Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Jamu Indonesia (2018) 3(3): 81-88 Review Artikel

Studi Etnofarmasi Tanaman Obat Untuk Perawatan Dan Penumbuh Rambut


Pada Beberapa Daerah Di Indonesia

Penulis Zulpakor Oktoba

Afiliasi Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Kata Kunci ABSTRAK


 Etnofarmasi Studi etnofarmasi merupakan pendekatan yang digunakan untuk
 Perawatan rambut mengeksplorasi pengetahuan lokal komunitas tertentu dalam hal pemanfaatan
 Tumbuhan obat tumbuhan obat. Artikel ini membahas tentang metode pengobatan dan tanaman obat
yang digunakan untuk perawatan dan pemeliharaan rambut pada beberapa etnis di
Indonesia yaitu Aceh, Mandailing, Rejang, Melayu kerinci, Melayu, Jawa, Using, Dayak
(Kanayant, Tunjung, Malinau), Bali, Kaili (Ledo, Moma), Seko, Banggai, Sigi. Selain itu
studi ini juga bermanfaat untuk mengetahui obat dari bahan alam yang belum banyak
diketahui bioaktivitasnya. Metode yang digunakan adalah studi literatur, sedangkan
Diterima 7 Juli 2017 data yang digunakan adalah artikel, database dan textbook yang dipublikasikan dari
Direvisi 29 Desember 2017 tahun 1993 sampai 2017. Pencarian informasi literatur dilakukan menggunakan mesin
Disetujui 28 September 2018
pencarian elektronik artikel dan jurnal penelitian yang dipublikasikan pada beberapa
situs, seperti Google, Pubmed, NCBI, Elsevier, dan lain-lain. Hasil data yang didapat
disimpulkan bahwa ada 23 jenis spesies tanaman yang digunakan untuk perawatan dan
penumbuh rambut dari 20 famili.

PENDAHULUAN
Indonesia yang dikenal sebagai negara megabiodiversity tidak hanya kaya akan
keanekaragaman flora, fauna dan ekosistemnya tetapi juga memiliki keanekaragaman
suku/etnis dengan pengetahuan tradisional dan budaya yang berbeda dan unik tersebar
dari Sabang hingga Merauke. Kurangnya dokumentasi mengenai penggunaan tumbuhan
obat oleh komunitas tertentu menyebabkan sulitnya pelestarian obat tradisional
* Penulis Koresponding tersebut (Rosita et al. 2007). Arus modernisasi masuknya budaya dari luar, terutama
Zulpakor Oktoba yang diadopsi oleh generasi muda membuat makin lunturnya pengetahuan lokal pada
Jl. Raya Bandung Sumedang komunitas tertentu (Bodeker 2000; Windardi et al. 2006). Alternatif pendekatan yang
KM 21, Jatinangor 45363
dapat digunakan untuk menggali pengetahuan lokal komunitas tertentu mengenai
zulpakor16001@mail.unpad.a
c.id penggunaan tumbuhan sebagai obat adalah dengan etnofarmasi. Melalui studi ini,
82 Oktoba
dimungkinkan dilakukan penelusuran mengenai bahan- banyak diproduksi. Penggunaan bahan yang bersifat
bahan obat tradisional, dan cara penggunaannya sintetis pada produk kosmetika dinilai kurang aman
sebagai penciri budaya dalam suatu komunitas tertentu karena dapat menimbulkan efek samping pada
(Pieroni et al. 2002). penggunaan jangka panjang seperti efek alergi (eksim
Etnofarmasi merupakan suatu ilmu interdisipliner ringan), patogenik, hingga karsinogenik (kanker)
yang berhubungan dengan istilah farmasi dan budaya (Priskila 2012). Tanaman yang dapat berperan sebagai
tertentu yang mengkarakterisasi penggunaan sediaan penumbuh rambut dan telah lama dikenal masyarakat
tersebut pada sejumlah kelompok manusia (Pieroni et Indonesia contohnya adalah kemiri dan kedelai.
al. 2002). Ilmu ini tidak hanya mencakup aspek botani Perawatan rambut dengan bahan herbal telah dikenal
dan farmakologi, namun juga fitokimia, galenika, sejak lama oleh etnis di Indonesia seperti etnis Wajak,
penghantaran obat, toksikologi, klinis, farmasi etnis Baduy, etnis Jawa, etnis Batak, etnis Melayu, etnis
praktis/antropologi, sejarah, dan aspek penelitian Betawi, etnis Aceh, etnis Toraja, etnis rejang, etnis Bali,
tumbuhan obat lainnya pada sistem kesehatan etnis Dayak dan etnis Papua. Berdasarkan pengetahuan
tradisional (Heinrich & Bremner 2006). Etnofarmasi umum yang sejak lama telah berkembang di
meliputi studi identifikasi, klasifikasi, kategorisasi masyarakat dan adanya slogan “back to nature” para
kognitif terhadap bahan alam yang digunakan untuk peneliti tergerak untuk memanfaatkan bahan herbal
pengobatan (etnobiologi), pembuatan sediaan farmasi dalam bidang kosmetik, selain dari bahan sintetis
(etnofarmasetika), penentuan aktivitas tertentu dari seperti minoksidil (Sawaya 1998).
