140-Article Text-222-1-10-20181025
140-Article Text-222-1-10-20181025
Abstract : The post-stroke can be regarded as the most difficult time for patients with
post-stroke, they will experience a disability and inability to move as usual so that they
will have difficulty in self care. The research was purposed to analyze the relationship
of self-efficacy with self-care behavior of patients with post-stroke Islamic Hospital A
Yani Surabaya. This study design was analytic correlation with cross sectional
approach. The population of 36 people and a large sample of 36 respondents using
purposive sampling technique. The independent variable of this research is self-efficacy
and the dependent variable was self care behaviors. Instruments of research using
questionnaires. Data analysis using the chi square test, significance value of α = 0.05.
The results showed that the majority of the 36 respondents, or 26 respondents (72.2%)
had good self efficacy and mostly or 27 respondents (75%) had good self-care
behaviors. The results of statistical test Chi Square ρ = 0.03 <α = 0.05 showed
relationship between self-efficacy with self-care behavior of patients with post-stroke.
The better self efficacy post-stroke patients, the better self-care behavior. Post-stroke
patients should be able to prepare and improve the behavior of self care, so that
patients can independently live aww life in the social environment well. The role of
nurses in improving self-efficacy by preparing the skills, motivation and health
education about self care.
Abstrak: Pasca stroke bisa dikatakan sebagai masa yang paling sulit bagi penderita
pasca stroke, mereka akan mengalami kecacatan dan ketidakmampuan dalam
berwwaktivitas seperti sedia kala sehingga mereka akan mengalami kesulitan dalam self
care. Tujuan penelitian untuk menganalisa hubungan self efficacy dengan perilaku self
care pasien pasca stroke di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya. Desain penelitian ini
adalah analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi sebesar 36
orang dan besar sampel sebesar 36 responden dengan teknik purposive sampling.
Variabel independen penelitian ini adalah self efficacy dan variabel dependen adalah
perilaku self care. Intrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis data
menggunakan uji chi square dengan, nilai kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 36 responden sebagian besar atau 26 responden (72.2%)
memiliki self efficacy baik dan sebagian besar atau 27 responden (75%) memiliki
perilaku self care baik. Hasil uji statistik chi square ρ = 0.03 < α = 0.05 menunjukkan
ada hubungan antara self efficacy dengan perilaku self care pasien pasca stroke.
Semakin baik self efficacy pasien pasca stroke maka perilaku self care semakin baik.
Pasien pasca stroke sebaiknya dapat mempersiapkan dan meningkatkan perilaku self
care, sehingga pasien dapat secara mandiri menjalai kehidupan di lingkungan sosial
139
Ismatika, Soleha; Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care Pasien Pasca 140
Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya
dengan baik. Peran perawat dalam meningkatkan self efficacy dengan mempersiapkan
keterampilan, motivasi dan memberikan pendidikan kesehatan tentang self care.
dalam proses rehabilitasi, pasien pasca terdapat rintangan (Riegel, 2012). Self
stroke akan dilatih oleh perawat efficacy ini sangat penting karena dapat
rehabilitasi untuk membantu mempengaruhi perilaku seseorang
mengembalikan fungsi motorik yang terutama perilaku self care. Apabila
terganggu akibat stroke. Dalam hal ini pasien pasca stroke memiliki keyakinan
diharapkan pasien pasca stroke mampu yang besar dan kuat dalam melakukan
melakukan aktivitas dan self care secara self care (perawatan diri), maka akan
mandiri untuk mencegah terjadinya membantu pemulihan motorik dan
ketergantuan akibat kecacatan setelah kepercayaan diri pasien pasca stroke
stroke. sehingga pasien pasca stroke akan
Menurut penelitian Fadlulloh, S. berusaha melakukan self care dalam
et al. 2014 beberapa aktivitas pada kesehariannya.
