Distrofin merupakan protein yang sangat panjang dengan berat molekul 427 kDa,
dan terdiri dari 3685 asam amino. Penyebab utama proses degeneratif pada DMD
kebanyakan akibat delesi pada segmen gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan
protein distrofin pada membran sel otot, sehingga menyebabkan ketiadaan protein tersebut
dalam jaringan otot.
Erb pada tahun 1884 untuk pertama kali memakai istilah Dystrophia Muscularis
Progressiva. Pada tahun 1855, Duchenne memberikan deskripsi lebih lengkap mengenai
atrofi muskular progresif pada anak-anak. Becker mendeskripsikan penyakit muscular
dystrophy yang dapat diturunkan secara autosomal resesif, autosomal dominant atau X-linked
resesif. Hoffman et al menjelaskan bahwa kelainan protein distrofin merupakan penyebab
utama DMD dan Becker Muscular Dystrophy (BMD).
E. Patogenesis Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)
Duchenne distrofi otot (DMD) disebabkan oleh mutasi gen distrofin di lokus Xp21.
Distrofin bertanggung jawab untuk menghubungkan sitoskeleton dari setiap serat otot yang
mendasari lamina basal (matriks ekstraselular) melalui kompleks protein yang mengandung
banyak subunit. Tidak adanya distrofin memungkinkan kelebihan kalsium untuk menembus
sarcolemma (membran sel). Perubahan dalam jalur sinyal menyebabkan air masuk ke dalam
mitokondria yang kemudian meledak. Dalam distrofi otot rangka, disfungsi mitokondria
menimbulkan amplifikasi stres-induced sinyal kalsium sitosol dan amplifikasi dari stres
akibat reaktif oksigen spesies (ROS) produksi. Dalam kompleks Cascading proses yang
melibatkan beberapa jalur dan tidak jelas dipahami, meningkatkan stres oksidatif dalam
kerusakan sel sarcolemma dan akhirnya menyebabkan kematian sel. Serat otot mengalami
nekrosis dan akhirnya diganti dengan adiposa dan jaringan ikat.
DMD diwariskan dalam pola X-linked resesif. Wanita biasanya akan menjadi
pembawa untuk penyakit sementara laki-laki akan terpengaruh. Biasanya, pembawa
perempuan akan menyadari mereka membawa mutasi sampai mereka memiliki anak yang
terkena dampak. Putra seorang ibu pembawa memiliki kesempatan 50% dari mewarisi gen
cacat dari ibunya. Putri seorang ibu pembawa memiliki kesempatan 50% menjadi pembawa
atau memiliki dua salinan normal gen. Dalam semua kasus, sang ayah juga akan melewati Y
normal untuk anaknya atau X normal untuk putrinya. Pembawa Perempuan kondisi X-linked
resesif, seperti DMD, dapat menunjukkan gejala tergantung pada pola mereka X-inaktivasi.
Duchenne distrofi otot disebabkan oleh mutasi pada gen distrofin, yang terletak pada
kromosom X. DMD memiliki kejadian 1 di 4.000 laki-laki yang baru lahir. Mutasi dalam gen
distrofin baik dapat diwariskan atau terjadi secara spontan selama transmisi germline.
F. Manifestasi Klinis Duchenne Muscular Dystrophy (DMD)
Penyakit ini ditandai dengan progressive weakness danwasting of muscles. Hal ini
terlihat pada laki-laki, dan diturunkan sebagai karakteristik resesif sex-linked dengan tingkat
mutasi yang tinggi. Gambaran klinis biasanya terlihat dalam tiga tahun pertama, dan penyakit
berlangsung sampai pasien tidak mampu berjalan yang mungkin terjadi di dekat usia 12, atau
pada awal masa remaja. Si anak meninggal karena infeksi pernapasan atau gagal jantung
beberapa waktu di dekade kedua atau ketiga.
Kelemahan otot relatif simetris dan dimulai pada proksimal pelvic girdle, shoulder
girdle dan trunk. Tangan biasanya mempertahankan beberapa fungsi yang berguna sampai
tahap akhir dari penyakit, meskipun extreme weakness dari lengan dan otot sekitar shoulder
girdle membuatnya sangat sulit bagi anak untuk menggunakan tangannya tanpa bantuan
mekanis. Pseudohyperthrophy terlihat sampai batas tertentu di hampir setiap pasien, di calf
muscle, quadriceps, gluteal dan deltoid muscles, dan kadang-kadang terjadi pada grup otot
yang lain.
Gejala utama dari Duchenne distrofi otot, gangguan neuromuskuler progresif, adalah
kelemahan otot yang berhubungan dengan pengecilan otot dengan otot menjadi yang pertama
terkena dampak, terutama yang mempengaruhi otot-otot pinggul, daerah panggul, paha,
Shoulder, dan otot betis. Kelemahan otot juga terjadi pada lengan, leher, dan daerah lain,
tetapi tidak sedini di bagian bawah tubuh.
G. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pasien Distropia Muscular Progressive (DMP)
1. Anamnesis
a) Anamnesis Umum
Nama : A
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan Orang Tua : Pengusaha
Alamat : Maros
b) Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Keempat ekstremitas tidak dapat digerakkan.
Lama Keluhan : 4 tahun yang lalu.
RPP : Sejak 4 tahun yang lalu pasien merasakan kedua tungkai semakin
bertambah lemah dan lambat untuk berjalan. Bila berjalan jinjit dan
sering terjatuh. Pasien mengeluh sulit untuk berdiri karena kedua
tungkai terasa lemah. Bagian bokong dan paha lebih lemah dari pada
kaki dan berjalan harus dituntun. Sejak dua tahun yang lalu, pasien
hanya dapat berbaring dan duduk di lantai, dan kedua lututnya sulit
untuk diluruskan. Pasien perlu dibantu bila akan ke kamar mandi.
Sejak satu tahun yang lalu, kedua Shoulder dan lengan atas mulai
lemah. Lengan atas terasa lebih lemah dibandingkan dengan lengan
bawah. Sejak delapan yang lalu kedua siku mulai terasa lemah untuk
digerakkan. Kedua tangan saat itu masih mampu memegang gelas dan
jika bangun harus dibantu. Sejak enam bulan yang lalu punggung
mulai bengkok, dan ngesot bila akan berpindah tempat. Sebelumnya
pasien tidak mengalami demam, kecelakaan, dan minum obat-obatan.
Buang air besar dan buang air kecil normal.
RP Penyerta : Tidak ada riwayat penyakit penyerta
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Vital Sign
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Denyut Nadi : 90 x / menit
Pernapasan : 22 x / menit
Temperatur : 36˚ C
Tinggi Badan : 105 cm
Berat Badan : 20 Kg
b) Inspeksi
Statis :
- Neck : cenderung fleksi.
- Shoulder : cenderung protraksi.
- Elbow & Wrist : tampak normal.
- Trunk : lordosis ringan dan dada agak membusung ke
depan.
- Hip, Knee, & Ankle : kelemahan pada ankle, knee, dan hip sehingga
pasien ngesot bila akan berpindah tempat.
Dinamis :
- Pasien tidak bisa berjalan secara mandiri.
- Pasien tidak mampu berdiri dari posisi duduk sehingga membutuhkan bantuan
orang lain.
c) Palpasi
(Postural maping tonus otot saat posisi statis dan dinamis)
- Teraba tonus otot yang lembek pada hampir seluruh tubuh pasien seperti otot fleksor
lengan, abdominal, fleksor hip, serta dorsi dan plantar ankle.
- Teraba suhu pasien yang normal, tidak ada perbedaan suhu antara kaki dan kepala.
- Teraba otot yang spasme pada otot paravertebrae seperti erector spine dan latissimus
dorsi.
d) Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas
Kemampuan Fungsional Dasar :
Anak sudah mampu merangkak dan belum bisa berjalan secara mandiri.
Kemampuan Fungsional Aktivitas :
Anak mampu makan sendiri, mengontrol BAB dan BAK, serta berpakaian. Anak
belum mampu naik turun tangga secara mandiri, mandi masih membutuhkan
bantuan.
e) Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Gerak Aktif dan Pasif
Hasil pemeriksaan gerak aktif
Aras, Djohan. Hasnia Ahmad, dan Arisandy Achmad. 2016. The New Concept of Physical
Therapist Test and Measuretment. Widya Physio Publishing : Sidoarjo, Jawa Timur.
Herawati, Isnaini dan Wahyuni. 2017. Pemeriksaan Fisioterapi. Muhammadiyah University
Press : Jakarta.
Shepherd, Roberta, B. 1980. Physiotheraphy in Pediatrics. London : William Heinemann
Medical Books Limited.
Wedhanto, Sigit. 2007. Laporan Kasus Duchenne Muscular Dystrophy. Divisi Orthopaedi &
Traumatologi Fakultas Kodokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo : Jakarta.
R.W. Bohannon. 1986. Result of Manual Resistance Exercise on a Manifesting Carrier of
Duchenne Muscular Dystrophy. American, Vol. 66, Hal 975.
Bandy, William D, Sanders and Barbara. 2007. Plyometrics, Therapeutic Exercise for
Physical Therapist Asisstant. Uni State, Wolters Kluwer.
Ningrum, Mekarsari dan Azelia Nusadewiarti. 2019. Penatalaksanaan Distrofi Muskular
Progresif pada Anak Laki-Laki Usia 10 Tahun Melalui Pendekatan Dokter Keluarga.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Jufan, Akhmad Yun, Djayanti Sari dan Karlina M. 2016. Dhucenne Muscular Dystrophy.
Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.