TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Insidensi penyakit itu relatif jarang, hanya sebesar satu dari 3500 kelahiran
bayi laki-laki. Penyakit tersebut diturunkan melalui X-linked resesif, dan
hanya mengenai pria, sedangkan perempuan hanya sebagai karier.2 Pada
wanita mutasinya harus terdapat pada kedua kopi dari gen untuk menyebabkan
gangguan ini (pengecualian yang jarang, pada karier yang menunjukkan
gejala, bisa terjadi karena kompensasi dosis/inaktivasi X). Pada pria jauh lebih
sering menderita penyakit terkait X resesif dibandingkan wanita.2 Secara
klinis, gangguan akibat Duchenne muscular dysthropy mulai tampak pada
usia 3-7 tahun, yakni lordosis, gaya berjalan waddling, dan tanda Gowers.
Manifestasi klinis berupa pseudohypertrophy muncul 1-2 tahun kemudian.
Kebanyakan pasien harus memakai kursi roda pada usia 12 tahun. 14
2.1.3. Etiologi
Pada DMD terdapat kelainan genetik yang terletak pada kromosom X,
lokus Xp21.22-4 yang bertanggung jawab terhadap pembentukan protein
distrofin. Perubahan patologi pada otot yang mengalami distrofi terjadi secara
primer dan bukan disebabkan oleh penyakit sekunder akibat kelainan sistem
saraf pusat atau saraf perifer.2 Duchenne muscular dystrophy disebabkan
adanya mutasi pada gen yang bertanggung jawab dalam mengkodekan
distrofin. Mutasi yang terjadi mengakibatkan hilangnya protein distrofin, baik
berupa delesi, duplikasi maupun mutasi pergeseran yang menimbulkan
hilangnya protein otot yang besar dan dikaitkan dengan fenotif umum yang
terlihat pada penderita Duchenne muscular dystrophy. Analisis lokasi delesi
menunjukkan bahwa daerah amino-terminal, cysteine-rich, dan daerah
carboxy-terminal merupakan bagian utama dari fungsi distrofin yang
sering mengalami gangguan. 11
2.1.4. Patofisiologi
DMD merupakan kelainan yang diturunkan, dan masing-masing MD
mengikuti pola pewarisan yang berbeda. Tipe yang paling dikenal, Duchenne
muscular dystrophy (DMD), diwariskan dengan pola terkait X resesif, yang
berarti bahwa gen yang bermutasi yang menyebabkan penyakit ini terletak
pada kromosom X, dan oleh karenanya terkait seks. Pada pria satu salinan
yang berubah dari gen ini pada masing-masing sel sudah cukup untuk
menyebabkan kelainan ini.8 Pada wanita mutasinya harus terdapat pada
kedua kopi dari gen untuk menyebabkan gangguan ini (pengecualian yang
jarang, pada karier yang menunjukkan gejala, bisa terjadi karena kompensasi
dosis/inaktivasi X). Pada pria oleh karenanya terkena penyakit terkait X
resesif jauh lebih sering dibandingkan wanita.2
Penyebab utama proses degeneratif pada DMD kebanyakan akibat
delesi pada segmen gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan
protein distrofin pada membran sel otot, sehingga menyebabkan ketiadaan
protein tersebut dalam jaringan otot. 5 Distrofin merupakan bagian struktural
utama dalam otot sebagai penghubung antara sitoskeleton dan matriks
ekstraseluler. Amino-terminus dari distrofin berikatan dengan F-actin dan
karboksil terminus berikatan dengan dystrophin-associated protein complex
(DAPC) pada sarkolemma. DAPC terdiri dari distroglikan, sarkoglikan,
integrin and caveolin, sehingga mutasi pada komponen-komponen tersebut
menyebabkan distrofi otot.4 DAPC menjadi tidak stabil saat tidak ada
distrofin, yang menyebabkan penyusutan jumlah protein. Selanjutnya hal ini
akan merusak serat dan membran otot secara progresif.7
merupakan tanda umum dan CNS abnormal dapat terjadi.15 Biopsi otot
imatur.7
otot proksimal dan curah otot yang buruk. Sering disertai dismorfik
kelemahan pada wajah, lengan dan otot aksial; dan penurunan masa
otot.7
3. Polymyositis
Polymyositis merupakan miopati inflamasi idiopati yang menyebabkan
berjalan toe-walking.15
pektoralis mayor.7
2.1.7. Diagnosis
Diagnosis dari DMD didasarkan terutama pada hasil biopsi otot.
Dalam beberapa kasus, suatu tes darah DNA mungkin cukup membantu.
