Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No.

1, 2020

Formulasi dan Evaluasi Sediaan Emulgel dari Ekstrak Kulit Buah Naga
Merah (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton & Rose) dengan Kombinasi
Gelling Agent
Rina Wahyuni1*, Henni Rosaini1, Indra Makmur1,Feni Azwar1
1
Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang, Indonesia
*E-mail: hauraarya@stifarm-padang.ac.id

Abstrak
Kulit buah naga merah (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton & Rose) diduga mengandung senyawa-senyawa
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasi sediaan emulgel ekstrak etanol kulit buah naga merah dan bagaimana pengaruh pemberian
ekstrak etanol dari kulit buah naga sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Ekstrak etanol dibuat dalam 5 formula masing-masing formula mengandung ekstrak etanol sebanyak 1% dan
masing-masing formula mengandung kombinasi gelling agent yang berbeda-beda. Klindamysin digunakan
sebagai kontrol positif dan CMC 1% digunakan sebagai kontrol negatif. Parameter yang diamati adalah luasnya
diameter zona hambat. Data yang diperoleh dianalisis secara dekriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak kulit buah naga merah dapat menghambat pertumbuhan antibakteri sebanyak 6,18 mm hanya pada
formula IV dan dikategorikan sedang.
Kata Kunci : Kulit Buah Naga Merah; Emulgel; Antibakteri.

Abstract
The skin of red dragon fruit (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton & Rose) is thought to contain compounds that
can inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. This study aims to formulate the emulgel preparation
of ethanol extract of red dragon fruit peels and how the effect of ethanol extract from dragon fruit peel can
inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. Ethanol extract was made in 5 formulas, each formula
contained 1% ethanol extract and each formula contained a different combination of gelling agents.
Clindamycin was used as a positive control and CMC 1% was used as a negative control. The parameter
observed was the width of the inhibition zone diameter. The data obtained were analyzed descriptively. The
results showed that red dragon fruit peel extract could inhibit antibacterial growth of 6.18 mm only in formula
IV and was categorized as medium.
Keywords : Skin of Red Naga Fruit; emulgel; antibacteria

PENDAHULUAN sediaan yang berasal dari alam sendiri


yang dapat memberikan efek terapi yang
Trend masyarakat untuk signifikan pada penyakit tertentu. Baik itu
membiasakan hidup sehat semakin pada penyakit yang terdapat di dalam
bertambah seiring bertambahnya waktu. tubuh maupun di luar tubuh (kulit).
Berbagai kampanye dengan tema “back to Penyakit bisul dan eksim dapat disebabkan
nature” semakin banyak ditemui, terlebih oleh bakteri Staphylococcus aureus.
dengan kondisi perubahan iklim global. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan
Hal ini menjadikan sesuatu yang sifatnya salah satu bakteri yang dapat
alami seperti obat-obatan alami, pertanian menyebabkan bermacam – macam infeksi
organik, bahan aditif alami cenderung termasuk bisul dan jerawat (Darwis et al.,
lebih disukai oleh masyarakat 2009).
dibandingkan produk-produk kimia. Buah naga merah (Hylocereus
Banyak masyarakat yang lemairei (Hook.) Britton & Rose)
berlomba-lomba untuk membuat suatu merupakan salah satu buah famili Cactacea

