengths) dan memanfaatkan peluang (Opportunities) sehingga dapat
meminimalisisasi kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) terhadap
pelaksanaan proyek konstruksi, khususnya pada pelaksanaan proyek konstruksi
yang dikerjakan oleh kontraktor klasifikasi kecil dan menengah di wilayah
Kabupaten Jembrana. Hal ini berdasarkan atas pengalaman dan kenyataan sesuai
hasil contoh kasus pelaksanaan proyek konstruksi yang telah dicantumkan bahwa
dalam proses pelaksanaan proyek konstruksi ditemukan kondisi pelaksanaan yang
tidak sesuai dengan perencanaan awal.
3
alternatif strategi penanganan risiko pembengkakan biaya pada pelaksanaan
proyek konstruksi sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
merancang biaya konstruksi kedepannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2. Risk is Possibility of Loss (Risiko adalah Kemungkinan Kerugian)
Makna kata “possibility” disini berarti bahwa probabilitas atau
kemungkinan bahwa suatu peristiwa berada diantara nol dan satu.
Godfrey (1996) dalam CIRIA menyatakan bahwa nilai risiko
ditentukan sebagai perkalian antara kecenderungan/frekuensi dengan
konsekuensi risiko. Kecenderungan (likelihood) adalah peluang
terjadinya kerugian yang merugikan, yang dinyatakan dalam jumlah
kejadian per tahun atau per satuan waktu. Sedangkan konsekuensi
(consequences) merupakan besaran kerugian yang diakibatkan oleh
terjadinya suatu kejadian yang merugikan yang dinyatakan dalam nilai
uang.
3. Risk is Uncertainty (Risiko adalah Ketidakpastian)
Dalam hal ini ada pemahaman bahwa risiko berhubungan dengan
ketidakpastian, munculnya risiko disebabkan adanya ketidakpastian.
Cooper dan Chapman (1987) menjelaskan bahwa risiko adalah kondisi
dimana terdapat kemungkinan keuntungan/kerugian ekonomi atau
finansial, kerusakan atau cedera fisik, keterlambatan, sebagai
konsekuensi ketidakpastian selama dilaksanakannya suatu rencana
kegiatan. Risiko dapat diartikan sebagai peluang terjadinya kerugian
atau kemungkinan terjadinya kerugian, dan risiko juga merupakan
akibat dari adanya ketidakpastian (uncertainly) dari apa yang akan
dihadapi. Ketidakpastian ada, akibat dari ketidakmampuan manusia
untuk mengetahui apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dari
apa yang dilakukan atau direncanakan saat ini.
6
diakibatkan oleh ketidakpastian dalam melakukan sampling, pengukuran,
terbatasnya data, analisis data atau penerapan model serta estimasi yang tidak
sesuai. Ketidakpastian teknologi dapat dikurangi dengan menggali informasi yang
lebih banyak serta menerapkan metode atau model yang lebih sesuai dan lebih
baik. Ketidakpastian tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, tetapi dapat dikurangi
dengan melakukan analisis risiko dan manajemen risiko.
Dengan demikian dapat didefinisikan risiko adalah suatu keadaan yang tidak
pasti yang dihadapi seseorang atau suatu perusahaan konstruksi yang dapat
memberikan dampak merugikan atau hal-hal yang tidak sesuai dengan rencana
apakah terhadap waktu atau biaya (Kountur, 2004)
Pada umumnya risiko dikelompokan berdasarkan modal, sifat, perubahan
waktu dan sumber.
7
2. Risiko Dinamis
Risiko yang timbul karena terjadi perubahan dalam masyarakat. Risiko
dinamis dapat bersifat murni ataupun spekulatif.
2. Legal Risks
Risiko yang berkaitan dengan bidang hukum yaitu kerugian terhadap
manusia dan kerusakan pada bangunan atau lingkungan selama masa
pelaksanaan dan pemeliharaan konstruksi, getaran dan gangguan-gangguan
lain selama pelaksanaan konstruksi.
5. Contractual Risks
Risiko yang meliputi keterlambatan pembayaran, kualitas kerja yang tidak
sesuai kontrak, klaim, persengketaan dan sebagainya.
8
6. Performance Risks
Risiko yang diakibatkan oleh hasil produktivitas dari sumber daya yang
digunakan misalnya akibat moral pekerja, pemogokan, jaminan
keselamatan dan kesehatan , perencanaan tidak tepat.
7. Economic Risks
Risiko yang meliputi inflasi, tingkat suku bunga yang tinggi, penundaan
dana, pencairan dana, pembengkakan biaya, dan sebagainya.
8. Political Ricks
Risiko yang diakibatkan oleh peristiwa dalam dunia politik seperti
pergantian pemerintah, dan sebagainya.
9. Market Risks
Risiko pasar yang diakibatkan oleh resesi pasar akan permintaan
konstruksi, persaingan kuat dalam harga terendah, dan sebagainya.
9
apabila diperlukan dapat dilanjutkan dengan analisis risiko kuantitatif. Hal ini
disebabkan karena analisis risiko kualitatif lebih terfokus pada identifikasi dan
penilaian risiko sehingga hasilnya dapat berupa ranking, perbandingan atau
analisis deskriptif.
Pengukuran dengan cara kualitatif merupakan hasil dari penilaian risiko
dan identifikasi risiko yang lebih terfokus kepada keputusan langsung yang
diambil berdasarkan ranking, perbandingan, ataupun dengan analisis deskriptif,
sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan melakukan analisis
probabilitas, analisis sensitivitas, analisis skenario, analisis simulasi, dan analisis
korelasi.
Menurut Al-Bahar (1990), pemodelan ketidakpastian risiko mengacu pada
“kuantifikasi eksplisit kemungkinan terjadinya dan konsekuensi potensial
berdasarkan semua informasi yang tersedia tentang risiko yang
dipertimbangkan”. Kemungkinan terjadinya ketidakpastian akan disajikan dalam
bentuk probabilitas, dan potensi konsekuensi.
Sementara Cooper dan Chapman (1987) menyarankan ada 5 (lima)
kondisi yang berbeda saat analisis risiko sangat diperlukan untuk dilakukan,
antara lain :
a. Pada tahap studi kelayakan awal investasi atau usulan proyek dimana
keputusan harus diambil yang kerap kali dengan informasi yang
terbatas, apakah proyek dibatalkan, ditunda atau dilanjutkan pada
tahap berikut.
b. Pada proyek dengan yang berpotensi mendatangkan kerugian, atau
dengan benefit cost ratio (BCR) mendekati satu atau kurang.
c. Pada investasi proyek yang mempunyai potensi risiko yang tidak
lumrah (unusual risk) atau ketidakpastian, yang dapat mengakibatkan
pengendalian investasi yang tidak menentu.
d. Pada pemilihan berbagai alternatif proyek atau investasi yang telah
ditetapkan pada tahap studi kelayakan awal atau tahap studi
kelayakan.
10
e. Pada perencanaan detail atau optimasi spesifikasi proyek dimana
konsep telah diberikan persetujuan.
11
sumber risiko dan efek risiko itu sendiri secara komperehensif (Godfrey, 1996
dalam Ariyanti, 2006).
Sumber risiko proyek adalah setiap faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja proyek. Risiko timbul jika efek ini bersifat tidak pasti dan penting dalam
pengaruhnya terhadap kinerja proyek. Karenanya, definisi dari tujuan proyek dan
kinerja proyek mempunyai pengaruh yang fundamental pada tingkat risiko
proyek. Beberapa jenis risiko bersifat uncontrolable dan dapat mempengaruhi
sasaran proyek (Soeharto,2001), jenis risiko tersebut adalah :
1. Peraturan pemerintah, seperti kenaikan harga bahan bakar, ekspor-
impor barang, masalah lingkungan, peraturan baru dan lain-lain.
2. Bencana alam, seperti gempa bumi, badai dan banjir.
3. Pergolakan sosial politik, seperti pemogokan, keributan dan perang.
4. Situasi pasar terhadap harga dan supply barang.
5. Perubahan moneter yang cukup besar, misalnya devaluasi.
Dengan demikian bahwa mengidentifikasi risiko dalam pembangunan
suatu proyek sangat penting untuk mengetahui kemungkinan buruk yang akan
terjadi dan mengelola risiko tersebut untuk dapat meminimalkan dampak negatif
yang ditimbulkan sehingga tujuan dari pembangunan suatu proyek dapat tercapai.
12
2.3.3 Rencana Penanggulangan Risiko
Rencana penanggulangan risiko merupakan proses pengembangan
tahapan, teknik untuk mempertinggi kesempatan dan mengurangi ancaman
obyektifitas proyek. Proses ini dilaksanakan dengan mempertimbangkan
tanggapan dan tanggung jawab risiko.
1. Tanggapan Terhadap Risiko
Tanggapan yang dimaksud adalah berupa teknik dan strategi untuk
menanggulangi risiko yang mungkin timbul. Tanggapan dapat berupa tindakan
menghindari, mencegah kerugian, dan memperkecil dampak negatif.
Tanggapan risiko dikelompokkan dalam beberapa kategori (Soeharto, 1997)
sebagai berikut:
a. Mengikat Asuransi
Meminimalkan risiko dengan mengurangi atau mengontrol
kerugian dengan asuransi.
b. Menghindari Risiko
Menghindari risiko dengan memilih alternatif lain, adalah salah
satu keputusan yang paling mudah dalam menghadapi risiko. Misalnya
suatu proyek yang dokumen proyeknya tidak jelas, tidak lengkap dan
mengada-ada maka proyek ini terlalu berisiko jika diambil maka
keputusan yang paling tepat adalah tidak mengambilnya.
c. Ditanggung bersama/shared
Pendistribusian atau pembagian risiko (shared) dengan pihak lain,
misalnya dalam kerja sama berbentuk joint venture, risiko dipikul bersama
antara pengguna jasa dengan mitranya.
d. Pemindahan tanggung jawab/transferred
Pemindahan atau memberikan tanggung jawab risiko proyek pada
pihak lain, misalnya dari pengguna jasa proyek ke peserta proyek lain, ini
dilakukan bila pihak lain tersebut dianggap mampu atau memiliki kontrol
yang baik dalam mengelola risiko bersangkutan.
13
e. Menghadapi risiko dengan dana cadangan
Risiko dihadapi dengan persiapan misalnya menyediakan dana
cadangan yang sering disebut kontijensi atau allowance. Besarnya dana ini
tergantung dari kontraktor sendiri. Strategi ini digunakan bila tidak
memungkinkan dengan mentransfer risiko dengan pertimbangan biaya
yang sama besar dengan kerugiannya bila menghadapi risiko tersebut.
Menurut Flanagan et al. (1993) dalam Wahyuni (2006), ada beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk menangani risiko yaitu :
1. Menahan Risiko (Risk Retention)
Sikap untuk menahan risiko sangat erat hubungannya dengan
keuntungan (gain) yang terdapat dalam suatu risiko. Tindakan untuk
menerima/menahan risiko ini karena dampak dari suatu kejadian yang
merugikan masih dapat diterima (acceptable).
2. Mengurangi Risiko (Risk Reduction)
Mengurangi risiko dilakukan dengan mempelajari secara mendalam
risiko itu sendiri, dan melakukan usaha-usaha pencegahan sumber risiko
atau mengkombinasikan usaha agar risiko yang diterima tidak terjadi
secara simultan. Dengan melakukan tindakan ini kadang-kadang masih ada
risiko sisa (residual risk) yang perlu dilakukan penilaian (assessment).
3. Memindahkan Risiko (Risk Transfer)
Sikap pemindahan ini dilakukan dengan cara mengasuransikan risiko
yang dilakukan dengan memberikan sebagian atau seluruhnya kepada
pihak lain. Usaha atau pekerjaan yang risikonya tinggi dipindahkan kepada
pihak yang mempunyai kemampuan menangani dan mengendalikannya.
4. Menghindari Risiko (Risk Avoidance)
Sikap menghindari risiko adalah cara menghindari kerugian dengan
menghindari aktivitas yang tingkat kerugiannya tinggi. Menghindari risiko
dapat dilakukan dengan melakukan penolakan. Salah satu contoh
penghindaran risiko pada proyek konstruksi adalah dengan memutuskan
hubungan kontrak (breach of contract).
14
Tindakan dalam menangani risiko (risk mitigation) harus dilakukan setelah
mengetahui risiko-risiko yang teridentifikasi memberikan dampak yang besar
terhadap suatu pekerjaan. Apabila risiko bersifat dapat diterima dan dapat
diabaikan, maka risiko tidak perlu mendapatkan perhatian besar untuk ditangani,
yaitu dengan menahan risiko (retention risk) dan mengurangi risiko (reduction
risk), tetapi jika risiko bersifat tidak dapat diterima sepenuhnya dan tidak
diharapkan, maka risiko perlu ditangani lebih lanjut dengan memindahkan risiko
(risk transfer) dan menghindari risiko (risk avoidance).
15
2.4 Manajemen Strategi
Menurut Hunger dkk. (1992) dalam Purwanto (2006), manajemen strategis
adalah sejumlah keputusan manajerial dan tindakan yang menentukan kinerja
jangka panjang dari suatu perusahaan, seperti pengamatan lingkungan, formulasi
strategi, implementasi strategi, evaluasi dan pengendalian.
Sedangkan menurut Jauch dkk. (1984) dalam Purwanto (2006) manajemen
strategis adalah aliran keputusan dan tindakan pengembangan strategi yang efektif
untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. Strategi yang tepat akan mampu
memaksimalkan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Strategi adalah pola
perencanaan yang menyeluruh meliputi serangkaian usaha dan pemberdayaan
sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Para pengambil kebijakan strategi perlu menjamin strategi yang
ditetapkan dapat berhasil dengan baik dalam konseptual dan pelaksanaan.
16
1. Strategi Tingkat Perusahaan (corporate level strategy)
Strategi ini diformulasikan oleh top manajemen dengan maksud untuk
mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penentuan formulasi strategi
ini secara umum terdiri dari lima strategi utama, yaitu (Purwanto, 2006) :
1. Concentration Strategy
Strategi konsentrasi adalah strategi dimana perusahaan memfokuskan diri
pada satu lini bisnis saja. Strategi konsentrasi ini dilakukan dengan
maksud untuk memperoleh keuntungan bersaing dengan memfokuskan
seluruh sumber daya pada satu bidang atau produk saja. Kerugian dari
strategi ini adalah bila pasar jenuh atau muncul pesaing yang mengancam
keberadaan perusahaan dalam industri dan mendominasi pasar maka tidak
ada bisnis lain yang menyokong perusahaan.
2. Stability Strategy
Perusahaan yang menerapkan strategi ini memfokuskan pada lini bisnis
yang sudah ada. Strategi ini biasa diterapkan oleh perusahaan sebagai
berikut :
a. Perusahaan yang berada pada tingkat pertumbuhan industri yang
jenuh.
b. Memiliki tingkat risiko kecil
c. Lingkungan dianggap lebih stabil
d. Melakukan pertumbuhan menimbulkan ketidakefisienan sehingga
menurunkan tingkat laba.
3. Growth Strategy
Perusahaan yang menerapkan strategi ini akan berupaya secara maksimal
untuk mengejar pertumbuhan yang bersifat terus menerus. Growth
strategy dapat dilakukan dengan cara berikut :
a. Integrasi vertikal (vertical integration)
Integrasi vertikal adalah pertumbuhan yang dilakukan dengan
mengakuisisi perusahaan lain yang terdapat dalam saluran distribusi.
Integrasi vertikal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
17
- Integrasi hilir (forward integration)
Strategi ini digunakan jika perusahaan membeli atau menguasai
perusahaan lain yang lebih dekat dengan konsumen, seperti
pedagang eceran, pedagang besar, dll.
- Integrasi hulu (backward integration)
Strategi ini digunakan dengan cara menguasai atau membeli
perusahaan pemasok atau supplier.
c. Diversifikasi (diversification)
Strategi diversifikasi dilakukan melalui akuisisi perusahaan dalam
industri yang memiliki lini bisnis yang berbeda. Strategi diversifikasi
dibagi menjadi dua, yaitu :
- Related atau concentric diversification
Strategi ini dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain
yang memiliki teknologi, produk, saluran distribusi dan pasar
yang sama dengan perusahaan pembelinya. Strategi ini
bertujuan agar perusahaan mendapatkan efisiensi atau pengaruh
pasar yang lebih besar melalui penggunaan bersama sumber
daya yang ada.
- Unrelated atau conglomerate diversification
Strategi ini dilakukan dengan cara mengakuisisi perusahaan lain
yang memiliki lini bisnis yang berbeda.
18
- Joint ventures
Strategi joint ventures merupakan strategi pertumbuhan dimana
sebuah perusahaan bekerja sama untuk mengerjakan sebuah
proyek yang tidak bisa ditangani oleh perusahaan itu sendiri.
4. Combination strategy
Strategi kombinasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan besar yang
memiliki berbagai macam bisnis.
5. Retrenchment strategy
Strategi retrenchment ditetapkan ketika perusahaan sudah tidak bisa
bersaing secara efektif. Strategi ini dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Turnaround strategy
Strategi ini diterapkan ketika prestasi perusahaan kurang baik namun
belum mencapai tahap yang sangat kritis.
b. Divestment strategy
Strategi ini digunakan ketika perusahaan gagal dalam mencapai
tujuan perusahaan.
c. Liquidation strategy
Dalam hal ini perusahaan ditutup dan asetnya dijual.
