OLEH: KELOMPOK 3
PRODI S1 AKUNTANSI
JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
1. RUANG LINGKUP HAK CIPTA
Hak cipta pertama kali diatur dalam Auteurswet 1912 yang kemudian berubah sejak
dikeluarkannya UU No. 6 Tahun 1982. Undang-Undang ini mengalami beberapa kali
perubahan. Perubahan ini tidak lepas dari keberadaan Indonesia sebagai anggota WTO,
yang mana RUU Hak Cipta ini disetujui menjadi Undang-Undang oleh DPR RI pada 23
September 2014 berikut riwayat perubahannya:
UU No. 6 Tahun 1982 UU No. 7 Tahun 1987 UU No. 12 Tahun 1997 UU No. 19
Tahun 2002 UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Setelah beberapa kali mengalami perubahan, terdapat beberapa pokok materi baru dalam
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, diantaranya:
1. Perlindungan hak cipta dilakukan dengan waktu lebih Panjang seumur hidup dan 70
tahun sesudah pencipta meninggal.
2. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta dan atau pemilik
hak terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi dalam bentuk jual putus
(sold flat); di mana hak ciptanya beralih kembali kepada pencipta pada saat perjanjian
tersebut mencapai jangka waktu 25 tahun.
3. Hak cipta sebagai denda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan
fidusia.
4. Penggunaan hak cipta dan hak terkait dalam sarana multimedia untuk merespons
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait menjadi anggota Lembaga
Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau royalti.
6. Pencipta dan atau pemilik hak terkait mendapat imbalan royalti untuk ciptaan atau
produk hak terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan digunakan secara
komersial.
7. Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat penjualan dan atau
pelanggaran hak cipta dan atau hak terkait di pusat ttempat perbelanjaan yang
dikelolanya.
8. Perlindungan negara terhadap Ekspresi Budaya Tradisional dan Hak Cipta atas ciptan
yang penciptanya tidak diketahui.
9. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak
ekonomi pencipta dan pemilik hak terkait wajjib mengajukan permohonan izin
operasional kepada Menteri.
10. Menteri diberikan kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah dicatatkan,
ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, serta ketentuan perauran
perundang-undangan.
11. Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase, atau
pengadilan, serta penerapan dalik aduan untuk tuntutan pidana.
12. Terhadap setiap pembajakan hak cipta diberikan sanksi pidana lebih berat dan paling
lama 10 tahun dan denda yang lebih besar atau denda sebanyak Rp 4.000.000.
Hak cipta meliputi bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang mencakup semua
karya tulis atau hasil pengalihwujudan, karya yang diucapkan, seni film, dan karya musikal
termasuk seni dalam segala bentuknya.
Dalam Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2014, bagian definisi juga diatur lebih banyak hal
seperti: definisi atas fiksasi, fonogram, penggandaan, royalti, Lembaga Manajemen Kolektif
(LMK), pembajakan, penggunaan secara komersial, ganti rugi, dan sebagainya. Dalam UU
ini juga dijelaskan lebih detail mengenai apa itu hak cipta.
1. Beberapa Pengertian
Dalam Pasal 1 UU No 28 Tahun 2014, hak cipta merupakan hak ekslusif
pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah
suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pencipta adalah seseorang/beberapa orang yang secara Bersama-sama atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam
bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya
dalam ilmu pengetahuan, seni, atau sastra. Keaslian ini maksudnya bagaimana
pencipta mampu menunjukkan kekuatan original expression of ideas yang
hanya dimilikinya dan dilaksanaka dalam bentuk yang riil dan nyata. Bisa juga
dikatakan bahwa perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau
gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi,
dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan
kemampuan, kreativitas, atau keahlian sehingga ciptaan itu dapat dilihat,
dibaca, atau didengar.
Pemegang hak cipta adalah peilik sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang
menerima hak tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih
lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.
Karya kolektif adalah karya dengan multi pengarang yaitu karya orisinal
digabung dengan materi yang sebelumnya sudah ada. Masing-masig
pengarang memiliki hak untuk memakai hak cipta untuk kepentingannya dan
tidak mengenyampingkan yang lain dalam pemakaian hak cipta.
