20-143 Berta Katrina
20-143 Berta Katrina
Oleh:
Nama : Berta Katrina Ramadhantya, S.Kep
NIM : 202311101143
Kelompok : 3C
Pembimbing : Ns. Nurfika Asmaningrum, M.Kep., Ph.D
Laporan pembelajaran daring Profesi Ners Stase Keperawatan Dasar Profesi oleh :
Hari : Minggu
Tanggal : 21 Maret 2021
Oleh:
Berta Katrina Ramadhantya, S.Kep
NIM 202311101143
COVER ..................................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................ii
A. Definisi Gangguan Kebutuhan Dasar Termoregulasi .......................1
B. Review Anatomi Fisiologi .................................................................2
C. Epidemiologi .....................................................................................3
D. Etiologi ..............................................................................................3
E. Tanda dan Gejala ...............................................................................5
F. Patofisologi / Web of Causation ........................................................6
G. Penatalaksanaan Medis .......................................................................9
H. Penatalaksanaan Keperawatan .............................................................9
a. Pengkajian Terfokus ......................................................................9
b. Diagnosis Keperawatan ...............................................................10
c. Perencanaan / Nursing Care Plan ...............................................11
I. Penatalaksanaan berdasarkan evidence-based practice in nursing…17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 18
ii
1
LAPORAN PENDAHULUAN
Suhu tubuh diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin. Reseptor sensori
paling banyak terdapat pada kulit. Kulit mempunyai lebih banyak reseptor
untuk dingin dan hangat dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh
lain seperti lidah, saluran pernapasan, maupun organ visera lainnya. Bila kulit
menjadi dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang dilakukan
untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu menggigil untuk
meningkatkan produksi panas, berkeringat untuk menghalangi panas, dan
vasokontraksi untuk menurunkan kehilangan panas (Asmadi, 2009).
Selain reseptor suhu tubuh yang dimiliki kulit, terdapat reseptor suhu lain
yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespon terhadap suhu pada organ tubuh
bagian dalam, seperti : visera abdominal, spinal cord, dan lain-lain.
Thermoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti ini.
Hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik
area hipotalamus. Bila sensitif reseptor panas di hipotalamus dirasang efektor
sistem mengirim sinyal yang memprakasai pengeluaran keringat dan
vasodilatasi perifer. Hal tersebut dimaksudkan untuk menurunkan suhu, seperti
menurunkan produksi panas dan meningkatkan kehilangan panas. Sinyal dari
sensitif reseptor dingin di hipotalamus memprakarsai efektor untuk
vasokontriksi, menggigil, serta melepaskan epineprin yang meningkatkan
produksi panas. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produksi panas
dan menurunkan kehilangan panas. Efektor sistem yang lain adalah sistem
saraf somatik. Bila sistem ini dirangsang, maka seseorang secara sadar
membuat penilaian yang cocok misalnya menambah baju sebagai respon
terhadap dingin atau mendekati kipas angin bila kepanasan.
3
C. Epidemiologi
Peningkatan suhu tubuh atau demam merupakan masalah yang sering
terjadi unit perawatan intensif dengan angka kejadian sebesar 23% sampai
75%. Peningkatan suhu tubuh pada pasien disebabkan oleh infeksi atau non
infeksi (Kothari dan Karnad, 2005; Dzulfaijah dkk., 2017). CDC melaporkan
bahwa gangguan termoregulasi banyak terjadi pada bayi dan lansia. Angka
kejadian akibat gangguan termoregulasi meningkat pada usia lebih dari 75
tahun (Giddens, 2009). Typhoid, sepsis, cidera kepala, stroke merupakan jenis
penyakit yang dapat meningkatkan suhu tubuh secara drastis. Berdasarkan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) terdapat 16 juta kasus per
tahun dengan angka kematian sebesar 600 kasus akibat typhoid. Thypoid
menjadi penyebab nomor tiga pasien di rawat di rumah sakit dari sepuluh
penyakit yang ada sering terjadi pada pasien rawat inap (Kemenkes RI, 2013).
D. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh (Potter &
Perry, 2005). Faktor-faktor tersebut terdiri dari:
1. Usia
Bayi dan balita lebih mudah mengalami perubahan suhu. Hal ini
disebabkan mekanisme pengaturan suhu pada tubuh bayi dan balita masih
belum optimal. Sistem regulasi tubuh akan stabil saat mencapai pubertas.
Lansia memiliki rentang suhu yang sempit dibandingkan dewasa awal.
2. Olahraga
Aktivitas otot melibatkan peningkatan suplai darah dan pemecahan
karbohidrat serta lemak sehingga dapat meningkatkan produksi panas. Hal ini
dapat meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak
jauh dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
3. Kadar Hormon
Secara umum, wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fruktuasi suhu tubuh. Kadar progesteron meningkatkan dan menurunkan secara
4
8. Menggigil
Pada dasarnya temperatur tubuh manusia lebih rendah dibandingkan
temperatur pada hipotalamus yang menyebabkan kenaikan temperatur tubuh.
