Anda di halaman 1dari 16

Studi Kasus Pengambilan Keputusan di Kementrian Agama melalui

Pemanfaatan SIMPATIKA

Disusun oleh :
1. Adinda Nabila Fuadilah Al Khumairoh 14020120120033
2. Aditiya Prasetiyo Aripin 14020120140181
3. Aida Muzdalifah Nur Ramadhani 14020120140206
4. Aldi Fernando 14020120140117
5. Alfania Yulantias 14020120140058

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu berkutik
dengan keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah
mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut, terkandung unsur situasi dasar,
peluang munculnya situasi dasar, dan aktifitas pencapaian keputusan. Sejatinya manusia
tidak terlepas dari namanya masalah. Maka itu diperlukan cara menyelesaikan dengan
teknik pengambilan keputusan. bukan hanya individu saja yang mengambil keputusan
agar kehidupannya baik di masa mendatang. Di dalam organisasi pengambilan keputusan
merupakan hal yang sangat penting. Dimana pengambilan keputusan akan membantu
organisasi untuk mencapai tujuan menjadi lebih efektif dan efisien.
Pengambilan keputusan hendaknya bersifat rasional dan didukung dengan fakta-
fakta yang akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Jangan membuat keputusan
dengan didasari dengan emosi semata karena akan berakibat pengambilan keputusan
menjadi tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pengambilan keputusan akan sangat
menentukan keberhasilan suatu individu dan organisasi. Karena keputusan yang akan
diambil akan mengarahkan individu dan organisasi kepada keberhasilan, kurang berhasil
maupun kegagalan. Oleh karena pentingnya pengambilan keputusan , maka perlu
diberlakukan suatu pembahasan secara mendalam mengenai pengambilan keputusan di
mata kuliah teori organisasi umum2. Selain sebagai tugas individu, makalah ini dibuat
untuk memberi pemahaman dan menambah pengetahuan bagi para pembaca. Agar
mampu memahami pengambilan keputusan dengan sederhana dan jelas.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang semakin cepat di
era globalisasi sekarang ini. Berkembangnya teknologi informasi dan komuniakasi
memberikan konsekuensi bagi para pimpinan organisasi dalam pengambilan keputusan
(decision making) (Sadat, 2019). Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
manajemen organisasi publik merupakan salah satu jawaban dari tantangan yang dihadapi
oleh penyelenggaraan administrasi publik. Pemanfaatan teknologi informasi dalam
berbagai aspek pengelolaan informasi dalam setiap instansi akan menghasilkan efisiensi
yang ditunjukkan oleh kecepatan dan ketepatan waktu pemrosesan serta ketelitian dan
kebenaran informasi (validitas) yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan penggunaan
perangkat keras (hardware), program aplikasi pendukung (software), perangkat
komunikasi dan internet sebagai sarana pengelolaan informasi.
Penerapan teknologi informasi dalam pengelolaan data pegawai saat ini sangat
penting karena akan mendukung terciptanya good governance. Penggunaan teknologi
informasi akan berdampak pada tersedianya Informasi yang aktual serta akurat dalam
pengambilan keputusan serta dapat membuat perubahan mengenai kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Dampak lain yang dapat dirasakan pemerintah adalah
terjadinya perbaikan tugas-tugas yang dibebankan kepada aparatur negara, seperti tugas
untuk mengolah, mengelola, menyalurkan dan mendistribusikan informasi dan pelayanan
publik.
Dalam bidang layanan pendidikan perkembangan sistem informasi manajemen
telah satu langkah lebih maju. Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(SIMPATIKA) hadir sebagai sistem online pengendalian dan untuk mengelola seluruh
kepentingan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK), utamanya untuk mengelola
tunjangan profesi guru. SIMPATIKA merupakan aplikasi milik Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian agama (Kemenag) untuk mengelola
seluruh kepentingan PTK. Pertama kali dirilis pada tanggal 20 Mei 2013 dengan nama
Padamu Negeri milik Kemendikbud, kemudian dikembangkan oleh Kemenag dan pada
tanggal 17 Agustus 2015 berganti nama menjadi SIMPATIKA. Penerima maupun alokasi
dana untuk TPG meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut berbanding lurus dengan
banyaknya pengguna yang harus menggunakan SIMPATIKA.