Pelaku pertunjukan adalah seseorang/beberapa orang yang secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama menampilkan dan mempertunjukkan suattu ciptaan.
2. Penggandaan
Merupakan proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu Salinan. Ciptaan dan atau
fonogram atau lebih dengan cara dandan dalam bentuk apa pun, secara permanen atau
sementara.
3. Fiksasi
Merupakan perekaman suara yang dapat didengar, perekam gambar atau keduanya
yang dapat didengar, dilihat, digandakan, atau dikomunikasikan melalui perangkat
apapun.
4. Fonogram
Merupan fiksasi suara pertunjukan/suara lainnya/representasi suara yang tidak
termasuk bentuk fiksasi yang tergabung dalam sinematografi atau ciptaan audiovisual
lainnya.
5. Royalti
Merupakan imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau pouk hak
terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait.
6. Lembaga Manajemen Kolektif
Merupakan suatu institusi yang berbentuk badan hokum nirlaba yang diberi kuasa
oleh pencipta, pemegang hak cipta dan atau pemilik hak terkait guna mengelola hak
ekonominya dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti.
7. Pembajakan
Merupakan suatu tindakan penggandaan ciptaan dan atau produk hak terkait secara
tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk
memperoleh keuntungan ekonomi.
8. Penggunaan Secara Komersial
Merupakan tindakan pemanfaatan ciptaan dan atau produk hak terkait dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai sumber atau berbayar.
Masih terkait dengan hak cipta sebagai benda bergerak, dalam UU No 19 Tahun 2002
tidak diataur mengenai hak cipta sebagai jaminan. Akan tetapi, pasal 16 ayat 3 UU No 28
Tahun 2014 dikatakan bahwa hak cipta adalah benda bergerak tidak berwujud yang dapat di
jaminkan dengan jaminan fidusia.
a. Ciptaan dalam Hubungan Dinas
Hasil ciptaan yang dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam lingkungan
pekerjaan pemegang hak ciptanya adalah pihak yang untuk dan dalam dinasnya
ciptaan tersebut dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain oleh kedua belah pihak,
dengan tidak mengurangi hak pencipta apabila penggunaan ciptaan itu diperluas
sampai keluar hubungan dinas.
b. Badan Hukum sebagai Pemilik Hak Cipta
Demikian juga menurut ketentuan pasal 37 UU No 28 Tahun 2014, jika badan hokum
mengumumkan bahwa ciptaannya berasal daripadanya dengan tidak menyebut
seseorang sebagai penciptanya, badan hokum tersebut dianggap sebagai penciptanya,
kecuali jika terbukti sebaliknya. Hak-hak tersebut berlaku selama 50 tahun sejak
pertama kali diumumkan (pasal 53 (3) UU No 28 Tahun 2014).
c. Hak Cipta Atas Potret
Bagi pemegang hak cipta atas potret dimungkinkan untuk memperbanyak jika
mendapat izin orang yang dipotret atau ahli warisnya dan diberikan perlindungan
untuk masa berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman
(pasal 59 UU No 20 Tahun 2014), termasuk bila potret yang memuat dua orang atau
lebih harus meminta izin dari yang lainnya. Untuk potret tanpa izin pemegang hak
cipta tidak boleh mengumumkannya, bila bertentangan dengan kepentidan yang wajar
dari orang yang dipotret.
Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta yang lebih panjang, dalam pasal 29
ayat (1) UU No. 19 Tahun 2002, disebutkan bahwa jangka waktu perlindungan hak cipta
adalah selama hidup pencipta dan berlangsung hingga 50 Tahun setelah pencipta meninggal
dunia, sedangkan dalam UU No. 28 Tahun 2014, masa berlaku hak cipta dibagi menjadi 2
yaitu masa berlaku hak moral dan hak ekonomi.