Selama periode ini tubuh akan menggigil dan merasa kedinginan meskipun
suhu tubuh di atas temperatur normal. Hal ini dapat menyebabkan kulit
menjadi pucat dan dingin sehingga dapat membuat tubuh gemetar dan proses
ini berlangsung secara terus menerus (Kukus, 2009).
Berdasarkan Nield dan Kamat (2011) kondisi medis yang dialami
seseorang juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan termoregulasi
diantaranya yaitu:
1. Penyakit autoimun
2. Penyakit kronis
3. Cidera
4. Infeksi virus, bakteri, dan parasit
5. Malnutrisi.
yang terjadi pada miokard dapat menyebabkan angini (nyeri dada) dan hipoksia
cerebral yang dapat menyebabkan kecemasan (Susanti, 2012). Peningkatan
kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah pada meningkatnya
kehilangan cairan dan elektrolit. Cairan dan elektrolit sangat dibutuhkan dalam
metabolisme di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior. Apabila seseorang kehilangan cairan dan elektrolit
(dehidrasi), maka elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang
sehingga mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior dalam mempertahankan
keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu
tubuh dan dapat menyebabkan kejang (Kothari dan Karnad, 2005; Setiawati,
2009).
Hipotermia terjadi akibat kehilangan panas berlebihan, produksi panas
yang kurang serta disfungsi regulasi hipotalamus. Hipotermia dapat terjadi
akibat aksidental ataupun terapeutik. Hipotermi aksidental dapat terjadi akibat
paparan dari lingkungan sedangkan terapeutik dapat terjadi akibat proses
tindakan atau perawatan pada penyakit misalnya pembedahan yang teralalu
lama (Giddens, 2009).
8
Clinical Pathway
Infeksi virus, bakteri, parasit Salmonella thyposa Bakteri masuk ke dalam mulut
Autoimun Hipotalamus
Pengeluaran endotoksin antigen
Cidera
Usia
Hipotermi Peningkatan produksi prostaglandin
Hormon
Termoregulasi Tidak
Irama Sirkandia Efektif Merangsang hipotalamus mencapai set point
Hipovolemia
Nyeri Akut
9
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk termoreguasi antara lain (Purwanti dan
Ambarwati, 2008):
1. Pemberian obat antipiretik seperti parasetamol dan acetaminophen
2. Pemberian obat antiinflamasi
3. Terapi cairan intrevena untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh
4. Pemberian terapi oksigen sebagai kompensasi kebutuhan oksigen akibat
permasalahan termoregulasi
5. Pada kasus infeksi diberikan antibiotik.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian Terfokus
1. Identitas
Identitas klien menjadi hal yang penting, bahkan berhubungan
dengan keselamatan pasien agar tidak terjadi kesalahan yang nantinya bisa
berakibat fatal jika klien menerima prosedur medis yang tidak sesuai
dengan kondisi klien seperti salah pemberian obat, salah pengambilan
darah bahkan salah tindakan medis. Identitas klien terdiri dari nama, usia,
jenis kelamin, alamat, dan nama orangtua.
3. Suhu Tubuh
4. Pengkajian Kulit
5. Pemeriksaan Diagnostik
b. Diagnosis Keperawatan
1. Hipotermi b.d efek agen farmakologis d.d kulit teraba dingin,
menggigil, duhu tubuh dibawah nilai normal, hipoksia, hipoglikemia,
brakikardi, ventilasi menurun, dasar kuku sianotik, pengisian kapiler 3
detik, konsumsi oksigen meningkat.
2. Hipertermi b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai normal, kulit
merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa hangat.
3. Termoregulasi tidak efektif b.d proses penyakit d.d kulit dingin/hangat,
menggigil, suhu tubuh fluktuatif, pengisian kapiler 3 detik, tekanan
darah meningkat, pucat, frekuensi napas meningkat, takikardia, kejang,
kulit kemerahan, dasar kuku sianotik.
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu
makan berubah
5. Ansietas b.d krisis situasional d.d frekuensi napas meningkat, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, muka tampak pucat.
6. Hipovelemia b.d kehilangan cairan aktif d.d merasa lemas, mengeluh
haus, frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah, tekanan darah menurun,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, suhu tubuh meningkat.