9
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

yang berasal dari Amerika Latin dan mulai Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
banyak dikembangkan di Indonesia. Kulit sampai September 2019 di Laboratorium
buah naga merah yang berwarna merah Teknologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu
atau merah violet merupakan sumber Farmasi (STIFARM) Padang,
pigmen betalain. Betalain adalah pigmen Laboratorium Sentral Sekolah Tinggi Ilmu
kelompok alkaloid yang larut air, pigmen Farmasi (STIFARM) Padang,
bernitrogen, dan merupakan pengganti Laboratorium Mikrobiologi Kopertis
antosianin pada sebagian besar family Wilayah X Padang, Herbarium Andalas
tanaman ordo Caryophyllales (Faridah et jurusan Biologi Fakultas Matematika dan
al., 2015). Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Berdasarkan penelitian yang telah Universitas Andalas (UNAND) Padang.
dilakukan oleh (Suhartati et al., 2017)
bahwa ekstrak etanol kulit buah naga Alat
merah terdapat senyawa – senyawa yang Alat yang digunakan dalam penelitian ini
dapat menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain: rotary evaporator (IKA Hb 10),
senyawa tersebut yaitu saponin, tanin, dan mortar (Grodwn), stamfer, batang
alkaloid. Penelitian yang dilakukan oleh pengaduk, cawan petri (Duroplan), cawan
(Amalia et al., 2014) juga membuktikan penguap, sudip, gelas ukur (Iwaki), pipet
bahwa fraksi n-heksan kulit buah naga tetes (Iwaki), corong (Iwaki), timbangan
merah memiliki aktivitas antibakteri pada analitik (PrecisaXB 220A), kaca objek
Staphylococcus aureus. (Iwaki), botol kaca (Merch), pH meter
Salah satu sediaan farmasi yang (Macherey nagel), becker glass (Iwaki),
sedang berkembang untuk penggunaan botol kaca (Merck).
topikal adalah dalam bentuk emulgel.
Emulgel sendiri merupakan sediaan emulsi Bahan
tipe minyak/air atau air/minyak yang Bahan yang digunakan dalam penelitian
digelkan dengan adanya penambahan ini antara lain kulit buah naga merah
gelling agent. Menurut (Khasanah, 2016) (Hylocereus lemairei (Hook,) Britton &
sediaan emulgel minyak dalam air Rose), Metil paraben (Bratachem), Propil
memiliki tingkat penerimaan pasien atau paraben (Bratachem), etanol 70%
konsumen yang tinggi karena mempunyai (Bratachem), aquadest (Bratachem),
keuntungan baik dari segi emulsi maupun Bakteri Staphylococcus aureus,
gel. Dalam penggunaan dermatologis, propilenglikol (Bratachem), karbopol 940
emulgel memiliki sifat yang (Bratachem), poloxamer 188 (Bratachem),
menguntungkan yaitu bersifat tiksotropis, tween 80 (Bratachem), span 80
tidak berminyak, mudah merata, emolien, (Bratachem), Na CMC (Bratachem),
larut air, dapat disimpan dalam jangka Nutrient Agar (Merck).
waktu yang lama, ramah lingkungan,
transparan, dan memiliki penampilan Prosedur Penelitian
organoleptis yang baik.
Berdasarkan penelitian yang telah Pengambilan Sampel
dilakukan maka peneliti tertarik Sampel yang digunakan dalam
memformulasikan kulit buah naga merah penelitian ini adalah buah naga merah
sebagai senyawa antibakteri untuk (yang diambil kulitnya) yang terdapat di
mencegah penyakit infeksi oleh bakteri daerah perkebunan Sawahlunto, Sumatera
Staphylococcus aureus dalam bentuk Barat.
emulgel. Determinasi Sampel
METODE Kulit Buah Naga Merah
dideterminasi di Herbarium Universitas
Waktu dan Tempat Penelitian Andalas (ANDA) jurusan Biologi FMIPA

10
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Universitas Andalas, Padang, Sumatera metanol : asam asetat 6:4 (v/v). Eluen
Barat. dimasukkan kedalam chamber hingga
jenuh. Ekstrak sebanyak 100 mg hasil
Penyiapan Sampel ekstraksi dilarutkan dengan etanol 80%
Sampel daun belimbing wuluh dan HCl 1% sebanyak 5 mL, kemudian
dicuci bersih, dirajang, dikeringkan dan ditotolkan sepanjang plat pada jarak 2 cm
diblender hingga halus (Departemen dari garis bawah dan 2 cm dari garis tepi
Kesehatan Indonesia,1985). atas. Selanjutnya dielusi dengan
menggunakan eluen metanol : asam asetat
Pembuatan Ekstrak Kental Kulit Buah (6:4). Setelah gerakan larutan pengembang
Naga Merah sampai pada garis batas, elusi
Ekstrak dibuat dari serbuk kering diberhentikan. Noda yang terbentuk
simplisia dengan cara maserasi masing-masing diukur harga Rf. Noda-
menggunakan pelarut yang sesuai (etanol noda diperiksa dibawah sinar UV pada
70%). Sebanyak 100 gram serbuk kering panjang gelombang 254 & 366 nm
simplisia dimasukkan ke dalam maserator (Pangesty, 2018).
dan tambahkan 1 liter etanol 70% sampai
simplisia terendam sempurna, kemudian Pembuatan Emulgel Ekstrak Kulit
dibiarkan selama 6 jam pertama sambil Buah Naga Merah
sekali-kali diaduk dan didiamkan selama
18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara 1) Pembuatan Emulsi
filtrasi menggunakan kain flanel. Proses Fase minyak emulsi dibuat dengan cara
penyarian dilakukan sekurang-kurangnya dilarutkan span 80 dan ekstrak cair ke
dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut dalam paraffin cair (A). Fase air emulsi
yang sama. Kemudian semua maserat dibuat dengan cara tween 80 dilarutkan ke
dikumpulkan dan diuapkan dengan vakum dalam air suling (B). Metil paraben dan
atau penguap tekanan rendah hingga propil paraben dilarutkan ke dalam
diperoleh ekstrak kental. Setelah itu propilenglikol (C). Dimasukkan fase C ke
menghitung rendemen yang diperoleh dalam fase B (D). Fase A dan D
yaitu persentase bobot (b/b) antara berat dipanaskan secara terpisah hingga
ekstrak dengan bobot serbuk simplisia mencapai suhu 70-800C. Fase A
yang digunakan dengan penimbangan dimasukkan ke dalam fase D kemudian
(Departemen Kesehatan Republik diaduk terus hingga mencapai suhu
Indonesia, 2008). ruangan.
Rendemen simplisia dihitung
dengan rumus: 2) Pembuatan Gel
Gel dibuat dengan cara masing-masing
% Rendemen : × 100%
karbopol 940, poloxamer 188, dan Na
Karakterisasi simplisia CMC dilarutkan ke dalam air suling
dengan pengadukkan konstan.
Uji karakterisasi meliputi organoleptis, Ditambahkan TEA 3-4 tetes untuk
identitas, penentuan kadar air, kadar abu karbopol 940 dan poloxamer 188 kecuali
total, kadar abu tidak larut asam untuk formula yang menggunakan Na
(Departemen Kesehatan Republik CMC.
Indonesia,2010).

Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 3) Pembuatan Emulgel


Pemisahan pigmen pada ekstrak Emulsi dan gel yang telah jadi
dan pembanding menggunakan KLT dicampurkan dengan perbandingan 1:1
berdasarkan metode termodifikasi milik. hingga terbentuk sediaan emulgel.
Disiapkan eluen KLT dengan campuran

11
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Evaluasi Sediaan yaitu dalam interval 4,5-6,5 (Tranggono et


a. Uji Organoleptis al, 2007).
Uji organoleptis dilakukan untuk d. Uji daya sebar
melihat tampilan fisik dengan cara Uji daya sebar dilakukan untuk
melakukan pengamatan terhadap bentuk, menjamin pemerataan emulgel saat
warna dan bau dari sediaan yang telah diaplikasikan pada kulit yang dilakukan
dibuat (Anief, 2008). segera setelah emulgel dibuat. Emulgel
b. Uji Homogenitas ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian
Jika dioleskan pada sekeping kaca atau diletakkan di atas cawan petri. Di atas
bahan transparan lain yang cocok harus emulgel diletakkan cawan petri lain dan
menunjukkan susunan yang homogen pemberat 150 g, didiamkan 1 menit,
(Departemen Kesehatan republik kemudian dicatat diameter penyebarannya.
Indonesia, 1979). Daya sebar gel yang baik antara 5-7 cm
c. Uji pH (Garg et al, 2002).
Penentuan pH sediaan dilakukan e. Uji Tipe Emulsi
kalibrasi dengan menggunakan stik pH Dilakukan dengan menggunakan
meter yang dicelupkan ke dalam sampel metode pengenceran dimana emulsi yang
emulgel yang telah diencerkan dengan telah dibuat dimasukkan ke dalam cawan,
aquadest secukupnya. Setelah tercelup kemudian diencerkan dengan ditambahkan
dengan sempurna, pH meter tersebut air. Jika emulsi dapat diencerkan maka
dilihat perubahan warnanya dan emulsi adalah minyak dalam air (Nonci et
dicocokkan dengan standar pH meter. al., 2016).
Nilai pH yang memenuhi kriteria pH kulit

Tabel 1. Formulasi Emulgel Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton &
Rose)
Formula (%)*
Fungsi
Bahan F1 F2 F3 F4 F5

Ekstrak kulit buah naga merah 1 1 1 1 - Zat Aktif


Karbopol 940 1 1 - 1 1 Gelling agent
Poloxamer 188 17,5 - 17,5 17,5 17,5 Gelling agent
Na. CMC - 1 1 1 1 Gelling agent
Paraffin Cair 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 Pembawa
Tween 80 1 1 1 1 1 Emulsifier
Span 80 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 Emulsifier
Propilenglikol 5 5 5 5 5 Pembawa/
Humectant
Metil Paraben 0,018 0,018 0,018 0,018 0,018 Pengawet
Propil Paraben 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 Pengawet
Air Suling ad 100 100 100 100 100 Pelarut
*Masing – masing formula dibuat untuk 100 mL

