Anda di halaman 1dari 4

Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik 

(ethical dilemma). Dilema


etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau
suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam
dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang
harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangkan pemecahan
dilema etik banyak diutarakan dan pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan
/ pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985).
Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :
1. Mengembangkan data dasar
2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
6. Membuat keputusan
PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK
1. Mengembangkan data dasar :
a. Orang yang terlibat : Klien, keluarga klien, dokter, dan perawat
b.Tindakan yang diusulkan : tidak menuruti keinginan klien untuk memberikan penambahan
dosis morphin.
c.Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak membahayakan diri klien
d.Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak diberikan penambahan dosis morphin,
klien dan keluarganya menyalahkan perawat dan apabila keluarga klien kecewa terhadap
pelayanan di bangsal mereka bisa menuntut ke rumah sakit.
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami metastase mengeluh nyeri
yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Klien meminta
penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga
mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang terjadi adalah :
a.Penambahan dosis pemberian morphin dapat mempercepat kematian klien.
b.Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien.
3.Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan konsekuensi
tindakan tersebut
a. Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan dosis obat pengurang nyeri.
Konsekuensi :
1)Tidak mempercepat kematian klien
2)Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
3)Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
4)Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut
b. Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu untuk manajemen nyeri.
Konsekuensi:
1)Tidak mempercepat kematian pasien
2)Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)
3)Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi
c. Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis morphin namun tidak sering dan apabila
diperlukan. Artinya penambahan diberikan kadang-kadang pada saat tertentu misalnya pada
malam hari agar klien bisa tidur cukup.
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup
beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :
Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang
secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu
didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan
dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat
keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam
asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan
mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan
lain-lain.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
a.Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri
b.Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri
c.Mengoptimalkan sistem dukungan
d.Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah yang
sedang dihadapi
e.Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan keyakinannya
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki risiko dan konsekuensi masing-
masing terhadap klien. Perawat dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya alternatif tindakan lain perlu
dilakukan terlebih dahulu misalnya manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau
meditasi) dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif diteruskan namun
apabila alternatif tindakan tidak efektif maka keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas
kesehatan dan klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
MODEL III
Tahap 1:
Dari kasus dilema etik diatas, pasien wanita yang menderita kanker payudara terminal
tersebut meminta penambahan dosis obat analgesik kepada perawat. Dalam situasi tersebut,
perawat tidak menuruti keinginan pasien dan keluarga pasien dikarenakan dengan
penambahan dosis obat analgesik akan mempercepat kematian pasien.
Tahap II:
Pemberian obat analgesik harus sesuai instruksi dari dokter. Obat analgesik mempunyai efek
samping yang akan muncul. Setiap obat analgesik akan memberikan manfaat apabila
digunakan sesuai dosis yang dianjurkan. Pasien yang meminum obat analgesik tersebut dapat
berperan aktif untuk mencegah munculnya efek samping, yakni dengan meminum obat
analgesik sesuai dengan dosis yang diberikan.
Misalnya seperti obat analgesik Oxycodone yang masuk dalam kelompok obat opoid
analgesik. Jenis obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit dengan tingkat keparahan sedang
hingga parah. Umumnya, oxycodone digunakan untuk mengobati rasa sakit yang muncul setelah
operasi atau meredakan rasa sakit yang disebabkan oleh kanker. Obat ini bekerja di sistem saraf dan
otak dengan mengubah respon tubuh terhadap sensasi nyeri.
Obat Oxycodone terasmasuk jenis obat yang keras dan dapat menyebabkan ketergantungan obat.
Pastikan menggunakan obat Oxycodone sesuai aturan, jangan menggunakan obat tersebut melebihi
dosis dengan jangka waktu yang lama karena akan berdampak fatal. Setelah menggunakan obat
tersebut, pasien mungkin akan merasakan efek seperti mual, muntah, sembelit, pusing atau
mengantuk. Penambahan dosis bisa menyebabkan kesulitan bernapas dan beberapa efek samping lain
yang jarang terjadi.

DISKUSI :
Suatu intervensi medis yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan klien namun dapat
mengakibatkan kematian klien atau membantu pasien bunuh diri disebut sebagai euthanasia
aktif. Di Indonesia hal ini tidak dibenarkan menurut undang-undang, karena tujuan dari
euthanasia aktif adalah mempermudah kematian klien. Sedangkan euthanasia pasif bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan klien namun membiarkannya dapat berdampak
pada kondisi klien yang lebih berat bahkan memiliki konsekuensi untuk mempercepat
kematian klien. Walaupun sebagian besar nyeri pada kanker dapat ditatalaksanakan oleh
petugas kesehatan profesional yang telah dilatih dengan manajemen nyeri, namun hal tersebut
tidak dapat membantu sepenuhnya pada penderitaan klien tertentu. Upaya untuk mengurangi
penderitaan nyeri klien mungkin akan mempercepat kematiannya, namun tujuan utama dari
tindakan adalah untuk mengurangi nyeri dan penderitaan klien.
PRINSIP LEGAL DAN ETIK :
1. Euthanasia (Yunani : kematian yang baik) dapat diklasifikasikan menjadi aktif atau
pasif. Euthanasia aktif merupakan tindakan yang disengaja untuk menyebabkan
kematian seseorang. Euthanasia pasif merupakan tindakan mengurangi ketetapan
dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali atau tindakan pendukung
kehidupan lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas kedua
tindakan tersebut kabur bahkan seringkali merupakan yang tidak relevan.
2. Menurut teori mengenai tindakan yang mengakibatkan dua efek yang berbeda,
diperbolehkan untuk menaikkan derajat/dosis pengobatan untuk mengurangi
penderitaan nyeri klien sekalipun hal tersebut memiliki efek sekunder untuk
mempercepat kematiannya.
3. Prinsip kemanfaatan (beneficence) dan tidak merugikan orang lain (non maleficence)
dapat dipertimbangkan dalam kasus ini. Mengurangi rasa nyeri klien merupakan
tindakan yang bermanfaat, namun peningkatan dosis yang mempercepat kematian
klien dapat dipandang sebagai tindakan yang berbahaya. Tidak melakukan tindakan
adekuat untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat membahayakan klien, dan tidak
mempercepat kematian klien merupakan tindakan yang tepat (doing good)

Anda mungkin juga menyukai