suatu sediaan (etnofarmakologi), dan aspek sosio- Dalam rangka penemuan obat baru sebagai
medis akibat penggunaan sediaan tersebut alternatif pengobatan kebotakan, maka dapat
(etnomedisin) (Pieroni et al. 2002). digunakan pendekatan etnofarmasi untuk menentukan
Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh jenis tumbuhan tertentu yang potensinya tinggi dan
dan memiliki berbagai fungsi, antara lain fungsi estetika cara penggunaannya berdasarkan pengetahuan empiris
bagi manusia. Rambut sering disebut sebagai mahkota yang diyakini oleh masyarakat di daerah-daerah
bagi wanita, sedangkan bagi pria, rambut tertentu. Dari hasil studi etnofarmasi tersebut, dapat
mempengaruhi rasa percaya diri. Kerontokan rambut dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan
yang dapat mengakibatkan kebotakan merupakan tumbuhan obat terpilih. Review artikel ini bertujuan
salah satu problema yang paling dikhawatirkan setiap untuk memperoleh informasi dan dokumentasi
orang (Priskila 2012). Rambut terdiri atas akar dan keragaman jenis tumbuhan berkhasiat obat dan
tangkai rambut sedangkan akar rambut dialiri darah pemanfaatannya. Selain untuk keperluan
melalui syaraf sehingga rambut sensitif terhadap pendokumentasian pengetahuan tradisional, juga
lingkungan, cuaca atau zat-zat kimia yang digunakan diharapkan dapat menyumbangkan informasi bagi
untuk tata rias rambut. Reaksi biokimia yang peminat etnofarmasi dalam mengembangkan teknologi
mempengaruhi pertumbuhan rambut terletak di bagian pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat.
bawah akar (Azis & Muktiningsih, 1999). Rambut
mengalami daur pertumbuhan dan kerontokan yang METODE
berbeda pada setiap helainya. Meskipun kerontokan Sumber data dan strategi pencarian sebagai bahan
merupakan daur alami dari rambut, namun terkadang review jurnal, penulis melakukan teknik pengumpulan
kuantitas dan frekuensi kerontokan menjadi meningkat data dengan studi literatur yang telah dipublikasikan
sehingga terjadi kebotakan. Hal ini umumnya dalam artikel, jurnal penelitian ilmiah serta text book
disebabkan oleh gangguan hormonal, efek samping sebelumnya. Sumber data yang digunakan adalah
obat, makanan yang dikonsumsi, dan stress (Mitsui artikel, database dan textbook yang dipublikasikan dari
1992). tahun terakhir 1986-2017. Pencarian literatur dilakukan
Masalah kerontokan rambut menurut para peneliti menggunakan mesin pencarian artikel dan jurnal
diatasi dengan cara inovasi menemukan formula penelitian yang dipublikasikan pada beberapa situs,
kosmetik yang efektif. Hal ini berefek pada banyaknya seperti Google, Pubmed, NCBI, Elsevier, dan lain-lain.
kosmetika rambut yang dipasarkan, baik produk Hasil konsep ini memungkinkan kontribusinya dalam
sintetis maupun produk herbal. Penggunaan bahan penemuan obat baru yang berasal dari tumbuhan
yang bersifat sintetis maupun produk herbal sudah tertentu berdasarkan penggunaannya oleh komunitas
Studi Etnofarmasi Tanaman Obat Untuk Perawatan Dan Penumbuh Rambut
Pada Beberapa Daerah Di Indonesia 83
lokal tertentu, dalam rangka pencarian alternatif zat kimia yang berkhasiat untuk menyuburkan rambut,
pengobatan (Heinrich & Bremner 2006). menghitamkan rambut secara alami, dan digunakan
sebagai bahan baku sabun atau bahan bakar untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN penerangan, namun jarang digunakan untuk
Berdasarkan hasil kajian literatur didapatkan menggoreng (Prihandana et al. 2008). Hal ini
tanaman obat untuk perawatan dan penyubur atau disebabkan karena minyak kemiri mengandung asam
penumbuh rambut pada Tabel 1. hidrosianik yang bersifat racun. Oleh karena itu, kemiri
Keragaman jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan digolongkan menjadi minyak lemak non-pangan (non-
pada beberapa etnis di Indonesia dalam edible oil) (Prihandana et al. 2008). Buah kemiri tidak
penggunaannya untuk perawatan dan penumbuh atau dapat langsung dimakan mentah karena beracun, yang
penyubur rambut diidentifikasi sebanyak 23 jenis disebabkan oleh toxalbumin (penghambat sintesis
tumbuhan obat yang berasal dari 20 famili, terdapat protein pada tubuh serta menyebabkan mual dan
kesamaan tanaman obat yang digunakan diantara diare) (Ketaren, 1986). Persenyawaan toxalbumin
beberapa suku yang ada di Indonesia seperti kemiri, dapat dihilangkan dengan cara pemanasan dan dapat
lidah buaya, kelapa dan urang-aring dengan nama lokal dinetralkan dengan penambahan bumbu lainnya
yang berbeda. seperti garam, merica, dan terasi. Bila terjadi
keracunan karena kemiri, dapat dinetralkan dengan
Kemiri (Aleurites moluccana L.) meminum air kelapa. Minyak kemiri dapat digunakan
Buah kemiri oleh etnis Dayak sebagai penyubur sebagai minyak rambut dan di pulau Jawa sebagai
rambut dengan membakar buahnya kemudian bahan pembatik, dan juga untuk penerangan (Ketaren
dioleskan ke rambut. Daging biji, daun dan akarnya 1986).