11
1. Hipertermi b.d proses penyakit Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hipertermia I. 15506
d.d suhu tubuh diatas nilai selama 1x24 jam maka hipertermi membaik,
Observasi
normal, kulit merah, kejang, dengan kriteria hasil:
takikardi, takipnea, kulit terasa 1. Identifikasi penyebab hipertermia
Termoregulasi L. 14134
hangat. 2. Monitor suhu tubuh
1. Kulit merah (skala 5) 3. Monitor kadar elektrolit
2. Kejang (skala 5) Terapeutik
3. Konsumsi oksigen (skala 5) 1. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Pucat (skala 5) 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Takikardi (skala 5) 3. Berikan cairan oral
6. Takipnea (skala 5) 4. Lakukan pendinginan eksternal
7. Brakikardia (skala 5) Edukasi
8. Dasar kuku sianotik (skala 5)
1. Anjurkan tirah baring
9. Hipoksia (skala 5)
Kolaborasi
10. Suhu tubuh (skala 5)
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
12
2. Hipotermi b.d efek agen Setelah dilakukan intervensi keperawatan Induksi Hipotermia I. 14503
farmakologis d.d kulit teraba selama 1x24 jam maka hipotermi membaik,
Observasi
dingin, menggigil, duhu tubuh dengan kriteria hasil:
dibawah nilai normal, hipoksia, 1. Monitor suhu inti tubuh
Termoregulasi L. 14134
hipoglikemia, brakikardi, 2. Monitor warna dan suhu kulit
ventilasi menurun, dasar kuku 1. Kulit merah (skala 5) 3. Monitor adanya menggigil
sianotik, pengisian kapiler 3 2. Kejang (skala 5) 4. Monitor kadar elktrolit dan asam basa
Kolaborasi
3. Termoregulasi tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi Termoregulasi I. 12458
proses penyakit d.d kulit selama 1x24 jam maka termoregulasi tidak
Observasi
dingin/hangat, menggigil, suhu efektif membaik, dengan kriteria hasil:
tubuh fluktuatif, pengisian 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
Termoregulasi L. 14134
kapiler 3 detik, tekanan darah menerima informasi
meningkat, pucat, frekuensi 1. Kulit merah (skala 5)
Terapeutik
napas meningkat, takikardia, 2. Kejang (skala 5)
kejang, kulit kemerahan, dasar 3. Konsumsi oksigen (skala 5) 1. Sediakan materi dan media pendidikan
4. Pucat (skala 5) kesehatan
kuku sianotik.
5. Takikardi (skala 5) 2. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nyeri I. 08238
fisiologis d.d gelisah, frekuensi selama 1x24 jam maka nyeri akut menurun,
Observasi
nadi meningkat, sulit tidur, dengan kriteria hasil:
tekanan darah meningkat, pola 1. Identifikasi skala nyeri
Tingkat Nyeri L. 08066
napas berubah, nafsu makan 2. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
berubah. 1. Keluhan nyeri (skala 5)
Terapeutik
2. Gelisah (skala 5)
3. Kesulitan tidur (skala 5) 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
4. Frekuensi nadi (skala 5) mengurangi rasa nyeri
5. Pola napas (skala 5)
6. Tekanan darah (skala 5) Edukasi
5. Ansietas b.d krisis situasional Setelah dilakukan intervensi keperawatan Reduksi Ansietas I. 09314
d.d frekuensi napas meningkat, selama 1x24 jam maka ansietas menurun,
Observasi
frekuensi nadi meningkat, sulit dengan kriteria hasil:
tidur, tekanan darah meningkat, 1. Monitor tanda-tanda ansietas
Tingkat Ansietas L. 09093
muka tampak pucat. Terapeutik
1. Keluhan pusing (skala 5) 1. Pahami situasi yang membuat ansietas
2. Frekuensi pernapasan (skala 5) 2. Dengarkan dengan penuh perhatian
3. Frekuensi nadi (skala 5) 3. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
4. Tekanan darah (skala 5)
Edukasi
5. Pucat (skala 5)
6. Pola tidur (skala 5) 1. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
6. Hipovelemia b.d kehilangan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Cairan I. 03098
cairan aktif d.d merasa lemas, selama 1x24 jam maka hipovolemia
Observasi
mengeluh haus, frekuensi nadi membaik, dengan kriteria hasil:
16
meningkat, nadi terba lemah, Keseimbangan Cairan L. 05020 1. Monitor status hidrasi
tekanan darah menurun, turgor
1. Asupan cairan (skala 5) Terapeutik
kulit menurun, membran
2. dehidrasi (skala 5)
mukosa kering, suhu tubuh 1. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Tekanan darah (skala 5)
meningkat. 2. Berikan cairan intravena, jika perlu
4. Turgor kulit (skala 5)
Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, R., A. Triana, dan W. Juliarti. 2015. Buku Ajar Biologi Reproduksi dan
Perkembangan. Ed. 1. Yogyakarta: Deepublish..
Corrard, F. 2001. Ways to reduse fever new luke warm water baths still indicated.
Arch Pediatric. Vol 9(3): 311-315.
Dewi, A. K. 2016. Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian Kompres
Air Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam. Jurnal
Keperawatan Muhammadiya. Vol 1 (1): 63-71.