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan dalam proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini
memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses dari pengambilan keputusan?
2. Bagaimana pengambilan keputusan dalam Kemenag?
3. Bagaimana pemanfaatan SIMPATIKA dalam mengambil keputusan?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pemanfaatan SIMPATIKA dalam pengambilan
keputusan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengambilan Keputusan
Mengambil atau menetapkan keputusan adalah suatu proses yang dilaksanakan
berdasarkan pengetahuan dan informasi yang ada dengan harapan sesuatu akan terjadi.
Keputusan dapat diambil dari alternatif-alternatif keputusan yang ada. Ada tiga aspek
yang berperan dalam analisa keputusan yaitu kecerdasan, persepsi dan falsafah.
Menggunakan ketiga aspek tersebut membuat model, selanjutnya menentukan nilai
kemungkinan, menetapkan nilai pada hasil yang diharapkan, serta menjajaki prefensi
terhadap waktu dan resiko, maka untuk sampai pada suatu keputusan diperlukan logika.
Berbeda dengan (Siagian, 1988) ia menyebutkan bahwa pengambilan keputusan adalah
pilihan satu dari dua atau lebih kemungkinan, artinya hanya memilih satu pilihan dari
berbagai alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan melibatkan rangkaian proses yang terstruktur dimulai dari
memahami atau mengenal masalah yang tengah dihadapi, mengurutkan dan menimbang
dan atau menilai alternatif mana yang dapat menjawab permasalahan, memutuskan,
melaksanakan keputusan yang telah diambil, dan pada akhirnya menilai hasil keputusan
yang telah dilaksanakan. Rangkaian kegiatan ini menuntut tingkat rasionalitas yang tinggi
dari seorang pengambil keputusan serta “power” yang dimilikinya guna meyakinkan dan
menjamin bahwa keputusan yang telah diambil dimaksudkan dalam usaha mencapai
tujuan yang telah ditargetkan hendak dicapai. (Awal, 2015)
Menurut Frederick W. Taylor (1998) pengambilan keputusan didefinisikan
sebagai tindakan pemilihan alternative yang berkaitan dengan fungsi manajemen, yaitu
saat manajer merencanakan, mengelola, dan mengontrol mereka juga mengambil
keputusan. Fayol dan Urwick membahas pengambilan keputusan mengenai pengaruhnya
pada delegasi dan otoritas, sementara bapak manajemen, Frederick W. Taylor, hanya
menyinggung tentang metode ilmiah sebagai sebuah pendekatan untuk pengambilan
keputusan. Ivancevich menyatakan bahwa pengambilan keputusan berpengaruh kuat
secara langsung terhadap kinerja individu yang selanjutnya berpengaruh terhadap
efektivitas organisasi yang merupakan tanggung jawab utama setiap manajer atau
pimpinan. Dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan adalah proses memilih
beberapa alternative yang sudah ditentukan sebelumnya yang merupakan sebuah
keputusan terbaik serta dijalankan dengan tanggung jawab.
B. Tahap Pengambilan Keputusan
Secara lebih empiris Mintzberg memberikan pernyataan mengenai langkah
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Tahap identifikasi : tahap pengenalan masalah atau diagnosis masalah
2. Tahap pengembangan : tahap pencarian prosedur atau solusi standar dari masalah
3. Tahap seleksi : di mana pilihan solusi dibuat melalui penilaian pembuat keputusan,
analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan melibatkan kelompok.

Pada tahap I seorang manaer sebelum mengambil keputusan perlu melakuan


identifikasi dan diagnosis terhadap fenomena yang berkembang dan terjadi. Idetntifkasi
tersebut termasuk mengumpulkan data baik kuantitatif maupun kualitatif yang
mendukung fenomena yang terjadi. Data tersebut memberikan informasi terhadap
masalah yang sedang dihadapi. Setelah masalah dirumuskan selanjutnya dicari alternatif
pemecahan masalah. Dari berbagai alternatif pemecahan masalah dipilih satu alternatif
yang paling bermanfaat degan resiko minimal. Selanjutnya disusun desain rencana tindak
untuk memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya dilakukan penilaian dan analisis
terhadap pilihan alternatif yang ditetapkan dan sealnjutnya diimplementasikan.