mengandung saponin, flavonoida dan polifenol,
disamping itu daging bijinya juga mengandung minyak Lidah buaya (Aloe vera L)
lemak (Syamsuhidayat et al. 1991). Pemanfaatan di Penggunaan lidah buaya untuk menyuburkan
daerah lain sebagai obat flu, pilek, penumbuh rambut, rambut pada etnis Jawa dengan cara batang dikupas
anti kanker (Sangat et al. 2000). Kandungan di dalam kemudian getah atau lendirnya dioleskan di kulit
biji kemiri antara lain: mineral, kalium, fosfor 200 mg, kepala. Kandungan kimia dari lidah buaya adalah aloin,
magnesium, dan kalsium 80 mg merupakan kandungan barbaloin, isobarbaloin, aloeemodin, aloenin, aloesin.
mineral yang mendominasi dalam biji kemiri. Kedua Khasiat lain dari lidah buaya adalah untuk mengobati
yaitu kandungan zat gizi mikro di dalam 100 gr daging sakit kepala, sembelit, kejang pada anak, batuk,
biji kemiri antara lain protein 19 gr, lemak 63 gr, kencing manis, peluruh haid. (Widyaningrum, 2011).
vitamin B1 0,06 mg, dan karbohidrat 8 gr. Lalu yang
ketiga adalah zat non-gizi yang menurut penelitian Seledri (Apium gravolens L)
sangat bermanfaat bagi kesehatan yaitu polifenol, Batang dan daun seledri dimanfaatkan oleh etnis
saponin, juga flavonoida (Ketaren 1986). Selain itu, rejang sebagai penyubur rambut dengan mengambil
kemiri juga mengandung mineral antara lain besi 2 mg, segenggam daun seledri kemudian di remas-remas, lalu
fosfor 200 mg, dan kalsium 80 mg (Istriyani 2011). dikeramaskan. Herba seledri secara empiris dapat
Asam amino yang paling menonjol pada kemiri yaitu mempengaruhi pertumbuhan rambut (Dalimartha
asam glutamat (3.71 gr/100 gr) dan asam aspartat (1.68 1999). Menurut beberapa penelitian yang telah
gr/100 gr). Saat ini minyak kemiri dengan kualitas tinggi dilakukan bahwa seledri berkhasiat memberikan efek
sudah menjadi produk komersial utama dan dijual dalam mempercepat pertumbuhan rambut (Winanti
secara luas di industri kosmetika. Kemiri berfungsi 2005; Sri Rahayu, 2007). Hasil dari Penelitian tersebut
mengatasi kerontokan rambut dengan mekanisme diketahui bahwa flavonoid dan saponin adalah
menguatkan akar rambut yang biasanya diproduksi dan senyawa kimia yang berperan dalam memacu
dikemas dalam sediaan minyak rambut. Di Indonesia pertumbuhan rambut. Saponin mempunyai
kemiri yang diekstrak menjadi minyak kemiri sudah kemampuan untuk membentuk busa yang berarti
lama dipercaya sebagian besar penduduk Indonesia mampu membersihkan kulit dari kotoran serta sifatnya
sebagai penyubur dan mengurangi kerontokan rambut sebagai counteriritan, yang dapat meningkatkan
(Arlene 2013). Minyak kemiri mengandung sejumlah sirkulasi darah perifer sehingga meningkatkan
84 Oktoba
pertumbuhan rambut. Flavonoid mempunyai aktivitas Lidah Mertua (Sanseviera trifasciata prai)
sebagai bakterisid sehingga dapat mempercepat Pada Etnis Dayak Kanayant daun lidan mertua
pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan digunakan sebagai penyubur rambut. Manfaat lain dari
(Marchaban 2007). daun lidah mertua dapat mengobati penyakit
Tabel 1. Tanaman obat untuk perawatan dan penyubur atau penumbuh rambut dari berbagai
etnis di Indonesia
Bagian
Nama Lokal/Nama
No. Nama Jenis Famili yang Kegunaan Etnik
Indonesia
berguna
1. Perija Aleurites mollucana (L.) Wild. Euphorbiaceae Buah Penyubur rambut Dayak tunjung
Kemiri Kaili Ledo