Uji Antibakteri Alat-alat gelas seperti tabung


reaksi, gelas ukur, pipet tetes, becker glass,
Sterilisasi Alat labu ukur, cawan petri, dan erlemeyer
ditutup mulutnya dengan kapas steril dan

12
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

dibalut dengan kain kassa steril lalu Larutan H2SO4 0,36 N sebanyak
dibungkus dengan kertas perkamen. 99,5 mL dicampurkan dengan larutan
Kemudian disterilkan semuanya dalam BaCl.2H2O 1,175% sebanyak 0,5 mL
autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan dalam erlemeyer. Kemudian dikocok
15 lbs selama 15 menit (Atlas, 2010). Alat- sampai terbentuk larutan yang keruh.
alat aluminium seperti jarum ose, pinset Kekeruhan ini dipakai sebagai standar
dan spatel disterilkan menggunakan api kekeruhan bakteri uji (Muljono et al.,
langsung dan media disterilkan dalam 2016).
autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit. Laminar Air Flow (LAF) Pembuatan Suspensi Bakteri Uji
dibersihkan dari debu lalu disemprotkan Biakkan bakteri yang berumur 24 jam
dengan etanol 70% dibiarkan selama 15 diambil dari agar miring 2 ose, koloni
menit, dan disterilkan dengan menyalakan bakteri uji disuspensikan ke dalam 10 mL
lampu UV selama 5 menit sebelum natrium klorida 0,9% steril dalam tabung
digunakan. Semua pengerjaan dilakukan reaksi steril, kemudian dihomogenkan.
dengan teknik aseptis (Dwidjoseputro, Konsentrasi atau kekeruhannya
1987). diseragamkan dengan menggunakan
standar Mc. Farland (Muljono et al.,
Peremajaan Bakteri 2016).
Bakteri murni diambil dengan
jarum ose steril, lalu ditanamkan ke media Uji Daya Hambat Antibakteri Uji Daya
agar miring dengan cara menggoreskan Hambat Antibakteri dengan metode difusi
menggunakan jarum ose. Kemudian cara sumuran. Media Nutrient Agar (NA)
diinkubasi dalam inkubator pada suhu yang telah disterilkan dengan autoklaf
370C selama 24 jam (Muljono et al., selama 15 menit pada tekanan 1 atm dan
2016). pada suhu 1210C, kemudian secara aseptis
dicampurkan dengan suspensi bakteri uji
Pembuatan Media Nutrient Agar (Na) dengan perbandingan 1:3 (bakteri : media).
Media NA terdiri dari ekstrak Media yang sudah bercampur bakteri uji
daging 3 g, agar 12 g, dan pepton 5 g. dituang ke dalam cawan petri steril masing
Medium Nutrient agar ditimbang – masing 10 mL, dan dibiarkan memadat.
sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke Media padat yang bercampur bakteri uji,
dalam erlemeyer lalu ditambahkan air dibuat sumuran dengan menggunakan
suling steril hingga 250 mL. Kemudian pipet tetes yang berukuran 5 mm. Pada
campuran ini dihomogenkan dan sumuran tersebut dilakukan berbagai uji,
dipanaskan di atas hot plate sambil diaduk untuk mengetahui aktivitas penghambatan
dengan batang pengaduk sampai mendidih. larutan uji terhadap bakteri uji. Larutan uji
Media tersebut disterilkan dalam autoklaf yang digunakan adalah, sediaan emulgel
pada suhu 1210C dengan tekanan 15 lbs ektrak etanol kulit naga merah dengan F1,
selama 15 menit. Nutrient agar kemudian F2, F3, F4, dan F5 serta klindamisin gel
dimasukkan ke dalam beberapa tabung dengan konsentrasi 1% yang digunakan
reaksi dengan jumlah yang telah sebagai kontrol positif, dan larutan CMC
ditentukan, tabung yang telah berisi agar 1% yang digunakan sebagai kontrol
diletakkan pada kemiringan 30-450. Harus negatif. Masing – masing larutan uji
diperhatikan bahwa agar tidak boleh diinjeksikan sebanyak 25 µL ke dalam
menyentuh tutup tabung. Biarkan agar cawan petri yang berisi 10 mL media
menjadi dingin dan keras (Lay, 1994). Nutrient Agar bercampur bakteri, dan
dilakukan inkubasi selama 24 jam pada
Pembuatan Suspensi Standar 0,5 Mc. suhu 370C dalam inkubator. Hasil inkubasi
Farland akan menunjukkan adanya koloni bakteri