Dzulfaijah, N. K., Mardiyono, Sarkum, dan D. Saha. 2017. Combination of Cold
Pack, Water Spray, and Fan Cooling on Body Temperature Reduction and
Level of Success To Reach Normal Temperature in Critically Ill Patients
with Hyperthermia. Belitung Nursing Journal. Vol 3(6): 757-764.
Gidden, Jean Foret. 2009. Concept for Nursing Practice 2nd Edition. Missouri:
Elsevier.
Graha, A. S. 2010. Adaptasi Suhu Tubuh terhadap Latihan dan Efek Cedera di
Cuaca Panas dan Dingin. Jurnal Olahraga Prestasi. Vol 6(2): 123-134.
Irmachatshalihah, R., dan Alfiyanti, D. 2020. Kombinasi Kompres Hangat dengan
Teknik Blok dan Teknik Seka (Tepid Sponge Bath) Menurunkan Suhu
Tubuh pada Anak Penderita Gastroentritis. Ners Muda. Vol 1(3): 193-199.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Laporan Akhir Riset Fasilitas
Kesehatan tahun 2011. Jakarta: Dadan Litbangkes.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kothari, V. M. dan D. R. Karnad. 2005. New Onset Fever in The Intensive Care
Unit. Japi. Vol 53: 949-953.
Kukus, Y., W. Supit., dan F. Lintong. 2009. Suhu Tubuh: Homeostasis dan Efek
terhadap Kinerja Tubuh Manusia. Jurnal Biomedik. Vol 1 (2): 107-118.
Maling, B., S. Haryani, dan S. Arif. 2012. Pengaruh Kompres Tepid Sponge
Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Umur 1-10 tahun
dengan Hipertermi. Semarang: STIKES Telogorejo Semarang
19
Oleh:
Berta Katrina Ramadhantya, S.Kep
NIM 202311101143
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. C No. RM :-
Umur : 19 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS :-
Pendidikan : S1 Tanggal Pengkajian : 17 Maret 2021
Alamat : Dsn Krajan No. Sumber Informasi : Klien
288 Kanigoro,
Kec. Pagelaran,
Kab. Malang
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
// : Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
III. Pengkajian Keperawatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan bahwa penyakit yang dialami pasien berasal dari Allah
SWT. Setiap sholat selalu berdoa yang terbaik untuk diberikan kesehatan,
dan memeriksakan ke fasilitas kesehatan jika merasa sakit karena
beranganggap bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting.
Interpretasi : Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan pasien baik.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
Antropometry
BB= 42 kg
TB = 158 cm
IMT= BB/TB2(m) = 42/(1,58)2 = 16,2
Interpretasi : Indek Masa Tubuh (IMT) pasien berada pada rentang berat
badan dibawah normal.
Biomedical sign : -
Interpretasi : tidak ada
Clinical Sign :
Turgor kulit < 1 detik, kekuatan otot kaki kanan dan kaki kiri masing-
masing 4 dan kekuatan otot tangan kanan dan kiri masing-masing 4. Otot
pasien berkembang dengan baik, dan nafsu makan klien tidak begitu baik
dikarenakan klien tidak nafsu karena merasa mual.
Interpretasi : terdapat masalah pada nafsu makan klien.
Perhitungan IWL
IWL normal = 15 x 42 kg/ 24 jam
= 26 cc
Output:
IWL = 26 cc
BAK = 500 cc
BAB = 200 cc
= 726 cc
Balance cairan : Input – Output = 1000 cc – 726 cc
= 274 cc
Interpretasi: klien memiliki balance cairan 274 cc.
4. Pola aktivitas & latihan
Aktivitas pasien sehari-hari adalah melakukan pekerjaan rumah sehari-
hari, seperti membersihkan rumah, mencuci piring dll. Klien juga setiap
harinya kuliah dan mengerjakan tugas. Setelah sakit klien hanya bisa
melakukan sebagian besar aktivitasnya.
Fungsi kardiovaskuler :
CRT = <2 detik, konjungtiva tidak anemis, akral hangat.
Terapi oksigen : tidak ada
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan setelah sakit)
Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Setelah sakit
Durasi 6 jam/hari 8 jam/hari dengan
konsistensi berubah-ubah
Gangguan tidur Klien mengatakan tidak Klien mengatakan pusing
ada gangguan tidur sehingga merasa ingin tidur
terus.
Keadaan bangun Baik Kurang baik
tidur
Kualitas tidur Klien merasa puas dan Klien mengatakan tidak
segar saat terbangun. merasa puas setelah
terbagun dari tidur.
Lain-lain - -
Interpretasi : pola tidur dan istirahat klien mengalami masalah setelah
klien terdiagnosa Thypoid.