Pemeriksaan lainnya yang dapat membantu antara lain, peningkatan kadar
CK serum dan pemeriksaan elektromyografi, yang konsisten dengan
keterlibatan miogenik.14 Seringkali, terdapat kehilangan jaringan otot, yang
sulit untuk dilihat karena pada DMD menyebabkan penumpukan jaringan
lemak dan jaringan ikat yang membuat otot tampak lebih besar. Ini disebut
dengan pseudohipertrofi.7
Tanda dan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis DMD adalah
sebagai berikut:4,5
1. Positif Gower Sign menunjukkan banyaknya kerusakan yang lebih
pada otot- otot di ekstremitas bawah. Gowers’ sign adalah suatu gerakan
kelemahan otot. Pasien memulai untuk berdiri dengan cara kedua lengan
3
4
2.1.8. Tatalaksana
Pemberian kortikosteroid, seperti prednisolon pada pasien
DMD dapat mempertahankan fungsi dan kekuatan otot, serta
memperlambat proses degenerasi penyakit. Mekanisme
kortikosteroid dalam memperlambat proses degenerasi otot masih
belum jelas. Efek samping pemberian kortikosteroid adalah
peningkatan berat badan, retardasi pertumbuhan, hirsutisme dan
osteoporosis.8 Latihan fisik berupa fisioterapi dan pemakaian
alat bantu dapatdiberikan. Untuk mencegah kontraktur plantar
fleksi yang berpengaruh pada keseimbangan dan cara berjalan, dapat
diberikan latihan stretching heel-cord dan pemakaian ankle foot
orthosis (AFO) pada waktu malam. Tetapi pemakaian alat ortosis
atau stretching tidak dapat mencegah terjadinya kontraktur. Ketika
kontraktur tendo achilles bertambah berat dan mempengaruhi
ambulasi, maka dapat dilakukan lengthening tendon achilles.5
Pemakaian knee ankle foot orthosis (KAFO) digunakan saat otot
quadriceps mulai lemah yang disertai berkembangnya fleksi
kontraktur lutut sehingga membantu pasien untuk dapat berdiri dan
berjalan. Alat tersebut dapat digunakan pada pasien dengan knee
flexion contracture <30°. Pada fleksi kontraktur lutut yang
melebihi 30° sampai 40°, tindakan pembedahan tidak bermanfaat
karena tidak akan tercapai koreksi fungsional yang berarti. Pada
pasien DMD biasanya terdapat hipotonia saluran cerna, yang
menyebabkan pengosongan lambung menjadi sulit sehingga
memerlukan pemasangan nasogastric tube untuk aspirasi cairan
lambung.2 Dengan berjalannya waktu, maka proses degenerasi otot
skeletal terus berlangsung, sehingga pasien akan mengalami
masalah multisistem. Fungsi paru akan terus memburuk setelah fusi
spinal karena proses distrofi progresif otot pernafasan, termasuk otot
diafragma. Selain itu dapat terjadi gangguan fungsi jantung. Dalam
hal ini latihan respirasi tidak memberikan keuntungan yang berarti.
5
2.1.9. Prognosis
Prognosis dari DMD bervariasi tergantung dari progresivitas
2.2. Fenilketonuria
2.2.1. Definisi
Fenilketonuria (PKU, phenylketonuria), adalah penyakit autosomal
tubuh.16
6
2.2.2. Epidemiologi
Penyakit ini merupakan penyakit yang genetik autosomal resesif dan
skrining rutin terhadap bayi baru lahir, dan penderita yang telah diterapi
penduduk, dan insiden 350 kasus per 1 juta kelahiran. Insiden tinggi
2.2.3. Etiologi
PKU disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom 12. Kode gen
di hati. Enzim ini memecah asam amino fenilalanin menjadi produk lain
gejala penyakit, tetapi dapat menularkan gen yang cacat untuknya atau
anak-anaknya. Jika kedua orang tua membawa satu salinan gen yang
Semua gen pada manusia terdiri dari sepasang gen yang didapat dari
ayah dan dari ibunya. Karena PKU disebabkan oleh kelainan gen maka
penyakit ini selalu diturunkan dari orang tua dan selanjutnya dapat
orang mewarisi 1 gen dari pihak ayah dan 1 gen dari pihak ibu. Jika
kedua gen yang diperoleh adalah gen normal, maka ia akan normal. Jika
satu gen yang diperoleh normal sedangkan satu lagi membawa gen
PKU, maka ia akan hidup normal, tetapi dapat menurunkan gen PKU
satu gen saja maka akan disebut sebagai carrier atau gen pembawa1.