Sap’pi Seko
Pelo Kaili Moma
Sigi
Tingkih Bali
2. Lidah buaya Aloe vera (L.) Burm.f. Asphodelaceae Batang, Perawatan dan Banggai
Getah penyubur rambut Jawa
Bali
Seko
Melayu
Tradisional,
kerinci
Lindah buaya Kaili
Toraja
Mandailing
3. Pali-pali/sidaguri Sida rhombifolia L. Malvaceae Daun Penyubur rambut Seko
4. Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Buah Penyubur rambut Bali
Kelapa Hijau / Klopo Jawa
Ijo
Kaluku Seko
5. Jarak Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Buah Penyubur rambut Bali
Rejang
6. Daun Teh-tehan/ Polyscias fruticose Araliaceae Daun Penyubur rambut Bali
Kedondong cina
7. Pacing Costus speciosus Zingiberaceae Herba Penyubur rambut Bali
8. Waru Hibiscus tiliaceus Malvaceae Daun Penyubur rambut Bali
9. Urang-Aring Eclipta alba L. Hassk Asteraceae Daun Penyubur rambut Bali
Sabang, Aceh
Eclipta prostrata Jawa
10. Pandan arum Pandanus amaryllifolius Pandanaceae Daun Penyubur rambut Bali
11. Akar wangi Vetiveria zizanioides Poaceae Akar Penyubur rambut Bali
12. Klabet Trigonella foenum-graecum Fabaceae Biji Penyubur rambut Bali
13. Sandat Cananga odorata Annonaceae Bunga Penyubur rambut Bali
14. Cempaka Magnolia liliifera Magnoliaceae Bunga Penyubur rambut Bali
15. Rambutan Nephelium lappaceum Sapindaceae Daun Penyubur rambut Bali
16. Pulai Alstonia scholaris (L.) R. Br. Apocynaceae Getah, Penyubur rambut Melayu
kulit
batang
17. Cabe rawit/Campli Capsicum frutescen Solanaceae Daun Penyubur rambut Sabang, Aceh
cut Daun Penyubur rambut Rejang
18. Seledri/Daun Sop Apium gravolens L. Apiaceae Daun Penyubur rambut Rejang
19. Lidah mertua Sanseviera trifasciata prai Asparagaceae Daun Penyubur rambut Dayak Kanayant
20. We bala/rutan merah Asplenium cf. phyllitidis Aspleniaceae Paku Penyubur rambut Malinau, Kaltim
(Daun)
21. U’de Pa’deng Gmelina sp Verbenaceae Daun Penyubur rambut Malinau, Kaltim
23. Katuk Souropus androgynus (L.) Euphorbiaceae Daun Penyubur rambut Using,
Merr Banyuwangi
Studi Etnofarmasi Tanaman Obat Untuk Perawatan Dan Penumbuh Rambut
Pada Beberapa Daerah Di Indonesia 85
diantaranya influenza, batuk, radang saluran Tumbuhan pacing memiliki kandungan senyawa
pernapasan, keseleo, luka terpukul, gigitan ular kimia diosgenin (sapogenin steroid), tigogenin, dioscin,
berbisa, borok, dan bisul (Widyaningrum 2011). Daun gacillin, sitosterol. Kegunaan tumbuhan ini untuk
lidah mertua mengandung senyawa saponin, dan memperbaiki pertumbuhan rambut, peluruh kencing,
senyawa lain seperti abamagenin, kardenolin, dan mencegah kehamilan, pengerasan hati (cirrhosis),
polifenol (Putra 2013). Saponin berupa koloid yang bengkak, gatal -gatal, radang mata (Hariana 2008).
larut dalam air dan berbusa setelah dikocok, memiliki
rasa pahit. Saponin dapat menghemolisis atau Waru (Hibiscus tiliaceus L.)
menghancurkan sel-sel darah merah (Tyler et al. 1989). Tumbuhan waru mengandung senyawa seperti
Saponin dalam tanaman lidah mertua bermanfaat saponin, flavonoid, tannin, skopoletin baru (hibiscusin),
untuk mempengaruhi kolagen, yaitu dalam amida baru (hibiscusamide), asam fanilat, stigmasterol,
menghambat produksi jaringan bekas luka yang campuran sitostenone. Waru biasanya digunakan
berlebihan (Ulya 2012). sebagai obat batuk, diare berdarah, batuk, amandel,
anti kanker, dan untuk menyuburkan rambut (Chen et
Kelapa (Cocos nucifera L) al. 2006).
