Anda di halaman 1dari 5

Nama : Adindanissa Azzahra

NIM : PO714241181001
Kelas : D.IV A Tk. 3

TUGAS 2 BIOSTATISTIK

SOAL
1. Bagaimana cara pengumpulan sampling ?
2. Kriteria penerimaan/penolakan H0 tergantung dari nilai α (biasanya 0,05 atau 0,01). Mengapa ?
3. Carilah tujuan pengajaran dan tujuan judul sebuah skripsi, lalu berikan kritikan pada
penelitiannya sudah sesuai, alasannya apa dan begitu pula sebaliknya ! (3 judul skripsi)

JAWABAN
1. Teknik Pengambilan Sampel
Secara umum, terdapat dua teknik dalam mengambil sampel, yaitu:
a. Probability / Random Sampling
Pengambilan sampel secara acak merupakan pengambilan sampel yang memberikan
peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.
 Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika populasinya homogen dan analisis
penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Prosedurnya :
- Susun sampling frame
- Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
- Tentukan alat pemilihan sampel
- Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
Contoh pengambilan sampel metode acak sederhana : Dalam suatu penelitian dibutuhkan
30 sampel, sedangkan populasi penelitian berjumlah 100 orang. Selanjutnya peneliti
membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama.
 Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)
Pengambilan sampel dengan cara ini digunakan jika unsur populasi
berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan
pada pencapaian tujuan penelitian. Prosedurnya :
- Siapkan sampling frame
- Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
- Tentukan jumlah sampel secara keseluruhan
- Tentukan jumlah sampel dalam setiap strata
- Pilih sampel dari setiap strata secara acak
 Sampel Pengelompokan/Gugusan (Clustur Sampling)
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel
berdasarkan gugus. Prosedurnya :
- Susun sampling frame berdasarkan gugus (pada kasus di atas, elemennya ada 100
departemen)
- Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
- Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
- Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sampel
Contoh sampel gugusan misalnya : Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW – RT
 Sampel Sistematis (Systematic Sampling)
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki
alat pengambilan data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapt
digunakan. Prosedurnya :
- Susun sampling frame
- Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
- Tentukan K (kelas interval)
- Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau
random
- Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih
- Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya
Contoh sampel sistematis adalah pengambilan sampel pada setiap orang ke-10 yang
datang ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan seterusnya
maka itulah yang dijadikan sampel penelitian.
 Sampel Wilayah (Area Sampling)
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Prosedurnya :
- Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Provinsi), Kabupaten,
Kotamadya, Kecamatan, Desa
- Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel
- Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya
- Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
Contoh sampel wilayah misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap,
ruang IGD, dan ruang poli di RS A dan lain sebagainya.
b. Sampel Tidak Acak
Cara pengambilan sample secara tidak acak dimana masing-masing anggota tidak
memiliki peluang yang sama untuk terpilih. Ada interfensi tertentu dari peneliti untuk tujuan
penelitian dan kebutuhannya.
 Accidental Sampling
Dalam teknik ini, anggota populasi yang ditemui peneliti dijadikan sampel. Sampel
dipilih dengan pertimbangan kemudahan (Convenience Sampling). Pada metode
penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil sampel yang
kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit
langka yang sampelnya sulit didapatkan. Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin
meneliti tentang penyakit Steven Johnson Syndrom yaitu penyakit yang merusak seluruh
mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap antibiotik. Kasus Steven Johnson
Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali menemukan kasus tersebut. Dengan demikian,
peneliti mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan kasus tersebut. Kemudian
peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh
peneliti. Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang
bersifat umum, misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota Bandung.
Selanjutnya dia menanyakan tentang kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung yang
dia temui saat itu.
 Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.
Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel.
Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian.
Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon responden
yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian. Contoh
purposive sampling : penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes mellitus yang
mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:
- Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki)
- Usia 18-59 tahun
- Bisa membaca dan menulis
Kriteria eksklusi :
- Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti gangguan
ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.
- Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.
 Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional,
namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja. Metode pengambilan
sampel ini disebut juga Quota Sampling. Teknik sampling ini mengambil jumlah sampel
sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti. Kelebihan metode ini yaitu praktis
karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu
bias penelitian cukup tinggi jika menggunakan metode ini.
Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya digunakan pada penelitian yang
memiliki jumlah sampel terbatas. Misalnya, penelitian pada pasien lupus atau penderita
penyakit tertentu. Dalam suatu area terdapat 10 penderita lupus, maka populasi tersebut
dijadikan sampel secara keseluruhan , inilah yang disebut sebagai Total Quota Sampling.
 Sampel Bola Salju
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara
atau korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk
mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh
kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi. Metode pengambilan sampel Snowball atau
Bola salju ini sangat cocok untuk penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan
membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang kaum waria, penderita
HIV, dan kelompok khusus lainnya.
 Saturation Sampling (Sampel Jenuh)
Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua
anggota populasi sebagai sampel dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.
Misalnya jumlah populasi 1000 maka sampelnya 700.

