Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU SELF CARE PASIEN

PASCA STROKE DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

Ismatika, Umdatus Soleha

Fakultas Keperawatan dan Kebidanan


Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Jln. Smea 57 Surabaya
Email: umdatus@unusa.ac.id

Abstract : The post-stroke can be regarded as the most difficult time for patients with
post-stroke, they will experience a disability and inability to move as usual so that they
will have difficulty in self care. The research was purposed to analyze the relationship
of self-efficacy with self-care behavior of patients with post-stroke Islamic Hospital A
Yani Surabaya. This study design was analytic correlation with cross sectional
approach. The population of 36 people and a large sample of 36 respondents using
purposive sampling technique. The independent variable of this research is self-efficacy
and the dependent variable was self care behaviors. Instruments of research using
questionnaires. Data analysis using the chi square test, significance value of α = 0.05.
The results showed that the majority of the 36 respondents, or 26 respondents (72.2%)
had good self efficacy and mostly or 27 respondents (75%) had good self-care
behaviors. The results of statistical test Chi Square ρ = 0.03 <α = 0.05 showed
relationship between self-efficacy with self-care behavior of patients with post-stroke.
The better self efficacy post-stroke patients, the better self-care behavior. Post-stroke
patients should be able to prepare and improve the behavior of self care, so that
patients can independently live aww life in the social environment well. The role of
nurses in improving self-efficacy by preparing the skills, motivation and health
education about self care.

Keyword : self efficacy, self care, pasca stroke patient

Abstrak: Pasca stroke bisa dikatakan sebagai masa yang paling sulit bagi penderita
pasca stroke, mereka akan mengalami kecacatan dan ketidakmampuan dalam
berwwaktivitas seperti sedia kala sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam self
care. Tujuan penelitian untuk menganalisa hubungan self efficacy dengan perilaku self
care pasien pasca stroke di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya. Desain penelitian ini
adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebesar 36
orang dan besar sampel sebesar 36 responden dengan teknik purposive sampling.
Variabel independen penelitian ini adalah self efficacy dan variabel dependen adalah
perilaku self care. Intrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data
menggunakan uji chi square dengan, nilai kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 36 responden sebagian besar atau 26 responden (72.2%)
memiliki self efficacy baik dan sebagian besar atau 27 responden (75%) memiliki
perilaku self care baik. Hasil uji statistik chi square ρ = 0.03 < α = 0.05 menunjukkan
ada hubungan antara self efficacy dengan perilaku self care pasien pasca stroke.
Semakin baik self efficacy pasien pasca stroke maka perilaku self care semakin baik.
Pasien pasca stroke sebaiknya dapat mempersiapkan dan meningkatkan perilaku self
care, sehingga pasien dapat secara mandiri menjalai kehidupan di lingkungan sosial

139
Ismatika, Soleha; Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care Pasien Pasca 140
Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya

dengan baik. Peran perawat dalam meningkatkan self efficacy dengan mempersiapkan
keterampilan, motivasi dan memberikan pendidikan kesehatan tentang self care.