Buah kelapa untuk khasiat menyuburkan rambut
cara pengolahannya adalah dibakar, diambil Urang-aring (Eclipta alba L. Hassk)
minyaknya, dioleskan di kulit kepala. Pada etnis Using Pada etnis Jawa untuk penyubur rambut daun
untuk menjaga kesehatan rambut sering menggunakan urang-aring dilakukan pengolahan dengan cara
minyak kelapa (Cocos nucifera L.) sebagai bahan dihaluskan dan ditambahkan 2 gelas air, disaring,
minyak rambut. Minyak kelapa mengandung trigliserida diembunkan semalam, kemudian dibasuhkan ke kulit
berupa asam laurat (45%) (Robinson 1995). Trigliserida kepala sambil dipijit (Veriana et al. 2011)
tersebut memiliki afinitas yang tinggi untuk menembus
sampai pada kutikula dan korteks sel rambut serta Tumbuhan jenis paku-pakuan (Asplenium cf.
dapat melapisi permukaan serat rambut. Hal tersebut phyllitidis)
menempatkan minyak kelapa sebagai bahan utama Tumbuhan jenis paku-pakuan ini dimanfaatkan oleh
sebagai pelindung rambut dari kerusakan atau untuk etnis Dayak Malinau sebagai obat penyubur rambut
merawat rambut yang rusak (Rele et al. 2003). dengan cara daun ditumbuk sampai halus dan
dicampur dengan parutan kelapa, airnya disaring dan
Cabe rawit (Capsicum frutescen) digunakan sebagai pencuci rambut. Etnis Dayak
Suku rejang memanfaatkan daun cabe rawit sebagai Malinau memanfaatkan tanaman Gmelina sp sebagai
penumbuh rambut yaitu menggunakan daun muda, obat penyubur rambut, dengan cara daun diremas,
yang langsung ditempelkan pada bagian kepala. Daun digosokkan pada kulit kepala (Karmilasanti & Supartini
cabe rawit (Capsicum frutescens L.) telah diindentifikasi 2011).
mengandung senyawa glikon dan flavonoid (Yunita,
2012). Ekstrak daun cabe rawit memiliki senyawa aktif Daun katuk (Souropus androgynus (L.) Merr )
berupa flavonoid yang merupakan senyawa fenol yang Etnis Using (Banyuwangi) menggunakan daun katuk
terbesar dialam yang terdapat pada tumbuhan yang sebai penyubur rambut. Kandungan kimia daun katuk
memiliki sifat antibakteri terhadap penghambatan adalah protein, lemak, kalsium, fosfat, besi, vitamin A,
pertumbuhan bakteri Escherichia coli. (Lestari et al. B, C, steroid, flavonoid dan polifenol. Pemanfaatan
2016). tanaman ini sebagai obat tradisional sangat bervariasi,
Daun Teh – tehan (Polyscias fruticose) seperti untuk pelancar ASI, obat demam, obat bisul dan
Daun teh – tehan atau kedondong cina memiliki darah kotor. Selain itu akarnya berkhasiat sebagai obat
kandungan senyawa kimia seperti saponin, flavonoida, frambusia, susah kencing dan obat panas (Astuti et al.
polifenol dan tanin. Tumbuhan ini biasanya di 1997). Daun katuk mengandung alpha-tocopherol yang
manfaatkan untuk peluruh air seni dan penyubur tinggi, bahkan tertinggi dibandingkan dengan tanaman
rambut (Sastrapradja et al. 1986). tropis lain yang dapat dikonsumsi. Kandungan tokoferol
tersebut merupakan antioksidan yang dapat
Pacing (Costus speciosus) membantu menjaga kesehatan rambut (Subekti et al.
86 Oktoba
2006). Daun katuk mengandung vitamin C yang etnis Bali, dan Pulau Kalimantan (etnis Dayak Malinau,
merupakan senyawa antioksidan sebesar 244 mg/100 Dayak Kanayant, Dayak Tunjung). Bagian yang berguna
gram dimana kandungan ini melebihi kandungan pada dari tanaman obat yang paling banyak digunakan untuk
jeruk, pepaya, jambu biji, dan bayam. Berdasarkan uji perawatan dan penyubur rambut adalah daun dan
aktivitas antioksidan diketahui nilai IC50 daun katuk buah sedangkan untuk etnis yang terbanyak
adalah 80.81 ppm yang menandakan bahwa flavonoid memanfaatkan tanaman obat untuk perawatan dan
dari daun katuk (Sauropus androgynus L.) memiliki penyubur rambut adalah etnis Bali. Pengetahuan lokal
kemampuan sebagai antioksidan yang kuat (Zuhra et al. (indigenous knowledge) etnis dalam pemanfaatan
2008). tumbuhan obat yang dimiliki oleh etnis-etnis di
Pada etnis Bali untuk penumbuh rambut jumlah Indonesia menjadikan sumber bahan obat yang dapat
yang di perlukan setiap bahan adalah 1 ons, kecuali dikaji lebih lanjut dalam rangka pencarian dan
minyak kelapa 1 liter. Cara pengolahan pembuatan pengembangan alternatif pengobatan.