13
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

uji dan zona bening disekitar sumuran, diperoleh nilai Rf adalah 0,5 untuk
yang menandakan adanya efek noda pembanding betasianin, untuk
penghambatan larutan uji terhadap bakteri nodasampel diperoleh 0,5.
uji. Zona bening yang ada merupakan zona 5. Hasil evaluasi sediaan emulgel ekstrak
hambat, dapat diukur dengan menggunkan kulit buah naga merah:
jangka sorong (Dewi, 2010). a. Hasil uji organoleptis sediaan
emulgel ekstrak kulit buah naga
HASIL DAN PEMBASAHAN merah yaitu pada F1,F2, F3 dan
F4 berbentuk emulgel, berwarna
Hasil kuning berbau khas.. Sedangkan
Setelah dilakukan penelitian pada F5 sediaan berbentuk
mengenai formulasi sediaan emulgel dari emulgel berwarna putih tanpa
ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus penambahan ekstrak
lemairei (Hook.) Britton & Rose) b. Hasil uji homogenitas sediaan
didapatkan hasil sebagai berikut: emulgel ekstrak kulit buah naga
1. Identifikasi tanaman telah dilakukan merah, pada F1 dan F3 didaptkan
di Herbarium Universitas Andalas, sediaan homogen akan tetapi pada
jurusan Biologi FMIPA Universitas F2, F4, dan F5 sediaan yang
Andalas, Padang, Sumatera Barat. didapat tidak homogen
Berdasarkan identifikasi tersebut c. Hasil uji pH sediaan emulgel
dapat diketahui bahwa sampel yang ekstrak kulit buah naga
digunakan dalam penelitian ini merahyaitu pada ekstrak kulit
adalah benar tumbuhan buah naga buah naga merah diperoleh rata-
merah (Hylocereus lemairei (Hook.) rata pH 6,01; F1 diperoleh rata-
Britton & Rose) dengan family rata pH 6,07; F2 diperoleh rata-
Cactaceae. (Lampiran 1, Gambar 5). rata pH 6,02; F3 diperoleh rata-
2. Hasil rendemen ekstrak kulit buah rata pH 6,16; F4 diperoleh rata-
naga merah adalah 15,95%. rata pH 6,22; F5 diperoleh rata-
3. Hasil karakterisasi ekstrak kulit buah rata pH 6,31.
naga merah: d. Hasil uji daya sebar sediaan
a. Pemeriksaan organoleptis ekstrak emulgel ekstrak kulit buah naga
kulit buah naga merah. merah pada beban 100 gram yaitu
Bentuk : Cairan pada ekstrak diperoleh rata-rata
Bau : Khas daya sebar 5,0 cm, pada F1
Warna : Kuning kecoklatan diperoleh 5,56 cm, F2 diperoleh
b. Rata- rata kadar air ekstrak kulit 4,86 cm, F3 diperoleh 5,86 cm,
buah naga merah adalah 5,45%. F4 diperoleh 6,36 cm, F5
c. Rata- rata kadar abu total ekstrak diperoleh 6,56 cm.
kulit buah naga merah adalah
27,03%. e. Hasil uji antibakteri sediaan
d. Rata- rata kadar abu tidak larut emulgel ekstrak kulit buah naga
asam esktrak kulit buah naga merah yaitu pada Kontrol positif
merah adalah 2,44%. diperoleh daya hambat 11,54 mm,
e. Ekstrak kulit buah naga merah kontrol negatif tidak
positif mengandung senyawa menghasilkan zona bening,
alkaloid. sedangkan pada formula F1, F2,
4. Analisis kualitatif metode KLT F3, dan F5 tidak menghasilkan
dilakukan dengan fase diam plat zona bening akan tetapi pada F4
silika gel G 60 F254 dan fase gerak diperoleh daya hambat sebesar
metanol : asam asetat(6 : 4) 6,18 mm.