19
produksi dan distribusi terendah sehingga dapat menawarkan harga yang
lebih rendah daripada pesaingnya dan memenangkan penguasaan pangsa
pasar yang besar.
2. Diferensiasi (Differentiation) yaitu strategi yang digunakan perusahaan
dengan cara berkonsentrasi pada pencapaian kinerja superior dalam suatu
area yang dinilai penting oleh sebagian pasar.
3. Fokus (Focus) yaitu strategi yang digunakan perusahaan dengan cara
memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar kecil.
20
secara efektif dan efisien sehingga menciptakan dan menambah kegunaan
suatu barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan perusahaan.
d. Strategi Riset dan Pengembangan
Strategi ini berperan dalam menghasilkan produk baru untuk bisnis dan
perusahaan secara keseluruhan dengan menemukan ide-ide produk baru
dan mengembangkan sampai produk tersebut diproduksi dan dipasarkan.
e. Strategi Keuangan
Yaitu aktivitas yang terkait dengan perencanaan dan pengendalian
keuangan, serta pendistribusian aset-aset keuangan perusahaan. Aktivitas
yang dilakukan perusahaan pada umumnya berhubungan dengan
penentuan keputusan investasi jangka panjang, perolehan dana untuk
investasi tersebut, serta pelaksanaan kegiatan operasional.
21
c. Biaya peralatan
d. Biaya subkontraktor
2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah pengeluaran untuk manajemen,
supervisi dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian
proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi
diperlukan dalam rangka proses pembangunan proyek (Soeharto,
1995).
Biaya tidak langsung terdiri dari:
a. Biaya overhead
b. Biaya tak terduga
c. Keuntungan/profit
d. Penalti/bonus
Dalam suatu keadaan tertentu, penalti dan bonus dapat dianggap sebagai
biaya tidak langsung yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan (Pilcher,
1992). Biaya langsung dan tidak langsung secara keseluruhan membentuk biaya
proyek, sehingga pada pengendalian dan estimasi biaya, kedua jenis biaya ini
perlu diperhatikan. Baik biaya langsung maupun biaya tak langsung akan berubah
sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan
dengan rumus tertentu, tapi pada umumnya makin lama proyek berjalan maka
makin tinggi kumulatif biaya tak langsung diperlukan (Soeharto, 1995).
22
Ketiga hal tersebut merupakan parameter yang penting bagi penyelenggara
proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek (Soeharto, 1999). Ketiga
batasan di atas sesungguhnya saling tarik menarik, yang artinya jika ingin
meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak maka
umumnya harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat
pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaiknya bila ingin menekan
biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal. Jika biaya
atau waktu yang dikeluarkan melebihi jumlah yang diperkirakan maka dikatakan
menjadi pembengkakan. Semakin besar ukuran proyek semakin besar potensi
terjadi pembengkakan (Soeharto, 1997).
Pembengkakan biaya dapat terjadi akibat kesalahan yang terjadi pada
setiap bagian dari kegiatan tahapan konstruksi. Hal-hal yang jadi permasalahan,
antara lain (Dipohusodo,1996) :
1. Tahap pengembangan konsep
a) Wawasan yang sempit tentang arti dan hakekat perencanaan di bidang
konstruksi.
b) Ketidakmampuan mengungkap fakta-fakta keadaan di lokasi proyek
seperti lokasi proyek dan cuaca setempat.
c) Tidak lancarnya komunikasi antar anggota tim proyek dalam menyusun
konsep dan kriteria rencana pelaksanaan proyek.
2. Tahap perencanaan
a) Kelalaian dalam perencanaan.
b) Menggunakan teknik estimasi yang buruk.
c) Kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.
d) Kegagalan menafsirkan risiko-risiko yang dapat terjadi.
e) Kesalahan dalam mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja.
f) Kesalahan dalam perhitungan jangka waktu proyek yang dibutuhkan.
3. Tahap pelelangan
a) Kesalahan dalam menggunakan sistem pelelangan.
b) Kurang cermat dan telitinya teknik penawaran.
c) Persetujuan pelelangan yang terlalu cepat.
23
d) Menentukan batas biaya penawaran yang tidak cermat.
4. Tahap pelaksanaan konstruksi
a) Harga material yang terlalu tinggi.
b) Kesalahan dimensi/ukuran pekerjaan dalam pelaksanaan.
c) Produktivitas tenaga kerja yang rendah.
d) Kesalahan dalam memilih jenis alat.
e) Spesifikasi bahan yang tidak cocok.
f) Pengiriman bahan yang terlambat.
Dengan demikian apabila di dalam proses konstruksi terjadi penyimpangan
kualitas hasil pekerjaan, baik hal tersebut merupakan akibat perbuatan yang
disengaja maupun tidak, risiko yang harus ditanggung tidaklah kecil. Bahkan
segala macam bentuk penyimpangan terhadap kesepakatan tentang kualitas dan
waktu penyelesaian pekerjaan biasanya mengandung risiko sanksi denda, yang
pada ujungnya berdampak pada pudarnya reputasi para pelaksana seluruhnya.
Dengan demikian jelas kiranya bahwa faktor-faktor biaya, waktu, dan kualitas
dalam proses konstruksi merupakan ketentuan kesepakatan mutlak yang tidak bisa
ditawar-tawar lagi, dan ketiganya saling tergantung dan berpengaruh secara ketat
(Dispohusodo, 1996).
24
7. Peralatan
8. Hubungan kerja
Beberapa hal yang mempengaruhi setiap faktor tersebut akan diterangkan
sebagai berikut :
1. Perencanaan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan
biaya antara lain adalah kelalaian dalam perencanaan, kesalahan dalam
memperhitungkan jangka waktu proyek yang dibutuhkan, kesalahan dalam
mengidentifikasi jumlah kebutuhan tenaga kerja, serta kegagalan dalam
mengidentifikasi dan mengumpulkan elemen biaya.
2. Estimasi biaya, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan
biaya antara lain adalah data dan informasi proyek yang kurang lengkap,
ketidaktepatan estimasi, tidak memperhitungkan biaya tak terduga, dan tidak
memperhatikan faktor risiko pada lokasi, serta tidak memperhitungkan
kondisi ekonomi umum.
3. Aspek keuangan proyek, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
pembengkakan biaya antara lain cara pembayaran tidak sesuai dengan
kontrak, pengendalian/kontrol keuangan yang tidak baik, dan tingginya suku
bunga pinjaman bank.
4. Material, hal-hal yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya antara lain
adanya kenaikan harga material, keterlambatan/kekurangan bahan, dan
kontrol kualitas bahan yang buruk.
5. Tenaga kerja, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan
biaya antara lain adalah kekurangan tenaga kerja, kenaikan upah tenaga kerja,
dan produktivitas tenaga kerja yang buruk.
6. Waktu pelaksanaan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
pembengkakan biaya antara lain adalah keterlambatan jadwal karena
pengaruh cuaca, jangka waktu kontrak dan sering terjadinya penundaan
pekerjaan.
7. Peralatan, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan biaya
antara lain adalah tingginya harga sewa peralatan, kondisi alat yang
25
produktivitasnya rendah, kesalahan dalam memilih jenis alat, kesalahan
dalam menghitung jam kerja alat, dan tingginya biaya transportasi peralatan.
8. Hubungan kerja, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya pembengkakan
biaya adalah tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan, terlalu banyak
pengulangan karena mutu jelek, kurangnya koordinasi antara pengawas,
perencana dan kontraktor.
Selain faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya kontruksi tersebut,
faktor-faktor penyebab pembengkakan biaya kontruksi menurut Fahirah (2005)
antara lain sebagai berikut :
1. Data dan informasi proyek yang kurang lengkap.
2. Tidak memperhitungkan pengaruh inflasi dan eskalasi.
3. Tidak memperhitungkan biaya tak terduga (contingencies).
4. Tidak memperhatikan faktor resiko pada lokasi dan konstruksi.
5. Ketidak tepatan WBS (Work Breakdown Structure).
6. Ketidak tepatan estimasi biaya.
7. Menggunakan teknik estimasi yang salah.
8. Tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan.
9. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek.
10. Terlalu banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang sama.
11. Waktu yang panjang antara SPK (Surat Perintah Kerja) dan pelaksanaan
proyek.
12. Hubungan kurang baik antara owner-perencana–kontraktor.
13. Kurangnya koordinasi antara construction manager-perencana-kontraktor.
14. Terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek.
15. Manager proyek tidak kompeten/cakap.
16. Konsultan kurang mampu dalam pengawasan proyek.
17. Spesifikasi yang tidak lengkap.
18. Sering terjadi perubahan desain.
19. Dokumen kontrak yang tidak lengkap.
20. Penunjukan subkontraktor dan suplier yang tidak tepat.
21. Adanya kenaikan harga material.
26
22. Terlambat/kekurangan bahan/material waktu pelaksanaan.
23. Kontrol kualitas yang buruk dari bahan.
24. Pemakaian bahan/material yang salah.
25. Pemakaian bahan/material yang diimpor.
26. Pencurian bahan/material.
27. Kerusakan material.
28. Produksi material di luar lokasi proyek.
29. Kekurangan tenaga kerja.
30. Terjadi fluktuasi upah tenaga kerja.
31. Produktivitas tenaga kerja yang buruk/rendah.
32. Harga/sewa peralatan yang tinggi.
33. Biaya mobilisasi/demobilisasi peralatan yang tinggi.
34. Biaya pemeliharaan peralatan tidak sesuai rencana.
35. Cara pembayaran yang tidak tepat waktu.
36. Adanya fluktuasi suku bunga pinjaman
37. Pengendalian biaya yang buruk di lapangan.
38. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca.
39. Jadwal waktu kontrak diperpendek.
40. Sering terjadi penundaan pekerjaan.
41. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah.
42. Terjadi huruhara/kerusuhan di sekitar lokasi proyek.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Putra (2015), diperoleh faktor yang
paling mempengaruhi terjadinya risiko pembengkakan biaya konstruksi pada
proyek pembangunan gedung di Kabupaten Badung yaitu pada faktor internal
variabel kekuatan, tiga indikator yang memiliki bobot tertinggi secara berurutan
yaitu :
1. Kualitas produk
2. Kemampuan produktifitas tenaga kerja
3. Ketersediaan tenaga kerja
Sedangkan variabel kelemahan, tiga indikator yang memiliki bobot terendah
secara berurutan yaitu :
27
1. Data dan informasi proyek yang tidak lengkap
2. Hutang perusahaan
3. Teknik estimasi yang salah
Pada faktor eksternal variabel peluang, tiga indikator yang memiliki bobot
tertinggi secara berurutan yaitu :
1. Banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang sama
2. Tingkat suku bunga bank yang tidak memberatkan pengembalian pinjaman
3. Peningkatan anggaran pemerintah (APBN & APBD)
Sedangkan variabel ancaman, tiga indikator yang memiliki bobot terendah secara
berurutan yaitu :
1. Keterlambatan kedatangan material oleh supplier
2. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang $US
3. Kenaikan harga material
28
e. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal meliputi 2 (dua) indikator, yaitu :
- Indikator Peluang, terdiri dari :
a. Ketersediaan bahan baku/material
b. Banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang sama
c. Supplier material yang berada dekat dengan kawasan proyek
d. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah
e. Tingkat suku bunga bank yang tidak memberatkan pengembalian
pinjaman
- Indikator Ancaman, terdiri dari :
a. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
b. Kenaikan harga material
c. Pencurian material
d. Keterlambatan kedatangan material oleh supplier
e. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca
29
2. Badan Usaha kualifikasi M2 sebagaimana dimaksud pada No.1 diatas
setelah 6 (enam) bulan sejak diterbitkan sertifikatnya, dapat menambah
subbidang atau bagian subbidang pekerjaan baru sesuai dengan
perolehan pekerjaan dari subbidang atau bagian subbidang pekerjaan
yang dimilikinya, dengan melampirkan bukti perolehan pekerjaan
tersebut, batas jumlahnya sesuai dengan yang ditetapkan untuk
kualifikasi M2.
3. Badan Usaha yang berbadan hukum bersifat spesialis tanpa pengalaman
atau baru berdiri, dan memiliki persyaratan serta memiliki modal
disetor sama atau lebih besar dari Rp. 1 miliar yang tercantum dalam
akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi
M2 satu sub bidang pekerjaan.
4. Badan Usaha bersifat umum tanpa pengalaman atau berdiri, dan
memenuhi persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 miliar
dan yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha atau
perubahannya, dapat diberi kualifikasi K2 dengan maksimum 4 (empat)
sub bidang atau bagian sub bidang pekerjaan
5. Badan Usaha bersifat spesialis tanpa pengalaman dan memenuhi
persyaratan serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 milyar yang
tercantum didalam akta pendirian atau perubahannya , dapat diberi
kualifikasi K2, dengan maksimum diberi satu sub bidang atau satu
bagian sub bidang pekerjaan.
30
Kualifikasi K2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai
pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 1,75 milyar. Badan usaha untuk
kualifikasi K2 dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma, Koperasi atau
Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha PT-PMA. Minimal memiliki
Surat Keterampilan Teknik (SKT) untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab
Teknik (PJT).
Kualifikasi K3 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai
pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 2,5 milyar. Badan usaha untuk
kualifikasi K3 dapat berbentuk Perseroan Komanditer (CV), Firma, Koperasi atau
Perseroan Terbatas (PT), tidak termasuk badan usaha Perseroan terbatas Penanam
Modal Asing (PT-PMA). Minimal memiliki Surat Keterampilan Teknik (SKT)
untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT).
Kualifikasi M1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai
pekerjaan (nilai proyek) sampai dengan Rp. 10 milyar. Badan usaha untuk
kualifikasi M1 dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Firma, Koperasi atau
Perseroan Komanditer (CV), tidak termasuk badan usaha Penanam Modal Asing
(PT-PMA). Menimal memiliki Surat Keterampilan Teknik (SKT) untuk
ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknik (PJT).
Kualifikasi M2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai
pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai dengan Rp. 50 milyar. Badan
usaha untuk kualifikasi M2 harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT), tidak
termasuk badan usaha Penanam Modal Asing (PT-PMA). Memiliki Sertifikat
Keterangan Ahli (SKA) minimal ahli muda untuk ditetapkan sebagai Penanggung
Jawab Teknik (PJT) dan Penanggung Jawab Bidang (PJB).
Kualifikasi B1 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai
pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai Rp. 250 milyar. Badan usaha
untuk kualifikasi B1 harus berbentuk Perseroan Terbaras (PT). Memiliki Sertifikat
Keterangan Ahli (SKA) minimal ahli madya untuk Penanggung Jawab Teknik
(PJT) dan Sertifikat Keterangan Ahli (SKA) minimal ahli muda untuk
Penanggung Jawab Bidang (PJB).
31
Kualifikasi B2 dapat melaksanakan pekerjaan dengan batasan nilai
pekerjaan (nilai proyek) diatas Rp. 1 milyar sampai dengan tidak terbatas. Badan
usaha untuk kualifikasi B2 harus berbentuk Perseroan Terbaras (PT), termasuk
badan usaha Penanam Modal Asing (PT-PMA). Memiliki Sertifikat Keterangan
Ahli (SKA) minimal ahli madya untuk ditetapkan sebagai Penanggung Jawab
Teknik (PJT).
Tabel 2.1 Kualifikasi Pekerjaan Kontraktor
2.9 Sampel
Berikut akan dijelaskan pengertian sampel.
2.9.1 Pengertian Sampel
Dalam suatu penelitian tidak semua data dan informasi akan dproses serta
tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan
sampel yang mewakilinya. Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai
ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Adapun keuntungan dari
penggunaan sampel adalah sebagai berikut :
1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan
dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar
dikhawatirkan akan terlewati.
2. Penelitian lebih efisien, yaitu dalam arti penghematan uang, waktu dan
tenaga.
3. Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subjeknya
banyak dikhawatirkan adanya bias dari orang yang mengumpulkan
32
data. Misalnya staf pengumpul data mengalami kelelahan sehingga
pencatatan data tidak akurat.
4. Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak)
yang menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa
merusak semua bahan yang ada serta bisa digunakan untuk menjaring
populasi yang jumlahnya banyak.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang digunakan
untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel, yang tergolong teknik
probability sampling yaitu :
a. Simple random sampling
Adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara
acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota
populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi
dianggap homogen (sejenis).
b. Proportionate stratified random sampling
Adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak
dan berstrata secara proporsional. Hal ini dilakukan apabila
anggota populasinya hiterogen (tidak sejenis).
c. Disproporsionate stratified random sampling
33
Adalah pengambilan sampel secara acak dan berstrata tetapi
sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya dan
dilakukan apabila anggota populasinya hiterogen.
d. Area sampling (sampling daerah/wilayah)
Adalah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil
wakil dari setiap daerah/wilayah geografis yang ada.