Jumat, 19- Hipertermia 1. Memonitor suhu tubuh S : Klien mengatakan badannya sudah tidak
03-2021/ 2. Melonggarkan atau lepaskan pakaian terlalu hangat
09.50 WIB Berta KR
3. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi O : Suhu 37,80C, kulit hangat
yang adekuat
4. Sesuaikan suhu lingkungan dengan A : Hipertermia belum teratasi
kebutuhan pasien P : Lanjutkan intervensi
I : Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat, monitor suhu tubuh
E : Klien masih merasakan demam
Jumat, 19- Defisit Nutrisi 1. Memonitor asupan makanan S : Klien mengatakan nafsu makan masih
03-2021/ 2. Memonitor adanya mual dan muntah tetap sama dan masih merasa mual
Berta KR
10.00 WIB 3. Menjelaskan jenis makanan yang
O : Mukosa bibir klien kering
bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
A : Defisit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Memonitor asupan makanan, memonitor
adanya mual
E : Nafsu makan klien belum meingkat,
mual masih dirasakan
Jumat, 19- Intoleransi 1. Menyediakan lingkungan nyaman dan S : Klien mengatakan badan masih terasa
03-2021/ Aktivitas rendah stimulus lemas
Berta KR
10.10 WIB 2. Memfasilitasi duduk disisi tempat O : Klien tampak dapat mengikuti dengan
tidur, jika tidak dapat perpindah atau baik
berjalan
3. Menganjurkan melakukan aktivitas A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
secara bertahap P : Lanjutkan intervensi
I : Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
E : Klien masih merasakan lemas namun
sudah bisa sedikit beraktivitas kecil
Sabtu, 20- Hipertermia 1. Memonitor suhu tubuh S : Klien mengatakan badannya sudah tidak
03-2021/ 2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi hangat
08.30 WIB Berta KR
yang adekuat O : Suhu 37,40C
A : Hipertermia teratasi
P : Hentikan intervensi
I :-
E : Klien kooperatif
Sabtu, 20- Defisit Nutrisi 1. Memonitor asupan makanan S : Klien mengatakan nafsu makan sudah
03-2021/ 2. Memonitor adanya mual dan muntah mulai meningkat dengan porsi yang masih
Berta KR
08.40 WIB sedikit dan masih merasakan sedikit mual
O : Klien tampak dapat menghabiskan
makanan
A : Defisit nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : Memonitor asupan makanan dan
memonitor adanya mual
E : Nafsu makan klien mulai meningkat
Sabtu, 20- Intoleransi 4. Menyediakan lingkungan nyaman dan S : Klien mengatakan badan sudah tidak
03-2021/ Aktivitas rendah stimulus terlalu lemas
Berta KR
08.50 WIB 5. Memfasilitasi duduk disisi tempat O : Klien tampak dapat mengikuti dengan
tidur, jika tidak dapat perpindah atau baik
berjalan
6. Menganjurkan melakukan aktivitas A : Intoleransi aktivitas teratasi
secara bertahap P : Hentikan intervensi
I :-
E : Klien sudah bisa melakukan aktivitas
secara bertahap
EVIDANCE BASED PRACTICE IN NURSING
Pembahasan:
Oleh:
Berta Katrina Ramadhantya, S.Kep
NIM 202311101143
2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapakan dapat meningkatkan
status kesehatan dan pengetahuan.
2.1.2 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan:
a. Mampu mengetahui terkait bagaimana cara meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
b. Mampu memahami serta menerapkan enam langkah cuci tangan yang
baik dan benar
2.2 Manfaat
2.2.1 Bagi Klien
Dapat menambah pengetahuan bagi keluarga mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat yaitu antara lain dengan cara enam langkah cuci tangan
yang baik dan benar sebagai langkah kecil untuk mencegah terjadinya suatu
penyakit.
BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
Mahasiswa memberikan
reinforcement positif kepada klien
BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN
: Pemateri
: Peserta
: Laptop
BAB V. EVALUASI DAN HASIL
BERITA ACARA
Pada hari ini, Jum’at, 19 Maret 2021 jam 16.00-16.30 WIB Di rumah klien Jl.
Kyai Mojo No. 288 Kanigoro Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur telah
dilaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan cara cuci tangan dengan benar.
DAFTAR HADIR
Kegiatan pendidikan kesehatan, pada hari ini, Jum’at, 19 Maret 2021 jam
16.00-16.30 WIB Di Jl. Kyai Mojo No. 288 Kanigoro Kabupaten Malang
Provinsi Jawa Timur.
: Pemateri
: Peserta
: Laptop
I. Persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu berupa penyiapan materi yang akan
diberikan dan juga membuat leaflet sebagai bantuan media penyampaian
materi.
J. Kegiatan Pendidikan Kesehatan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
K. Evaluasi
a. Peserta diharapkan mengerti mengenai materi penyuluhan
b. Peserta penyuluhan dapat mempraktikkan kembali bagaimana cuci
tangan dengan benar.