C. Model Pengambilan Keputusan
Model mendeskripsikan secara teoritis dan realistis bagaimana manajer praktik
mengambil keputusan. Secara khusus, model berupaya menentukan seberapa rasional
pembuat keputusan manajemen. Berikut beberapa model dalam pengambilan keputusan:
1. Model Rasionalitas
Pengambilan keputusan berdasarkan adanya keterkaitan logis antara pengambilan
keputusan dengan pencapaian tujuan organisasi. Berkaitan dengan aktivitas
pengambilan keputusan, terdapat asumsi:
a. Keputusan yang diambil akan sepenuhnya rasional dalam hal rencana- tujuan.
b. Dimungkinkan adanya pemilihan alternatif, karena terdapat sistem pilihan yang
lengkap dan konsisten.
c. Adanya kesadaran penuh terhadap semua kemungkinan alternatif.
d. Tidak ada batasan pada kompleksnya perhitungan yang dapat digunakan untuk
menentukan pilihatn terhadap alternatif terbaik.
e. Kemungkinan kalkulasi tidak misterius atau membuat takut bawahan.
2. Model Sosial
Ahli perilaku organisasi, Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan
perasaan, emosi, dan naluri, dengan perilaku yang dipandu oleh keinginan yang tidak
disadari. Apabila ini merupakan deskripsi yang lengkap, maka akan menjadikan
keputusan yang diambil tidak efektif. Pengambilan keputusan yang tidak rasional
oleh seorang manajer dapat diakibatkan oleh adanya tekanan dan pengaruh social
yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.
D. Gaya Pengambilan Keputusan
Ada empat gaya seorang pimpinan dalam mengambil keputusan yaitu :
1. Gaya Direktif
Gaya pengambilan keputusan dengan melakukan pengarahan atau pemberian
instruksi. Pemimpin yang menggunakan gaya direktif ini mempunyai toleransi
rendah, berorientasi pada tugas, dan masalah teknis. Keuntungan dari pengambilan
keputusan ini antara lain cenderung lebih logis, efisien, pragmatis dan sistematis
dalam memecahkan masalah. Pengambilan keputusan ini lebih berfokus pada fakta
dan berusaha menyelesaikan permasalahan dengan cepat, lebih berorientasi pada
tindakan, cenderung berfokus pada jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan,
dan ingin mengontrol.
2. Gaya Analitik
Pengambilan keputusan menggunakan dasar analisis terhadap beberapa fenomena
yang terjadi. Pimpinan yang mengambil keputusan dengan gaya analitik mempunyai
toleransi yang tinggi dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Gaya analitik
cenderung suka menganalisis sesuatu dan mengevaluasi lebih banyak informasi dan
alternativf, pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lama, dan mereka juga
cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.
3. Gaya Konseptual
Pengambilan keputusan menggunakan dasar konsep atas fenomena yang terjadi.
Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi dan peduli pada
lingkungan sosial. Sebelum membuat keputusan, pembuat keputusan ini terlebih
dahulu membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk memperoleh
informasi sebanyak-banyaknya dan kemudian mengandalkan intuisi dalam
mengambil keputusan. Pembuat keputusan konseptual cenderung bagus dalam
menemukan solusi yang kreatif atas masalah dan lebih lebih berani mengambil risiko.
4. Gaya Perilaku
Pengambilan keputusan menggunakan dasar analisis terhadap perilaku bawahan atau
rekan kerja. Pembuat keputusan gaya perilaku biasanya memiliki toleransi yang
rendah, bekerja dengan baik bersama orang lain, saling bertukar pendapat, terbuka
terhadap masukan, serta lebih menyukai informasi yang bersifat verbal daripada
tulisan. Pembuat keputusan ini menghadapi kesulitan untuk mengatakan tidak kepada
orang lain dan mereka tidak dapat membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil
keputusan akan membuat orang sedih.
E. Teknik Pengambilan Keputusan
Ada beberapa teknik pengambilan keputusan menurut (Muhdi et al., 2017) yaitu
teknik pegambilan keputusan expected values, teknik pengambilan keputusan payoff
tables, dan teknik pengambilan keputusan decision trees yang merupakan perpaduan
dari teori probabilitas dan teori utilitas..