2. Nonprobability Sampling
Nonprobability sampling adalah teknik sampling yang tidak
memberikan kesempatan (peluang) pada setiap anggota populasi
untuk dijadikan anggota sampel. Menurut Sugiyono (2012) yang
tergolong dalam teknik ini antara lain :
a. Sampling sistematis
Adalah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi
yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari
populasi pada jarak interval waktu dan ruang dengan urutan yang
seragam.
b. Sampling kuota
Adalah penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau
pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan tertentu dari peneliti.
c. Sampling aksidental
Adalah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas,
artinya siapa saja secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti
dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat
digunakan sebagai sampel (responden).
d. Purposive sampling (sampling pertimbangan)
Adalah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti
mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam
pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan
tertentu. Dalam hal ini hanya mereka yang ahli yang patut
34
memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang
diperlukan. Oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus
yang mana aspek dari kasus tunggal yang representative diamati
dan dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan teknik purposive
sampling.
e. Sampling jenuh
Adalah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi
digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus.
Sampling jenuh dilakukan bila populasinya kurang dari 30 orang.
f. Snowball sampling
Adalah teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian
anggota sampel mengajak para sahabatnya untuk dijadikan
sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak
jumlahnya.
35
pers. (2.1)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi suatu butir/item
n = Jumlah responden
X = Skor suatu butir/item
Y = Skor total
2.11 Uji Reliabilitas Kuesioner
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur
dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil
yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda.
Reliabilitas dapat dikatakan bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai pengumpul data. Sebuah instrument dikatakan baik apabila
mampu mengarahkan responden untuk memilih jawaban- jawaban tertentu, dan
instrument yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya apabila data
memang sesuai dengan kenyataan. Jika tingkat reliabilitas instrumen lebih besar
0,7 maka instrumen tersebut dikatakan reliabel dan sebaliknya (IKIP PGRI
Bojonegoro, 2013). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
bantuan aplikasi Microsoft Excel 2013. Sebelum pengujian reliabilitas dengan
menggunakan menu data analysis yang terdapat pada Excel, data akan dibagi
mejadi dua bagian yaitu ganjil dan genap teknik ini sering disebut dengan teknik
belah dua (split halp). Untuk perhitungan manual uji reliabilitas menggunakan
teknik belah dua (split halp) setelah data dibagi menjadi dua bagian ganjil dan
genap dan dihitung masing-masing total bagian setelah itu hasil total dari bagian
genap dan ganjil ini akan di korelasikan dengan menggunakan rumus korelasi
Pearson (2.1) seperti diatas.
36
diatur, disusun, disajikan dalam bentuk yang jelas. Langkah-langkah dalam
pengolahan data dapat dilakukan seperti menyusun data, klasifikasi data, dan
interpretasi hasil pengolahan data (Riduwan, 2013).
37
2.14 Analisis Data
Berikut akan dijelaskan mengenai analisis data.
2.14.1 Internal Factor Analysis System (IFAS) dan External Factor Analysis
System (EFAS)
Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat
faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu
(Fahmi, 2013) :
a. Faktor Internal
Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strengths and weaknesses
(S dan W). Dimana faktor ini menyangkut kondisi-kondisi yang terjadi dalam
perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan
keputusan (decision making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua
macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan, operasi, sumber daya
manusia, dan budaya perusahaan (corporate culture)
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats
(O dan T). Dimana faktor ini menyangkut kondisi-kondisi yang terjadi di luar
perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor
ini mencakup lingkungan industri (industry environment) dan lingkungan bisnis
makro (macro environment), ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan,
dan sosial budaya.
pers. (2.2)
pers. (2.3)
38
Menurut Rangkuti (2015), setelah faktor-faktor internal dan eksternal
perusahaan diidentifikasi, disusun suatu tabel IFAS (Internal Factor Analysis
System) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis System) untuk merumuskan faktor-
faktor strategi internal dan eksternal tersebut dalam kerangka Strength, Weakness,
Opportunity, dan Threat perusahaan.
39
sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam suatu
perusahaan atau organisasi serta menekan dampak ancaman yang timbul dan
harus dihadapi (Sora, 2015). Pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut :
1. Kekuatan (strengths) adalah sumber daya, keterampilan atau
keunggulan lain terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu
perusahaan.
2. Kelemahan (weaknesses) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam
sumber daya manusia, keterampilan dan kemampuan yang secara
serius menghalangi kinerja efektif perusahaan.
3. Peluang (opportunities) adalah situasi atau kecenderungan utama yang
menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
4. Ancaman (threats) adalah situasi atau kecenderungan utama yang
tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
Analisis SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal utama
yang ditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut, suatu institusi
membutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan gambaran ke depan yang
mempengaruhi proses pencapaian tujuan institusi.
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan
pengembangan visi, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan (Erlina, 2009). Dengan
demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor
strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada
saat ini. Ada 2 (dua) macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
a. Matrik SWOT
Matrik SWOT menampilkan delapan kotak seperti Tabel 2.2, yaitu dua paling
atas adalah kotak faktor internal (kekuatan dan kelemahan) sedangkan dua kotak
sebelah kiri adalah faktor eksternal (peluang dan tantangan). Empat kotak lainnya
merupakan kotak alternatif strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan
antara faktor-faktor internal dan eksternal.
40
Tabel 2.2 Matriks SWOT
IFAS
Strengths (S) Weaknesses (W)
EFAS
Strategi SO Strategi WO
Opportunities (O)
Comparative Advantage Divestment
Strategi ST Strategi WT
Threats (T)
Mobilization Damage Control
Sumber : Rangkuti (2015)
Keterangan :
41
Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah
dari yang diperkirakan.
b. Analisis SWOT
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan
(Strengths) dan kelemahan (Weaknesses).
42
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi
disarankan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
Ide Permasalahan
Desain Kuesioner
Ya
44
A
Uji Kuesioner
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
Pengolahan Data
- Tabulasi data hasil jawaban responden
Analisis Data
1. Pembobotan faktor internal dan faktor eksternal
2. Matrik interaksi IFAS-EFAS
3. Pembobotan matrik interaksi IFAS-EFAS
Hasil
45
3.2.2 Obyek dan Lokasi Penelitian
Sebelum melakukan suatu penelitian perlu dilakukan persiapan dan
penentuan lokasi yang akan dijadikan obyek penelitian. Obyek yang diambil
dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terlibat didalam pelaksanaan proyek
konstruksi berkualifikasi kecil dan menengah yang berlokasi di Kabupaten
Jembrana tahun anggaran 2015.
46
penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu kemudian hasil penelitian tersebut
dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan faktor yang akan digunakan
dalam proses pengambilan data. Selanjutnya dilakukan pengembangan identifikasi
risiko pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi secara
komprehensif melalui pengamatan langsung di lapangan dan melakukan brain
storming dengan pihak yang expert dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Setelah
itu dikelompokkan ke dalam SWOT.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang akan digunakan sebagai bahan di
dalam penyusunan kuesioner :
Tabel 3.1 Faktor internal yang akan digunakan dalam penyusunan kuesioner
No. Faktor Internal
KEKUATAN
1 Pengalaman tenaga kerja
2 Kemampuan produktifitas tenaga kerja
3 Hubungan personal yang baik antar pekerja di lapangan
4 Komunikasi antar anggota tim proyek di lapangan
5 Koordinasi dan pengawasan di lapangan
KELEMAHAN
1 Data dan informasi proyek yang tidak lengkap
Kontraktor tidak dapat merealisasikan pembayaran termin
2
sesuai rencana
3 Pengendalian biaya yang buruk
4 Ketidaktepatan estimasi biaya
5 Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek
Sumber : Fahirah (2015)
Tabel 3.2 Faktor eksternal yang akan digunakan dalam penyusunan kuesioner
No. Faktor Eksternal
PELUANG :
1 Ketersediaan bahan baku/material
2 Banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang sama
Supplier material yang berada dekat dengan kawasan
3
proyek
4 Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah
Tingkat suku bunga bank yang tidak memberatkan
5
pengembalian pinjaman
47
Tabel 3.2 Lanjutan (2/2)
ANCAMAN :
1 Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
2 Kenaikan harga material
3 Pencurian material
4 Keterlambatan kedatangan material oleh supplier
5 Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca
Sumber : Fahirah (2015)
Faktor internal dan faktor eksternal pada Tabel 3.1 dan 3.2 telah disusun
dan dirangkum dari sumber penelitian yang sudah dilakukan serta telah
disesuaikan dengan kondisi dalam pelaksanaan proyek konstruksi.
Indikator dari masing-masing faktor yang teridentifikasi dapat
mempengaruhi pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi.
Definisi dari mempengaruhi pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek
konstruksi dalam hal ini adalah mempengaruhi dalam artian
menambah/mengadakan ataupun mengurangi/meniadakan risiko pembengkakan
biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi.
a. Kekuatan (strengths)
Indikator-indikator kekuatan yang mempengaruhi pembengkakan biaya pada
pelaksanaan proyek konstruksi antara lain :
1. Pengalaman tenaga kerja mempengaruhi pembengkakan biaya dikarenakan
pengalaman tenaga kerja yang tinggi akan sangat berguna dalam
mengatasi masalah atau kendala yang akan terjadi di lapangan. Sebaliknya,
sebaik apapun perencanaannya jika tenaga kerja yang melaksanakan tidak
berpengalaman maka progres realisasinya akan tidak tercapai tepat waktu
yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya.
2. Kemampuan produktifitas tenaga kerja mempengaruhi pembengkakan
biaya dikarenakan kemampuan produktifitas tenaga kerja merupakan hasil
yang dapat diberikan tenaga kerja terhadap perusahaan, jika tenaga kerja
yang dimiliki mempunyai produktifitas yang buruk maka dapat
mempengaruhi lama waktu dan biaya pelaksanan sehingga dapat
menyebabkan pembengkakan biaya.
48
3. Hubungan personal yang baik antarpekerja di lapangan mempengaruhi
pembengkakan biaya dikarenakan hubungan personal yang baik
antarpekerja akan menciptakan pencitraan positif terhadap perusaahan,
dengan memberikan bonus, penghargaan terhadap hasil kerja seorang
pekerja terhadap perusahan tentunya akan mengindarkan perusahaan dari
pekerja yang korupsi terhadap pelaksanaan pekerjaan dan tentunya
pembengkakan biaya dapat dihindari juga.
4. Komunikasi antaranggota tim proyek mempengaruhi pembengkakan biaya
dikarenakan apabila miss komunikasi dan kurangnya informasi akan
membuat suatu kemungkinan kesalahan dilapangan dan tentunya
merugikan kontraktor sehingga dapat menyebabkan pembengkakan biaya.
5. Koordinasi dan pengawasan di lapangan mempengaruhi pembengkakan
biaya dikarenakan koordinasi dan pengawasan yang tidak baik akan
menyebabkan kemungkinan kesalahan teknis yang membuat pekerjaan
harus diulang sehingga merugikan kontraktor dan menyebabkan
pembengkakan biaya.
b. Kelemahan (weaknesses)
Indikator-indikator kelemahan yang mempengaruhi pembengkakan biaya
pada pelaksanaan proyek konstruksi antara lain :
1. Data dan informasi proyek yang tidak lengkap mempengaruhi
pembengkakan biaya dikarenakan akan menimbulkan kebingungan dan
kesalahan dalam melaksanakan proyek kontruksi akibat data dan informasi
yang tidak lengkap sehingga dapat menyebabkan pengulangan dan
menyebabkan penambahan biaya.
2. Kontraktor tidak dapat merealisasikan pembayaran termin sesuai rencana
yang dibuat mempengaruhi pembengkakan biaya karena akan
menghambat proses pelaksanaan proyek konstruksi, sebagai contoh
pembayaran material proyek di supplier dan pembayaran tenaga kerja.
3. Pengendalian biaya yang buruk mempengaruhi pembengkakan biaya
dikarenakan pengendalian biaya yang buruk akan menimbulkan
banyaknya biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pelaksanaan berbeda
49
dari yang direncanakan sebelumnya, sehingga biaya yang dikeluarkan
menjadi tidak terkendali, yang nantinya akan menyebabkan pembengkakan
biaya.
4. Ketidaktepatan estimasi biaya pada saat pelaksanaan proyek
mempengaruhi pembengkakan biaya dikarenakan ketidaktepatan estimasi
akan menyebabkan timbulnya biaya tidak terduga sehingga pengendalian
biaya menjadi tidak terkontrol dan akan menyebabkan terjadinya
pembengkakan biaya.
5. Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek mempengaruhi
pembengkakan biaya karena faktor ini mengarah pada masalah
mutu/kualitas pelaksanaan pekerjaan, baik secara struktur atau pelaksanaan
akhir yang dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas
tenaga kerja. Pada dasarnya semua pengulangan pekerjaan memerlukan
tambahan biaya baik untuk material maupun tenaga kerja. Hal itu berarti
proyek tersebut mengalami pembengkakan biaya.
c. Peluang (opportunities)
Indikator-indikator peluang yang mempengaruhi pembengkakan biaya pada
pelaksanaan proyek konstruksi antara lain :
1. Ketersediaan bahan baku/material mempengaruhi pembengkakan biaya
dikarenakan bahan baku/material yang berasal dari alam mudah untuk
diperoleh namun tentunya bisa habis dan jika sewaktu dibutuhkan dan
ternyata material yang dicari tidak tersedia/habis tentu akan menyebabkan
keterlambatan pengerjaan proyek yang berujung pada pembengkakan
biaya.
2. Banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang sama mempengaruhi
pembengkakan biaya dikarenakan akan membagi fokus perusahan baik
dalam tenaga kerja dan pengawasan sehingga riskan terjadi kesalahan yang
berujung pada pembengkakan biaya.
3. Supplier material yang berada dekat dengan kawasan proyek
mempengaruhi pembengkakan biaya karena dengan banyaknya supplier
material disekitar kawasan proyek dapat mendukung ketepatan waktu
50
pelaksanaan proyek, akan tetapi ada kemungkinan terjadinya pemborosan
akibat pembelian material yang tidak terduga-duga karena merasa mudah
mendapatkannya sehingga berujung pada pembengkakan biaya.
4. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah
mempengaruhi pembengkakan biaya konstruksi dikarenakan apabila
anggaran pemerintah APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara)
dan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) naik tentu
perusahaan akan lebih bersemangat mengajukan harga tender dimana
dalam memperhitungkan harga dapat lebih nyaman sehingga terhindar dari
kesalahan perencanaan biaya yang nantinya dapat menyebabkan
pembengkakan biaya.
5. Tingkat suku bunga bank yang tidak memberatkan pengembalian pinjaman
mempengaruhi pembengkakan biaya dikarenakan keterbatasan modal
perusahaan yang mewajibkan perusahaan meminjam uang dari bank untuk
mendanai proyek yang diambilnya, sehingga perusahaan kontruksi
memiliki hutang. Dengan bunga bank yang tidak memberatkan
pengembalian peminjaman tentu dapat meringankan dalam proses
pengembalian hutang tersebut dan terhindar dari pembengkakan biaya
akibat suku bunga yang besar.
d. Ancaman (threats)
Faktor-faktor ancaman yang mempengaruhi pembengkakan biaya pada
pelaksanaan proyek konstruksi antara lain :
1. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat
mempengaruhi pembengkakan biaya dikarenakan perubahan nilai rupiah
tentu akan mempengaruhi harga di pasar sehingga jika harga di pasar naik
tentu akan menimbulkan perubahan biaya yang tentu mempengaruhi
pengendalian biaya dan menyebabkan pembengkakan biaya.
2. Kenaikan harga material mempengaruhi pembengkakan biaya dikarenakan
akan mempengaruhi biaya yang sudah direncanakan menjadi bertambah
dan pembengkakan biaya dapat terjadi.
51
3. Pencurian material mempengaruhi pembengkakan biaya dikarenakan
dengan hilangnya material yang dipakai pada proyek kontruksi akan
menghabat proses kelancaran pelaksanaan kontruksi dan penambahan
biaya untuk mengganti material yang hilang harus dilakukan sehingga
dapat menyebabkan pembengkakan biaya.
4. Keterlambatan kedatangan material oleh supplier mempengaruhi
pembengkakan biaya kontruksi dikarenakan akan mempengaruhi
ketepatan waktu pelaksanaan yang sudah direncanakan dan apabila
material datang terlambat tentunya akan menyebabkan keterlambatan
dalam segala bidang dan akan memungkinkan pembengkakan biaya
terjadi.
5. Keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca mempengaruhi
pembengkakan biaya dikarenakan cuaca yang buruk akan mempengaruhi
tingkat produksi tenaga kerja dalam mengerjakan proyek sehingga
mengakibatkan keterlambatan jadwal pelaksanaan dan dapat menimbulkan
pembengkakan biaya
52
pembengkakakan biaya konstruksi. Penilaian ini berhubungan dengan skala
prioritas dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
Secara garis besar, isi dari kuesioner yang akan diajukan kepada responden
adalah sebagai berikut :
a. Data responden
Bagian ini berisikan identitas responden dengan tujuan mengetahui
latar belakang responden, yang terdiri dari :
- Data umum proyek konstruksi
1. Nama responden
2. Nama perusahaan
3. Nama proyek
4. Nilai proyek
5. Alamat
6. Asosiasi / Kualifikasi
- Data pribadi responden
1. Jabatan
2. Pengalaman kerja
3. Pendidikan terakhir
b. Petunjuk pengisian
Bagian ini berisikan penjelasan dan petunjuk pengisian kuesioner
yang akan diisi oleh responden.
c. Bentuk kuesioner
Bentuk kuesioner ini adalah kuesioner tertutup, yaitu semua
pertanyaan yang terdapat didalam kuesioner jawabannya harus dipilih
oleh responden berdasarkan pilihan yang sudah disediakan.
d. Isi kuesioner
Bagian ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang dijawab berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman responden saat melaksanakan proyek
konstruksi tersebut mengenai faktor risiko pembengkakan biaya.