2. Kriteria penerimaan/penolakan H0
H0 adalah bentuk matematis yang menyatakan bahwa parameter populasi sama dengan
nilai tertentu. Penerimaan/penolakan H0 tergantung dari nilai α (tarif nyata). Tarif nyata adalah
besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil hipotesis terhadap nilai parameter
populasinya. Semakin tinggi taraf nyata yang digunakan, semakin tinggi pula penolakan hipotesis
nol atau hipotesis yang diuji, padahal hipotesis nol benar. Besaran yang sering di gunakan untuk
menentukan taraf nyata dinyatakan dalam %, yaitu: 1% (0,01), 5% (0,05), 10% (0,1), sehingga
secara umum taraf nyata di tuliskan sebagai α0,01, α0,05, α0,1. Besarnya nilai α bergantung
pada keberanian pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan (yang
menyebabkan resiko) yang akan di tolerir. Besarnya kesalahan tersebut di sebut sebagai daerah
kritis pengujian (critical region of a test) atau daerah penolakan (region of rejection).
Apabila hipotesis nol (H0) diterima (benar) maka hipotesis alternatif (Ha) di tolak.
Demikian pula sebaliknya, jika hipotesis alternatif (Ha) di terima (benar) maka hipotesis nol (H 0)
ditolak. Nilai α yang dipakai sebagai taraf nyata di gunakan untuk menentukan nilai distribusi
yang di gunakan pada pengujian, misalnya distribusi normal (Z), distribusi t, dan distribusi X². Nilai
itu sudah di sediakan dalam bentuk tabel di sebut nilai kritis. Adapun kriteria pengujian adalah
bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis nol (H 0) dengan cara
membandingkan nilai α tabel distribusinya (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan
bentuk pengujiannya.
 Penerimaan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar daripada nilai positif
atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji statistik berada di luar nilai kritis.
 Penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil daripada nilai positif
atau negatif dari α tabel. Atau nilai uji statistik berada di dalam nilai kritis.

3. Memberikan kritikan pada 3 judul skripsi


a) Tujuan Pengajaran
 Skripsi 1
Tujuan pengajaran
- Tujuan umum
Untuk mengetahui pemberian singel leg hop exercise terhadap peningkatan daya ledak
otot tungkai untuk peningkatan kecepatan lari.
- Tujuan khusus
 Mengetahui pengaruh pemberian single leg hop exercise terhadap peningkatan daya
ledak otot tungkai.
 Mengetahui pengaruh pemberian single leg hop exercise terhadap peningkatan
kecepatan lari.
 Skripsi 2
Tujuan pengajaran
- Tujuan umum
Untuk mempelajari faktor pengaruh pemberian abdominal streaching terhadap
penurunan nyeri haid.
- Tujuan khusus
 Untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi abdominal streaching terhadap
penurunan nyeri haid.
 Untuk mempelajari manakah yang lebih efektif dalam penurunan nyeri haid.
 Skripsi 3
Tujuan pengajaran
- Tujuan umum
Untuk mengetahui dampak antara pylometrik exercise jump to box dengan spinal squat
jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai.
- Tujuan khusus
 Untuk mengetahui dampak antara pylometrik exercise jump to box terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai.
 Untuk mengetahui dampak antara pylometrik exercise spinal squat jump terhadap
peningkatan daya ledak otot tungkai.
 Untuk membandingkan rata-rata daya ledak otot tungkai antara kelompok pylometrik
exercise jump to box dengan spinal squat jump.
b) Tujuan Judul
 Skripsi 1
Tujuan judul : Untuk mengetahui pemberian singel leg hop exercise terhadap peningkatan
daya ledak otot tungkai untuk peningkatan kecepatan lari pada pemain bola basket.
 Skripsi 2
Tujuan judul : Untuk mengetahui faktor pemberian aktif abdominal streaching terhadap
penurunan nyeri haid.
 Skripsi 3
Tujuan judul : Untuk mengetahui dampak pylometrik exercise jump to box dengan spinal
squat jump terhadap peningkatan daya ledak otot tungkai.
c) Kritikan terhadap ke-3 skripsi tersebut :
Menurut saya ketiga skripsi tersebut penelitiannya sudah sesuai,alasannya karena didalamnya
sudah ada pengumpulan data, menganalisis, menyimpulkan dan memberikan saran dan sudah
menggunakan ilmu metodologi yang berkaitan dengan aplikasi metode statistik untuk
menyelesaikan masalah biomedik dengan konsep inferensial untuk menarik kesimpulan secara
induktif yaitu mengadakan ekstrapolasi (perhitungan) terhadap populasi terhadap sampel.

Anda mungkin juga menyukai