1. Hak moral
Hak moral pencipta untuk:
a. Tetap mencantumkan atau tidak namanya pada Salinan sehubungan dengan
pemakaian ciptaanya untuk umum.
b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya.
c. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distori ciptaan, mutilasi ciptaan,
modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya, berlaku tanpa batas waktu (pasal 57 ayat (1) UU No.28 Tahun
2014). Adapun hak moral untuk:
Mengubah ciptaanya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.
2. Hak Ekonomi
Kemudian untuk hak ekonomi atas ciptaan, erlindngan hak cipta berlaku selama hidup
pencipta dan terus berlangsng selama 70 Tahun setelah pencipta meninggal dunia,
dihitung mulai tanggal 1 januari tahun berikut (pasal 58 ayat (1) UU No.28 Tahun 2014).
Adapun jika hak cipta tersebut dimiliki oleh badan hukum, maka berlaku selama 50 tahun
sejak pertama kali dilakukan pengumuman. Perlindungan sebagaimana diatur dalam pasal
58 tersebut hanya berlaku bagi ciptaan berupa:
a. Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lain;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;
d. Lagu atau music dengan dan tanpa teks;
e. Drama, drama musiKal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,
seni pahat, patung, dan kolae;
4. HAK TERKAIT
Menurut ketentuan pasal 20 UU No. 28 Tahun 2014, Hak Terkait sebagaimana
dimaksud dalam pasal b huruf 3 merupakan hak ekslusif yang meliputi:
a. Hak moral pelaku pertunjukkan; yang diberikan perlindungan tanpa batas waktu
(pasal 57).
b. Hak ekonomis pelaku pertunjukan; diberi perlindungan dan berlaku selama 50 tahun
sejak pertunjukannya difikasi (pasal 63).
c. Hak ekonomis produser fonogram; diberi perlindungan dan berlaku selama 50 tahun
sejak fonogramnya difiksasi (pasal 63).
d. Hak ekonomis lembaga penyiaran, diberi perlindungan dan berlaku selama 20 tahun
sejak karya siarannya pertama kali disiarkan (pasal 63).
5. CIPTAAN DEVIRATIF
Ciptaan deviratif adalah karya aturunan yang didasarkanatas salah satu atau beberapa
karya terdahulu yang menggambarkan pengarang orisinal, seperti terjemahan, aransemen
musik, dramatisasi, fiksionalisasi, film, recording, dan lain-lain. Dalam ciptaan deviratif
pemegang hak cipta mempunyai hak untuk mengecualikan orang atas karya kreatif dari
daya ciptaannya sendiri.
Biasanya, peniruan karya tulis dapat berbentuk peniruan kata demi kata, peniruan tanpa
pengambilan kata-kata (persamaan substansi kedua karya tulis, akses, penggugat harus
menunjukkan karya tergugat sama dengan karyanya). Disini tergugat dapat melakukan
pembelaan:
a. Kekuraa daya hak cipta dari karya penggugat.
b. Kekurangan orisilnalitas dari ekspresi.
c. Kekurangan kesamaan substansial.
d. Fair use (pemakaian yang layak).
1. Masalah Pembuktian
Dalam kasus penyelenggaraan hak cipta, bukti langsung dari plagiarism adalah jarang
sekali ditemukan, biasanya pembuktian pelanggaran hak cipta dilakukan melalui
pembuktian akses maupun kesamaan substansial, yaitu suatu metode pembuktian dari
pemeriksaan kata demi kata, karena biasanya pelanggaran terjadi dalam dua tahap prose:
membuktikan terjadinya peniruan dan apakah hal tersebut di dalam hal-hal yang tidak
diizinkan.
3. Sifat Pekerjaan
a. Tergantung dari kaitannya dengan faktor efek ekonomis dari pemakaian hak cipta
tersebut.
b. Potensi pengaruh ekonomis bersama faktor-faktor lainnya menentukan doctrine of
fair use.
c. Jumlah proposional dan substansi pemakaian, sifat peniruan kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Saliman, Abdul R. 2015. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori Dan Contoh Kasus Edisi
Kelima. Jakarta: Prenadamedia Group