2.2.4. Patofisiologi
Bayi yang terkena PKU terlihat normal saat lahir.1,2 Retardasi mental
dan bermata biru dijumpai 90% dari kasus. Beberapa menderita ruam
dapat terlihat pada masa awal. Bau badan pada anak dengan PKU dapat
yang umum tampak pada anak yang tidak diobati adalah mikrosefali,
diferensiasi dan proliferasi dari sel-sel neuron dan sel-sel glia, migrasi
sel pada SSP yang akan membantu maturasi sel dan perkembangan
bakteri Guthrie digunakan secara luas pada periode bayi baru lahir
11
untuk skrining PKU. Uji ini menggunakan sedikit tetes darah kapiler,
yang diletakkan pada kertas saring. Fenilalanin darah pada anak yang
terkena dapat meningkat hingga kadar yang membuat uji Guthrie positif
setelah umur 48-72 jam dan lebih baik setelah mengkonsumsi protein
7. Skleroderma
8. Rambut rontok
diterapi3 :
1. Disabilitas intelektual
3. Epilepsi (50%)
12
2.2.6. Diagnosis
Pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan PKU dapat dilakukan
dengan, skrining yang dilakukan pada bayi baru lahir yaitu dengan kartu
dan o-hidroksifenilasetat)
berasal dari susu dan produk protein yang lain berakumulasi dalam
setelah minum susu selama 3-5 hari. Jika hasil pemeriksaan Guthrie
masih baru, atau tekankan pada popok yang basah oleh urine. Jika
2.2.7. Tatalaksana
Tujuan terapi adalah menurunkan fenilalanin dan metabolitnya
dalam tubuh untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan otak.2,4
Hal ini dapat dicapai dengan diet rendah fenilalanin. Pemberian diet
rendah fenilalanin membutuhkan pengawasan nutrisi yang ketat dan
sering dilakukan pemantauan kadar fenilananin serum. Kadar optimum
yang harus dipertahankan antara 3 – 15 mg/dL (0,8-0,9 mM).2 Kadar
fenilalanin dibawah 120μmol/L atau diatas 300 μmol/L berhubungan
dangan penurunan IQ.7 Karena fenilalanin tidak disintesis didalam
tubuh, diet ketat berlebihan terutama pada anak yang cepat masa
pertumbuhannya, dapat menyebabkan defisiensi fenialanin dengan
manifestasi letargi, anoreksia, anemia, ruam, diare dan bahkan
kematian. Penanganan diet harus dimulai segera setelah lahir jika
diagnosis sudah ditegakkan.2 Dalam banyak kasus pengobatan
bergantung pengurangan asupan fenilalanin dengan membatasi protein
natural seperti daging, keju, ikan, kacang-kacangan, roti, kentang,
jagung dan susu (seiris roti atau sejumlah kecil kentang goring
mengandung sekitar 120-150mg fenilalanin).2,4 Diet semi-sintetik
terdiri dari4 :
1. Makanan yang kadar fenilalanin rendah tidak dibatasi asupannya
seperti sayuran dan buah-buahan.
2. Makanan dengan kadar fenilalanin sedang seperti brokoli, kentang,
harus dihitung menggunakan sistem penukar. Di Inggris 1=50mg
fenilalanin yaitu sekitar 1 gr protein.
3. Asam amino bebas fenilalanin dapat digabungkan untuk melengkapi
kebutuhan asupan total protein.
4. Vitamin, mineral dan trace element4
Aspartam harus dihindari karena mengandung kadar fenilalanin
yang tinggi.2,4 Aspartam merupakan pemanis sintetik yang terdapat
pada makanan, minuman dan obat-obatan. Pada minuman kaleng
15
ukuran 12-oz terkandung fenilalanin sekitar 105 mg.2 Bayi dengan PKU
membutuhkan fenilalanin 40-60mg/kgBB/hari untuk menjaga
pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Makanan/susu formula
bayi yang bebas fenilalanin kini telah tersedia, yang mengandung asam
lemak asensial. Pemberian ASI dibolehkan bahkan pada bayi dengan
PKU berat dengan syarat ibu membatasi asupan fenilalanin selama
masa menyusui.2,4 Diet pasien dengan PKU harus dibawah pengawasan
spesialis.4 Anak yang lebih besar dan dewasa dengan PKU toleransi
dengan asupan fenilalanin 200-400mg/hari.2
Durasi dari terapi diet masih kontroversial. Meskipun kontrol diet
yang ketat dapat diperlonggar setelah umur 6 tahun, beberapa bentuk
pembatasan dalam diet fenilalanin penting untuk diterapkan tanpa ada
batas waktunya.2 Kecukupan nutrisi pada diet PKU harus dipantau
secara teratur oleh spesialis. Defisiensi vitamin B12 sering dijumpai
selain besi, selenium dan calcium. Densitas mineral tulang biasanya
lebih rendah daripada orang normal. Kadar asam lemak tak jenuh pada
anak dengan PKU yang mengikuti diet biasanya lebih rendah di dalam
darah dan plasma. Hal ini mungkin karena rendahnya asupan protein
hewani.4
Beberapa pasien tidak dapat membatasi secara ketat asupan
fenilalanin sepanjang hidupnya, oleh karena itu adanya beberapa
alternatif pengobatan PKU, yaitu :
1. Terapi enzim pengganti
Terapi ini masih diperdebatkan. Terapi ini dengan mengkonsumsi
sejumlah besar asam amino netral. Hal ini membuat terhambatnya
fenilalanin masuk ke dalam otak karena asam amino netral
berkompetisi masuk ke dalam sawar darah otak dan menimbulkan
kadar fenilalanin di dalam plasma menjadi rendah.3,5
2. Terapi sapropterin
Beberapa pasien dengan PKU mengalami penurunan kadar
fenilalanin setelah mengkonsumsi sapropterin, yaitu kofaktor
16
2.2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit ini bervariasai mulai
2.2.9. Prognosis
Prognosis baik jika pasien telah memulai diet rendah fenilalanin dan
A. Epidemiologi