1. Pertama, teknik pengambilan keputusan expected values. Teknik ini
mempertimbangkan kemungkinan munculnya kejadian dan kemungkinan hasil.
Kombinasi dua kemungkinan tersebut menghasilkan nilai yang diharapkan. Kejadian
yang memiliki nilai paling tinggi akan menjadi pilihan seorang pengambil keputusan.
2. Kedua, teknik pengambilan keputusan payoff tables. Teknik ini memperhitungkan
alternatif kejadian yang muncul dan alternatif situasi yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Kombinasi kedua alternatif tersebut akan memberikan gambaran
hasil yang berbeda-beda. Kejadian yang memberi hasil maksimal akan menjadi
pilihan seorang pengambil keputusan untuk memecahkan masalah.
3. Ketiga, teknik pengambilan keputusan decision trees. Keputusan dilakukan dengan
cara membuat anatomi sebuah pohon yang terdiri dari titik dan cabang. Penilaian
kejadian dimulai dari titik dengan melewati cabang, setiap cabang mengambarkan
kemungkinan keberhasilan sebuah kejadian. Semakin besar kemungkinan
keberhasilannnya akan menjadi pilihan seorang pengambil keputusan.
Berdasarkan ketiga teknik pengambilan keputusan tersebut, teknik payoff tables
dinilai yang paling cocok untuk diterapkan karena pada teknik ini semua alternatif
dianalisis sehingga didapatkan hasil yang maksimal, yang nantinya menjadi pilihan bagi
pengambil keputusan.
F. Kendala-kendala dalam Pengambilan Keputusan
Dalam proses pengambilan keputusan, pasti ada kendala-kendala yang terjadi,
sehingga kendala-kendala tersebut mengganggu proses dari pengambilan keputusan.
Kendala-kendala tersebut bisa datang dari dalam ataupun luar. Hambatan yang berasal
dari dalam antara lain terlalu bersikap idealis, tidak mampu menilai kepentingan yang
diutamakan, dan adanya Kelompok -kelompok dalam organisasi yang saling bertentangan
satu sama lainnya (Basuki, 2015). Banyak pemimpin yang menjadi tidak efektif dalam
pengambilan keputusan dikarenakan banyaknya kendala yang ditemui saat proses
pengambilan keputusan itu sendiri kendala-kendala yang dihadapi seperti bersumber dari
diri sendiri, kegagalan masa lalu, pemahaman yang tidak tepat tentang informasi,
konsultasi yang berlebihan, faktor ketidakpastian, keterlibatan kelompok, ketidakjelasan
peranan, kemalasan, dan kurang mampu mengelola waktu.
1. Bersumber pada diri pengambil keputusan, kendala inilah yang memiliki pengaruh
yang sangat besar dalam tindakan mengambil keputusan. Sehingga para atasan
tersebut diselimuti dalam keraguan dalam mengambil sikap, sehingga nantinya
pengambilan keputusan diambil alih oleh bawahan, sementara atasan lebih tahu
bagaimana situasi dan apa yang sebenarnya keputusan yang harus diambil.
2. Kegagalan masa lalu, dalam perjalanan karier, tentunya sebagai pemimpin terutama
pasti tidak akan pernah berhasil memimpin seratus persen atau dengan kata lain
adanya kegagalan dalam memimpin, sehingga kegagalan-kegagalan yang pernah
terjadi tersebut menjadi kendala dalam pengambilan keputusan dikarenakan takut
kesalahan akan terulang lagi.
3. Pemahaman yang tidak tepat tentang informasi, karena kurangnya informasi yang
didapat sehingga keputusan yang diambilpun tidak efektif, sehingga itu berdampak
untuk sesuatu yang mendatang, kemungkinan besar hal diharapkan tidak bisa
tercapai.
4. Konsultasi yang berlebihan, konsultasi dalam pengambilan sangat perlu, namun
konsultasi yang berlebihan baik itu konsultasi di dalam maupun di luar organisasi
akan mengakibtatkan proses pengambilan keputusan berjalan sangat lamban
dikarenakan terlalu banyak isu-isu yang dibahas yang harus dipecahkan tetapi tidak
terpecahkan.