53
3.2.6 Pilot Study
Pilot study merupakan sebuah pengujian awal atau upaya coba-coba atas
instrument penelitian. Setelah dilakukan desain kuesioner maka selanjutnya
dilakukan pilot study untuk menguji kuesioner yang telah dibuat. Pilot study
dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner pada sampel yang dapat mengetahui
tinggi rendahnya tingkat validitas dan reliabilitas dari kuesioner. Apabila
ditemukan masalah dalam tahap pilot study, maka dilakukan upaya perbaikan
metode serta desain kuesioner.
3.2.7 Pengumpulan Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan. Data
primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner
dan wawancara dengan orang yang mempunyai keahlian dan pengalaman di
bidang konstruksi.
3.2.7.1 Metode Pengumpulan Data
Untuk penyebaran kuesioner dilakukan dengan teknik sampling, yaitu
teknik purposive sampling. Dalam teknik purposive sampling, hanya mereka yang
memenuhi kriteria tertentu yang patut memberikan pertimbangan untuk
pengambilan sampel yang diperlukan. Pemilihan teknik sampling menggunakan
purposive sampling dikarenakan responden yang digunakan dalam penelitian ini
adalah orang-orang yang expert. Responden seperti ini tidak diketahui secara pasti
jumlah populasinya sehingga dipilihlah teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling.
3.2.7.2 Penentuan Sampel
Berdasarkan metode pengumpulan data yang telah dijelaskan sebelumnya,
dalam penelitian ini menggunakan sampel yang diambil secara purposive
sampling. Sampel tidak diambil secara acak, melainkan dipilih pada orang yang
mampu memberikan “expert judgment” yaitu orang-orang yang benar-benar
paham tentang permasalahan yang diajukan, memiliki pengalaman kerja, dilihat
dari tingkat pendidikannya dan jabatannya.
Kategori expert dalam penelitian ini adalah orang-orang ahli yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :
54
1. Memiliki jabatan di manajemen/operasional proyek
2. Memiliki pengalaman kerja min. 5 tahun.
3. Pendidikan min. SMA/SMK/STM.
Responden yang berhak mengisi kuesioner adalah mereka yang pernah
terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi di Kabupaten Jembrana tahun
anggaran 2015 sehingga mempunyai kompetensi untuk mengisi kuesioner, yaitu
mereka yang memiliki jabatan sebagai berikut :
- Kepala Proyek/Project Manager
- Manajer Lapangan/Site Manager
- Pelaksana Lapangan
- Logistik
- Surveyor
- Administrasi Proyek
55
3. Lakukan pengujian korelasi dengan modul analysis dengan cara klik
data pada menu bar dan klik data analysis, klik correlation, kemudian
klik ok. Tunggu sampai data analysis menyediakan kotak input data
yang akan dianalisis. Klik tanda panah pada tab input range dan
masukkan semua data yang akan dianalisis kecuali kolom responden.
Klik ok. Maka akan muncul ouput excel.
4. Memaknai output Excel
Dimisalkan pada output excel yang diperoleh sebelumnya, diperoleh
angka 0,713255 yang merupakan hasil koefisien korelasi antara item
soal 1, angka 0,533883 adalah koefisien korelasi antara item no 2 dan
seterusnya. Koefisien korelasi tersebut selanjutnya disebut r hitung.
5. Menentukan r tabel
Dimisalkan pada tabel r untuk N ( jumlah responden uji coba)
sebanyak 22 dan taraf signifikansi 5 % diperoleh angka 0,423. Angka
tersebut dinamakan r tabel. Ini bisa dilihat pada tabel r product
moment yang akan disajikan pada lampiran.
6. Menguji validitas butir instrumen
Jika r hitung > dari r tabel maka item yang dianalisis dinyatakan valid
dan begitu juga sebaliknya. Jadi untuk permisalan soal 1 dan 2 yang
memiliki nilai korelasi lebih besar dari r tabel 0,423 , instrument
tersebut dinyatakan valid
56
Klik data pada menu bar dan klik data analysis, klik correlation
sehingga muncul dialog box, kemudia klik ok dan tunggu sampai data
analysis menyediakan kotak input data yang akan dianalisis. Pada tab
input range masukkan data yang akan dianalisis. Jangan lupa
memberikan tanda cek pada tab label in first row jika nomor butir soal
ikut diinput dalam input range. Klik ok. Maka akan muncul ouput
excel.
4. Memaknai output excel
Dimisalkan pada output excel diperoleh hasil 0,908296765. Angka
tersebut adalah tingkat reliabilitas dari kuesioner. Jika tingkat
reliabilitas > 0,7 maka instrumen tersebut dapat dikatakan reliabel
begitu juga sebaliknya.
57
responden dengan cara menghubungkan dengan penilaian yang diungkapkan dari
lima (5) tingkatan jawaban, yaitu :
1. Sangat baik =5
2. Baik =4
3. Cukup =3
4. Kurang =2
5. Sangat kurang = 1
Syarat :
Untuk perhitungan bobot dan rata-rata bisa dilihat pada Pers. (2.2) dan Pers. (2.3).
Dengan diperolehnya bobot dan pengelompokan dari masing-masing
indikator yang termasuk dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari
perolehan nilai bobot tersebut akan diperoleh juga indikator dengan bobot
tertinggi/terendah dalam kategori kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
yang paling mempengaruhi risiko pembengkakan biaya.
Selanjutnya akan dicari bobot urgensi penanganan pada komponen dari
masing-masing indikator yang termasuk dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Perhitungan bobot dan rata-rata didapatkan dengan cara yang sama
dilihat pada per. (2.2) dan pers. (2.3). Terlebih dahulu dilakukan pembobotan dari
setiap jawaban yang didapat berdasarkan penelitian responden dengan cara
menghubungkan dengan penilaian yang diungkapkan dari lima (5) tingkatan
jawaban sebagai berikut :
- Pernyataan urgensi penanganan :
1. Sangat urgen =5
2. Lebih urgen =4
3. Urgen =3
4. Kurang urgen =2
5. Tidak urgen =1
58
3.2.10.2 Matrik Interaksi IFAS-EFAS
Setelah diperoleh nilai bobot masing-masing faktor internal dan ekternal
selanjutnya akan disusun tabel IFAS (Internal Factor Analysis System) dan EFAS
(External Factor Analysis System) untuk merumuskan faktor-faktor strategi
internal dan eksternal tersebut dalam kerangka Strength, Weakness, Opportunity,
dan Threat.
Ada beberapa tahapan dalam pembuatan IFAS dan EFAS, yaitu:
a. Indentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan (strength)
maupun kelemahan (weakness) dan eksternal yang menjadi peluang
(Opportunities) maupun ancaman (Threats). Dibuat secara spesifik
dengan menghitung nilai bobotnya pada penangan kondisi saat ini
dan urgensi penanganannya. Ditulis pada kolom 1.
b. Beri nilai bobot masing-masing indikator sesuai dengan hasil
perhitungan pada penanganan kondisi saat ini, ditulis pada kolom 2.
c. Menghitung bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala yang
sudah disesuaikan dimulai dari 0,0 untuk faktor yang sangat tidak
penting sampai 1,0 untuk faktor yang sangat penting berdasarkan
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan
dalam menangani risiko. Ditulis pada kolom 3. Total seluruh bobot
harus sama dengan 1. Dalam penelitian ini untuk bobot dibuat
persentase (%) jadi total seluruh bobot harus sama dengan 100%
d. Beri nilai bobot masing-masing indikator sesuai dengan hasil
perhitungan pada urgensi penanganan, ditulis pada kolom 4.
e. Setiap bobot dari setiap faktor kemudian dikalikan dengan
peringkat/urgensi yang telah ditentukan untuk memperoleh skor
pembobotan pada kolom 4.
f. Jumlahkan skor pembobotan pada setiap variabel yang digunakan
untuk memperoleh total skor pembobotan. Nilai variabel ini
menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor
strategis internal dan eksternalnya. Jika nilainya semakin mendekati
1, artinya semakin banyak kelemahan atau ancaman dibandingkan
59
kekuatan dan peluangnya. Sedangkan semakin nilainya mendekati 5
artinya semakin banyak kekuatan dan peluangnya dibandingkan
kelemahan dan ancamannya.
Selanjutnya setelah memperoleh pembobotan IFAS dan EFAS, maka
dilakukan kombinasi strategi internal dan eksternal untuk mengetahui strategi
penanganan risiko pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi.
Kombinasi strategi tersebut disusun berdasarkan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) melalui matrik SWOT.
Sebelum masuk ke matrik SWOT akan dibuat terlebih dahulu tabel kombinasi
dari interaksi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dengan faktor eksternal
(peluang dan ancaman) yang menghasilkan 4 strategi yaitu SO, WO, ST dan WT.
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Penelitian mengenai faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor
eksternal (peluang dan ancaman) pada pelaksanaan proyek konstruksi tahun
anggaran 2015 yang mempengaruhi terjadinya risiko pembengkakan biaya.
Pelaksanaan proyek tersebut dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi yang
terdaftar sebagai aggota asosiasi GAPENSI, GAPEKNAS, GAPEKSINDO,
ASPEKINDO ataupun APAKSINDO Kabupaten Jembrana dengan kualifikasi
kecil dan menengah.
Jawaban kuesioner yang diperoleh ditabulasikan untuk mengetahui
akumulasi jawaban responden atas pernyataan mengenai faktor internal (kekuatan
dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) sehingga dapat
dirumuskan strategi penanganan risiko pembengkakan biaya dengan
menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT digunakan untuk memperoleh penilaian dari setiap
responden terhadap faktor internal dan eksternal sehingga diperoleh faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi terjadinya risiko
pembengkakan biaya konstruksi pada pelaksanaan proyek konstruksi. Dari
penelitian bobot IFAS (Internal Factor Analysis System) dan EFAS (External
Factor Analysis System) akan diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat
digunakan dalam upaya mengurangi terjadinya risiko pembengkakan biaya pada
pelaksanaan proyek konstruksi khususnya di Kabupaten Jembrana.
61
reliabilitas menggunakan bantuan aplikasi Micrasoft Excel 2013. Setelah
melakukan pengujian tersebut, apabila hasilnya valid dan reliabel maka
dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu pengumpulan data primer tahap II
dengan menyebar kembali kuesioner pada perusahaan jasa konstruksi yang pernah
melaksanakan proyek konstruksi kualifikasi kecil dan menengah pada tahun
anggaran 2015 di Kabupaten Jembrana.
Tabel 4.1 Hasil skor item soal no.1 variabel kekuatan untuk pernyataan
penanganan kondisi saat ini (1/2)
No. Skor Soal 1 Skor Total
x^2 y^2 (x.y)
Responden (x) (y)
1 5 24 25 576 120
2 3 19 9 361 57
3 3 15 9 225 45
4 5 19 25 361 95
5 3 16 9 256 48
6 5 25 25 625 125
7 4 22 16 484 88
8 3 15 9 225 45
9 5 22 25 484 110
10 4 19 16 361 76
11 4 20 16 400 80
12 5 21 25 441 105
13 4 21 16 441 84
62
Tabel 4.1 Lanjutan (2/2)
No. Skor Soal 1 Skor Total
x^2 y^2 (x.y)
Responden (x) (y)
14 3 21 9 441 63
15 4 20 16 400 80
16 5 19 25 361 95
17 4 20 16 400 80
18 3 18 9 324 54
19 4 22 16 484 88
20 3 15 9 225 45
21 5 22 25 484 110
22 4 19 16 361 76
Total 88 434 366 8720 1769
pers. (2.1)
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi suatu butir/item
n = Jumlah responden
X = Skor suatu butir/item
Y = Skor total
Diketahui :
x = 88 x^2 = 366
y = 434 y^2 = 8720
n = 22 x.y = 1769
dimasukkan dalam rumus korelasi :
63
Diperoleh hasil r hitung > r tabel atau 0,70 > 0,423 maka item soal 1 variabel
kekuatan dinyatakan valid. Untuk perhitungan selanjutnya menggunakan bantuan
aplikasi Microsoft Excel 2013 menu data analysis correlation. Hasil dari uji
validitas variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman akan disajikan pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Hasil pengujian validitas kuesioner untuk pernyataan penanganan
kondisi saat ini variabel kekuatan
Item Valid/tidak
r hitung r Tabel
pernyataan valid
1 0,700845 0,423 Valid
2 0,721619 0,423 Valid
3 0,785807 0,423 Valid
4 0,833769 0,423 Valid
5 0,688181 0,423 Valid
64
Tabel 4.4 Hasil pengujian validitas kuesioner untuk pernyataan penanganan
kondisi saat ini variabel peluang
Item Valid/tidak
r hitung r Tabel
pernyataan valid
1 0.629814 0,423 Valid
2 0.881863 0,423 Valid
3 0.760797 0,423 Valid
4 0.915441 0,423 Valid
5 0.85032 0,423 Valid
65
Tabel 4.8 Hasil pengujian validitas kuesioner untuk pernyataan urgensi
penanganan variabel peluang
Item Valid/tidak
r hitung r Tabel
pernyataan valid
1 0.794284 0,423 Valid
2 0.793461 0,423 Valid
3 0.586765 0,423 Valid
4 0.761616 0,423 Valid
5 0.703642 0,423 Valid
66
Tabel 4.10 Skor hasil belah dua untuk pernyataan penanganan kondisi saat ini
variabel kekuatan (1/2)
No.
Ganjil Genap Ganjil x Genap Ganjil^2 Genap^2
Responden
1 15 9 135 225 81
2 12 7 84 144 49
3 9 6 54 81 36
4 12 7 84 144 49
5 9 7 63 81 49
6 15 10 150 225 100
7 13 9 117 169 81
8 9 6 54 81 36
9 13 9 117 169 81
10 11 8 88 121 64
11 12 8 96 144 64
12 12 9 108 144 81
13 12 9 108 144 81
14 13 8 104 169 64
15 12 8 96 144 64
16 13 6 78 169 36
17 12 8 96 144 64
18 11 7 77 121 49
19 13 9 117 169 81
20 9 6 54 81 36
21 13 9 117 169 81
22 11 8 88 121 64
Total 261 173 2085 3159 1391
Diketahui :
67
Diperoleh hasil r hitung > 0,7 maka variabel kekuatan dinyatakan reliabel.
Selanjutnya untuk variabel kelemahan, peluang dan ancaman akan menggunakan
bantuan aplikasi Microsoft Excel 2013 menu data analysis correlation. Adapun
hasilnya seperti pada Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 yaitu :
Tabel 4.12 Hasil perhitungan uji reliabilitas untuk pernyataan urgensi penanganan
Tingkat reliabilitas Tingkat reliabilitas Reliabel/tidak
Variabel
variabel ditentukan 0,7 reliabel
Kekuatan 0.847247 0,7 Reliabel
Kelemahan 0.808455 0,7 Reliabel
Peluang 0.79319 0,7 Reliabel
Ancaman 0.73123 0,7 Reliabel
68
orang dan direspon sebanyak 43 orang. Total sampel kuesioner yang disebar pada
pilot study dan pengumpulan data primer tahap II sebanyak 110 sampel kuesioner.
Sedangkan total responden yang terkumpul antara pilot study dengan
pengumpulan data primer tahap II adalah 65 responden, sehingga persentase total
responden sebesar 59.1% dari total sampel (kategori baik). Total responden
sebanyak 65 orang tersebut diuji kembali dan hasilnya valid dan reliabel, dapat
dilihat pada Lampiran D.
4.3.2 Karakteristik Responden
Responden yang dipilih pada penelitian ini berasal dari orang-orang yang
terlibat dalam pelaksanaan proyek konstruksi pada tahun anggaran 2015 dan
kontraktornya terdaftar sebagai anggota asosiasi GAPENSI, GAPEKNAS,
GAPEKSINDO, ASPEKINDO ataupun APAKSINDO di Kabupaten Jembrana.
Pada penelitian ini karakteristik responden yaitu berdasarkan pada jabatan,
pengalaman kerja dan tingkat pendidikan yang tentunya mengerti benar
permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah atau punya
kepentingan terhadap masalah tersebut.
4.3.2.1 Jabatan
Tabel 4.13 menunjukan pengelompokan responden berdasarkan jabatan.
Tabel 4.13 Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Jumlah
Jabatan Persentase (%)
Responden
Kepala Proyek/Project Manager 17 26
Manajer Lapangan/Site Manager 11 17
Pelaksana Lapangan 12 18
Administrasi Proyek 10 15
Logistik 11 17
Juru Ukur/Surveyor 4 7
Total 65 100
69
4.3.2.2 Pengalaman Kerja
Pada Tabel 4.14 menunjukan adanya pengelompokan responden
berdasarkan pengalaman kerja. Pengalaman kerja responden dalam bidang
konstruksi diukur berdasarkan lamanya responden bekerja dalam bidang
konstruksi.