Kata kunci : self efficacy, self care, pasien pasca stroke

PENDAHULUAN dan 6,7 juta karena stroke.. Berdasarkan


Stroke merupakan kegawatan laporan kementerian kesehatan RI tahun
neurologi yang serius menduduki 2014 jumlah penderita penyakit stroke
peringkat tinggi sebagai penyebab di Indonesia tahun 2013 berdasarkan
kematian. WHO mendefinisikan stroke diagnosis tenaga kesehatan diperkirakan
merupakan suatu tanda klinis yang sebanyak 1.236.825 orang atau (7,0%)
berkembang cepat akibat gangguan otak sedangkan penderita penyakit stroke di
fokal (atau global) dengan gejala-gejala provinsi Jawa Timur berdasarkan
yang berlangsung selama 24 jam atau diagnosis Nakes sebanyak 190.449
lebih dan dapat menyebabkan kematian orang atau (6,6%) menurut Kemenkes
tanpa adanya penyebab lain yang jelas RI (2014) dalam Zuhrotul, Haidah
selain vaskuler menurut Kabi G.Y.C.R, (2014). Di Rumah Sakit Umum Dr
Tumewag R, Kembuan M.A.H.N Soetomo Surabaya pada tahun 2001-
(2015). Menurut Dourman, Karel 2010 sebesar 1.000 pasien per tahun,
(2013) Setelah stroke, sel otak mati dan namun pada tahun 2011 jumlah pasien
hematom yang terbentuk akan diserap meningkat menjadi 1.600 pasien per
kembali secara bertahap. Proses alami tahun menurut Sukarelawati E (2012).
ini selesai dalam waktu 3 bulan.. Menurut data di Poli saraf
Dampak stroke sekitar 80% terjadi Rumah sakit Islam Surabaya pada bulan
penurunan parsial/total gerakan lengan September-November 2016 jumlah
dan tungkai, 80-90% bermasalah dalam pasien pasca stroke adalah 110 pasien.
berpikir dan mengingat, 70% menderita Jumlah pasien pasca stroke yang
depresi, 30% mengalami kesulitan mengikuti rehabilitasi di poli saraf
bicara, menelan, membedakan kanan (fisioterapi) Rumah Sakit Islam A. Yani
dan kiri. Hal ini akan berdampak Surabaya 2016 adalah 36 pasien (rata-
terhadap menurunnya tingkat rata satu bulan). Menurut data rekam
produktifitas serta dapat mengakibatkan medis usia pasien pasca stroke yang
terganggunya sosial ekonomi keluarga mengikuti rehabilitasi stroke berkisar
menurut Dourman, Karel (2013). Karena 43-70 tahun. Menurut data rekam medis
pasien dengan pasca stroke sebagian pasien pasca stroke di poli saraf Rumah
besar mengalami kelemahan pada Sakit Islam A Yani Surabaya sebesar 75
motoriknya menyebabkan mereka % pasien mengalami kelemahan
mengalami penurunan kemampuan motorik, 5 % susah menelan, 2%
untuk melakukan perawatan diri, gangguan BAB, 13% nyeri tangan, dan
sehingga mereka akan memerlukan 5% mengalami pelo.
bantuan dari keluarga ataupun orang lain Pasca stroke bisa dikatakan
untuk memenuhi kebutuhannya. sebagai masa yang paling sulit bagi
Data WHO 2016 diperkirakan penderita pasca stroke, mereka akan
17,5 juta orang meninggal karena mengalami kecacatan dan
cardiovascular disease (CVDs) pada ketidakmampuan dalam beraktivitas
tahun 2012 mewakili 31 % dari seluruh seperti sedia kala. Salah satunya adalah
kematian global, diperkirakan 7,4 juta ketidakmampuan untuk melakukan
adalah karena penyakit jantung koroner perawatan diri (Self Care). Adapun
141 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal 139-148

dalam proses rehabilitasi, pasien pasca terdapat rintangan (Riegel, 2012). Self
stroke akan dilatih oleh perawat efficacy ini sangat penting karena dapat
rehabilitasi untuk membantu mempengaruhi perilaku seseorang
mengembalikan fungsi motorik yang terutama perilaku self care. Apabila
terganggu akibat stroke. Dalam hal ini pasien pasca stroke memiliki keyakinan
diharapkan pasien pasca stroke mampu yang besar dan kuat dalam melakukan
melakukan aktivitas dan self care secara self care (perawatan diri), maka akan
mandiri untuk mencegah terjadinya membantu pemulihan motorik dan
ketergantuan akibat kecacatan setelah kepercayaan diri pasien pasca stroke
stroke. sehingga pasien pasca stroke akan
Menurut penelitian Fadlulloh, S. berusaha melakukan self care dalam
et al. 2014 beberapa aktivitas pada kesehariannya.
pasien pasca stroke yang memerlukan Perawat sebagai salah satu
bantuan orang lain meliputi kebersihan tenaga kesehatan, memiliki peranan
diri, mandi, toilet, menaiki tangga, yang strategis dalam memberikan
memakai pakaian, mengontrol BAK, kemampuan kepada keluarga dan pasien
berpindah tempat, dan berpindah dari dalam melakukan penanganan secara
kursi ke tempat tidur. Namun, bantuan mandiri. Sejumlah penelitian
yang terus menerus dapat berdampak eksperimental memperlihatkan bahwa
pada perilaku self care pasien. Menurut perawat mempunyai peran yang cukup
Orem, Dorothea et al (2001) dalam berpengaruh terhadap perilaku pasien
Ramawati, Dian., et al (2012) self care (Tagliacozzo D.M.,et al., (1974) dalam
(perawatan diri sendiri) adalah aktivitas Sutandi, Aan (2012). Peran perawat
dan inisiatif oleh individu itu sendiri dalam aplikasi teori self care Orem
dalam memenuhi serta mempertahankan adalah membantu meningkatkan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. kemampuan pasien untuk mandiri pada
Dalam hal pasien pasca stroke akan area klinis yangakan meningkatkan
sering mengalami keputusasaan sampai kualitas hidup saat pasien berada pada
depresi karena orang-orang disekitarnya area komunitas menurut penelitian
sering menganggap bahwa dirinya tidak Ropyanto, Chandra Bagus (2014).
mampu melakukan apapun terutama Dengan pemahaman yang benar dan
dalam hal Self care. Faktor-faktor yang memberdayakan keluarga dan pasien
mempengaruhi perilaku self care memiliki derajat kesehatan yang
menurut middle range theory of chronic optimal. Perawat-perawat yang bertugas
illness yaitu: pengalaman dan di tempat rehabilitasi pasca stroke
keterampilan, motivasi, keyakinan dan sangat berperan aktif meningkatkan self
nilai budaya, confidence (keyakinan) efficacy pasien pasca stroke yang
meliputi: self efficacy, self esteem, mempengaruhi peningkatan self care.
kebiasaan, kemampuan fungsional dan Tujuan penelitian ini menganalisa
kognitif, dukungan sosial, serta fasilitas. hubungan self efficacy dengan perilaku
Upaya untuk mencegah self care pasien pasca stroke di Rumah
keputusasaan pada pasca stroke, adalah Sakit Islam A Yani Surabaya.
dengan memiliki suatu Self efficacy
(keyakinan) yang besar. Self Efficacy METODE
adalah keyakinan individu terhadap Disain penelitian yang digunakan
kemampuannya melakukan suatu bentuk adalah analitik korelasional dengan
perilaku yang spesifik dan tetap pendekatan cross sectional, yaitu suatu
melakukan sebuah perilaku walaupun penelitian dimana variabel independen
Ismatika, Soleha; Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care Pasien Pasca 142
Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya

penelitian ini adalah self efficacy dan terdapat sebagian besar (63,9%) berusia
variabel dependen adalah perilaku self dewasa madya (41-60 tahun).
care yang diobservasi sekaligus dalam
waktu yang sama. Populasi pada 2) Karakteristik responden berdasarkan
penelitian ini adalah 36 orang. Besar lama pengobatan
sampel penelitian yaitu 36 responden Karakteristik responden
yang diambil secara nonprobability berdasarkan lama pengobatan pada
sampling dengan tehnik purposive pasien pasca stroke di Rumah Sakit
sampling. Islam A.Yani Surabaya terdiri dari lama
Data dianalisis menggunakan uji pengobatan > 1 tahun dan lama
statistik Chi Square dengan kemaknaan pengobatan < 1 tahun yang dapat dilihat
α = 0,05, dengan bantuan SPSS bila ditabel 5.4 sebagai berikut:
didapatkan ρ < α maka H0 ditolak Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden
artinya ada hubungan self efficacy berdasarkan lama pengobatan
dengan perilaku self care pasien pasca di Rumah Sakit Islam A.Yani
stroke di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya, Februari 2017
Surabaya. No. Lama Frekuensi Persentase
Pengobatan (%)
1. > 1 tahun 5 13,9
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. < 1 tahun 31 86,1
1. Hasil Penelitian Jumlah 36 100
a. Data Umum Data Primer 13 Februari 2017
Dalam data umum ini didalamnya
meliputi karakteristik responden yang Dari data yang ada pada tabel 5.4
didapat dari hasil penelitian pada pasien menunjukkan hasil bahwa dari 36
pasca stroke di Rumah Sakit Islam responden terdapat hampir seluruhnya
A.Yani Surabaya. (86,1%) dengan jangka waktu
1) Karakteristik responden berdasarkan pengobatannya < 1 tahun.
umur 1. Data Khusus
Karakteristik responden berdasarkan a. Self efficacy
umur pada pasien pasca stroke di Rumah Karakteristik responden
Sakit Islam A.Yani Surabaya dapat berdasarkan self efficacy pada pasien
dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut: pasca stroke di Rumah Sakit A.Yani
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden Surabaya terdiri dari self efficacy baik
berdasarkan umur di Rumah dan self efficacy tidak baik yang dapat
Sakit Islam A.Yani dilihat pada tabel 5.5 sebagai berikut:
Surabaya pada bulan Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden
Februari 2017 berdasarkan self efficacy di
No. Umur (tahun) Frekuensi Persentase Rumah Sakit Islam A.Yani
(%)
1. Dewasa akhir 12 33,3
Surabaya, Februari 2017
(>60) No. Self Frekuensi Persentase
2. Dewasa madya 23 63,9 Efficacy (%)
(41-60) 1. Baik 26 72,2
3. Dewasa awal 1 2,8 2. Tidak baik 10 27,8
(18-40) Total 36 100
Total 36 100 Data Primer 13 Februari 2017
Data Primer 13 Februari 2017
Dari data yang ada pada tabel 5.1 Dari data yang ada pada tabel 5.5
Menunjukkan bahwa dari 36 responden menunjukkan bahwa dari 36 responden
143 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal 139-148