pasien pasca stroke yang memerlukan Perawat sebagai salah satu
bantuan orang lain meliputi kebersihan tenaga kesehatan, memiliki peranan
diri, mandi, toilet, menaiki tangga, yang strategis dalam memberikan
memakai pakaian, mengontrol BAK, kemampuan kepada keluarga dan pasien
berpindah tempat, dan berpindah dari dalam melakukan penanganan secara
kursi ke tempat tidur. Namun, bantuan mandiri. Sejumlah penelitian
yang terus menerus dapat berdampak eksperimental memperlihatkan bahwa
pada perilaku self care pasien. Menurut perawat mempunyai peran yang cukup
Orem, Dorothea et al (2001) dalam berpengaruh terhadap perilaku pasien
Ramawati, Dian., et al (2012) self care (Tagliacozzo D.M.,et al., (1974) dalam
(perawatan diri sendiri) adalah aktivitas Sutandi, Aan (2012). Peran perawat
dan inisiatif oleh individu itu sendiri dalam aplikasi teori self care Orem
dalam memenuhi serta mempertahankan adalah membantu meningkatkan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. kemampuan pasien untuk mandiri pada
Dalam hal pasien pasca stroke akan area klinis yangakan meningkatkan
sering mengalami keputusasaan sampai kualitas hidup saat pasien berada pada
depresi karena orang-orang disekitarnya area komunitas menurut penelitian
sering menganggap bahwa dirinya tidak Ropyanto, Chandra Bagus (2014).
mampu melakukan apapun terutama Dengan pemahaman yang benar dan
dalam hal Self care. Faktor-faktor yang memberdayakan keluarga dan pasien
mempengaruhi perilaku self care memiliki derajat kesehatan yang
menurut middle range theory of chronic optimal. Perawat-perawat yang bertugas
illness yaitu: pengalaman dan di tempat rehabilitasi pasca stroke
keterampilan, motivasi, keyakinan dan sangat berperan aktif meningkatkan self
nilai budaya, confidence (keyakinan) efficacy pasien pasca stroke yang
meliputi: self efficacy, self esteem, mempengaruhi peningkatan self care.
kebiasaan, kemampuan fungsional dan Tujuan penelitian ini menganalisa
kognitif, dukungan sosial, serta fasilitas. hubungan self efficacy dengan perilaku
Upaya untuk mencegah self care pasien pasca stroke di Rumah
keputusasaan pada pasca stroke, adalah Sakit Islam A Yani Surabaya.
dengan memiliki suatu Self efficacy
(keyakinan) yang besar. Self Efficacy METODE
adalah keyakinan individu terhadap Disain penelitian yang digunakan
kemampuannya melakukan suatu bentuk adalah analitik korelasional dengan
perilaku yang spesifik dan tetap pendekatan cross sectional, yaitu suatu
melakukan sebuah perilaku walaupun penelitian dimana variabel independen
Ismatika, Soleha; Hubungan Self Efficacy Dengan Perilaku Self Care Pasien Pasca 142
Stroke Di Rumah Sakit Islam Surabaya
penelitian ini adalah self efficacy dan terdapat sebagian besar (63,9%) berusia
variabel dependen adalah perilaku self dewasa madya (41-60 tahun).
care yang diobservasi sekaligus dalam
waktu yang sama. Populasi pada 2) Karakteristik responden berdasarkan
penelitian ini adalah 36 orang. Besar lama pengobatan
sampel penelitian yaitu 36 responden Karakteristik responden
yang diambil secara nonprobability berdasarkan lama pengobatan pada
sampling dengan tehnik purposive pasien pasca stroke di Rumah Sakit
sampling. Islam A.Yani Surabaya terdiri dari lama
Data dianalisis menggunakan uji pengobatan > 1 tahun dan lama
statistik Chi Square dengan kemaknaan pengobatan < 1 tahun yang dapat dilihat
α = 0,05, dengan bantuan SPSS bila ditabel 5.4 sebagai berikut:
didapatkan ρ < α maka H0 ditolak Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden
artinya ada hubungan self efficacy berdasarkan lama pengobatan
dengan perilaku self care pasien pasca di Rumah Sakit Islam A.Yani
stroke di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya, Februari 2017
Surabaya. No. Lama Frekuensi Persentase
Pengobatan (%)
1. > 1 tahun 5 13,9
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. < 1 tahun 31 86,1
1. Hasil Penelitian Jumlah 36 100
a. Data Umum Data Primer 13 Februari 2017
Dalam data umum ini didalamnya
meliputi karakteristik responden yang Dari data yang ada pada tabel 5.4
didapat dari hasil penelitian pada pasien menunjukkan hasil bahwa dari 36
pasca stroke di Rumah Sakit Islam responden terdapat hampir seluruhnya
A.Yani Surabaya. (86,1%) dengan jangka waktu
1) Karakteristik responden berdasarkan pengobatannya < 1 tahun.