70
4.4 Pengolahan Data
Dari jawaban yang diterima melalui penyebaran kuesioner pada pilot study
sejumlah 22 responden dan tahap II sejumlah 43 responden sehingga didapat total
65 responden, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Hasil jawaban dari 65
responden diubah sesuai dengan Skala Likert yang digunakan sebagai skala
penilaian, yaitu pada penilaian penanganan kondisi saat ini : skala 1 (sangat
kurang), skala 2 (kurang), skala 3 (cukup), skala 4 (baik), dan skala 5 (sangat
baik). Sedangkan pada penilaian urgensi penanganan : skala 1 (tidak urgen), skala
2 (kurang urgen), skala 3 (urgen), skala 4 (lebih urgen), dan skala 5 (sangat
urgen). Rekapitulasi data kuesioner untuk masing-masing indikator pada faktor
internal dan faktor eksternal terhadap pernyataan penanganan kondisi saat ini
dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan Tabel 4.17, sedangkan rekapitulasi data
kuesioner untuk faktor internal dan faktor eksternal terhadap pernyataan urgensi
penanganan dapat dilihat pada Tabel 4.18 dan 4.19.
Tabel 4.16 Hasil skor rekapitulasi data kuesioner faktor internal terhadap
pernyataan penanganan kondisi saat ini (1/2)
Jumlah Pernyataan Penanganan
Faktor-Faktor Kondisi Saat Ini Dari 65 Responden
No. Skor
Strategi Internal Sangat Sangat
Kurang Cukup Baik
Kurang Baik
KEKUATAN
Pengalaman
1 tenaga kerja 0 0 18 29 18 260
Kemampuan
2 produktifitas 0 0 15 39 11 256
tenaga kerja
Hubungan
personal yang baik
3 0 0 29 27 9 240
antar pekerja di
lapangan
Komunikasi antar
anggota tim
4 0 1 19 32 13 252
proyek di
lapangan
Koordinasi dan
5 pengawasan 0 0 23 28 14 251
di lapangan
71
Tabel 4.16 Lanjutan (2/2)
Jumlah Pernyataan Penanganan
Faktor-Faktor Kondisi Saat Ini Dari 65 Responden
No. Skor
Strategi Internal Sangat Sangat
Kurang Cukup Baik
Kurang Baik
KELEMAHAN
Data dan
1 informasi proyek 9 27 25 4 0 154
yang tidak lengkap
Kontraktor tidak
dapat
merealisasikan
2 6 27 28 4 0 160
pembayaran
termin sesuai
rencana
Pengendalian
3 18 19 28 0 0 140
biaya yang buruk
Ketidaktepatan
4 9 28 24 4 0 153
estimasi biaya
Terlalu banyak
pengulangan
5 14 24 27 0 0 143
pekerjaan karena
mutu jelek
Tabel 4.17 Hasil skor rekapitulasi data kuesioner faktor eksternal terhadap
pernyataan penanganan kondisi saat ini (1/2)
Jumlah Pernyataan Penanganan
Faktor-Faktor
Kondisi Saat Ini Dari 65 Responden
No. Strategi Skor
Sangat Sangat
Eksternal Kurang Cukup Baik
Kurang Baik
PELUANG
Ketersediaan
bahan baku/
1 material 0 0 5 27 33 288
Banyaknya proyek
yang ditangani
2 0 0 13 33 19 266
dalam waktu yang
sama
Supplier material
yang berada dekat
3 0 0 14 23 28 274
dengan kawasan
proyek
Adanya
kebijaksanaan
4 keuangan yang 0 0 20 23 22 262
baru dari
pemerintah
72
Tabel 4.17 Lanjutan (2/2)
Jumlah Pernyataan Penanganan
Faktor-Faktor Kondisi Saat Ini Dari 65 Responden
No. Skor
Strategi Sangat Sangat
Kurang Cukup Baik
Eksternal Kurang Baik
PELUANG
Tingkat suku
bunga bank yang
tidak
5 0 0 13 27 25 272
memberatkan
pengembalian
pinjaman
ANCAMAN
Penurunan nilai
tukar rupiah
1 14 27 21 0 3 146
terhadap mata
uang asing
Kenaikan harga
2 4 26 32 3 0 164
material
3 Pencurian material 8 31 23 0 3 154
Keterlambatan
kedatangan
4 4 29 29 3 0 161
material oleh
supplier
Keterlambatan
5 jadwal karena 10 33 16 3 3 151
pengaruh cuaca
Tabel 4.18 Hasil skor rekapitulasi data kuesioner faktor internal terhadap
pernyataan urgensi penanganan (1/2)
Jumlah Pernyataan Urgensi
Faktor-Faktor Penanganan Dari 65 Responden
No. Skor
Strategi Internal Tidak Kurang Lebih Sangat
Urgen
Urgen Urgen Urgen Urgen
KEKUATAN
Pengalaman
198
1 tenaga kerja 0 11 42 10 2
Kemampuan
2 produktifitas 0 0 26 17 22 256
tenaga kerja
Hubungan
3 personal yang 0 2 50 12 1 207
baik antar pekerja
di lapangan
73
Tabel 4.18 Lanjutan (2/2)
Jumlah Pernyataan Urgensi
Faktor-Faktor Penanganan Dari 65 Responden
No. Skor
Strategi Internal Tidak Kurang Lebih Sangat
Urgen
Urgen Urgen Urgen Urgen
KEKUATAN
Komunikasi antar
anggota tim
4 0 0 22 23 20 258
proyek di
lapangan
Koordinasi dan
5 pengawasan 0 0 25 16 24 259
di lapangan
KELEMAHAN
Data dan
informasi proyek
1 0 10 47 8 0 193
yang tidak
lengkap
Kontraktor tidak
dapat
merealisasikan
2 0 11 33 11 10 215
pembayaran
termin sesuai
rencana
Pengendalian
3 0 8 52 5 0 192
biaya yang buruk
Ketidaktepatan
4 0 6 33 15 11 226
estimasi biaya
Terlalu banyak
pengulangan
5 0 4 44 8 9 217
pekerjaan karena
mutu jelek
Tabel 4.19 Hasil skor rekapitulasi data kuesioner faktor eksternal terhadap
pernyataan urgensi penanganan (1/2)
Jumlah Pernyataan Urgensi
Faktor-Faktor
Penanganan Dari 65 Responden
No. Strategi Skor
Tidak Kurang Lebih Sangat
Eksternal Urgen
Urgen Urgen Urgen Urgen
PELUANG
Ketersediaan
1 bahan baku/
material 0 14 19 20 12 225
74
Banyaknya
proyek yang
2 0 10 28 16 11 223
ditangani dalam
waktu yangsama
Supplier
material yang
3 berada dekat 0 7 40 11 7 213
dengan kawasan
proyek
Adanya
kebijaksanaan
4 keuangan yang 0 13 41 11 0 193
baru dari
pemerintah
Tingkat suku
bunga bank yang
tidak
5 0 17 27 19 2 201
memberatkan
pengembalian
pinjaman
ANCAMAN
Penurunan nilai
tukar rupiah
1 0 11 38 16 0 200
terhadap mata
uang asing
Kenaikan harga
2 0 4 27 19 15 240
material
Pencurian
3 0 4 45 15 1 208
material
Keterlambatan
kedatangan
4 0 2 41 5 17 232
material oleh
supplier
Keterlambatan
5 jadwal karena 0 8 48 9 0 196
pengaruh cuaca
75
4.5.1 Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Risiko
Pembengkakan Biaya
Untuk mengetahui indikator dari masing-masing faktor yang termasuk
dalam variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terlebih dahulu
dilakukan pembobotan dari setiap jawaban yang didapat berdasarkan penilaian
responden dengan cara menghubungkan dengan penilaian yang diungkapkan dari
5 (lima) tingkatan jawaban, yaitu :
1. Sangat baik =5
2. Baik =4
3. Cukup =3
4. Kurang =2
5. Sangat kurang =1
Syarat :
Bobot > rata-rata kategori kekuatan dan peluang
Bobot < rata-rata kategori kelemahan dan ancaman
Sangat baik : 5 x 18 = 90
Baik : 4 x 29 = 116
Cukup : 3 x 18 = 54
Kurang :2x0 =0
Sangat kurang :1x0 =0
+
Jumlah skor : = 260
pers. (2.2)
76
kedalam variabel kekuatan atau kelemahan dilakukan dengan cara mencari rata-
rata (benchmark) dari indikator-indikator pada faktor internal tersebut.
Mencari nilai rata-rata (benchmark) faktor internal :
Total bobot = (bobot 1 + bobot 2 + bobot 3 + ... + bobot 10)
= (3.94 + 3.70 + 3.88 + ... + 2.20)
= 30.91
pers. (2.3)
Karena nilai bobot pada indikator 1 faktor internal = 4.00 > 3.091, maka
indikator pengalaman tenaga kerja termasuk dalam kategori kekuatan. Sedangkan
indikator yang bobot nilainya lebih kecil dari nilai rata-rata (benchmark) termasuk
dalam kategori kelemahan begitu pula dengan faktor eksternal. Faktor-faktor
internal dan faktor-faktor eksternal yang termasuk dalam kategori kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman secara ringkas dapat dijelaskan pada Tabel 4.20
dan Tabel 4.21.
KELEMAHAN
Data dan informasi proyek yang
1 tidak lengkap 2.37 W
Kontraktor tidak dapat merealisasikan
2 pembayaran termin 2.46 W
sesuai rencana
77
3 Pengendalian biaya yang buruk 2.15 W
4 Ketidaktepatan estimasi biaya 2.35 W
Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena
5 2.2 W
mutu jelek
TOTAL 30.91
Rata-rata 3.091
Keterangan : S = Strength
W = Weakness
Dari Tabel 4.20 dapat diidentifikasi bahwa nilai rata-rata dari seluruh
faktor internal adalah sebesar 3.091. Faktor-faktor internal tersebut kemudian
dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal yang nilai bobotnya diatas nilai
benchmark (rata-rata) dikelompokkan sebagai kekuatan (Strength), dan faktor
internal yang nilai bobotnya dibawah benchmark (rata-rata) dikelompokkan
sebagai kelemahan (Weakness). Diketahui juga bahwa pada faktor internal
variabel kekuatan indikator pengalaman tenaga kerja memiliki bobot yang paling
tinggi yaitu 4.00 dan variabel kelemahan indikator pengendalian biaya yang buruk
memiliki bobot paling rendah yaitu 2.15, berarti bahwa indikator tersebut yang
paling mempengaruhi risiko pembengkakan biaya berdasarkan nilai bobotnya.
Dalam hal ini, indikator kekuatan mempengaruhi untuk mengurangi atau
meniadakan terjadinya risiko pembengkakan biaya. Sedangkan indikator
kelemahan mempengaruhi untuk terjadinya risiko pembengkakan biaya.
78
ANCAMAN
Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
1 2.25 T
asing
2 Kenaikan harga material 2.52 T
3 Pencurian material 2.37 T
4 Keterlambatan kedatangan material 2.48 T
oleh supplier
5 Keterlambatan jadwal karena 2.32 T
pengaruh cuaca
TOTAL 32.88
Rata-rata 3.288
Keterangan : O = Opportunity
T = Threat
Dari Tabel 4.21 dapat diidentifikasi bahwa nilai rata-rata untuk faktor
eksternal adalah 3.288. Faktor-faktor eksternal yang mendapatkan nilai bobot
diatas nilai benchmark (rata-rata) dikelompokkan sebagai peluang (Opportunity),
dan faktor eksternal yang nilai bobotnya dibawah benchmark (rata-rata)
dikelompokkan sebagai ancaman (Threat). Dapat diketahui juga pada faktor
eksternal variabel peluang ketersediaan bahan baku/material memiliki bobot yang
paling tinggi yaitu 4.43 dan variabel ancaman indikator penurunan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing memiliki bobot paling rendah yaitu 2.25, artinya
bahwa indikator tersebut yang paling mempengaruhi risiko pembengkakan biaya
berdasarkan nilai bobotnya. Dalam hal ini, indikator peluang mempengaruhi
untuk mengurangi atau meniadakan terjadinya risiko pembengkakan biaya.
Sedangkan indikator ancaman mempengaruhi untuk kemungkinan akan terjadi
risiko pembengkakan biaya.
79
4.5.2.1 Perhitungan Bobot Pernyataan Urgensi Penanganan Risiko
Pembengkakan Biaya
Untuk mengetahui skor nilai pada IFAS-EFAS dari masing-masing
faktor, terlebih dahulu dilakukan pembobotan pada pernyataan urgensi
penanganan berdasarkan penilaian responden dengan cara menghubungkan
dengan penilaian yang diungkapkan dari 5 tingkatan jawaban, yaitu :
1. Sangat urgen =5
2. Lebih urgen =4
3. Urgen =3
4. Kurang urgen =2
5. Tidak urgen =1
Sebagai contoh, untuk variabel kekuatan indikator pengalaman tenaga kerja
sebagai berikut :
80
KELEMAHAN
1 Data dan informasi proyek yang tidak lengkap 2.97
Kontraktor tidak dapat merealisasikan pembayaran termin
2 3.31
sesuai rencana
3 Pengendalian biaya yang buruk 2.95
4 Ketidaktepatan estimasi biaya 3.48
5 Terlalu banyak pengulangan pekerjaan karena mutu jelek 3.34
Dari Tabel 4.22 dapat diketahui bahwa faktor internal pada pernyataan
urgensi penanganan yaitu variabel kekuatan indikator koordinasi dan pengawasan
di lapangan memiliki bobot yang paling tinggi yaitu 3.98 dan pada variabel
kelemahan indikator pengendalian biaya yang buruk memiliki bobot yang paling
rendah yaitu 2.95.
Tabel 4.23 Pembobotan faktor-faktor eksternal terhadap pernyataan urgensi
penanganan
Faktor-Faktor Strategi eksternal
No. Bobot
PELUANG
1 Ketersediaan bahan baku/material 3.46
2 Banyaknya proyek yang ditangani dalam waktu yang sama 3.43
Supplier material yang berada dekat dengan
3 3.28
kawasan proyek
Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari
4 2.97
pemerintah
Tingkat suku bunga bank yang tidak
5 3.09
memberatkan pengembalian pinjaman
ANCAMAN
Penurunan nilai tukar rupiah terhadap
1 3.08
mata uang asing
2 Kenaikan harga material 3.69
3 Pencurian material 3.2
Keterlambatan kedatangan material oleh
4 3.57
supplier
Keterlambatan jadwal karena pengaruh
5 3.01
cuaca
81
indikator keterlambatan jadwal karena pengaruh cuaca memiliki bobot terendah
yaitu 3.01.
82
Terlalu banyak
pengulangan pekerjaan 2.2 7.12 3.34 0.24
karena mutu jelek
Total W (Xwi) 11.53 1.20
Xi = (Xsi + Xwi) 30.91
Bs = ( Xsi/Xi )*100% 62.70
Bw = ( Xwi/Xi )*100% 37.30
Total Skor Nilai 3.47
Dari hasil pembobotan IFAS elemen SWOT pada Tabel 4.24 terlihat
bahwa total skor nilai untuk internal factor mendekati 5, artinya bahwa semakin
banyak kekuatan dibandingkan kelemahannya. Dapat dilihat juga, indikator
kekuatan yang memiliki nilai bobot paling tinggi adalah pengalaman tenaga kerja
dengan nilai bobot sebesar 4.00. Hal ini menurut penilaian responden merupakan
kekuatan utama kontraktor untuk bersaing dengan kontraktor lain dalam
pelaksanaan proyek konstruksi. Tenaga kerja yang berpengalaman akan sangat
berguna dalam mengatasi masalah atau kendala yang akan terjadi di lapangan
pada saat pelaksanaan proyek itu berlangsung sehingga hal-hal yang tidak
diinginkan seperti pembengkakan biaya bisa diatasi dengan melihat pengalaman-
pengalaman sebelumnya. Contoh, dengan memiliki manajer lapangan/site
manager yang berpengalaman, tentunya site manager tersebut akan membuat time
schedule harian, mingguan, dan bulanan, misalnya pada time schedule harian
tentu akan direncanakan pekerjaan yang akan dilaksanakan hari itu seperti
menghitung kembali jumlah alat/material dan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan, kemudian dari hal tersebut dapat direview agar efisien dan mencapai
target sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan.
Dari Tabel 4.24, terlihat bahwa indikator kelemahan yang mendapatkan
nilai bobot terendah adalah pengendalian biaya yang buruk dengan nilai bobot
sebesar 2.15. Hal ini menurut responden merupakan kelemahan terbesar pada
kontraktor. Jika dalam pelaksanaan proyek berlangsung terjadi pengendalian
biaya yang buruk akan menimbulkan banyaknya biaya-biaya yang dikeluarkan
pada saat pelaksanaan berbeda dari yang direncanakan sebelumnya sehingga biaya
yang dikeluarkan menjadi tidak terkendali. Contoh, akibat memiliki site manager
yang kurang berpengalaman, seorang site manager tersebut tidak melaksanakan
83
tugasnya dengan baik, seperti tidak memeriksa bobot pekerjaan setiap akhir bulan
pada time schedule bulanan sehingga terjadi kemunduran dari time schedule
umum (induk). Dengan demikian pelaksanaan pekerjaan tersebut terpaksa harus
lembur karena tidak sesuai dengan target, akibatnya diperlukan penambahan
tenaga kerja dan alat yang menyebabkan pembengkakan biaya.