Lampiran 4. Materi
CARA CUCI TANGAN
1. PENGERTIAN
Cuci tangan merupakan satu tindakan sanitasi dengan membersihkan
tangan dan jari jemari dengan menggunakan air atau pun cairan lainnya oleh
manusia dengan tujuan agar menjadi bersih
2. MANFAAT CUCI TANGAN
a. Menghindari penularan penyakit
b. Tangan menjadi bebas dari kuman
3. MOMEN CUCI TANGAN
a. Setelah menggunakan kamar kecil dirumah atau ditempat umum
b. Setelah mengunjungi pasien di rumah sakit
c. Sebelum dan setelah makan
d. Sebelum dan setelah mulai memasak makanan, terutama daging, ikan, dan
unggas
e. Sebelum dan sesudah menyentuh kulit yang terluka
f. Setelah mengganti popok bayi
g. Setelah menyentuh bayi muda dan anak-anak
h. Setelah membuang sampah
i. Setelah bersin dan batuk
4. LANGKAH CUCI TANGAN
Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
Waktu yang dibutuhkan 40-60 detik
1. Basahi tangan dengan air
2. Ambil sabun secukupnya dan ratakan diseluruh permukaan tangan
3. Gosok kedua telapak tangan
4. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari bagian luar dengan berlawanan
arah bergantian
5. Gosok sela-sela jari bagian dalam bergantian
6. Gosok punggung jari dengan gerakan setengah memutar bolak-balik
7. Gosok ibu jari dan sela jari telunjuk dan ibu jari bagian bawah dengan
gerakan melingkar bergantian
8. Bersihkan ujung jari dengan menggosokkan ke telapak tangan secara
melingkar
9. Bilas tangan dengan air mengalir
10. Keringkan tangan dengan disposible towel (tissue toilet)
11. Sebelum dibuang gunakan tissue untuk menutup kran
12. Tangan menjadi bersih
Lampiran 5. Media
Lampiran 6. Dokumentasi
STUDI KASUS KEPERAWATAN
Selasa, 16 Maret 2021
NIM : 202311101143
Kelompok : 3C
KASUS 1
Seorang laki-laki 41 tahun dirawat di rumah sakit mengeluh batuk berdahak dan
saat batuk terkadang terasa sesak, lemas, demam, serta nafsu makan menurun.
Sesak yang dirasakan kambuh-kambuhan. Pasien mengatakan memiliki penyakit
asma. Hasil pemeriksaan BB 54 kg, TB 168 cm, pasien tampak lemah, mukosa
bibir kering, turgor kulit menurun, suara nafas wheezing dan ronki di area paru
sebelah kanan dan kiri. TD 130/68 mmHg, HR 113 x/menit, RR 22 x/menit, Suhu
380C, SpO2 96%. Pemeriksaan swab PCR negatif dan foto thorax tampak
konsolidasi di pericardial kanan dan lapangan tengah bawah paru kiri. Pasien
diberikan terapi O2 nasal kanul 4 lpm, terapi nebulizer BB, NaCl drip aminophilin
240 gr/fls, injeksi metilprednisolone 3x125 mg, injeksi metamizole natrium 1 gr,
levofloxacin 1x175 mg dan obat oralnya yaitu salbutamol 3x2 mg. Diagnosis
medis: Pneumonia non COVID-19.
.
KASUS 2
Seorang pasien perempuan 58 tahun dirawat di rumah sakit dengan gangrene pedis
sinistra. Pasien mengatakan nyeri pada luka gangrene di kaki kanan, nyeri dirasakan
sejak 3 bulan yang lalu seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri berkurang bila
pasien rebahan. Setiap malam pasien mengatakan susah tidur dan sering terbangun.
Pasien tampak sering mengerutkan kening, merintih, TD 139/90 mmHg, HR 101
x/mnt, RR 21x/mnt, suhu 37,2 0C, GDA terakhir 210 mg/dL, pasien tampak susah
untuk bergerak karena nyeri. Pasien mendapatkan terapi infus NaCl 1000cc/hari,
injeksi metamizole natrium 3x1 gr, metronidazole 2x500 mg, ondancentron 3x4 mg,
actrapid 3x4 IU, diet DM.