umur 1. Data Khusus
Karakteristik responden berdasarkan a. Self efficacy
umur pada pasien pasca stroke di Rumah Karakteristik responden
Sakit Islam A.Yani Surabaya dapat berdasarkan self efficacy pada pasien
dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut: pasca stroke di Rumah Sakit A.Yani
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden Surabaya terdiri dari self efficacy baik
berdasarkan umur di Rumah dan self efficacy tidak baik yang dapat
Sakit Islam A.Yani dilihat pada tabel 5.5 sebagai berikut:
Surabaya pada bulan Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden
Februari 2017 berdasarkan self efficacy di
No. Umur (tahun) Frekuensi Persentase Rumah Sakit Islam A.Yani
(%)
1. Dewasa akhir 12 33,3
Surabaya, Februari 2017
(>60) No. Self Frekuensi Persentase
2. Dewasa madya 23 63,9 Efficacy (%)
(41-60) 1. Baik 26 72,2
3. Dewasa awal 1 2,8 2. Tidak baik 10 27,8
(18-40) Total 36 100
Total 36 100 Data Primer 13 Februari 2017
Data Primer 13 Februari 2017
Dari data yang ada pada tabel 5.1 Dari data yang ada pada tabel 5.5
Menunjukkan bahwa dari 36 responden menunjukkan bahwa dari 36 responden
143 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal 139-148
diikuti dengan memakaikan pakaian dan suasana hati, ada empat cara untuk
pada sisi tubuh yang sehat.Self efficacy merubah Self Efficacy, yaitu a)
didefinisikan sebagai keyakinan diri Meningkatkan kondisi tubuh, b)
pada seseorang yang mampu Menurunkan stres, c) mengubah emosi
menentukan dalam berperilaku menurut negatif, dan d) mengoreksi kesalahan
Pajares (2002), dalam Werrel (2011) interpretasi terhadap keadaan tubuh
dalam Muin dkk (2015). Menurut (Bandura,(1997) dalam Rustika I Made
Bandura (1997) dalam Rustika, I Made (2012).
(2012) Pada teori sosial kognitif, Faktor yang mempengaruhi
rendahnya Self Efficacy dapat self efficacy pada pasien stroke
menyebabkan meningkatnya kecemasan adalahusia, tingkat pendidikan,
dan perilaku menghindar. Individu akan pekerjaan. Hasil tabel 5.1 menunjukkan
menghindari aktivitas-aktivitas yang bahwa dari 36 responden terdapat
dapat memperburuk keadaan, hal ini sebagian besar (63,9%) berusia dewasa
bukan disebabkan oleh ancaman tapi madya (41-60 tahun). Individu yang
karena merasa tidak mempunyai memiliki usia pertengahan lebih sering
kemampuan untuk mengelola aspek- mengalami perubahan fisik dan mental,
aspek yang beresiko. Orang yang dalam hal ini individu lebih rentan
memiliki Self Efficacy yang tinggi maka mengalami sakit, mereka memiliki tekad
tingkat stresnya akan rendah, dan untuk berusahamenyelesaikan
sebaliknya orang yang memiliki Self permasalahan dengan mencapai suatu
Efficacy yang rendah maka tingkat tujuan yang diinginkan, dalam hal ini
stresnya akan tinggi, individu tersebut berupa kesehatan. Pada aktivitas
mudah mengalami distress dan frustasi. mencapai kesuksesan dalam
Terdapat empat mekanisme menyelesaikan suatu masalah,Individu
psikologis yang dikaitkan dengan self tersebut dapat meningkatkan self
efficacy dan perilaku yang tampak, efficacy yang mampu mempertahankan
yaitu: a) self efficacy dinilai dapat dan meningkatkan kesehatannya. Hal ini
menurunkan kecemasan seiring dengan sesuai dengan teori Wantiyah (2010)
rangsangan fisiologisnya, b) seseorang seiring dengan perkembangan usia
dengan self efficacy tinggi akan mampu dewasa, semakin banyaknya
mendistraksi atensinya dari sensasi permasalahan tingkat stressor yang
fisiologis yang mengancam, c) dapat mempengaruhi self efficacy
seseorang dengan self efficacy yang seorang individu.