Tabel 4.25 Penilaian bobot EFAS SWOT
Persentase
Urgens
Faktor-faktor Strategi Bobot Bobot Skor Nilai
i
Eksternal (b) BNo=(b/Xoi)*Bo (SN=BNo*RNo)
(RNo)
(%)
Peluang
Ketersediaan bahan
4.43 13.47 3.46 0.47
baku/material
Banyaknya proyek yang
ditangani dalam waktu 4.09 12.44 3.43 0.43
yang sama
Supplier material yang
berada dekat dengan 4.21 12.80 3.28 0.42
kawasan proyek
Adanya kebijaksanaan
keuangan yang baru dari 4.03 12.26 2.97 0.36
pemerintah
Tingkat suku bunga bank
yang tidak memberatkan 4.18 12.71 3.09 0.39
pengembalian pinjaman
Total O (Xoi) 20.94 2.07
Ancaman
Penurunan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang 2.25 6.84 3.08 0.21
asing
Kenaikan harga material 2.52 7.66 3.69 0.28
Pencurian material 2.37 7.21 3.2 0.23
Keterlambatan kedatangan
2.48 7.54 3.57 0.27
material oleh supplier
Keterlambatan jadwal
2.32 7.06 3.01 0.21
karena pengaruh cuaca
Total T (Xti) 11.94 1.21
Xi = (Xoi + Xti) 32.88
Bo = ( Xoi/Xi )*100% 63.69
Bt = ( Xti/Xi )*100% 36.31
Total Skor Nilai 3.28
84
Dari hasil pembobotan EFAS elemen SWOT pada Tabel 4.25 terlihat
bahwa total skor nilai untuk eksternal factor mendekati 5, artinya bahwa semakin
banyak peluang dibandingkan ancamannya. Dapat dilihat juga, indikator peluang
yang memiliki nilai bobot tertinggi adalah ketersediaan bahan baku/material
dengan nilai bobot sebesar 4.43. Hal ini menurut responden merupakan suatu
peluang terbesar didalam kontraktor untuk bersaing dengan kontraktor lainnya
agar terhindar dari risiko pembengkakan biaya. Didukungnya dengan ketersediaan
bahan baku/material pada saat pelaksanaan proyek akan menghindari proyek
tersebut dari keterlambatan pengerjaan. Pengerjaan proyek akan tepat pada
waktunya, bahkan bisa lebih cepat. Contoh, dengan memiliki site manager yang
berpengalaman tentu akan menjamin tersedianya bahan baku yang memadai pada
hari itu dengan cara selalu menghitung kembali jumlah bahan baku/material
sesuai resource schedule (jadwal sumber daya) harian yang dibuat sehingga target
kemajuan proyek tercapai sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan.
Dari Tabel 4.25, indikator ancaman yang memiliki nilai bobot terendah
adalah penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dengan nilai bobot
sebesar 2.25. Menurut responden, ini merupakan ancaman terbesar untuk
kontraktor didalam pelaksanaan proyek konstruksi karena perubahan nilai tukar
rupiah tentu akan mempengaruhi harga di pasar, terlebih nilai tukar rupiah turun
terhadap mata uang asing maka harga material atau alat yang import otomatis
harganya akan naik. Contoh, dengan memiliki site manager yang kurang
berpengalaman karena tidak mampu memprediksi kapan kira-kira terjadinya
penurununan nilai tukar rupiah terhadap dolar, kemudian tidak diantisipasi dengan
mengedrop material/alat terlebih dahulu sebelum terjadi fluktuasi tentu saja akan
berujung pada pembengkakan biaya.
85
(ST), dan Weakness-Threat (WT) yang fungsinya agar dapat mempermudah
menyusun kombinasi masing-masing strategi.
A. Kombinasi Strategi Strength-Opportunity (SO)
Untuk mengetahui perumusan strategi Strength-Opportunity (SO), maka
dilakukan kombinasi faktor internal strength dengan faktor eksternal opportunity,
dimana faktor internal strength dan faktor eksternal opportunity sama-sama
memiliki 5 indikator yang akan dikombinasikan. Kombinasi indikator Strength
dan indikator Opportunity akan disajikan pada Tabel 4.27 dan akan dilakukan
perumusan strategi Strength-Opportunity (SO) sebelum melakukan kombinasi
yang baik dalam kalimatnya untuk digabungkan menjadi beberapa kombinasi
Strength-Opportunity (SO), seperti yang disajikan pada Tabel 4.29.
86
Tabel 4.28 Hasil kombinasi indikator Strength dan Opportunity (1/2)
Kombinasi
No. Indikator Hasil Kombinasi Indikator Strength dan Opportunity
(S-O)
Memiliki tenaga kerja yang berpengalaman mampu
1 S1O1
memaksimalkan ketersediaan bahan baku/material
Pengalaman tenaga kerja dalam menangani banyaknya
2 S1O2
proyek dalam waktu yang sama
3 S1O3 Pengalaman tenaga kerja dalam mencari supplier material
yang berada dekat dengan kawasan proyek
4 S1O4 Pengalaman tenaga kerja dalam menerapkan
kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah
Pengalaman tenaga kerja dalam mencari sumber-sumber
5 S1O5 informasi mengenai tingkat suku bunga bank yang tidak
memberatkan pengembalian pinjaman
Produktifitas tenaga kerja yang baik mampu
6 S2O1
memaksimalkan ketersediaan bahan baku/material
Memiliki kemampuan produktifitas tenaga kerja yang
7 S2O2 sesuai target akan memudahkan menangani banyaknya
proyek dalam waktu yang sama
Kemampuan produktifitas tenaga kerja yang sesuai dapat
8 S2O3 mempermudah mencari supplier material yang berada
dekat kawasan proyek
Memiliki kemampuan produktifitas tenaga kerja yang
9 S2O4 sesuai dalam menerapkan kebijaksanaan keuangan yang
baru dari pemerintah
Produktifitas tenaga kerja yang sesuai dapat
10 S2O5 mempermudah memperoleh informasi tingkat suku bunga
bank yang tidak memberatkan pengembalian pinjaman
Terciptanya hubungan personal yang baik antar pekerja di
11 S3O1 lapangan mampu memanfaatkan ketersediaan bahan
baku/material secara maksimal
Terciptanya hubungan personal yang baik antar pekerja di
12 S3O2 lapangan mempermudah dalam menangani banyaknya
proyek dalam waktu yang sama
Terciptanya hubungan personal yang baik antar pekerja di
lapangan mempermudah dalam mencari informasi
13 S3O3
supplier material yang berada dekat dengan kawasan
proyek
Adanya hubungan personal yang baik antar pekerja di
14 S3O4 lapangan mempermudah dalam menerapkan
kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah
87
Tabel 4.28 Lanjutan (2/2)
Kombinasi
No. Indikator Hasil Kombinasi Indikator Strength dan Opportunity
(S-O)
Hubungan personal yang baik antar pekerja di lapangan
15 S3O5 mempermudah berbagai info tentang tingkat suku bunga
bank yang tidak memberatkan pengembalian pinjaman
Terjalinnya komunikasi antar anggota tim proyek di
16 S4O1
lapangan akan menjaga ketersediaan bahan baku/material
Terjalinnya komunikasi antar anggota tim proyek di
17 S4O2 lapangan mempermudah dalam menangani banyaknya
proyek dalam waktu yang sama
Terjalinya komunikasi antar anggota tim proyek di
18 S4O3 lapangan mempermudah masuknya supplier material yang
berada dekat dengan kawasan proyek
Terjadinya komunikasi antar anggota tim proyek di
19 S4O4 lapangan mempermudah penerapan kebijaksanaan
keuangan yang baru dari pemerintah
Terjalinnya komunikasi antar anggota tim proyek di
lapangan mempermudah masuknya informasi tentang
20 S4O5
tingkat suku bunga bank yang tidak memberatkan
pengembalian pinjaman
Terciptanya koordinasi dan pengawasan di lapangan
21 S5O1 mampu memaksimalkan ketersediaan bahan
baku/material
Adanya koordinasi dan pengawasan di lapangan yang baik
22 S5O2
melancarkan penanganan proyek dalam waktu yang sama
Adanya koordinasi dan pengawasan di lapangan yang baik
23 S5O3 mempermudah masuknya supplier material yang berada
dekat dengan kawasan proyek
Terciptanya koordinasi dan pengawasan di lapangan yang
24 S5O4 intens melancarkan penerapan kebijaksanaan keuangan
yang baru dari pemerintah
Adanya koordinasi dan pengawasan di lapangan yang
teratur mempermudah dalam mengetahui tingkat suku
25 S5O5
bunga bank yang tidak memberatkan pengembalian
pinjaman
88
strategi Strength-Opportunity (SO) yang baik untuk mengatasi resiko
pembengkakan biaya, sebelumnya dilakukan perumusan strategi Strength-
Opportunity (SO) seperti yang ditunjukkan dibawah ini :
89
Dari Tabel 4.30 kombinasi strategi Weakness-Opportunity (WO) diperoleh
2 interaksi IFAS-EFAS dimana pada interaksi kombinasi pertama merupakan
kombinasi antara W2 dan W4 dengan O4 dan O5, sedangkan pada interaksi kedua
merupakan kombinasi antara W4 dengan O1 dan O3.
90
Tabel 4.32 Kombinasi strategi Weakness-Threat (WT)
W
1 2 3 4 5
T
1 WT-1 - - - WT-1
WT-1
2 WT-1 - WT-2 WT-2
WT-2
3 - - - - -
4 - - WT-2 WT-2 WT-2
5 - - WT-2 WT-2 WT-2
Sumber : Hasil Analisis SWOT (2016)
91
Tabel 4.33 Matrik interaksi IFAS-EFAS SWOT
STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
IFAS 1. Pengalaman tenaga kerja 1. Data dan informasi
2. Kemampuan produktifitas proyek yang tidak
tenaga kerja lengkap
3. Hubungan personal yang 2. Kontraktor tidak dapat
baik antarpekerja di meerealisasikan
lapangan pembayaran termin
4. Komunikasi antaranggota sesuai rencana
tim proyek di lapangan 3. Pengendalian biaya
5. Koordinasi dan yang buruk
pengawasan di lapangan 4. Ketidaktepatan estimasi
biayA
5. Terlalu banyak
pengulangan pekerjaan
EFAS karena mutu jelek
92
dihindari. material yang dekat
dengan kawasan proyek,
3. Mencermati
mengetahui
kebijaksanaan keuangan
yang barudari pemerintah ketersediaan bahan
dan melakukan survey baku/material,
terhadap suku bunga dari diharapkan dapat
bank atau lembaga membantu
keuangan lain untuk menghindarkan proyek
mendukung pembiayaan dari pembengkakan
proyek yang dilaksanakan biaya walaupun pihak
serta memperhatikan kontraktor belum dapat
kemampuan produktifitas mengestimasi biaya
tenaga kerja yang dengan tidak tepat.
dimiliki, maka kontraktor
dapat memprediksi
berapa banyak proyek
yang ditangani dalam
waktu yang bersamaan
kemungkinan terhindar
dari risiko pembengkakan
biaya proyek.
93
dapat segera terdeteksi karena akan
dan diatasi. berpengaruh terhadap
penyelesaian pekerjaan
2. Dengan memiliki yang terlambat dan
pengalaman tenaga kerja penggunaan material
serta dapat membaca yang boros maka harus
produktifitas tenaga kerja dihindari keterlambatan
yang memadai maka kedatangan material
dapat menangani oleh supplier maupun
keterlambatan jadwal keterlambatan karena
karena pengaruh cuaca pengaruh cuaca serta
dan mencegah kenaikan harga material
yang dapat
keterlambatan
menyebabkan
kedatangan material oleh pembengkakan biaya.
supplier sehingga
pembengkakan biaya
proyek dapat dihindari.
94
Strategi ST Strategi WT
Dengan memiliki tenaga kerja yang Meminimalkan estimasi biaya yang
berpengalaman sehingga dapat tidak valid, pengendalian biaya yang
membaca kemampuan produktifitas kurang baik dan terlalu banyak
tenaga kerja yang memadai maka pengulangan pekerjaan akibat mutu
dapat menangani keterlambatan jadwal jelek karena akan berpengaruh
karena pengaruh cuaca dan mencegah terhadap penyelesaian pekerjaan yang
keterlambatan kedatangan supplier terlambat dan penggunaan material
serta dengan menjaga koordinasi, yang boros maka harus dihindari
pengawasan secara intensif di keterlambatan kedatangan material
lapangan, menciptakan hubungan oleh supplier maupun karena pengaruh
personal yang baik antarpekerja akan cuaca serta kenaikan harga material
memudahkan untuk mengetahui yang diakibatkan oleh penurunan nilai
penurunan nilai tukar rupiah terhadap tukar rupiah terhadap mata uang asing.
mata uang asing juga mewaspadai
pencurian material oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab.
Dari Tabel 4.34 didapat hasil dari rangkuman interaksi matrik IFAS-
EFAS yang menghasilkan 4 (empat) strategi penanganan yaitu Strength-
Opportunity (SO), Weakness-Opportunity (WO), Strength-Treat (ST), dan
Weakness-Threat (WT). Ke 4 (empat) strategi tersebut, strategi yang tepat
diterapkan untuk masing-masing indikator dari variabel yang paling
mempengaruhi risiko pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi di
Kabupaten Jembrana, yaitu :
- Pada variabel kekuatan strategi yang tepat diterapkan adalah strategi
SO dan ST
- Pada variabel kelemahan strategi yang tepat diterapkan adalah
strategi WO dan WT
- Pada variabel peluang strategi yang tepat diterapkan adalah strategi
SO dan WO
- Pada variabel ancaman strategi yang tepat diterapkan adalah strategi
ST dan WT
95
4.5.3 Alternatif Strategi Terbaik Penanganan Risiko Pembengkakan Biaya
Dari hasil perumusan matrik IFAS-EFAS, berdasarkan strategi SO, WO,
ST, dan WT dilakukan pembobotan penilaian untuk menentukan skala
prioritasnya dengan cara menjumlahkan total dari bobot dikali urgensi pada setiap
kategori yang didapat berdasarkan hasil pembobotan IFAS-EFAS pada Tabel 4.24
dan Tabel 4.25. Sebagai contoh untuk strategi SO sebagai berikut :
Dimana :
Bobot Strength = 2.27
Bobot Opportunity = 2.07
Bobot strategi SO = bobot Strength + bobot Opportunity
= 2.27 + 2.07
= 4.34
Untuk perhitungan bobot strategi selanjutnya didapatkan dengan cara yang sama.
Susunan hasil pembobotan strategi alternatif yang diperoleh dari pembobotan
IFAS-EFAS selanjutnya disajikan pada Tabel 4.35.
96
Dari Tabel 4.36 diperoleh urutan alternatif strategi SWOT, strategi
Strength – Opportunity (SO) mendapat urutan prioritas I dengan nilai bobot yang
paling tinggi yaitu 4.34, strategi Stength - Threat (ST) mendapat urutan prioritas II
dengan nilai bobot yaitu 3.48, strategi Weakness - Opportunity (WO) mendapat
urutan prioritas III dengan nilai bobot yaitu 3.27, dan strategi Weakness - Threat
(WT) mendapat urutan prioritas IV dengan nilai bobot yaitu 2.41.
97
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
98
dekat dengan kawasan proyek akan dapat menentukan berapa
banyak proyek yang dapat ditangani dalam waktu yang bersamaan.
- Dengan selalu melakukan koordinasi dan pengawasan dilapangan
secara kontinyu, komunikasi antar anggota tim proyek, serta selalu
memantau ketersediaan material yang digunakan pada proyek
maka kemungkinan pembengkakan terhadap biaya proyek dapat
dihindari.
- Mencermati kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah
dan melakukan survey terhadap suku bunga dari bank atau
lembaga keuangan lain untuk mendukung pembiayaan proyek
yang dilaksanakan serta memperhatikan kemampuan produktifitas
tenaga kerja yang dimiliki, maka kontraktor dapat memprediksi
berapa banyak proyek yang ditangani dalam waktu yang
bersamaan kemungkinan terhindar dari risiko pembengkakan biaya
proyek.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka saran yang dapat
diberikan adalah bagi pihak kontraktor, sebaiknya lebih memperhatikan indikator
pengalaman tenaga kerja, pengendalian biaya yang buruk, ketersediaan bahan
baku/material, dan penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Keempat indikator ini memiliki bobot tertinggi yang dianggap paling
mempengaruhi risiko pembengkakan biaya. Kontraktor diharapkan agar mampu
untuk menerapkan keempat strategi tersebut (SO, WO, ST, WT) terutama strategi
SO untuk mengantisipasi risiko pembengkakan biaya dan terus meraih prestasi
secara maksimal.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, N. E. 2006. Analisis Risiko Biaya Kontruksi dengan Metode AHP pada
Proyek Pembangunan Gedung. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan,
Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, 2006).
Darmawan, P. 2004. Analisis Penyebab Pembengkakan Biaya pada Proyek
Konstruksi Bangunan Gedung. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan,
Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, 2004).
Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2. Kanisius,
Yogyakarta.
Erlina. 2009. Analisis Kinerja Perusahaan dengan Metode Balanced Score Card
(BSC) dan SWOT. Jurnal Ilmiah Teknik Vol. 9 No. 1 Teknik Industri FT
UPN Veteran, Jawa Timur.
Ervianto, W. I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Edisi Revisi. Andi Offset,
Yogyakarta.
Fahmi, I. 2013. Manajemen Strategis Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung
Godfrey, P. S. 1996. Control of risk a guide to the systematic management of risk
from construction, CIRIA.
http://creasi-blogger.googlecode.com/files/BAB%20VI
(CARA%20CEPAT%20VALIDITAS%20DAN%20RELIABILITAS).p
df Diakses tanggal 23/09/2015.