14
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Gambar 1. Hasil uji ekstrak kulit buah naga merah terhadap daya hambat bakteri

Pembahasan yang digunakan adalah etanol 70% karena


Pada penelitian ini sampel yang etanol ini mengandung 30% air dan sampel
digunakan adalah kulit buah naga atau simplisia yang akan direndam dalam
merahyang diperoleh dari perkebunan di keadaan kering, sehingga sel di dalam
daerah Sawahlunto, Sumatera Barat.Buah simplisia tersebut sudah mengkerut dan
naga merah segar dikumpulkan sebanyak 5 diperlukan air yang cukup banyak agar sel
kg. Kemudian dilakukan identifikasi – sel tersebut kembali mengembang agar
sampel di Herbarium Universitas Andalas, mempermudah proses difusi dan penarikan
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan senyawa. Maserat yang dihasilkan dari
Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), proses maserasi dipekatkan dengan
Universitas Andalas Padang. Sampel yang vacuum rotary evaporator. Ekstrak yang
telah disortasi basah kemudian dipisahkan diperoleh sebanyak 23,9255 gram dan
dari dicuci, dirajang untuk memisahkan rendemen yang dihasilkan sebanyak
kulit dari daging buahnya, kulit yang 15,9503% .
sudah di dapat kemudian ditimbang Karakterisasi ekstrak terdiri dari
sebanyak 2 kg dan dikeringkan selama karakterisasi spesifik dan non spesifik.
kurang lebih 2 minggu. Dilakukan Tujuan dilakukannya karakterisasi ekstrak
penghalusan dengan menggunakan blender ini adalah untuk mendapatkan ekstrak
untuk mendapatkan serbuk simplisia. yang aman dan baik sehingga sediaan yang
Serbuk simplisia yang diperoleh adalah dihasilkan merupakan sediaan yang
sebanyak 150 gram. terjamin mutunya. Penetapan kadar air
Pembuatan ekstrak dilakukan dilakukan dengan menggunakan alat
dengan metode maserasi, cairan penyari Moiture balance analyzer yang bertujuan

15
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

untuk mengetahui jumlah air yang yaitu antara 4-50C pada kisaran
terkandung dalam ekstrak yang dinyatakan konsentrasi 20-50% dan berubah menjadi
dalam persen dan dihasilkan rata - rata emulgel saat suhu ditingkatkan (Rowe, et
kadar air sebanyak 5,45%. Setelah itu al., 2009).
dilanjutkan dengan penetapan kadar abu Untuk mengetahui kualitas dari
total yang bertujuan untuk mengetahui sediaan emulgel bagus atau tidak maka
kandungan mineral yang terdapat dalam perlu dilakukan evaluasi sediaan yang
ekstrak, kadar abu total esktrak kulit buah terdiri dari uji organoleptis, uji
naga merah yang diperoleh adalah homogenitas, uji pH, uji daya sebar,dan uji
27,0393%. Pada penetapan kadar abu tidak antibakteri. Uji organoleptis dilakukan
larut asam digunakan abu yang diperoleh dengan cara mengamati bentuk, warna dan
dari penetapan kadar abu total dengan bau. Pada F1 dan F3 menghasilkan
asam klorida yang bertujuan untuk emulgel dengan bentuk yang sedikit encer
mengevaluasi ekstrak terhadap dan berwarna kuning dan bau yang khas
kontaminasi bahan yang mengandung kulit buah naga merah. Pada F2 dan
silika seperti tanah dan pasir. Penetapan F4emulgel yang terbentuk dengan
kadar abu tidak larut asam yang diperoleh konsistensi sedikit lebih kental dan warna
adalah 2,4469%. Kulit buah naga merah yang dihasilkan adalah kuningsama seperti
kemudian diuji kandungan kimia berupa pada F1 dan F3. Pada F5 dengan
uji alkaloid dan uji KLT (Kromatografi menggunakan 3 gelling agent yaitu
Lapis Tipis). Pada uji KLT digunakan karbopol 940, poloksamer 188 dan Na-
pembanding betasianin dengan fase diam CMC menghasilkan emulgel dengan
adalah silika gel 60 F254. Fase gerak konsistensi yang lebih kental dan warna
(eluen) yang digunakan adalah campuran yang dihasilkan berwarna putih
Metanol : Asam asetat dengan dikarenakan pada F5 tidak ada
perbandingan 6 : 4 dan diamati di bawah penambahan ekstrak di dalamnya
sinar UV366 nm. Berdasarkan hasil KLT Uji homogenitas dilakukan untuk
didapatkan 2 noda dengan noda pertama melihat apakah emulgel yang dibuat
Rf nya sebesar 0,5 untuk pembandingdan homogen atau tidak. Homogenitas
noda kedua Rf nya sebesar 0,5 untuk merupakan salah satu faktor yang
sampel. Nilai Rf pembanding adalah 0,5, mempengaruhi kualitas dari sediaan
maka dapat disimpulkan di dalam ekstrak emulgel.Dikatakan emulgel yang homogen
kulit buah naga merah mengandung apabila sediaan tersebut tidak terdapat
senyawa yang diduga senyawa alkaloid gumpalan - gumpalan sisa bahan yang
karenanilai Rf sampel sama dengan nilai tidak larut atau tidak tercampur rata. Pada
Rf pembanding. F1 dan F3 emulgel yang dihasilkan
Karbopol 940 merupakan basis gel memenuhi persyaratan emulgel yang baik
yang kuat, memiliki keasaman yang tinggi yaitu homogen sedangkan pada F2, F4,
sehingga dalam penggunaannya sebagai dan F5 tidak memenuhi persyaratan
gelling agent hanya dibutuhkan sekitar 0,5 emulgel yang baik yaitu tidak homogen
– 2%. Karbopol memiliki pH yang rendah, Uji pH dilakukan untuk melihat
oleh karena itu pada pembuatan emulgel tingkat keasaman sediaan emulgel untuk
harus ditambahkan dengan basa agar pH menjamin sediaan emulgel tidak
menjadi stabil (Rowe, et al., 2009). Basa menyebabkan iritasi pada kulit. pH sediaan
yang digunakan disini adalah TEA yang memenuhi kriteria adalah 4,5-6,5.
sebanyak 1 mL karena apabila terlalu Pada formula F1, F2, F3, F4 dan F5
banyak dapat membentuk emulgel yang menghasilkan pH diatas 6.Artinya semua
sangat kental (Wijaya, 2013). Poloksamer sediaan dikategorikan baik untuk kulit
188 adalah polimer termoresponsif yang karena memenuhi persyaratan. Semakin
ada dalam keadaan cair pada suhu rendah asam nilai pH maka dapat mengiritasi kulit