terdapat sebagian besar (72,2%) efficacy tidak baik, sebagian besar


memiliki self efficacy baik. (60%) memiliki self care kurang.
b. Perilaku self care Hasil uji Statistik Chi Square
Karakteristik responden dengan nilai kemaknaan α = 0,05.
berdasarkan perilaku self care pada Didapatkan nilai ρ = 0,03 yang berarti ρ
pasien pasca stroke di Rumah Sakit < α maka H0 ditolak artinya ada
Islam A Yani Surabaya terdiri dari self hubungan self efficacy dengan perilaku
care baik dan self care kurang yang self care pasien pasca stroke di Rumah
dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai Sakit Islam A.Yani Surabaya.
berikut:
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden 2. Pembahasan
berdasarkan perilaku self care di Rumah a. Self efficacy pada pasien pasca
Sakit Islam A.Yani Surabaya, Februari stroke
2017 Berdasarkan tabel 5.5
No. Self Frekuensi Persentase menunjukkan bahwa dari 36 responden
Care (%) terdapat sebagian besar (72,2 %)
1. Baik 27 75 memiliki self efficacy baik, yang dapat
2. Kurang 9 25 mempengaruhi perilaku self care pasien
Total 36 100 yaitu dengan memiliki keyakinan bahwa
Data Primer 13 Februari 2017 klien mampu melakukan aktifitas sehari-
hari secara mandiri sesuai dengan
Dari data yang ada pada tabel 5.6 kuesioner SSEQ (Stroke Self Efficacy
menunjukkan bahwa dari 36 responden Quesionnaire). Berdasarkan hasil
terdapat sebagian besar (75%) memiliki kuesioner menunjukkan bahwa dari 36
perilaku self care baik. responden terdapat 16,3% memiliki
c. Hubungan self efficacy dengan keyakinan untuk berpindah dari tempat
perilaku self care pasien pasca tidur secara mandiri, 16,4% memiliki
stroke di Rumah Sakit Islam A.Yani keyakinan untuk berjalan-jalan dirumah,
Surabaya 16,8% memiliki keyakinan untuk makan
Tabel 5.7 Tabulasi silang hubungan self dan menyiapkan makan secara mandiri,
efficacy dengan perilaku self 17% memiliki keyakinan untuk
care pasien pasca stroke di memakai pakaian sendiri, 16% memiliki
Rumah Sakit Islam A.Yani keyakinan untuk melaksanakan program
Surabaya, Februari 2017 lanjutan dalam mencapai kesembuhan,
Self care dan 17 % memiliki keyakinan untuk
Self Baik Kurang
Total mengontrol frustasi. Persentase rata-rata
Ρ
efficacy self efficacy pada pasien post stroke
N % N % N % yang paling tinggi dari keenam
Baik 23 88,5 3 11,5 26 100 komponen kuesioner SSEQ (Stroke Self
Tidakbaik 4 40 6 60 10 100 Efficacy
0.03 Quesionnaire) yaitu keyakinan
Jumlah 27 75 9 25 36 100 untuk memakai pakaian dan mengontrol
Data Primer 13 Februari 2017 frustasi karena menurut Sari, W,
Dari data yang ada pada tabel 5.7 Indrawati L &Dewi G.S (2008) pada
menunjukkan bahwa dari 26 responden penderita stroke dimana terdapat
sebesar 23 responden yang memiliki self kelemahan pada separuh badannya,
efficacy baik, hampir seluruhnya berpakaian dilakukan pada sisi yang
(88,5%) memiliki self care baik dan dari lemah lebih dulu dengan dibantu oleh
10 responden yang memiliki self anggota gerak yang sehat, setelah itu
Ismatika, Soleha; Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care Pasien Pasca 144
Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya

diikuti dengan memakaikan pakaian dan suasana hati, ada empat cara untuk
pada sisi tubuh yang sehat.Self efficacy merubah Self Efficacy, yaitu a)
didefinisikan sebagai keyakinan diri Meningkatkan kondisi tubuh, b)
pada seseorang yang mampu Menurunkan stres, c) mengubah emosi
menentukan dalam berperilaku menurut negatif, dan d) mengoreksi kesalahan
Pajares (2002), dalam Werrel (2011) interpretasi terhadap keadaan tubuh
dalam Muin dkk (2015). Menurut (Bandura,(1997) dalam Rustika I Made
Bandura (1997) dalam Rustika, I Made (2012).
(2012) Pada teori sosial kognitif, Faktor yang mempengaruhi
rendahnya Self Efficacy dapat self efficacy pada pasien stroke
menyebabkan meningkatnya kecemasan adalahusia, tingkat pendidikan,
dan perilaku menghindar. Individu akan pekerjaan. Hasil tabel 5.1 menunjukkan
menghindari aktivitas-aktivitas yang bahwa dari 36 responden terdapat
dapat memperburuk keadaan, hal ini sebagian besar (63,9%) berusia dewasa
bukan disebabkan oleh ancaman tapi madya (41-60 tahun). Individu yang
karena merasa tidak mempunyai memiliki usia pertengahan lebih sering
kemampuan untuk mengelola aspek- mengalami perubahan fisik dan mental,
aspek yang beresiko. Orang yang dalam hal ini individu lebih rentan
memiliki Self Efficacy yang tinggi maka mengalami sakit, mereka memiliki tekad
tingkat stresnya akan rendah, dan untuk berusahamenyelesaikan
sebaliknya orang yang memiliki Self permasalahan dengan mencapai suatu
Efficacy yang rendah maka tingkat tujuan yang diinginkan, dalam hal ini
stresnya akan tinggi, individu tersebut berupa kesehatan. Pada aktivitas
mudah mengalami distress dan frustasi. mencapai kesuksesan dalam
Terdapat empat mekanisme menyelesaikan suatu masalah,Individu
psikologis yang dikaitkan dengan self tersebut dapat meningkatkan self
efficacy dan perilaku yang tampak, efficacy yang mampu mempertahankan
yaitu: a) self efficacy dinilai dapat dan meningkatkan kesehatannya. Hal ini
menurunkan kecemasan seiring dengan sesuai dengan teori Wantiyah (2010)
rangsangan fisiologisnya, b) seseorang seiring dengan perkembangan usia
dengan self efficacy tinggi akan mampu dewasa, semakin banyaknya
mendistraksi atensinya dari sensasi permasalahan tingkat stressor yang
fisiologis yang mengancam, c) dapat mempengaruhi self efficacy
seseorang dengan self efficacy yang seorang individu.
memadai merasa distress pada sensasi Hasil penelitian pada Tabel 5.2
fisik, namun berupaya untuk menunjukkan bahwa dari 36 responden
menghadapinya, d) sensasi fisik yang terdapat hampir setengahnya (47,2%)
diabaikan maupun menimbulkan berpendidikan Menengah (SMA
distress, individu dapat memaknai sederajat).Pendidikan seseorang sangat
dengan mengubah interpretasinya (Turk penting dalam menyelesaikan
& Okifuji, 2002 dalam Haryanti, Luh permasalahan, dalam hal ini tingkat
Putu Suta, 2012 dalam Latifah Maf’ul pendidikan mempengaruhi perilaku
(2016)). khususnya pengetahuan dibidang
Dalam suatu aktivitas yang kesehatan. Menurut (Wu et al, 2006)
melibatkan kekuatan dan stamina, dalam Latifah Maf’ul (2016) Tingkat
seseorang akan mengalami kelelahan pendidikan merupakan indikator
dan rasa sakit, dalam hal ini akan seseorang dalam menempuh jenjang
berkaitan juga dengan keadaan fisiologis pendidikan formal dan umumnya
145 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal 139-148

berpengaruh terhadap kemampuan living. Perilaku self care yang dilakukan


dalam mengolah informasi, sehingga oleh klien pasca stroke merupakan
individu yang berpendidikan tinggi aktivitas perawatan diri yang terdiri dari
memiliki self efficacy yang lebih baik. aktivitas mandi, berpakaian, toileting,
Dalam hal ini sesuai dengan teori jalan-jalan, berdandan, makandan
Notoadmodjo, 2007 dalam Widiawaty berpindah yang sering dilakukan
N, 2011 Semakin tinggi tingkat tingkat responden dengan inisiatif dan usaha
pendidikan formal semakin mudah secara mandiri dalam aktivitas sehari-
meyerap informasi kesehatan, semakin hari, yang dapat diukur dengan
tinggi pula kesadaran untuk berperilaku kuesioner Barther Index of Activities of
sehat. daily living. Self care pada pasien
Hasil peneitian pada Tabel 5.3 dengan penyakit kronis seperti stroke
menunjukkan bahwa dari 36 responden merupakan hal yang kompleks dan
terdapat sebagian besar (63,9%) sangat dibutuhkan untuk keberhasilan
merupakan tidak bekerja. Menurut hasil mengontrol dari penyakit kronis
wawancara peneliti dengan sebagian tersebut. Karena pada penyakit stroke
kecil responden bahwa setelah akan mudah terjadi kecacatan apabila
mengalami stroke pasien mengalami tidak melakukan aktivitas.Bagi klien
kelemahan fisik sehingga responden pasca stroke, tindakan self care
lebih fokus untuk meningkatkan derajat tercermin pada aktivitas mereka dalam
kesehatannya dengan rajin menjalani gaya hidup yang direkomendasikan
terapi medis, dan sebagian besar seperti mengkonsumsi makanan yang
responden sudah melewati masa dianjurkan, dan menjahui perilaku yang
pensiun. Hal ini sesuai dengan teori beresiko menimbulkan masalah,
Bandura (1997) dalam Rustika I Made melaksanakan aktivitas sehari-hari yang
(2012) self efficacy akan meningkat jika disarankan, dan selalu menjalankan
dalam kehidupan seseorangdapat kegiatan ibadah yang meningkatkan
berhasil menyelesaikan suatu masalah, spiritualitas, serta selalu berfikir positif.
karena apabila seseorang melihat orang Hal ini sesuai dengan teori self
lain mencapai keberhasilan self care care, Orem mengemukakan bahwa self
dalam meningkatkan kemandirianpada care meliputi : pertama, self care itu
aktivitas sehari-hari maka self efficacy sendiri yang merupakan aktivitas dan
seseorang akan meningkat untuk inisiatif dari individu serta dilaksanakan
melakukan hal yang sama walaupun oleh individu itu sendiri dalam
terdapat rintangan. memenuhi serta mempertahankan
b. Perilaku self care pada pasien kehidupan, kesehatan serta
pasca sroke kesejahteraan; kedua self care agency
Berdasarkan Tabel 5.6 merupakan suatu kemampuan individu
menunjukkan bahwa dari 36 responden dalam melakukan perawatan diri sendiri,
terdapat sebagian besar (75%) memiliki yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perilaku self care baik. Berdasarkan perkembangan, sosiokultural, kesehatan
hasil kuesioner Barther Index of dan lain-lain; ketiga adanya tuntutan
Activities of daily livingtentang perilaku atau permintaan dalam perawatan diri
self care pada pasien pasca stroke sendiri dengan menggunakan metode
menunjukkan bahwa dari 36 responden dan alat dalam tindakan yang tepat;
memilikirata-rata 3,47 dengan keempat, kebutuhan self care
presentase 34,7 % dari hasil kuesioner merupakan suatutindakan yang
Barther Index of Activities of daily ditujukan pada penyediaan dan
Ismatika, Soleha; Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care Pasien Pasca 146
Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya

perawatan diri sendiri yang bersifat perilaku self care pada pasien pasca
universal dan berhubungan dengan stroke melalui uji chi square dengan
proses kehidupan manusia serta dalam menggunakan program SPSS 23for
upaya mempertahankan fungsi tubuh, windows, hasil yang didapatkan ρ =
self care yang bersifat universal itu 0.03dengan nilai kemaknaan α = 0,05
adalah aktivitas sehari-hari atau activity yang berarti ρ < α maka H0 ditolak
daily living (ADL) dengan artinya ada hubungan self efficacy
mengelompkkan ke dalam kebutuhan dengan perilaku self care pasien pasca
dasar manusianya menurut Hidayat, A stroke di Rumah Islam A Yani
Aziz Alimul (2011). Surabaya.
Perilaku self care dipengaruhi Tabel 5.7 menunjukkan bahwa
oleh pengalaman dan keterampilan, dari 36 responden sebesar 23 responden
motivasi, keyakinan dan nilai-nilai yang memiliki self efficacy baik, hampir
budaya, confidence (keyakinan), seluruhnya (88,5%) memiliki self care
kebiasaan, kemampuan fungsional dan baik dan dari 10 responden yang
kognitif, dukungan sosial, dan fasilitas memiliki self efficacy tidak baiksebagian
Menurut Riegel, Barbara (2012). besar (60%) memiliki self care kurang.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan Hasil tersebut menunjukkan bahwa
bahwa dari 36 responden terdapat pasien pasca stroke yang mempunyai
hamper seluruhnya (86,1%), lama self efficacy baik memiliki perilaku self
pengalaman rehabilitasi pada pasien care yang baik, sehingga mampu
pasca stroke kurang dari satu tahun. mencapai derajat kesehatan yang lebih
maka dapat mempengaruhi keterampilan baik..
perilaku self care dalam kehidupan Menurut Octary (2007) dalam
sehari-hari sehingga dapat Prestiana, Novita Dian Iva & Dewanti
mempertahankan dan meningkatkan Purbandini (2012) seseorang yang
status kesehatannya. Hal ini sesuai memiliki self efficacy tinggi percaya
dengan teori Bai et al (2009) bahwa bahwa mereka akan dapat
klien yang memiliki pengalaman dengan menanggulangi kejadian dan situasi
penyakit kronis yang lebih lama dapat secara efektif. Tingginya self efficacy
lebih memahami tentang hal terbaik menurunkan rasa takut akan kegagalan,
yang harus dilakukan untuk meningkatkan aspirasi, meningkatkan
mempertahankan status kesehatannya, cara penyelesaian masalah, dan
yaitu salah satunya dengan aktifitas self kemampuan berfikir analitis. Menurut
care. Klien yang memiliki pemahaman bandura orang yang memiliki self
adekuat tentang pentingnya self care efficacy yang tinggi akan mempunyai
maka dapat dijadikan sebagai dasar bagi semangat yang lebih tinggi di dalam
mereka untuk mencari informasi yang menjalankan suatu tugas tertentu
seluas-luasnya tentang perawatan diri dibandingkan dengan orang yang
melalui berbagai cara dan sumber memiliki self efficacy yang rendah.
informasi. Perilaku self care merupakan
hal yang penting pada pasien pasca
c. Hubungan self efficacy dengan stroke, yaitu dengan berusaha
perilaku self care pasien pasca melakukan aktivitas sehari-hari secara
stroke di Rumah Sakit Islam A mandiri sehingga klien dapat
Yani Surabaya mempertahankan dan meningkatkan
Berdasarkan hasil uji statistik derajat kesehatannya.Self care sangat
terhadap hubungan self efficacy dengan dipengaruhi oleh sikap dan keyakinan
147 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal 139-148

seperti self efficacy. Keyakinan terhadap Auryn,Virzara. (2007). Mengenal


kemampuan untuk melakukan self care &Memahami Stroke. Jogjakarta,
merupakan penting disetiap proses self Katahatia
care untuk mencapai keberhasilan self Ariani, Tutu April. (2012). Sistem
care.. Neurobehaviour. Jakarta, Salemba
Pasien pasca stroke yang Medika
mengalami kelemahan motorik akan Bandura, A. (2009). Self Efficacy : The
berusaha mengelola dan mengontrol Exercise Of Control, W.H.
dengan melakukan perilaku self care Freeman and company. New
untuk mempertahankan dan York.
meningkatkan derajat kesehatnnya. Black, Joyce M. Black. (2014).
Perilaku self care secara mandiri Keperawatan Medikal Bedah:
tersebut akan menjadi tugas bagi pasien Manajemen Klinisuntuk Hasil
pasca stroke baik yang sedang dan yang Diharapkan.Singapura,
sesudah mendapatkan terapi rehabilitasi Elsevier
ataupun ketika di rumah sehingga pasien Dourman, Karel. (2013). Waspada
akan selalu memperhatikan self care Stroke Usia Muda. Jakarta, Cerdas
dalam kehidupan sehari-hari Sehat
(Kusniawati, 2011). Fadlulloh, S., Upoyo A.S., Hartanto Y.
(2014). Hubungan Tingkat
SIMPULAN DAN SARAN ketergantungan dalam Pemenuhan
1. Simpulan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
Terdapat hubungan yang signifikan (AKS) dengan harga diri
antara self efficacy dengan perilaku Penderita Stroke di Poliklinik
self care pasien pasca stroke di Syaraf RSUD Prof.Dr.Margono
Rumah Sakit A Yani Surabaya. Soekarjo Purwokerto. Jurnal
2. Saran keperawatan Soedirman
a. Pasien pasca stroke secara rutin Hidayat, A Aziz Alimul. (2011).
untuk melakukan self care Pengantar Konsep Dasar
(perawatan diri) secara mandiri Keperawatan edisi 2. Jakarta,
untuk mencegah kecacatan, dapat Salemba Medika
meningkatkan kepercayaan diri dan Kabi G.Y.C.R, Tumewah R, Kembuan
kemandirian sehingga mampu M.A.H.N. (2015). Gambaran
meningkatkan kesejahteraan dan Faktor Resiko Pada Penderita
status kesehatan. Stroke Iskemik yang Dirawat Inap
b. Meningkatkan peran perawat dalam Neurologi RSUP Prof.
program pendidikan kesehatan Dr.R.D.Kndau Manado Periode
terkait dengan perilaku self care Juli 2012-Juni 2013.Jurnsl e-
terutama tentang anjuran melakukan Clinic(eCl) Vol 3, No 1
aktivitas sehari-hari secara mandiri Kowalak. (2014). Buku Ajar
dan kepatuhan jadwal terapi medis Patofisiologi. Jakarta, EGC
kepada pasien pasca stroke. Kozier. (2011). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses &
DAFTAR PUSTAKA Praktik. Jakarta, EGC
Alligood, M.R. and Tomey, A. M. Kusniawati. (2011). Analisis Faktor
(2006). Nursing Theorists and yang Berkontribusi Terhadap Self
Their Work. Ed. 6. Missouri, Care Diabetes pada Klien
Mosby. Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah
Ismatika, Soleha; Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care Pasien Pasca 148
Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya

Sakit Umum Tanggerang. Tesis. Rahmawati D., Allenidekania., Besral.


Depok : Fakultas Ilmu (2012). Kemampuan Perawatan
Keperawatan, UI Diri Anak Tuna Grahita
Latifah, M. (2016). Hubungan Self Berdasarkan Faktor Eksternal dan
Efficacy dengan Perilaku Self Internal Anak. Jurnal Keperawatan
Care Pasien Kanker Payudara di Indonesia Vol 15, No 2
Rumah Sakit Ongkologi Surabaya. Riegel, Barbara et al. (2012). A Middle-
Surabaya, Fakultas Keperawatan Range Theory of Self Care of
dan Kebidanan Universitas Chronic Illness. Nursing Science.
Nahdlatul Ulama Surabaya (35), 3, 194-204.
Mendrofa, Fery Agusman. (2015). Rosjidi, Cholik Harun & Saiful
Independency Models of Nursing Nurhidayat. (2014). Buku Ajar
Self-Care for Ischemic Stroke Peningkatan Tekanan Intrakranial
Patient. International Journal of & Gangguan Peredaran Darah
Public Health Science (IJPHS) Vol Otak. Yogyakarta, Gosyen
4, No 2: June 2015 page. 88- Publishing
93: Institute of Advanced Rustika, I.M. (2012). Efikasi Diri:
Engineering and Science Tinjauan Teori Albert Bandura,
Maujen. (2011). An Investigation of the Buletin Psikologi Vol 20 No.1-2.
Relationship Between Self Efficacy Yogyakarta : Fakultas Psikologi
& Well-Being in Stroke Survivors. Universitas Gadjah Mada.
Tesis. Griffith University Sari, Wening, dkk. (2008). Care
Nursalam. (2016). Metodologi YourSelf, Stroke. Jakarta, Penebar
Penelitian Ilmu Keperawatan : Plus
Pendekatan Praktis. Jakarta, Sukarelawati E. (2012). Pasien Stroke
Salemba Medika Di Surabaya Meningkat Setiap
Orem, Dorothea E, Susan G Taylor, Tahun. www.antarajatim.com.
Kathie McLaughin Renpenning. Artikel di akses 9 Juli 2012
(2001) .Nursing Concepts of Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Practice.America, Mosby Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Prestiana, Novita Dian Iva & Dewanti Bandung, Alfabeta Cv
Purbandini. 2012. Hubungan Widyastuti S. (2006).Kumpulan
Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) Instrumen Penelitian Kesehatan.
& Stres Kerja Dengan Kejenuhan Jakarta, EGC
Kerja (Burnout) Pada Perawat Wahyu, G.G. (2009). Stroke Hanya
IGD Dan ICU RSUD Kota Bekasi. Menyerang Orang Tua?.
Jurnal Soul, Vol. 5, No.2 Yogyakarta, B First
Potter & Perry. (2009). Fundamental of Widiawaty, N. (2011). Hubungan
Nursing: Fundamental Tingkat Pendidikan Formal dan
Keperawatan edisi 7. Jakarta, Tingkat Pengetahuan Wanita
Salemba Medika tentang Kanker Payudara dengan
Qamal L. (2015). Faktor-faktor Risiko Kejadian Kanker Payudara di
Penyebab Stroke pada Pasien Di Borokulon Banyuurip Purworejo.
Ruang Geulima 1 Rumah Sakit Jurnal Komunikasi Kesehatan Ed 3
Umum Daerah Sr Zainoel Abidin Vol 2 No 02 P3M Purworejo.
Banda Aceh. Skripsi, Fakultas
Keperawatan Universitas Syiah
Kuala Banda Aceh

Anda mungkin juga menyukai