5. Faktor ketidakpastian, ketidakpastian merupakan salah satu kendala yang dihadapi,
karena kita tidak akan bisa menyangka kemungkinan apa yang akan terjadi. Maka
untuk mengatasi ketidakpastian ini diperlukannya faktor kepribadian dan
pengalaman.
6. Keterlibatan kelompok, keterlibatan sejumlah orang, terutama yang melaksanakan
keputusan sebenarnya memiliki kelemahan-kelemahan seperti timbulnya polarisasi
pandangan di kalangan para pengambil keputusan, sehingga memperlambat dan
mempersulit proses pengambilan keputusan karena banyaknya opsi-opsi yang
disarankan. Kunci keberhasilan dalam melibatkan orang-orang tertentu dalam proses
7. Ketidakjelasan peranan, ketidakjelasanan bisa mengakibatkan seseorang bertindak
melampaui batas-batas wewenang yang dimilikinya, kemungkinan tumpang tindih
kegiatan, tidak lancarnya koordinasi, dan hal lainnya. Adapun solusi untuk mengatasi
kendala ini adalah dengan menetapkan uraian tugas yang jelas dan lengkap.
8. Kemalasan, sikap seperti ini bisa mendorong seseorang untuk tidak berbuat apa-apa,
sehingga sikap seperti harus dilawan dengan cara berlatih untuk cepat tanggap dalam
keadaan sekitar.
9. Kurang mampu mengelola waktu, dapat dikatakan efektifitas seseorang sebagai
atasan dan sebagai pengambil keputusan sangat tergantung pada kemampuannya
mengelola waktunya secara tepat. Sehingga akan berdampak pada keputusan yang
diambil oleh atasan tersebut karena ia tidak dapat mengambil keputusan secara tepat
dan terbaik.
G. Deskripsi Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIMPATIKA)
Teknologi dan informasi memiliki peranan penting dalam menunjang tujuan
organisasi serta efektif dalam suatu pengambilan keputusan. Jika sebuah lembaga atau
organisasi tidak mendapatkan dukungan data dan informasi yang berkualitas maka akan
mengalami kesulitan maupun hambatan dalam proses pengambilan keputusan. Sistem
informasi ini dapat mempermudah dan memperlancar pimpinan untuk proses
pengambilan keputusan. Di dalam organisasi publik (kementerian agama) telah terdapat
perkembangan sistem informasi yang menunjang proses pengambilan keputusan oleh
manajer (pimpinan).
Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIMPATIKA) hadir
sebagai sistem informasi Online yang melakukan pengendalian untuk mengelola
kepentingan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam hal tunjangan profesi guru.
SIMPATIKA ini merupakan aplikasi miliki Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen
Pendis) Kementerian Agama (Kemenag) untuk mengelola seluruh kepentingan PTK.
Aplikasi SIMPATIKA ini berbasis web yang merupakan layanan Online e-
government di Indonesia. Aplikasi ini akan melakukan verifikasi dan validasi data
terhadap segala aktivitas para PTK yang nantinya berperan untuk menunjang segala
kebutuhan pemerintah dalam mengawasi PTK secara Online. Salah satu manfaat dari
sistem informasi dalam organisasi adalah menunjang saat proses pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan dalam organisasi dilakukan oleh manajer atau pimpinan melalui
informasi yang didapat dari data SIMPATIKA yang telah terukur secara akurat dan tepat.
Karena keakuratan dan ketepatan informasi akan mempengaruhi kualitas keputusan yang
akan diambil.
H. Pengambilan Keputusan melalui Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (SIMPATIKA)
Aplikasi SIMPATIKA ini memuat data yang sangat kompleks sehingga dapat
dijadikan sebagai pendukung informasi dalam proses pengambilan keputusan karena
meliputi beberapa fitur yang mendukung pengumpulan data dan proses rekam data para
PTK sehingga, akan mempermudah pengambilan keputusan yang akan dilakukan
nantinya. Tahap pengambilan keputusan di dalam Kemenag melalui aplikasi
SIMPATIKA dilakukan beberapa tahap. Tahap pertama yaitu pengumpulan data melalui
aplikasi SIMPATIKA dilakukan dengan sesuai prosedur yang ada dan langsung mengisi
data yang harus diisi melalui fitur-fitur yang telah tersedia di dalam aplikasi
SIMPATIKA. Pemanfaatan aplikasi ini dapat dilakukan untuk pengambilan keputusan
karena data yang dijadikan mulai dari identifikasi masalah hingga analisis alternatif
pemecahan masalah. Kepala PTK mengatakan bahwa data di dalam SIMPATIKA sangat
membantu pengambilan keputusan karena aplikasi ini dapat merekam segala aktivitas
PTK sehingga analisis dan pemetaan data dapat dilakukan untuk pemenuhan
pengambilan keputusan.