16
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

dan semakin basa nilai pH maka dapat kombinasi tiga gelling agent sebagaimana
membuat kulit bersisik atau kasar. dilihat pada F4. Sedangkan pada F1, F2,
Uji daya sebar dilakukan untuk F3, dan F5 yang hanya menggunakan dua
menjamin kemampuan dan pemerataan gelling agent tidak efektif sebagai
emulgel saat dioleskan atau diaplikasikan antibakteri. Formula dengan tiga gelling
pada kulit. Apabila suatu sediaan memiliki agent dan penambahan ekstrak kulit buah
daya sebar yang tinggi berarti semakin naga merah sebagai dilihat pada F4 lebih
besar daerah penyebarannya sehingga zat efektif memberikan efek antibakteri
aktif yang terkandung akan tersebar secara meskipun pada dosis sangat kecil.
merata dan lebih efektif dalam
menghasilkan efek terapi. Daya sebar KESIMPULAN
emulgel yang baik adalah 5 - 7 cm.
Formula yang memiliki daya sebar yang Berdasarkan penelitian yang telah
baik adalah F1, F3, F4, dan F5 yaitu dilakukan tentang formulasi sediaan
diatas 5 cm. Artinya semua sediaan emulgel dari esktrak kulit buah naga merah
dikategorikan baik daya sebarnya karena menggunakan variasi jenis gelling agent,
memenuhi persyaratan kecuali pada F2 maka dapat diambil kesimpulan sebagai
yang daya sebarnya di bawah 5 cm. berikut:
Uji aktivitas antibakteri dilakukan 1. Ekstrak kulit buah naga merah
dengan metode difusi cara sumuran. (Hylocereus lemairei (Hook.) Britton
Dimana media yang sudah bercampur & Rose) dapat diformulasikan dalam
dengan bakteri dibuat dalam bentuk sediaan emulgel.
sumuran. Pada sumuran tersebut dilakukan 2. Aktivitas antibakteri ekstrak kulit
berbagai uji untuk mnegetahui aktivitas buah naga merah (Hylocereus
penghambatan larutan uji terhadap bakteri lemairei (Hook.) Britton & Rose)
uji. Zona bening di area sumuran hanya efektif pada formula 4.
mengindikasikan adanya hambatan 3. Sediaan emulgel dengan
pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri menggunakan 3 variasi gelling agent
pada permukaan media agar. Bakteri yang (Formula 4 dan Formula 5) lebih
digunakan adalah Staphylococcus aureus. baik sifat fisiknya daripada hanya
Ekstrak kulit buah naga merah dapat menggunakan 2 variasi gelling agent
berkhasiat sebagai antibakteri karena (Formula 1, Formula 2, dan Formula
mengandung senyawa alkaloid. Hasil uji 3).
aktivitas antibakteri menghasilkan zona
hambat untuk kontrol positif yaitu dengan
menggunakan antibiotik klindamisin
menghasilkan zona hambat dengan rata –
rata 11,54 mm. Kontrol negatif yaitu CMC
1% tidak menghasilkan zona hambat. Pada DAFTAR RUJUKAN
F4 dapat dilihat adanya zona hambat yang
dihasilkan dimana ditunjukkan rata – rata Anief, Moh. (2008). Ilmu Meracik Obat Teori
dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah
yang didapatkan sebesar 6,18 mm tetapi
Mada University Press.
pada F1, F2, F3, dan F5 tidak dihasilkan Amalia, S., Wahdaningsih, S., Untari, E. K.
zona hambat dari formula tersebut. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri
Berdasarkan hasil uji aktivitas antibakteri Fraksi n-Heksan Kulit Buah Naga
dari sediaan emulgel dari kulit buah naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton
merah dapat dilihat bahwa ekstrak kulit & Rose) Terhadap Bakteri
buah naga merah dapat memberikan efek Staphylococcus aureus ATCC 25923.
antibakteri pada dosis 1% akan tetapi hal Tradisional Medicine Journal, 19 (2),
tersebut hanya efektif terjadi pada 89-94