No Kasus Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. DO: Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
pencedera fisiologis (luka keperawatan selama 2x24 jam
- TD : 139/90 mmHg 1. Identifikasi lokasi,
gangrene) d.d pasien diharapkan nyeri klien dapat
- Suhu : 37,2 0C karakteristik, durasi, frekuensi,
mengeluh nyeri, frekuensi menurun dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas nyeri
- Nadi : 101 x/mnt
nadi meningkat, tekanan 2. Berikan teknik non
- RR: 21 x/mnt Tingkat nyeri (L.08066)
darah meningkat, tampak farmakologis untuk
- Pasien tampak
meringis dan sulit tidur Indikator Skala mengurangi rasa nyeri
sering mengerutkan
3. Kolaborasi pemberian
kening, merintih Awal Akhir analgetik
- Pasien tampak susah
bergerak karena Keluhan 2 4
nyeri Pemberian Analgesik (I.08243)
nyeri 1. Monitor TTV sebelum dan
DS: Meringis 2 4 sesudah pemberian analgesic
2. Monitor efektivitas analgesic
Pasien mengatakan Kesulitan 2 4 3. Jelaskan efek terapi dan efek
nyeri pada luka kaki tidur samping obat
kanan 4. Kolaborasi peberian dosis dan
jenis analgesik
P: Nyeri pada luka
gengrene
Q: Nyeri seperti di
tusuk-tusuk
R: Nyeri di daerah
kaki kanan yang
terdapat luka
gengrene
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri sejak 3 bulan
lalu, tetapi berkurang
saat digunakan
istirahat
Setiap malam pasien
mengatakn susah tidur
dan sering terbangun
2. DO: Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
kulit/jaringan b.d penurunan keperawatan selama 3 x 24 jam (I.11353)
- TD : 139/90 mmHg
mobilitas d.d adanya luka integritas kulit dapat 1. Anjurkan minum air yang
- Suhu : 37,2 0C cukup
gangrene dan nyeri pada meningkat dengan kriteria
- Nadi : 101 x/mnt 2. Anjurkan meningkatkan
luka gangren hasil:
- RR: 21 x/mnt asupan nutrisi
- Terdapat luka Integritas Kulit (L.14125) 3. Anjurkan menghindari
gangren terpapar suhu ekstrim
Indikator Skala
DS: Perawatan Luka (I.14564)
Awal Akhir
Pasien mengatakan 1. Monitor karakteristik luka
Kerusakan 2 4 2. Monitor tanda-tanda infeksi
nyeri pada luka
lapisan 3. Jelaskan tanda dan gejala
gangren di kaki kanan infeksi
kulit
4. Anjurkan mengkonsumsi
Kerusakan 2 4 makanan tinggi kalori dan
jaringan protein
3. DO : Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur (I.05147)
nyeri d.d mengeluh sulit keperawatan selama 2x24 jam
- TD : 139/90 mmHg 1. Identifikasi pola aktivitas dan
tidur dan sering terbangun diharapkan gangguan pola
- Suhu : 37,2 0C tidur
tidur klien dapat menurun
- Nadi : 101 x/mnt 2. Identifikasi factor
dengan kriteria hasil:
- RR: 21 x/mnt pengganggu tidur
Pola Tidur (L.05045) 3. Lakukan prosedur untuk
DS:
meningkatkan kenyamanan
Indikator Skala
- Setiap malam pasien
Edukasi Aktivitas / Istirahat
mengatakan susah Awal Akhir
(I.12362)
tidur dan sering
terbangun Keluhan 2 4 1. Identifikasi kesiapan
sulit menerima informasi
tidur 2. Sediakan materi dan media
Keluhan 2 4 pengaturan istirahat
sering 3. Anjurkan menyusun jadwal
terjaga istirahat
4. DO: Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi Dukungan Ambulasi (I.06171)
b.d nyeri d.d pasien tampak keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor kondisi umum
- TD : 139/90 mmHg selama melakukan ambulasi
susah bergerak diharapkan mobilitas fisik
- Suhu : 37,2 0C 2. Identifikasi toleransi fisik
klien dapat meningkat dengan
- Nadi : 101 x/mnt melakukan ambulasi
kriteria hasil:
- RR: 21 x/mnt 3. Ajarkan ambulasi
- pasien tampak susah sederhana (berjalan sesuai
untuk bergerak Mobilitas Fisik (L.05042) toleransi)
4. Libatkan keluarga
DS: Indikator Skala untuk membantu pasien
- Pasien mengatakan Awal Akhir
nyeri pada luka Dukungan Mobilisasi (I.05173)
gangrene di kaki Pergerakan 2 4
ekstremitas 1. Identifikasi toleransi
kanan fisik melakukan
Rentang 2 4 pergerakan
gerak
2. Ajarkan mobilisasi sederhana
Nyeri 2 4 (duduk, berjalan)
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien
EVIDENCE BASED PRACTICE IN NURSING
KASUS 3
Seorang pasien laki-laki usia 21 tahun dirawat diruang penyakit infeksi karena
nyeri di sekitar ulu hati dan demam. Pasien mengatakan diare sejak 3 minggu
sebelum MRS. Pasien mual-mual dan nafsu makan menurun. Hasil pemeriksaan
positif HIV, BB 48 kg, TB 170 cm, pasien tampak lemas, mukosa bibir kering,
kulit tampak kering, turgor kulit 2 detik, TD 90/65 mmHg, HR 86 x/menit, RR
19 x/menit, Suhu 390C. Pasien mendapatkan terapi infus RL 1500 cc/hari,
ceftriaxone 3x1 gr, omeperazole 3x4 mg.