minyak sebagai penyubur rambut yaitu buah jarak dan
kemiri disangrai sampai hitam, dicampur dengan daun UCAPAN TERIMA KASIH
mangkokan, daun teh-tehan, pandan arum, urang- Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala
aring, lidah buaya, akar wangi, klabet, pacing, sandat, Badan Litbang Pertanian yang telah membiayai
cempaka dan daun rambutan. Semua bahan tersebut penelitian ini melalui KKP3SL, Kepala Balittro yang telah
dipanaskan dalam 1 liter minyak kelapa. Panaskan memberi fasilitas rumah kaca dan laboratorium, Kepala
bahan-bahan tersebut dengan api kecil selama 6 – 8 BPTP Jateng yang telah memberi ijin penelitian, serta
jam. Selanjutnya minyak siap untuk dikemas. Cara Teknisi Litkayasa Balittro yang telah banyak membantu
penggunaan minyak penyubur rambut dengan dalam pelaksanaan penelitian.
menggosokkan minyak pada kulit kepala sambil dipijat–
pijat (Gayatri et al. 2015). DAFTAR PUSTAKA
Keterbatasan ulasan pembahasan dalam artikel ini Helida A. et al. 2016. Retensi dan Perubahan
pada beberapa tanaman obat yang disajikan pada tabel Pengetahuan Etnobotani Masyarakat Kerinci seblat
1 yaitu bahwa informasi yang didapatkan tentang studi jurnal. krbogor. lipi. go. id. Buletin Kebun Raya. 19
etnofarmasi dari tanaman obat sidaguri (Sida (2):105–116
rhombifolia L.), jarak (Jatropha curcas L), pandan arum Arlene A. 2013. Ektraksi Kemiri dengan Metode Soxhlet
(Pandanus amaryllifolius), akar wangi (Vetiveria dan Karakterisasi Minyak Kemiri. Jurnal Teknik
zizanioides), klabet (Trigonella foenum-graecum), Kimia USU. (2): 2. 6-10. UnPar: Bandung.
sandat (Cananga odorata), cempaka (Magnolia Astuti YB. Wahjoedi dan MW. Winarno. 1997. Efek
liliifera), rambutan (Nephelium lappaceum) dan pulai diuretic infus akar katuk terhadap tikus putih.
(Alstonia scholaris (L.) R. Br.) yang berguna untuk Warta Tumbuhan Obat. 3(3):42-43.
perawatan dan penyubur rambut sumber informasi Azis, S., dan Muktiningsih. S.R. 1999. Studi Kegunaan
datanya masih terbatas dalam literatur publikasi Sediaan Rambut. Puslitbang Farmasi Badan
sehingga sangat perlu dilakukan penelitian lanjutan Litbangkes. 9 (1):6-13.
mengenai studi etnofarmasi dari tanaman-tanaman Bodeker, G. 2000. Indigenous medical knowledge: the
obat tersebut. law and politics of protection. Oxford: Oxford
Intelectual Property Research Centre Seminar in St.
SIMPULAN Peter’s College.
Berdasarkan hasil kajian terhadap artikel studi Chen JJ, SY, CY, C IS, W TC, HY. 2006. A New Cytotoxic
etnofarmasi tumbuhan obat pada beberapa etnis di Amide From The Stem Wood of Hibiscus Tiliaceus.
Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 23 Jurnal Planta Med. 72(10):935-8.
jenis tanaman dari 20 famili yang digunakan oleh Dalimartha S, Soedibyo, M. 1998. Perawatan Rambut
beberapa etnis di Indonesia diantaranya Pulau dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Bogor
Sumatera (etnis Aceh, etnis Melayu, etnis Rejang, etnis (ID): PT. Penebar Swadaya. Halaman 160.
Mandailing, dan Kerinci), Pulau Sulawesi (etnis Kaili Dalimartha S, Soebidyo M. 1999. Perawatan Rambut
Ledo, etnis Kaili Moma, etnis Sigi, etnis Banggai, etnis Dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen.
Seko), Pulau Jawa dan Bali (etnis Jawa, etnis Using), Jakarta (ID): Swadaya. Halaman 1-10, 28-33.