17
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 12, No. 1, 2020

Darwis, W., Melati, P., Widiyati, E., Supriati, Rowe, R, C., Sheskey, P, J., & Quinn, M, E.
R. (2009). Efektivitas Ekstrak Daun (2009). Handbook of Pharmaceutical
Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas of Excipient (sixth edition). London:
Poir) Terhadap Bakteri Pharmaceutical Press and American
Staphylococcus aureus Penyebab Pharmacists Association.
Penyakit Bisul Pada Manusia. Jurnal Suhartati, R., & Roziqin, D. A. (2017).
Ilmiah Konservasi Hayati, 5 (2), 1-6 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. polyrhizus) Terhadap Bakteri
(1979). Farmakope Indonesia Edisi Streptococcus pyogenes. Jurnal
Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Bakti Tunas Husada, 17(2),
Kesehatan Republik Indonesia. 513-518.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tranggono, I., & Fatma, L. (2007). Buku
(2008). Farmakope Herbal Indonesia Pegangan Ilmu Pengetahuan
Edisi I. Jakarta: Departemen Kosmetik. Edited by Joshita
Kesehatan Republik Indonesia. Djajadisastra. Jakarta: PT. Gramedia
Dewi, F. K. (2010). Aktivitas Antibakteri Pustaka Utama.
Ektrak Etanol Buah Mengkudu Wijaya, J. I. (2013). Formulasi Sediaan Gel
(Morinda citrifolia, Linnaeus) Hand Sanitizer Dengan Bahan Aktif
Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Triklosan 1,5% dan 2%. Jurnal Ilmiah
Segar.(Skripsi). Surakarta:Universitas Mahasiswa Universitas Surabaya.
Sebelas Maret. 2(1). 4
Dwidjoseputro, D. (1987). Dasar-dasar
mikrobiologi. Malang: Buku
Djambatan.
Faridah, A., Syukri, D., Holinesti, R. (2015).
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
60% Dan Ekstrak Air Kulit Buah Naga
Merah Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Eschericia
Coli. J.Rekapangan, 9 (1).
Garg, A. Aggarwal, D. Garg, S., & Singla,
A.K. (2002). Spreading of Semisolid
Formulation: An Update.
Pharmaceutical Technology. 1(1), 84-
102.
Khasanah, N. (2016). Pengaruh Konsentrasi
Polimer Karbopol 940 Sebagai
Gelling Agent Terhadap Sifat Fisik
Emulgel Gama-Oryzanol. (Skripsi).
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Lay, B. W. (1994). Analisis mikroba di
laboratorium (Edisi 1). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Muljono, P., Fatmawati., & Manampiring, A.
E. (2016). Uji aktivitas antibakteri
ekstrak daun mayana jantan (Coleus
atropurpureus Benth) terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus
Sp. dan Pseudomonas Sp. Jurnal e –
biomedik, 4 (1), 164-172.
Pangesty, D. R. H. (2018). Identifikasi Pigmen
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah
Naga. (Skripsi). Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

18

Anda mungkin juga menyukai