Pada praktiknya pengambilan keputusan PTK bertumpu pada data yang
tervalidasi dan ter verifikasi melalui SIMPATIKA yang dilakukan proses entri data oleh
setiap PTK tanpa campur tangan pihak lain sehingga data yang dimasukkan benar, tepat,
akurat, dan dapat dipercaya. Berikut contoh dalam penggunaan aplikasi SIMPATIKA:
1. Proses pemindahan kerja (mutasi) PTK
Dalam hal ini aplikasi SIMPATIKA akan membantu proses pengambilan keputusan
manajer atau pimpinan di Kemenag melalui data yang telah ter verifikasi dan
tervalidasi. Data tersebut akan membantu manajer karena di dalamnya menghimpun
dan memetakan tugas tiap PTK, lama mengajar, faktor jarak tempat tinggal, dan
dedikasi dalam proses mengajar. Proses mutasi akan lebih mudah dilakukan melalui
data yang sudah ada di dalam SIMPATIKA.
2. Mempermudah Jadwal Rapat
Manajer atau pimpinan akan mudah dalam membuat jadwal meeting atau rapat yang
nantinya sudah disesuaikan dengan jadwal setiap PTK yang kemudian akan
tersambung melalui telepon genggam masing-masing.
3. Mempermudah Proses Seleksi
Selain itu, juga dapat menyeleksi tugas-tugas yang diberikan oleh manajer kepada
PTK seperti misalnya proposal yang berhubungan dengan kegiatan di Kemenag.
Tentunya, melalui aplikasi SIMPATIKA ini peran manajer dalam mengendalikan
kinerja setiap individu dan proses pengambilan keputusan dilakukan secara tepat dan
akurat tanpa harus menyurvei satu persatu individu atau data yang akan diteliti kembali.
Aplikasi SIMPATIKA akan membantu manajer ke depannya dengan berbagai data yang
sudah dimasukkan ke dalam fitur-fiturnya dan tidak memerlukan banyak biaya untuk
mengoperasikannya karena berbasis web (Online).
I. Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (SIMPATIKA)
a. Kelebihan Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIMPATIKA)
a. Real Time Online Transaction Process
Data yang dimasukkan akan langsung terupdate setelah transaksi berlangsung.
Setelah memperbarui data, secara otomatis aplikasi ini akan merekam dan
membacanya. Aplikasi juga mempermudah para PTK juga dimudahkan karena
tidak harus mengurus berkas-berkas terkait, selama jaringan mendukung maka
proses pemasukan data akan mudah dilakukan.
b. Rule by System
Aplikasi ini menjamin proses transaksi data dilakukan sesuai prosedur atau aturan
yang telah ditetapkan sebelumnya serta riwayat transaksi akan terekam oleh
sistem. Aturan atau tata cara penggunaan juga sudah ada di dalam SIMPATIKA
yang akan mempermudah PTK dalam penggunaannya.
c. Self Service Technology & Paperless
Para PTK akan diberi hak akses layanan personal untuk pemutakhiran data
pribadi secara mandiri termasuk dalam evaluasi diri sendiri. Kemudian, akan
membantu PTK dalam proses naik jabatan atau tingkatan melalui kegiatan-
kegiatan yang didukung sertifikat paperless yang diunggah ke dalam
SIMPATIKA.
b. Kelemahan Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(SIMPATIKA)
a. Fitur Tidak Optimal
Terkadang dalam pengoperasiannya, sebuah aplikasi membutuhkan waktu agar
lancar. Ditambah dengan perangkat, jaringan, atau sinyal yang terkadang tidak
mendukung dalam proses pengoperasian.