Studi Etnofarmasi Tanaman Obat Untuk Perawatan Dan Penumbuh Rambut
Pada Beberapa Daerah Di Indonesia 87
Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Karina, Septi. 2014. Jenis Tumbuhan Berguna Pada
Jilid 3. Cetakan I. Jakarta (ID): Puspa Swara. Pekarangan Masyarakat Percampuran di Kelurahan
Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Layana Indah Kecamatan Palu Timur Sulawesi
Jilid II. Jakarta (ID): Trubus Agriwidya. Tengah. Biocelebes. 8(2): 1-12
Dianto I, Anam S, Khumaidi A. 2015. Studi Etnofarmasi Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan
Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Suku Kaili Ledo di Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta (ID): UI-
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Galenika Press. Halaman: 13-14.
Journal of Pharmacy. 1 (2): 85–91 Khairiyah N, Anam S, Khumaidi A. 2016. Studi
Efremila, Wardenaar, E, Sisillia L. 2015. Studi Etnofarmasi Tumbuhan Berkhasiat Obat Pada Suku
Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Etnis Suku Dayak Banggai di Kabupaten Banggai Laut, Provinsi
di Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor Sulawesi Tengah. GALENIKA Journal of Pharmacy.
Kabupaten Landak. Jurnal Hutan Lestari. 3 (2) : 2(1) : 1 – 7
234–246 Lestari AP, Rosyid A, Wahyudin I. 2016. Aktivitas
Elevitch CR, Manner HI. 2006. Traditional tree initiative: Ekstrak Daun Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.)
species profiles for Pacific Islands agroforestry. terhadap Penghambatan Pertumbuhan Bakteri
http://www.agroforestry.net/tti/ Aleurites- Escherichia coli Secara Invitro. Jurnal Farmasi Sains
kukui.pdf dan Praktis. 1(2): Februari 2016.
Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Marchaban JC, Soegiharto, Kumarawati FE. 2007. Uji
Tradisional Di Sekitar Taman Nasional Bukit Aktifitas Daun Randu ( Ceiba pentandra Gaertn. )
Tigapuluh: Studi Kasus di Desa Rantau Langsat, Kec. Sebagai Penumbuh Rambut. UGM, Yogyakarta.
Batang Gangsal, Kab. Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Mitsui T. 1992. New Cosmetic Science. Amsterdam
[Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Departemen (NL): Elsevier Science B. V. hlm 50.
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Nilawati, Mubarrak J, Brahmana ME. 2017. Studi
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Etnobotani Tumbuhan Obat di Kecamatan Bangun
Gayatri et al 2015. Jenis - Jenis Tumbuhan yang Purba Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau.
Digunakan sebagai Bahan Perawatan Kecantikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Puri Damai Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Pasir Pengaraian.
Kabupaten Gianyar. Jurnal Simbiosis III (1): 281- Pasorong SY, Tambaru E, Umar RM, & Masniawati A.
290 2015. Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat dan
Hariana A. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2 Potensi Pemanfaatannya Pada Beberapa Desa di
Cet. 6. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Sekitar Gunung Sesean Kabupaten Toraja Utara.
Heinrich M, Bremner P. 2006. Ethnobotany and [Skripsi]. Makassar (ID): Fakultas MIPA Jurusan
Ethnopharmacy – Their Role for Anti-Cancer Drug Biologi, Universitas Hasanuddin.
Development. Current Drug Targets. 7: 239-245. Pieroni A, Quave C, Nebel S, Henrich M. 2002.
Islami My, Ibrahim N, Nugrahani AW. 2017. Studi Ethnopharmacy of the Ethnic Albanians (Arbereshe)
Etnofarmasi Suku Kaili Moma di Kecamatan Kulawi, of Northern Basilicata. Italy (IT). Fitoterapia.
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Galenika 72:217-241.
Journal of Pharmacy. Vol. 3 (1) : 27 – 33 Prihandana et al. 2008. Bioetanol Ubi Kayu Bahan
Istriyani YY. 2011. Pengujian Kualitas Minyak Kemiri Bakar Masa Depan. Jakarta (ID): Agro Media
dengan Mengukur Putaran Optik Menggunakan Pustaka.
Polarimeter. Tugas Akhir. Semarang (ID): Program Priskila V. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas
Studi Diploma III Teknik Kimia, Program Diploma Pertumbuhan Rambut Tikus Putih Jantan dari
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air
Karmilasanti, Supartini. 2011. Balai Besar Penelitian Bonggol Pisang Kepok (Musa balbisiana). [Skripsi].
Dipterokarpa, Samarinda Keanekaragaman Jenis Depok (ID): Fakultas MIPA Program Studi Farmasi,
Tumbuhan Obat dan Pemanfaatannya di Kawasan Universitas Indonesia. Halaman 62.
Tane' Olen Desa Setulang Malinau, Kalimantan Putra WS. 2013. Sehat Tanpa Dokter Dengan Ramuan
Timur. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. 5 (1) Juni Herbal. Yogyakarta (ID):Citra Medika Pustaka.
2011.