IKIP PGRI Bojonegoro. 2013.Cara cepat uji validitas dan reliabilitas dengan
excel.
Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko Oprasional : Memahami Cara Mengelola
Risiko Operasional Perusahaan, PPM, Jakarta.
Kristinayanti, S. 2005. Manajemen Risiko pada Investasi Hotel Bintang Tiga di
Bali. (Tesis yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Universitas
Udayana, 2005).
Kusuma, I. A. I. 2013. Analisis Strategi Penanganan Risiko Biaya Kontrak Jasa
Konstruksi Pada Proyek Konstruksi Gedung. (Tugas Akhir yang tidak
dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, 2013)
Norken, I N., I B. N., Purbawijaya, I G. N. O., Suputra. 2015. Pengantar Analisis
dan Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi. Udayana University
Press, Bali.
Perbawa, I. B. M. S. 2007. Analisa Strategi Penanganan Risiko pada Kontrak
Jasa Konstruksi. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan
Teknik Sipil Universitas Udayana, 2007).
Pratama, A. A. N. D. Pengaruh Kompensasi dan Kepemimpinan terhadap
Kinerja Karyawan pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kabupaten
Badung. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana, 2015).
Purwanto, I. 2006. Manajemen Strategi. Yrama Widya, Bandung.
100
Putra, I G. P. I. P. 2015. Analisis Strategi Penanganan Risiko Pembengkakan
Biaya Konstruksi Pada Proyek Bangunan Gedung. (Tugas Akhir yang
tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, 2015).
Rangkuti, F. 2015. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Resmilati, Mila. 2001. Manajemen Resiko Akibat Fluktuasi Mata Uang Asing
Dan Perubahan Tingkat Suku Bunga Pinjaman. (Tugas Akhir yang tidak
dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana, 2001)
Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Alfabeta, Bandung.
Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional).
Erlangga, Jakarta.
. 2001. Manajemen Proyek Jilid 2 (Dari Konseptual Sampai
Operasional). Erlangga, Jakarta.
Sora N. 2015. Pengertian Analisis SWOT dan Manfaatnya.
http://www.pengertianku.net/2015/03/pengertian-analisis-swot-dan-
manfaatnya.html
Diakses tanggal 10 Desember 2015
Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.
Usman, H., Akbar, P. S. 2012. Pengantar Statistika. Bumi Aksara, Jakarta.
Wahyuni, P. S. 2006. Analisis Perbandingan Risiko Biaya antara Kontrak
Lumpsum dengan Kontrak Unit Price Menggunakan Metode Decision
Tree. (Tugas Akhir yang tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil
Universitas Udayana, 2006).
Wijaya. 2000. Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS). Alfabeta,
Bandung.
101
LAMPIRAN
Lampiran A. Kuisioner
TUJUAN KUESIONER
Tujuan diadakannya kuesioner ini adalah guna mendapatkan data-data
yang bersifat objektif yang diperlukan untuk penelitian mengenai Analisis Strategi
Penanganan Risiko Pembengkakan Biaya Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi.
PENDAHULUAN
Pada penelitian ini akan diklasifikasikan faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) perusahaan yang
mempengaruhi terjadinya risiko pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek
konstruksi. Dengan demikian diharapkan dapat diketahui strategi dan alternatif
penanganan risiko pembengkakan biaya pada pelaksanaan proyek konstruksi.
DATA RESPONDEN
102
d. Lain-lain (mohon disebutkan) ……………………………….…
2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu bekerja dalam bidang konstruksi ?
a. 1-5 tahun
b. 5-10 tahun
c. >10 tahun
3. Pendidikan terakhir Bapak/Ibu :
a. SMA/SMK/STM
b. Diploma 3 (D3)
c. Strata 1 (S1)
d. Strata 2 (S2)
e. Lain-lain …………………………………………………………
Tanda Tangan
………………………………………
103
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA RISIKO
PEMBENGKAKAN BIAYA PADA PELAKSANAAN PROYEK
KONSTRUKSI
PETUNJUK PENGISIAN
1. Dimohon untuk mengisi kuesioner dengan sejujur-jujurnya sesuai
dengan kenyataan atau kondisi pada saat pelaksanaan proyek
konstruksi tersebut demi objektifitas dan keakuratan data dan data hasil
kuesioner tidak disebarkan untuk umum, hanya untuk bahan penelitian.
2. Data responden yang dimaksud adalah data selama melaksanakan
proyek konstruksi dengan syarat proyek tersebut merupakan proyek
pemerintah.
3. Kuisioner ini dibagi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
a. Kondisi Internal, tujuannya untuk menangani faktor-faktor yang
menjadi kekuatan dan kelemahan pada proyek konstruksi yang
dapat mempengaruhi risiko dominan pada pembengkakan biaya.
b. Kondisi Eksternal, tujuannya untuk menangani faktor-faktor yang
menjadi peluang dan ancaman pada proyek konstruksi yang dapat
mempengaruhi risiko dominan pada pembengkakan biaya.
4. Pada penanganan kondisi saat ini, responden diminta untuk menilai
kinerja organisasi dalam menangani risiko pembengkakan biaya yang
terjadi pada pelaksanaan proyek konstruksi.
5. Pada urgensi penanganan, responden diminta untuk menilai tingkat
urgensi faktor. Penilaian ini berhubungan dengan skala prioritas dalam
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
104
Dimohon untuk memberikan penilaian dengan cara memberikan ranking
pada masing-masing indikator faktor internal dan eksternal yang dapat
menyebabkan timbulnya risiko pembengkakan biaya pada pelaksanaan
proyek konstruksi dengan cara memberikan tanda lingkaran atau silang
pada skala yang sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Faktor Internal
Penanganan kondisi
No Indikator Kekuatan Urgensi penanganan
saat ini
1 Pengalaman tenaga kerja 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kemampuan produktifitas
2 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
tenaga kerja
Hubungan personal yang
3 baik antar pekerja di 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
lapangan
Komunikasi antar anggota
4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
tim proyek di lapangan
Koordinasi dan
5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
pengawasan di lapangan
Penanganan kondisi
No Indikator Kelemahan Urgensi penanganan
saat ini
Data dan informasi proyek
1 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
yang tidak lengkap
Kontraktor tidak dapat
merealisasikan
2 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
pembayaran termin sesuai
rencana
Pengendalian biaya yang
3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
buruk
Ketidaktepatan estimasi
4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
biaya
Terlalu banyak
5 pengulangan pekerjaan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
karena mutu jelek
- Untuk penanganan kondisi saat ini : - Untuk urgensi penanganan:
Angka 1 = sangat kurang Angka 1 = tidak urgen
Angka 2 = kurang Angka 2 = kurang urgen
Angka 3 = cukup Angka 3 = urgen
Angka 4 = baik Angka 4 = lebih urgen
Angka 5 = sangat baik Angka 5 = sangat urgen
105
2. Faktor Eksternal
Penanganan kondisi
No Indikator Peluang Urgensi penanganan
saat ini
Ketersediaan bahan
1 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
baku/material
Banyaknya proyek yang
2 ditangani dalam waktu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
yang sama
Supplier material yang
3 berada dekat dengan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
kawasan proyek
Adanya kebijaksanaan
4 keuangan yang baru dari 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
pemerintah
Tingkat suku bunga bank
5 yang tidak memberatkan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
pengembalian pinjaman
Penanganan kondisi
No Indikator Ancaman Urgensi penanganan
saat ini
Penurunan nilai tukar
1 rupiah terhadap mata 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
uang asing
2 Kenaikan harga material 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
3 Pencurian material 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Keterlambatan
4 kedatangan material oleh 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
supplier
Keterlambatan jadwal
5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
karena pengaruh cuaca
106
Lampiran B1. Tabulasi data pilot study pada pernyataan penanganan kondisi saat
ini faktor internal
Kekuatan
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 5 4 5 5 5 24
2 3 3 4 4 5 19
3 3 3 3 3 3 15
4 5 4 3 3 4 19
5 3 4 3 3 3 16
6 5 5 5 5 5 25
7 4 5 4 4 5 22
8 3 3 3 3 3 15
9 5 4 4 5 4 22
10 4 4 3 4 4 19
11 4 4 4 4 4 20
12 5 5 4 4 3 21
13 4 4 5 5 3 21
14 3 4 5 4 5 21
15 4 4 4 4 4 20
16 5 3 4 3 4 19
17 4 4 4 4 4 20
18 3 3 4 4 4 18
19 4 5 4 4 5 22
20 3 3 3 3 3 15
21 5 4 4 5 4 22
22 4 4 3 4 4 19
Yt 88 86 85 87 88 434
107
Lampiran B1. Tabulasi data pilot study pada pernyataan penanganan kondisi saat
ini faktor internal
Kelemahan
No. No.
Xt
Responden Soal
1 2 3 4 5
1 3 2 1 2 2 10
2 3 3 2 2 3 13
3 3 2 3 2 3 13
4 2 3 2 3 3 13
5 2 2 3 3 3 13
6 3 3 3 3 2 14
7 1 2 1 2 1 7
8 2 1 1 2 2 8
9 3 2 1 2 3 11
10 4 4 3 4 3 18
11 3 3 3 3 2 14
12 2 3 2 1 2 10
13 2 3 2 1 1 9
14 1 2 3 2 1 9
15 3 3 3 3 3 15
16 2 2 1 1 1 7
17 3 3 3 3 3 15
18 2 3 3 3 1 12
19 2 2 2 3 3 12
20 3 3 3 3 2 14
21 2 3 3 3 2 13
22 2 2 2 2 3 11
Yt 53 56 50 53 49 261
108
Lampiran B1. Tabulasi data pilot study pada pernyataan penanganan kondisi saat
ini faktor eksternal
Peluang
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 4 4 4 4 4 20
2 3 4 5 5 5 22
3 5 5 5 5 5 25
4 5 5 5 5 5 25
5 5 4 3 4 5 21
6 4 4 4 4 4 20
7 5 4 4 5 5 23
8 4 3 4 3 4 18
9 5 5 5 5 5 25
10 3 3 4 3 4 17
11 5 4 5 4 4 22
12 5 5 5 4 4 23
13 5 5 5 5 5 25
14 5 5 5 5 5 25
15 5 5 5 5 5 25
16 5 3 5 3 4 20
17 5 5 5 5 5 25
18 4 4 4 4 4 20
19 5 4 3 3 3 18
20 4 3 3 3 3 16
21 4 4 4 3 3 18
22 4 4 3 4 4 19
Yt 99 92 95 91 95 472
109
Lampiran B1. Tabulasi data pilot study pada pernyataan penanganan kondisi saat
ini faktor eksternal
Ancaman
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 2 3 2 2 2 11
2 2 2 2 2 2 10
3 1 2 2 3 2 10
4 2 3 2 2 2 11
5 1 2 2 1 1 7
6 1 2 1 2 2 8
7 2 3 2 3 2 12
8 2 2 2 2 2 10
9 3 2 1 3 3 12
10 1 3 3 3 2 12
11 5 4 5 4 5 23
12 1 2 1 2 1 7
13 2 1 1 2 1 7
14 2 3 2 3 2 12
15 3 3 3 3 3 15
16 2 3 2 3 3 13
17 3 3 3 3 3 15
18 3 3 3 2 2 13
19 3 3 2 3 3 14
20 2 3 2 3 2 12
21 3 3 3 3 2 14
22 2 3 3 2 2 12
Yt 48 58 49 56 49 260
110
Lampiran B2. Tabulasi data pilot study pada pernyataan urgensi penanganan
faktor internal
Kekuatan
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 3 3 3 3 3 12
2 3 3 3 4 3 13
3 3 4 3 3 3 13
4 2 3 3 4 3 13
5 3 3 2 3 3 11
6 2 3 3 3 3 12
7 3 4 3 4 5 16
8 3 5 4 5 5 19
9 3 5 4 5 5 19
10 3 4 3 3 4 14
11 3 3 3 4 4 14
12 3 5 3 5 5 18
13 3 3 3 5 5 16
14 2 3 3 3 3 12
15 4 5 4 4 4 17
16 3 3 3 3 3 12
17 3 4 3 4 4 15
18 3 3 3 5 5 16
19 4 5 3 5 5 18
20 3 5 3 5 4 17
21 2 3 3 3 3 12
22 2 3 3 4 4 14
Yt 63 82 68 87 86 323
111
Lampiran B2. Tabulasi data pilot study pada pernyataan urgensi penanganan
faktor internal
Kelemahan
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 3 4 3 4 3 17
2 3 3 3 4 3 16
3 3 3 3 3 3 15
4 3 4 3 4 3 17
5 4 5 3 5 3 20
6 3 3 3 3 3 15
7 4 4 4 5 4 21
8 3 3 3 3 3 15
9 3 3 3 3 3 15
10 2 3 2 3 3 13
11 3 3 3 3 3 15
12 3 5 3 4 5 20
13 3 3 3 2 3 14
14 3 4 3 4 4 18
15 3 5 3 5 5 21
16 3 3 3 3 3 15
17 3 3 3 3 3 15
18 3 2 3 2 2 12
19 3 3 3 3 3 15
20 3 5 3 5 5 21
21 2 2 2 2 2 10
22 3 3 3 3 3 15
Yt 66 76 65 76 72 355
112
Lampiran B2. Tabulasi data pilot study pada pernyataan urgensi penanganan
faktor eksternal
Peluang
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 3 3 3 3 3 15
2 3 3 3 2 2 13
3 3 3 3 3 2 14