b. Belum Adanya Hak Paten
Aplikasi ini masih memerlukan pihak ketiga dalam operasinya. Aplikasi
merupakan lanjutan dari program Padamu Negeri yang dirintis oleh Kemendikbud
sejak 20 Mei 2013 hingga Juni 2015. Mulai 17 Agustus 2015, Kemenag
mengembangkan secara mandiri Layanan SIMP PTK Online berbas
is sistem SIAP Padamu Negeri berkerjasama dengan PT. Telkom Indonesia. Hal
ini justru menjadi salah satu kelemahan dalam mengembangkan SIMPATIKA itu
sendiri, meskipun internal. Kemenag memiliki programmer yang cukup andal tapi
tidak dapat langsung memprogram sistem karena harus menggunakan pihak
ketiga, pihak Kemenag tidak memiliki hak paten dalam mengubah apa pun dalam
sistem.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemaparan yang telah dikemukakan pada pembahasan
sebelumnya, yaitu tentang sistem pengambilan keputusan berbasis Sistem Informasi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIMPATIKA), memberikan kesimpulan bahwa
SIMPATIKA sangat penting dalam menunjang pengambilan keputusan karena sangat
efektif, efisian dan akurat. Aplikasi SIMPATIKA ini berbasis web yang merupakan
layanan Online e-government di Indonesia. Dalam pengambilan keputusan melalui
SIMPATIKA akan melalui beberapa tahapan yaitu, pengumpulan data melalui aplikasi
SIMPATIKA dilakukan dengan sesuai prosedur yang ada dan langsung mengisi data
yang harus diisi melalui fitur-fitur yang telah tersedia di dalam aplikasi SIMPATIKA
atau lebih rincinya melalui empat tahapan yaitu, (1) Identifikasi Masalah, (2) Mencari
Alternatif Solusi, (3) Implementasi dan (4) Pengawasan dan Evaluasi dalam penetapan
peserta sertifikasi guru dan penyaluran tunjangan profesi guru.
Peran data dalam pengambilan keputusan merupakan salah satu hal penting.
Adanya data yang valid, akurat, dan mudah untuk diakses akan menentukan keputusan
yang diambil oleh seorang pengambil keputusan. Kebijakan maupun keputusan yang
diambil dalam beberapa kesempatan menggunakan data SIMPATIKA sebagai dasar
pengambilan keputusan. SIMPATIKA menyediakan data lapangan yang berasal dari guru
dan kepala sekolah, sehingga seksi pendidikan dapat menggunakan data SIMPATIKA
sebagai data awal dan data lapangan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
B. Saran
Dari hasil pemaparan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran dalam hal
sistem pengambilan keputusan berbasis SIMPATIKA sebagai berikut:
1. Dalam proses verifikiasi dan validasi harus bisa memastikan data yang diperoleh dari
SIMPATIKA benar-benar data yang sesuai dengan fakta lapangan.
2. Tenaga Pendidik dan Kependidikan perlu meningkatkan kemampuan mengoperasikan
SIMPATIKA, karena keberhasilan penyusunan sistem informasi manajemen
pendidikan bukan hanya ditentukan oleh hardware dan software, tetapi lebih utama
ditentukan oleh SDM yang menyusun dan akan menggunakan sistem informasi
manajemen pendidikan tersebut.
3. Jika aplikasi SIMPATIKA memberikan data yang akurat, tepat, dan di mengerti maka
sebaiknya dalam mengambil setiap keputusan dapat menggunakan SIMPATIKA
karena lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Awal, S. T. (2015). Decision Making. Encyclopedia of Psychopharmacology, II(36), 462–462.
https://doi.org/10.1007/978-3-642-36172-2_200957
Damayanti, S. (2021). Pemanfaatan Sistem Informasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
( SIMPATIKA ) Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan dan kebijakan di Kementerian
Agama. 1(1), 77–94.
(Basuki, 2015)Basuki, H. (2015). Proses Pengambilan Keputusan di Organisasi Kemasyarakatan.
Jurnal Translitera, 3, 50–59.
Muhdi, M., Kastawi, N. S., & Widodo, S. (2017). Teknik Pengambilan Keputusan Dalam
Menentukan Model Manajemen Pendidikan Menengah. Kelola: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 4(2), 135. https://doi.org/10.24246/j.jk.2017.v4.i2.p135-145

Anda mungkin juga menyukai