memadai merasa distress pada sensasi Hasil penelitian pada Tabel 5.2
fisik, namun berupaya untuk menunjukkan bahwa dari 36 responden
menghadapinya, d) sensasi fisik yang terdapat hampir setengahnya (47,2%)
diabaikan maupun menimbulkan berpendidikan Menengah (SMA
distress, individu dapat memaknai sederajat).Pendidikan seseorang sangat
dengan mengubah interpretasinya (Turk penting dalam menyelesaikan
& Okifuji, 2002 dalam Haryanti, Luh permasalahan, dalam hal ini tingkat
Putu Suta, 2012 dalam Latifah Maf’ul pendidikan mempengaruhi perilaku
(2016)). khususnya pengetahuan dibidang
Dalam suatu aktivitas yang kesehatan. Menurut (Wu et al, 2006)
melibatkan kekuatan dan stamina, dalam Latifah Maf’ul (2016) Tingkat
seseorang akan mengalami kelelahan pendidikan merupakan indikator
dan rasa sakit, dalam hal ini akan seseorang dalam menempuh jenjang
berkaitan juga dengan keadaan fisiologis pendidikan formal dan umumnya
145 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal 139-148
perawatan diri sendiri yang bersifat perilaku self care pada pasien pasca
universal dan berhubungan dengan stroke melalui uji chi square dengan
proses kehidupan manusia serta dalam menggunakan program SPSS 23for
upaya mempertahankan fungsi tubuh, windows, hasil yang didapatkan ρ =
self care yang bersifat universal itu 0.03dengan nilai kemaknaan α = 0,05
adalah aktivitas sehari-hari atau activity yang berarti ρ < α maka H0 ditolak
daily living (ADL) dengan artinya ada hubungan self efficacy
mengelompkkan ke dalam kebutuhan dengan perilaku self care pasien pasca
dasar manusianya menurut Hidayat, A stroke di Rumah Islam A Yani
Aziz Alimul (2011). Surabaya.
Perilaku self care dipengaruhi Tabel 5.7 menunjukkan bahwa
oleh pengalaman dan keterampilan, dari 36 responden sebesar 23 responden
motivasi, keyakinan dan nilai-nilai yang memiliki self efficacy baik, hampir
budaya, confidence (keyakinan), seluruhnya (88,5%) memiliki self care
kebiasaan, kemampuan fungsional dan baik dan dari 10 responden yang
kognitif, dukungan sosial, dan fasilitas memiliki self efficacy tidak baiksebagian
Menurut Riegel, Barbara (2012). besar (60%) memiliki self care kurang.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan Hasil tersebut menunjukkan bahwa
bahwa dari 36 responden terdapat pasien pasca stroke yang mempunyai
hamper seluruhnya (86,1%), lama self efficacy baik memiliki perilaku self
pengalaman rehabilitasi pada pasien care yang baik, sehingga mampu
pasca stroke kurang dari satu tahun. mencapai derajat kesehatan yang lebih
maka dapat mempengaruhi keterampilan baik..
perilaku self care dalam kehidupan Menurut Octary (2007) dalam
sehari-hari sehingga dapat Prestiana, Novita Dian Iva & Dewanti
mempertahankan dan meningkatkan Purbandini (2012) seseorang yang
status kesehatannya. Hal ini sesuai memiliki self efficacy tinggi percaya
dengan teori Bai et al (2009) bahwa bahwa mereka akan dapat
klien yang memiliki pengalaman dengan menanggulangi kejadian dan situasi
penyakit kronis yang lebih lama dapat secara efektif. Tingginya self efficacy
lebih memahami tentang hal terbaik menurunkan rasa takut akan kegagalan,
yang harus dilakukan untuk meningkatkan aspirasi, meningkatkan
mempertahankan status kesehatannya, cara penyelesaian masalah, dan
yaitu salah satunya dengan aktifitas self kemampuan berfikir analitis. Menurut
care. Klien yang memiliki pemahaman bandura orang yang memiliki self
adekuat tentang pentingnya self care efficacy yang tinggi akan mempunyai
maka dapat dijadikan sebagai dasar bagi semangat yang lebih tinggi di dalam
mereka untuk mencari informasi yang menjalankan suatu tugas tertentu
seluas-luasnya tentang perawatan diri dibandingkan dengan orang yang
melalui berbagai cara dan sumber memiliki self efficacy yang rendah.
informasi. Perilaku self care merupakan
hal yang penting pada pasien pasca
c. Hubungan self efficacy dengan stroke, yaitu dengan berusaha
perilaku self care pasien pasca melakukan aktivitas sehari-hari secara
stroke di Rumah Sakit Islam A mandiri sehingga klien dapat
Yani Surabaya mempertahankan dan meningkatkan
Berdasarkan hasil uji statistik derajat kesehatannya.Self care sangat
terhadap hubungan self efficacy dengan dipengaruhi oleh sikap dan keyakinan
147 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Agustus 2017, Hal 139-148