4 3 3 3 4 5 18
5 4 4 5 4 4 21
6 2 2 2 3 3 12
7 4 4 3 3 3 17
8 5 4 3 3 3 18
9 5 5 3 3 3 19
10 3 3 3 2 2 13
11 2 3 3 2 2 12
12 4 5 3 4 4 20
13 4 5 4 3 4 20
14 4 3 5 3 3 18
15 2 2 4 3 4 15
16 3 3 3 3 3 15
17 2 2 2 2 2 10
18 4 5 4 3 4 20
19 4 3 5 3 3 18
20 5 4 3 3 2 17
21 3 3 3 3 3 15
22 5 4 3 4 4 20
Yt 77 76 73 66 68 360
113
Lampiran B2. Tabulasi data pilot study pada pernyataan urgensi penanganan
faktor eksternal
Ancaman
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 4 5 3 3 3 18
2 3 3 3 3 3 15
3 3 3 3 3 3 15
4 3 4 4 5 4 20
5 4 4 4 4 4 20
6 3 3 3 3 3 15
7 3 5 3 3 2 16
8 3 4 3 4 3 17
9 2 2 3 3 3 13
10 3 3 2 3 2 13
11 3 4 3 3 2 15
12 3 5 2 2 2 14
13 2 3 3 3 3 14
14 3 4 3 3 3 16
15 4 5 4 5 4 22
16 3 3 3 3 3 15
17 3 3 3 3 3 15
18 2 3 3 3 3 14
19 2 3 3 3 3 14
20 4 4 3 5 3 19
21 4 5 4 5 3 21
22 3 4 4 5 3 19
Yt 67 82 69 77 65 360
114
Lampiran B3. Tabulasi data total pada pernyataan penanganan kondisi saat ini
faktor internal (1/2)
Kekuatan
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 5 4 5 5 5 24
2 3 3 4 4 5 19
3 3 3 3 3 3 15
4 5 4 3 3 4 19
5 3 4 3 3 3 16
6 4 5 3 5 5 22
7 4 3 4 4 5 20
8 3 3 3 3 3 15
9 4 4 3 3 3 17
10 3 4 3 3 3 16
11 4 4 3 4 4 19
12 3 3 4 4 5 19
13 3 3 3 3 3 15
14 5 4 3 3 4 19
15 3 4 3 3 3 16
16 5 4 5 5 5 24
17 4 4 3 4 3 18
18 5 5 5 5 5 25
19 4 5 4 4 5 22
20 3 3 3 3 3 15
21 5 4 4 5 4 22
22 4 4 3 4 4 19
23 4 4 4 4 4 20
24 5 5 4 4 3 21
25 4 4 5 5 3 21
26 3 4 5 4 5 21
27 5 5 5 5 5 25
28 4 5 4 4 5 22
29 3 3 3 3 3 15
30 5 4 4 5 4 22
31 4 4 3 4 4 19
32 4 4 4 4 4 20
33 5 5 4 4 3 21
34 4 4 5 5 3 21
35 5 5 5 5 5 25
115
Lampiran B3. Lanjutan (2/2)
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
36 4 5 4 4 5 22
37 3 3 3 3 3 15
38 5 4 4 5 4 22
39 4 4 3 4 4 19
40 4 4 4 4 4 20
41 5 5 4 4 3 21
42 4 4 5 5 3 21
43 4 4 3 4 3 18
44 4 4 4 4 4 20
45 5 3 4 3 4 19
46 4 4 4 4 4 20
47 4 4 4 4 4 20
48 5 3 4 3 4 19
49 4 4 4 4 4 20
50 3 3 4 4 4 18
51 3 4 3 2 3 15
52 4 4 3 4 4 19
53 5 4 3 3 4 19
54 4 4 4 4 3 19
55 4 4 3 3 4 18
56 4 4 3 3 4 18
57 3 3 4 4 4 18
58 4 5 4 4 5 22
59 3 3 3 3 3 15
60 5 4 4 5 4 22
61 4 4 3 4 4 19
62 4 4 4 4 4 20
63 3 3 3 3 3 15
64 5 4 3 4 4 20
65 3 4 3 4 3 17
Yt 260 256 240 252 251 1259
116
Lampiran B3. Tabulasi data total pada pernyataan penanganan kondisi saat ini
faktor internal (1/2)
Kelemahan
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 3 2 1 2 2 10
2 3 3 2 2 3 13
3 3 2 3 2 3 13
4 2 3 2 3 3 13
5 2 2 3 3 3 13
6 3 3 3 3 2 14
7 1 2 1 2 1 7
8 2 1 1 2 2 8
9 3 2 1 2 3 11
10 4 4 3 4 3 18
11 3 3 3 3 2 14
12 2 3 2 1 2 10
13 2 3 2 1 1 9
14 1 2 3 2 1 9
15 3 3 3 3 2 14
16 1 2 1 2 1 7
17 2 1 1 2 2 8
18 3 3 3 3 2 14
19 1 2 1 2 1 7
20 2 1 1 2 2 8
21 3 2 1 2 3 11
22 4 4 3 4 3 18
23 3 3 3 3 2 14
24 2 3 2 1 2 10
25 2 3 2 1 1 9
26 1 2 3 2 1 9
27 3 3 3 3 2 14
28 1 2 1 2 1 7
29 2 1 1 2 2 8
30 3 2 1 2 3 11
31 4 4 3 4 3 18
32 3 3 3 3 2 14
33 2 3 2 1 2 10
34 2 3 2 1 1 9
35 1 2 3 2 1 9
36 3 3 3 3 2 14
117
Lampiran B3. Lanjutan (2/2)
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
37 1 2 1 2 1 7
38 2 1 1 2 2 8
39 3 2 1 2 3 11
40 4 4 3 4 3 18
41 3 3 3 3 2 14
42 2 3 2 1 2 10
43 2 3 2 1 1 9
44 3 3 3 3 3 15
45 2 2 1 1 1 7
46 3 3 3 3 3 15
47 3 2 1 2 2 10
48 3 3 2 2 3 13
49 3 2 3 2 3 13
50 2 3 2 3 3 13
51 2 2 3 3 3 13
52 3 2 1 2 2 10
53 3 3 2 2 3 13
54 3 2 3 2 3 13
55 2 3 2 3 3 13
56 2 2 3 3 3 13
57 2 3 3 3 1 12
58 2 2 2 3 3 12
59 3 3 3 3 2 14
60 2 3 3 3 2 13
61 2 2 2 2 3 11
62 2 2 2 3 2 11
63 1 2 2 3 3 11
64 2 1 2 2 3 10
65 2 2 3 3 3 13
Yt 154 160 140 153 143 750
118
Lampiran B3. Tabulasi data total pada pernyataan penanganan kondisi saat ini
faktor eksternal (1/2)
Peluang
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 4 4 4 4 4 20
2 3 4 5 5 5 22
3 5 5 5 5 5 25
4 5 5 5 5 5 25
5 5 4 3 4 5 21
6 4 4 4 4 4 20
7 5 4 4 5 5 23
8 4 3 4 3 4 18
9 5 5 5 5 5 25
10 3 3 4 3 4 17
11 5 4 5 4 4 22
12 5 5 5 4 4 23
13 5 5 5 5 5 25
14 5 5 5 5 5 25
15 5 5 5 5 5 25
16 5 3 5 3 4 20
17 5 5 5 5 5 25
18 4 4 4 4 4 20
19 5 4 4 5 5 23
20 4 3 4 3 4 18
21 5 5 5 5 5 25
22 3 3 4 3 4 17
23 5 4 5 4 4 22
24 5 5 5 4 4 23
25 5 5 5 5 5 25
26 5 5 5 5 5 25
27 4 3 3 3 3 16
28 4 4 4 3 3 18
29 4 4 3 4 4 19
30 4 4 3 4 3 18
31 4 4 4 4 4 20
32 4 4 4 4 4 20
33 4 4 4 4 4 20
34 3 4 5 5 5 22
35 5 5 5 5 5 25
36 5 5 5 5 5 25
119
Lampiran B3. Lanjutan (2/2)
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
37 5 4 3 4 5 21
38 4 4 4 4 4 20
39 5 4 4 5 5 23
40 4 3 4 3 4 18
41 5 5 5 5 5 25
42 3 3 4 3 4 17
43 5 4 5 4 4 22
44 5 5 5 5 5 25
45 5 3 5 3 4 20
46 5 5 5 5 5 25
47 5 5 5 5 5 25
48 5 3 5 3 4 20
49 5 5 5 5 5 25
50 4 4 4 4 4 20
51 4 3 3 3 3 16
52 4 4 3 3 3 17
53 4 4 4 3 3 18
54 4 4 3 3 3 17
55 5 4 3 3 3 18
56 4 3 3 3 5 18
57 4 4 4 4 4 20
58 5 4 3 3 3 18
59 4 3 3 3 3 16
60 4 4 4 3 3 18
61 4 4 3 4 4 19
62 4 4 3 4 3 18
63 4 4 4 4 4 20
64 4 4 4 4 4 20
65 5 4 5 4 3 21
Yt 288 266 274 262 272 1362
120
Lampiran B3. Tabulasi data total pada pernyataan penanganan kondisi saat ini
faktor eksternal (1/2)
Ancaman
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 2 3 2 2 2 11
2 2 2 2 2 2 10
3 1 2 2 3 2 10
4 2 3 2 2 2 11
5 1 2 2 1 1 7
6 2 3 2 2 2 11
7 2 2 2 2 2 10
8 1 2 2 3 2 10
9 2 3 2 2 2 11
10 1 2 2 1 1 7
11 5 4 5 4 5 23
12 1 2 1 2 1 7
13 2 1 1 2 1 7
14 2 3 2 3 2 12
15 3 3 3 3 3 15
16 3 2 2 2 3 12
17 3 3 3 3 3 15
18 1 2 1 2 2 8
19 2 3 2 3 2 12
20 2 2 2 2 2 10
21 3 2 1 3 3 12
22 1 3 3 3 2 12
23 5 4 5 4 5 23
24 1 2 1 2 1 7
25 2 1 1 2 1 7
26 2 3 2 3 2 12
27 2 3 2 3 2 12
28 3 3 3 3 2 14
29 2 3 3 2 2 12
30 1 3 2 2 1 9
31 3 3 3 3 3 15
32 2 3 3 2 2 12
33 2 2 3 2 2 11
34 2 2 3 2 1 10
35 1 1 2 3 2 9
36 3 2 2 2 2 11
37 1 2 2 1 1 7
121
Lampiran B3. Lanjutan (2/2)
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
38 1 2 1 2 2 8
39 2 3 2 3 2 12
40 2 2 2 2 2 10
41 3 2 1 2 3 11
42 1 3 3 3 2 12
43 5 4 5 4 5 23
44 3 3 3 3 3 15
45 2 3 2 3 3 13
46 3 3 3 3 3 15
47 3 3 3 3 3 15
48 3 2 2 2 3 12
49 3 3 3 3 3 15
50 3 2 3 2 2 12
51 3 2 2 3 4 14
52 2 2 3 3 4 14
53 3 3 3 3 3 15
54 2 2 2 3 4 13
55 3 2 2 3 3 13
56 2 1 3 2 2 10
57 3 3 3 2 2 13
58 3 3 2 3 3 14
59 2 3 2 3 2 12
60 3 3 3 3 2 14
61 2 3 3 2 2 12
62 1 3 2 2 1 9
63 3 3 3 3 3 15
64 2 3 3 2 2 12
65 2 2 2 1 2 9
Yt 146 164 154 161 151 776
122
Lampiran B4. Tabulasi data total pada pernyataan urgensi penanganan faktor
internal (1/2)
Kekuatan
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 3 3 3 3 3 15
2 3 3 3 4 3 16
3 3 4 3 3 3 16
4 2 3 3 4 3 15
5 3 3 2 3 3 14
6 4 5 3 4 3 19
7 4 4 3 4 3 18
8 3 4 3 4 3 17
9 4 3 3 3 3 16
10 4 3 3 3 3 16
11 2 3 3 3 3 14
12 3 4 3 4 5 19
13 3 5 4 5 5 22
14 3 5 4 5 5 22
15 3 4 3 3 4 17
16 3 3 3 4 4 17
17 3 5 3 5 5 21
18 2 3 3 3 3 14
19 3 4 3 4 5 19
20 3 5 4 5 5 22
21 3 5 4 5 5 22
22 3 4 3 3 4 17
23 3 3 3 4 4 17
24 3 5 3 5 5 21
25 3 3 3 5 5 19
26 2 3 3 3 3 14
27 4 5 3 5 4 21
28 3 3 3 3 3 15
29 3 3 3 3 3 15
30 3 5 3 4 4 19
31 4 5 2 4 4 19
32 3 3 3 3 3 15
33 2 3 3 3 3 14
34 2 3 3 3 3 14
35 3 4 3 4 5 19
36 3 5 4 5 5 22
123
Lampiran B4. Lanjutan (2/2)
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
37 3 5 4 5 5 22
38 3 4 3 3 4 17
39 3 3 3 4 4 17
40 3 5 3 5 5 21
41 2 3 3 3 3 14
42 3 4 3 4 5 19
43 3 5 4 5 5 22
44 4 5 4 4 4 21
45 3 3 3 3 3 15
46 3 4 3 4 4 18
47 2 3 3 3 3 14
48 3 4 3 4 5 19
49 3 5 4 5 5 22
50 3 5 4 5 5 22
51 3 4 3 3 4 17
52 3 3 3 4 4 17
53 3 5 3 5 5 21
54 2 3 3 3 3 14
55 3 4 3 4 5 19
56 3 5 4 5 5 22
57 3 3 3 5 5 19
58 4 5 3 5 5 22
59 3 5 3 5 4 20
60 2 3 3 3 3 14
61 2 3 3 4 4 16
62 5 4 4 4 5 22
63 4 5 3 4 3 19
64 5 4 5 5 4 23
65 4 4 3 4 3 18
Yt 198 256 207 258 259 1178
124
Lampiran B4. Tabulasi data total pada pernyataan urgensi penanganan faktor
internal (1/2)
Kelemahan
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 3 4 3 4 3 17
2 3 3 3 4 3 16
3 3 3 3 3 3 15
4 3 4 3 4 3 17
5 4 5 3 5 3 20
6 3 3 3 3 3 15
7 4 4 4 5 4 21
8 3 3 3 3 3 15
9 3 3 3 3 3 15
10 2 3 2 3 3 13
11 3 3 3 3 3 15
12 3 5 3 4 5 20
13 3 3 3 2 3 14
14 3 4 3 4 4 18
15 3 5 3 5 5 21
16 3 3 3 3 3 15
17 3 3 3 3 3 15
18 3 3 3 3 3 15
19 4 4 4 5 4 21
20 3 3 3 3 3 15
21 3 3 3 3 3 15
22 2 3 2 3 3 13
23 3 3 3 3 3 15
24 3 5 3 4 5 20
25 3 3 3 2 3 14
26 3 4 3 4 4 18
27 3 4 3 4 3 17
28 3 3 3 4 3 16
29 3 3 3 3 3 15
30 3 4 3 4 3 17
31 4 5 3 5 3 20
32 3 4 3 4 3 17
33 3 3 3 4 3 16
34 3 3 3 3 3 15
35 3 4 3 4 3 17
36 4 5 3 5 3 20
125
Lampiran B4. Lanjutan (2/2)
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
37 3 3 3 3 3 15
38 4 4 4 5 4 21
39 3 3 3 3 3 15
40 3 3 3 3 3 15
41 2 3 2 3 3 13
42 3 3 3 3 3 15
43 3 5 3 4 5 20
44 3 5 3 5 5 21
45 3 3 3 3 3 15
46 3 3 3 3 3 15
47 3 2 4 3 3 15
48 4 3 3 3 4 17
49 4 3 2 4 5 18
50 3 2 2 3 3 13
51 2 3 4 5 4 18
52 2 2 3 3 3 13
53 2 2 3 3 3 13
54 2 2 2 3 4 13
55 2 2 3 3 3 13
56 3 2 3 3 5 16
57 3 2 3 2 2 12
58 3 3 3 3 3 15
59 3 5 3 5 5 21
60 2 2 2 2 2 10
61 3 3 3 3 3 15
62 3 2 3 2 2 12
63 3 3 3 3 3 15
64 3 5 3 5 5 21
65 2 2 2 2 2 10
Yt 193 215 192 226 217 1043
126
Lampiran B4. Tabulasi data total pada pernyataan urgensi penanganan faktor
eksternal (1/2)
Peluang
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 3 3 3 3 3 15
2 3 3 3 2 2 13
3 3 3 3 3 2 14
4 3 3 3 4 5 18
5 4 4 5 4 4 21
6 2 2 2 3 3 12
7 4 4 3 3 3 17
8 5 4 3 3 3 18
9 5 5 3 3 3 19
10 3 3 3 2 2 13
11 2 3 3 2 2 12
12 4 5 3 4 4 20
13 4 5 4 3 4 20
14 4 3 5 3 3 18
15 2 2 4 3 4 15
16 3 3 3 3 3 15
17 2 2 2 2 2 10
18 2 2 2 3 3 12
19 4 4 3 3 3 17
20 5 4 3 3 3 18
21 5 5 3 3 3 19
22 3 3 3 2 2 13
23 2 3 3 2 2 12
24 4 5 3 4 4 20
25 4 5 4 3 4 20
26 4 3 5 3 3 18
27 3 3 3 3 3 15
28 3 3 3 2 2 13
29 3 3 3 3 2 14
30 3 3 3 4 5 18
31 4 4 5 4 4 21
32 4 5 4 3 4 20
33 4 3 5 3 3 18
34 5 4 3 3 2 17
35 3 3 3 3 3 15
36 5 4 3 4 4 20
37 4 5 4 3 4 20
127
Lampiran B4. Lanjutan (2/2)
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
38 4 3 5 3 3 18
39 5 4 3 3 2 17
40 3 3 3 3 3 15
41 5 4 3 4 4 20
42 2 2 4 3 4 15
43 3 3 3 3 3 15
44 2 2 4 3 4 15
45 3 3 3 3 3 15
46 2 2 2 2 2 10
47 4 2 4 2 4 16
48 3 4 4 3 3 17
49 4 4 4 4 4 20
50 2 2 2 3 3 12
51 4 4 3 3 3 17
52 5 4 3 3 3 18
53 5 5 3 3 3 19
54 3 3 3 2 2 13
55 2 3 3 2 2 12
56 4 5 3 4 4 20
57 4 5 4 3 4 20
58 4 3 5 3 3 18
59 5 4 3 3 2 17
60 3 3 3 3 3 15
61 5 4 3 4 4 20
62 2 3 3 2 4 14
63 2 2 2 2 2 10
64 2 3 2 3 2 12
65 3 3 3 3 3 15
Yt 225 223 213 193 201 1055
128
Lampiran B4. Tabulasi data total pada pernyataan urgensi penanganan faktor
eksternal (1/2)
Ancaman
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
1 4 5 3 3 3 18
2 3 3 3 3 3 15
3 3 3 3 3 3 15
4 3 4 4 5 4 20
5 4 4 4 4 4 20
6 4 5 3 3 3 18
7 3 3 3 3 3 15
8 3 3 3 3 3 15
9 3 4 4 5 4 20
10 4 5 3 3 3 18
11 3 3 3 3 3 15
12 3 3 3 3 3 15
13 3 4 4 5 4 20
14 4 4 4 4 4 20
15 4 5 4 5 4 22
16 3 3 3 3 3 15
17 3 3 3 3 3 15
18 3 3 3 3 3 15
19 3 5 3 3 2 16
20 3 4 3 4 3 17
21 2 2 3 3 3 13
22 3 3 2 3 2 13
23 3 4 3 3 2 15
24 3 5 2 2 2 14
25 2 3 3 3 3 14
26 3 4 3 3 3 16
27 3 3 3 3 3 15
28 3 5 3 3 2 16
29 3 4 3 4 3 17
30 2 2 3 3 3 13
31 3 3 2 3 2 13
32 3 4 3 3 2 15
33 3 5 2 2 2 14
34 2 3 3 3 3 14
35 3 4 3 3 3 16
36 4 5 3 3 3 18
129
Lampiran B4. Lanjutan (2/2)
No. No. Soal
Xt
Responden 1 2 3 4 5
37 3 3 3 3 3 15
38 3 3 3 3 3 15
39 3 4 4 5 4 20
40 4 5 3 3 3 18
41 3 3 3 3 3 15
42 3 3 3 3 3 15
43 3 4 4 5 4 20
44 4 5 4 5 4 22
45 3 3 3 3 3 15
46 3 3 3 3 3 15
47 2 3 3 3 3 14
48 2 3 3 3 3 14
49 4 4 3 5 3 19
50 4 5 4 5 3 21
51 3 4 4 5 3 19
52 2 3 3 3 3 14
53 2 3 3 3 3 14
54 4 4 3 5 3 19
55 4 5 4 5 3 21
56 3 4 4 5 3 19
57 2 3 3 3 3 14
58 2 3 3 3 3 14
59 4 4 3 5 3 19
60 4 5 4 5 3 21
61 3 4 4 5 3 19
62 4 5 5 5 3 22
63 3 2 3 3 3 14
64 2 2 3 3 3 13
65 3 3 3 4 3 16
Yt 200 240 208 232 196 1076
130