No Kasus Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1. DO: Hipovelemia b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia
kekurangan intake cairan keperawatan selama 3x24 jam (I.03116)
- TD : 90/65 mmHg
d.d tekanan darah menurun, diharapkan hipovolemia klien
- Suhu : 390C 1. Periksa tanda dan gejala
turgor kulit menurun, dapat membaik dengan kriteria
- Nadi : 86 x/mnt hipovolemia
membran mukosa kering, hasil: 2. Monitor intake dan output
- RR: 19 x/mnt
merasa lemas, suhu tubuh cairan
- Pasien tampak lemas Status Cairan (L.03028)
meningkat. 3. Anjurkan memperbanyak
- Mukosa bibir kering
Indikator Skala asupan cairan oral
- Kulit tampak kering
- Turgor kulit 2 Awal Akhir Pemantauan Tanda Vital
detik (I.02060)
- Terapi infus RL Tekanan 2 4
darah 1. Monitor tekanan darah
1500 cc/hari 2. Monitor suhu tubuh
Membran 2 4 3. Atur interval pemantauan
DS:
mukosa sesuai kondisi pasien
Pasien merasa mual-
mual dan nafsu makan Intake 2 4
menurun cairan
Suhu 2 4
tubuh
2. DO: Defisit nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)
psikologis d.d nafsu makan keperawatan selama 3x24 jam
- TD : 90/65 mmHg 1. Monitor asupan makanan
menurun, mukosa bibir diharapkan status nutrisi klien
- Suhu : 390C 2. Monitor berat badan
kering, diare dapat membaik dengan kriteria
- Nadi : 86 x/mnt 3. Berikan suplemen makanan,
hasil:
- RR: 19 x/mnt jika perlu
- IMT : 16,2 Status Nutrisi (L.03030)
Manajemen Diare (I.03101)
- Nyeri disekitar ulu
Indikator Skala
hati 1. Monitor jumlah pengeluaran
- Mukosa bibir kering Awal Akhir diare
2. Berikan asupan cairan oral
DS: IMT 2 4 3. Anjurkan makanan porsi kecil
- Pasien merasa Diare 2 4 dan sering secara bertahap
mual dan nafsu
makan menurun Porsi 2 4
- Pasien mengatakan makan
diare sejak 3 yang
minggu sebelum dihabiskan
MRS
3. DO: Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertermia
penyakit d.d suhu tubuh keperawatan selama 3x24 jam (I.15506)
- TD : 90/65 mmHg
diatas nilai normal diharapkan hipertermia klien
- Suhu : 390C 1. Monitor suhu tubuh
dapat membaik dengan kriteria
- Nadi : 86 x/mnt 2. Sediakan lingkungan yang
hasil:
- RR: 19 x/mnt dingin
3. Longgarkan atau lepaskan
DS: Termoregulasi (L.14134) pakaian
4. Berikan cairan oral
- Pasien merasa Indikator Skala
demam Regulasi Temperatur (I.14578)
Awal Akhir
1. Monitor warna dan suhu kulit
Suhu 2 4 2. Tingkatkan asupan cairan dan
tubuh nutrisi yang adekuat
Suhu 2 4 3. Sesuaikan suhu lingkungan
kulit dengan kebutuhan pasien
EVIDENCE BASED PRACTICE IN NURSING
Author : Yuniarti, Martalena Br Purba, Retno Pangastuti (2013)
Presensi kehadiran
08.00 WIB
pagi
Ny. C
TD : 125/70 mmHg
N : 63 x/menit
S : 40,3 °C
RR : 20 x/menit
09.00-15.00 Penyusunan
WIB Laporan
Pendahuluan
15.00-15.30 Mengerjakan
WIB logbook
08.08 Presensi
WIB kehadiran pagi
08.15- 1. Orientasi
09.20 penugasan
WIB 2. Pre
Conference
3. Pembahasan
Laporan
pendahuluan
10.00- Melakukan
10.30 kegiatan
WIB kompetensi
mandiri:
mengukur TTV
dan Pengkajian
Fisik
10.40- Mengerjakan
14.30 Studi Kasus 1
WIB
16.00 Presensi
WIB kehadiran sore
11.00- Melaksanakan
11.30 WIB implementasi asuhan
keperawatan pada
pasien kelolaan
Presensi kehadiran
08.00 WIB
pagi
09.50-10.20 Melaksanakan
WIB implementasi asuhan
keperawatan pada
pasien kelolaan
14.30-15.15 Mengerjakan
WIB Logbook hari ke 5
Presensi kehadiran
08.00 WIB
pagi
Melakukan kegiatan
08.00-08.10
kompetensi mandiri:
WIB
bed making
Melaksanakan
08.10-09.00 implementasi asuhan
WIB keperawatan pada
pasien kelolaan
14.30-15.15 Mengerjakan
WIB Logbook hari ke 6