88 Oktoba
Rahayu S. 2007. Efek Campuran ekstrak Etanol Daun Veriana T. 2014. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat
Mangkokan (Nortopanax scutellaarium Merr.) dan Tradisional Oleh Suku Jawa Dan Lembak Kelingi Di
seledri (Apium graveolens Linn.) terhadap Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang
pertumbuhan rambut kelinci jantan. [Skripsi]. Lebong Dan Implementasinya Pada Pembelajaran
Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Biologi SMA. [Skripsi]. Bengkulu (ID): Program Studi
Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi, Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Universitas Pakuan Pendidikan, Universitas Bengkulu.
Subekhi R, Sudarso, Hartanti D. 2009. Uji Pendahuluan Winanti. 2005. Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Seledri (
Efek Hair Tonic Minyak Biji Wijen (Sesamum Apium graveolens Linn.) terhadap Kecepatan
indicum L) Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan dan Profil
Jantan. PHARMACY. 6(3). Kromatografi Lapis Tipisnya. [Skripsi]. Surakarta
Rele, Aarti S. Mohile RB. 2003. Effect of mineral oil, (ID): Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
sunflower oil, and coconut oil on prevention of hair Surakarta.
damage. Journal of Cosmetic Science. 54(2):175-92. Winda et al. 2014. Etnobotani Bahan Kosmetik oleh
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Masyarakat Using di Kabupaten Banyuwangi
Tinggi. Bandung (ID): ITB sebagai Bahan Ajar Populer. Pancaran. 3(3): 53-62.
Rosita, Rostiana, Pribadi, Hernani, 2007. Penggalian Windardi FI, Rahayu M, Uji T, Rustiami. 2006.
IPTEK etnomedisin di Gunung Gede Pangrango. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Bahan Obat oleh
Bulletin Littro. 18(1):13-28. Masyarakat Lokal Suku Muna di Kecamatan
Sangat HM, Zuhud EAM, Damayanti K. 2000. Kamus Wakarumba Kabupaten Muna Sulawesi Utara.
penyakit dan tumbuhan obat Indonesia Biodiversitas. 7(4): 333-339.
(etnofitomedika I). Jakarta (ID): Yayasan Obor Widyaningrum H. 2011. Kitab tanaman Obat
Indonesia Nusantara. Yogyakarta (ID) : Media Pressindo.
Sastrapradja DS, Nagai S, Naito Y. 1986. Indek Tumbuh Yatias AE. 2015. Etnobotani Tumbuhan obat di Desa
– Tumbuhan Obat di Indonesia. PT. Eisai Indonesia. Neglasari Kecamatan Nyalindung Kabupaten
Sawaya ME. 1998. Novel Agents for The Treatment of Sukabumi Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Jakarta
Alopecia. Seminars in Cuntaneous Medicine and (ID): Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi,
Surgery. Miami (FL): W.B. Saunders Company. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Hal:7-12. Jakarta.
Setyowati MF. 2010. Etnofarmakologi dan Pemakaian Yunita. 2012. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan
Tanaman Obat Suku Dayak Tunjung di Kalimantan Fraksi Ekstrak daun Cabe Rawit (Capsicum
Timur. Media Litbang Kesehatan Volume. 20(3). frustescens L.) dan Identifikasi Golongan Senyawa
Subekti et al. 2006. Penggunaan Tepung Daun Katuk dari Fraksi Teraktif. [Skripsi]. Depok (ID): Fakultas
dan Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
L.Merr) sebagai Substitusi Ransum yang Dapat Universitas Indonesia.
Menghasilkan Produk Puyuh Jepang Rendah Zuhra et al. 2008. Aktivitas Antioksidan Senyawa
Kolesterol. JITV. 11(4):254-259. Flavonoid dari Daun Katuk (Sauropus androgunus
Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris (L) Merr.). Jurnal Biologi Sumatera. 3(1):7 – 10
Tumbuhan Obat Indonesia. Buku Dep.Kes. R.I. Zuriana S, Irvianty. 2014. Kajian Jenis-jenis Tumbuhan
Jakarta (ID): Balitbangkes. Hal 616. yang dimanfaatkan sebagai Obat oleh Masyarakat
Tapundu et al. 2015. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat di Kota Sabang, hal. 376. Di dalam Optimalisasi
Pada Suku Seko di Desa Tanah Harapan, Kabupaten Riset Biologi Dalam Bidang Pertanian, Peternakan,
Sigi, Sulawesi Tengah. Biocelebes. 9(2):66-86. Perikanan, Kelautan, Kehutanan, Farmasi dan
Tyler VE, Brady LR, Robbers JE. 1989. Pharmacognocy. Kedokteran. Prosiding Seminar Nasional Biologi. 15
U.S.A:Lea & Febiger Februari 2014. Medan (ID): USU Press.
Ulya ZA, Rusman. 2012. Cegah Diabetes Dengan
Rempeyek Lidah Mertua. Sekolah Menengah
Analisis Kimia. Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai