tp
s:
//p
al
em
ba
ngk
ota
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//p
al
em
ba
ng
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KOTA PALEMBANG
MENURUT PENGELUARAN 2017-2021
ISSN : 2723-8318
No Publikasi : 16710.2203
id
o.
Katalog : 9302020.1671
.g
Ukuran Buku : 20 x 26 cm
ps
.b
Jumlah Halaman : xii + 76 halaman
Tim Penyusun Naskah ta
ko
ng
Ir Prilly Hutapea, MM
em
| iii
KATA PENGANTAR
id
o.
pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa
.g
komponen, yaitu: Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi
ps
Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi
.b
Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori),
ta
Ekspor serta Impor. Data PDRB dalam publikasi ini serta publikasi-publikasi
ko
selanjutnya mengunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep
ng
Nations.
em
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan
al
penyusunan publikasi ini diucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah
terjalin selama ini dapat terus berlanjut serta dapat ditingkatkan di masa-masa
mendatang.
Terakhir, disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi
ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang
bersifat konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini
selanjutnya.
Palembang, April 2022
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
Kota Palembang,
Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………………………….......................... iii
Daftar Isi …………………………………………………………………………………..................... v
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………................... vii
Daftar Grafik …………………………………………………………………………...................... ix
Daftar Lampiran …………………………………………………………………………………………. xi
id
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………........................ 3
o.
1.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) …....... 3
.g
ps
1.2. Kegunaan Statistik PDRB ……………………................................ 5
.b
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA ……………………….....………ta 9
ko
2.1 Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ………….………. 9
ng
ba
|v
Halaman
BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PRDB KOTA PALEMBANG
MENURUT PENGELUARAN TAHUN 2017-2021 ............................ 59
4.1 PDRB (Nominal) ………………………………………………...…………….. 59
4.2 Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) ………….………....... 60
4.3 Perbandingan Konsumsi Akhir terhadap PDRB ……............….. 61
4.4 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) …….………….......……. 62
id
BAB V PENUTUP …………………………………………………………………................. 67
o.
.g
LAMPIRAN …………………………………………………………....................………............... 71
ps
.b
ta
ko
ng
ba
em
al
//p
s:
tp
ht
| vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Palembang
menurut Pengeluaran, Tahun 2017-2021 ……………..................... 36
Tabel 3.2 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Palembang
menurut Pengeluaran, Tahun 2017-2021 ……………………............ 37
Tabel 3.3 Distribusi PDRB ADHB Kota Palembang
menurut Pengeluaran, Tahun 2017-2021 ………………………......... 38
Tabel 3.4 Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Kota Palembang
menurut Pengeluaran, Tahun 2017-2021 ………............................ 39
id
Tabel 3.5 Laju Perkembangan Indeks Implisit PDRB Kota Palembang
o.
.g
menurut Pengeluaran, Tahun 2017-2021 ………….………............... 40
ps
Tabel 3.6 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
.b
Kota Palembang, Tahun 2017-2021 …………......................…….…… 41
ta
Tabel 3.7 Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
ko
Kota Palembang, Tahun 2017-2021 ……..................................…… 44
ng
| vii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1 Perbandingan PDRB ADHB dan ADHK 2010 Kota Palembang
menurut Pengeluaran, Tahun 2017-2021 ……………........................ 38
id
o.
.g
ps
.b
ta
ko
ng
ba
em
al
//p
s:
tp
ht
| viii
ht
tp
s:
//p
al
em
ba
ng
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
| ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Palembang menurut Pengeluaran, 2017-2021 ……………. 71
Lampiran 2 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2010 Kota Palembang menurut Pengeluaran, 2017-2021 ....... 72
Lampiran 3 Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga
Berlaku Kota Palembang menurut Pengeluaran, 2017-2021 .. 73
id
Lampiran 4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas
o.
Dasar Harga Konstan 2010 Kota Palembang menurut
.g
Pengeluaran, 2017-2021 ……….................................................. 74
ps
.b
Lampiran 5 Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto (2010=100)
ta
Kota Palembang menurut Pengeluaran, 2017-2021 ……………. 75
ko
ng
|x
ht
tp
s:
//p
al
em
ba
ng
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
| xi
ht
tp
s:
//p
al
em
ba
ng
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
| xii
ht
tp
s:
//p
al
em
ba
ng
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//p
al
em
ba
ng
ko
ta
.b
ps
.g
o.
id
BAB I
PENDAHULUAN
id
o.
usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa
.g
ps
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
.b
ta
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
ko
ng
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB
ba
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
em
menggunakan harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar
al
//p
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi.
s:
tp
PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
ht
pada suatu periode ke periode (tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam
publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2010 dan ini tentu akan
mencerminkan struktur ekonomi terkini.
id
lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
o.
.g
b. Menurut Pendekatan Pendapatan
ps
.b
PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
ta
ko
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara
ng
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang
ba
em
dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan;
al
semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya. Dalam definisi
//p
s:
ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak lainnya atas produksi neto (pajak
tp
ht
Data PDRB adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi
id
perekonomian regional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini
o.
.g
antara lain adalah:
ps
.b
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi
ta
ko
yang dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan
ng
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
al
ekonomi secara keseluruhan atau setiap lapangan usaha dari tahun ke tahun.
//p
s:
perekonomian atau peranan setiap lapangan usaha dalam suatu negara. Lapangan
usaha yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu
negara.
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
yang digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan
dengan pihak luar negeri.
5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.
id
o.
.g
ps
.b
ta
ko
ng
ba
em
al
//p
s:
tp
ht
i. Pendahuluan
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian.
Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam
pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir
id
o.
barang dan jasa, rumahtangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor
.g
ps
produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain.
.b
ii. Konsep dan definisi ta
ko
ng
barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga
al
didefinisikan sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam
//p
s:
harta dan kewajiban, serta mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama,
ht
iii. Cakupan
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh penduduk suatu
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP
(Classifications of Individual Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan
oleh UN (United Nations), yaitu sebagai berikut:
id
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel
o.
.g
12. Barang dan jasa lainnya
ps
.b
Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan kembali
ta
ko
menjadi hanya 7 COICOP, yaitu:
ng
id
o.
tersebut)
.g
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang
ps
.b
antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas
ta
ko
barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga.
ng
pengeluaran konsumsi rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk
s:
Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang,
tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Akan tetapi, karena hasil
estimasi data pengeluaran rumah tangga yang berasal dari Susenas cenderung
underestimate (terutama untuk kelompok bukan makanan dan kelompok
makanan jadi), maka perlu dilakukan penyesuaian (adjustment). Dalam
id
o.
melakukan adjustment, digunakan data sekunder dalam bentuk data atau
.g
ps
indikator supply dari berbagai sumber data di luar Susenas. Setelah diperoleh
.b
ta
hasil adjustment, maka yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan
ko
hasil penghitungan yang didasarkan pada data sekunder. Penggantian dilakukan
ng
ba
pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Hal
em
ini dilakukan karena hasil penghitungan dari data sekunder dianggap lebih
al
//p
berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh dengan cara
men-deflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb:
1. Estimasi PKRT hasil Susenas:
a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah
penduduk pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah
penduduk pertengahan tahun
2. Data poin ke-1 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP, dengan beberapa
komoditas yang mungkin dikontrol secara tersendiri;
id
i. Pendahuluan
o.
.g
ps
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul
.b
ta
sebagai sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan
ko
dalam menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga
ng
ba
secara gratis atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang
em
tak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak
al
//p
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan
fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang
melayani bukan rumahtangga.
Karakteristik unit LNP adalah sbb :
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan
lembaga informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih
yang punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan
tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh
id
o.
yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu:
.g
Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan
ps
.b
sosial/kebudayaan/olahraga/hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga
ta
ko
keagamaan, dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
ng
ba
iii. Cakupan
em
Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai
al
//p
output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT
s:
tp
dari:
a. Konsumsi antara, contoh: pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik,
air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan
bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa
perlengkapan kantor dll.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh : upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
lainnya
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dan lain-
lain.
1. Sumber data
id
populasi LNPRT menurut jenis lembaga.
o.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
.g
ps
.b
2. Metode penghitungan
ta
ko
PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu
ng
pengeluaran (barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara
s:
tp
xij
x ij
ni
x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7
j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19
7 19
X xij Ni
i 1 j 1
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar harga
berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
id
dengan cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.
o.
.g
ps
2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
.b
i. Pendahuluan ta
ko
ng
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
ba
unit institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah.
//p
Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai
s:
tp
penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai
ht
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah
itu sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin,
pembayaran upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan
penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai
penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan
dari aktivitas pemerintahan.
id
o.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
.g
ps
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut :
.b
ta
1. memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi
ko
ng
menjual barang-barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit
al
//p
pemerintah.
s:
tp
id
iv. Penghitungan PDRB Tahunan
o.
1. Sumber Data
.g
ps
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan
.b
adalah: ta
ko
ng
e. Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks
ht
PK-P ADHB =
Output non pasar – penjualan barang dan jasa + output Bank Indonesia
id
Pengeluaran konsumsi pemerintah ADHK dihitung dengan
o.
.g
menggunakan metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga
ps
.b
Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit
ta
ko
dari Produk Domestik Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto,
ng
i. Pendahuluan
tp
ht
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi
fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini
tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan
Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan
dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis
barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan,
kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
id
modal bekas pada pihak lain. Pengecualian kehilangan yang disebabkan oleh bencana
o.
.g
alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
ps
.b
ta
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan
ko
mengalami penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah ”bruto” mengindikasikan
ng
ba
modal yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.
s:
tp
iii. Cakupan
ht
1. Sumber data
a. Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri
konstruksi dari BPS Prov/Kab/Kota.
b. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC
id
(Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat.
o.
.g
c. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil &
ps
Rumah tangga (level provinsi).
.b
d. Laporan keuangan perusahaan. ta
ko
ng
Pendekatan Langsung
id
usaha). Barang modal tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di
o.
dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya
.g
ps
transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan
.b
ta
pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari
ko
ng
impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan
ba
informasi/data tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh
ht
id
o.
tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin
.g
ps
perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai
.b
ta
atas dasar harga konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku)
ko
dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
ng
ba
Konstan dengan indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu
s:
tp
dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh
Konstan tersebut di “inflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing
jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa
PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara
lengkap.
Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor.
Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti
id
o.
data panel, pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas pertambangan itu
.g
ps
menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada periode sebelumnya.
.b
ta
Sedangkan PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan men-deflate nilai adh
ko
Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu,
ng
ba
data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol
em
software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku
dengan indeks implisit industri jasa perusahaan.
id
lama.
o.
.g
2.5 PERUBAHAN INVENTORI
ps
.b
i. Pendahuluan
ta
ko
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
ng
barang modal.
al
//p
Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi
tp
ht
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode
akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori
menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna
pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif).
id
proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau
o.
bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi
.g
ps
faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya
.b
ta
bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur
ko
ng
utamanya ditujukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena
al
//p
untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti beras, terigu, minyak goreng dan gula
ht
pasir. Bagi rumah tangga pengadaan inventori lebih ditujukan untuk kemudahan
dalam mengatur perilaku konsumsi.
iii. Cakupan
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sebagai berikut :
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan,
kehutanan, perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air
bersih, serta konstruksi;
b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua
bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi
barang jadi;
id
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai
o.
.g
bahan bakar atau persediaan; dan
ps
.b
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras,
ta
ko
kedelai, gula pasir, dan gandum.
ng
1. Sumber data
al
inventori adalah :
tp
ht
id
menghasilkan data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak
o.
.g
langsung. Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data posisi
ps
.b
inventori tersedia secara rinci dan berkesinambungan.
ta
ko
Pendekatan Langsung
ng
utama adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk
//p
s:
id
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung
o.
.g
komponen Perubahan Inventori adalah bahwa :
ps
.b
ta
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada
ko
satu saat untuk periode waktu yang berurutan;
ng
ba
nya;
al
//p
umumnya tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak
ht
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama,
bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang
dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya
id
o.
semakin berkembang.
.g
ps
ii. Konsep dan definisi
.b
ta
ko
Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi
ng
(baik penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara
ba
residen wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.
em
al
iii. Cakupan
//p
s:
tp
1. Sumber data
a. Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$)
id
2. Metode Penghitungan
o.
.g
ps
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board
.b
ta
(fob) dalam US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan
ko
mengalikan nilai barang (sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata
ng
ba
mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata
al
//p
Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai
tp
ht
id
akhir. Faktor eksternal lebih dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur
o.
.g
perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.
ps
.b
ta
Data yang ada menunjukkan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai
ko
perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang
ng
ba
dan jasa yang tersedia di wilayah domestik Kota Palembang digunakan untuk
em
Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan
s:
id
o.
.g
3. Konsumsi Pemerintah 7.330,71 7.813,48 9.098,55 8.025,75 8.417,53
ps
4. PMTB 60.774,19 66.480,10
.b
67.119,46 67.496,03 68.145,12
ta
ko
5. Perubahan Inventori -379,40 -673,26 38,88 -72,37 -85,47
ng
Nilai PDRB Kota Palembang (adh Berlaku) selama periode tahun 2017 s.d 2021
menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut
dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume.
Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga
dinilai adh Konstan 2010 atau adh berbagai produk yang dinilai dengan harga pada
tahun 2010. Melalui pendekatan penghitungan adh konstan, PDRB dapat memberikan
gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa
ada pengaruh perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan
menggambarkan perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya
berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2017-
2021 gambaran tentang perkembangan ekonomi Kota Palembang berdasarkan PDRB
id
1. Konsumsi Rumah Tangga 59.266,55 61.575,64 64.231,74 61.936,08 62.829,57
o.
.g
2. Konsumsi LNPRT 1.224,88 1.318,43 1.461,47 1.394,10 1.412,92
ps
.b
3. Konsumsi Pemerintah 4.896,72 5.214,35 5.452,91 4.756,03 4.831,65
ta
ko
,4. PMTB 44.216,18 46.429,07 47.301,37 47.078,35 46.329,70
ng
ba
Grafik 1 menunjukkan bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu
lebih besar dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada
pengaruh perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku
id
20000000
o.
.g
0
ps
2017 2018 2019 2020 2021
.b
ta
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari
ko
ng
semua komponen pengeluarannnya yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga
ba
pembentukan modal tetap bruto (PMTB), dan ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi
//p
impor.
s:
tp
ht
id
sedang giat melakukan pembangunan, selain untuk perkembangan wilayahnya
o.
.g
sebagai kota industri, begitu pula peran Kota Palembang sebagai tuan rumah didalam
ps
.b
melaksanakan berbagai kegiatan baik nasional maupun internasional.
ta
ko
Pada tahun 2017 - 2021 perdagangan dari dan keluar Kota Palembang yang
ng
ba
bahwa nilai ekspor jauh lebih sedikit dari nilai impor. Data ini menunjukkan bahwa
al
//p
untuk memenuhi kebutuhan permintaan Akhir Konsumsi Rumah Tangga, LNPRT dan
s:
Pemerintah serta PMTB, Kota Palembang masih banyak membutuhkan supply barang
tp
ht
dan jasa dari luar Kota Palembang, sehingga kecenderungan perdagangan dari dan ke
luar Kota Palembang dalam periode tersebut selalu menunjukkan posisi minus.
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan
riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang
menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
id
o.
Kota Palembang dari tahun 2017 s.d 2021 secara rata-rata mencapai 4,29 persen,
.g
ps
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2018 yakni sebesar 6,48 persen dan
.b
ta
terendah terjadi pada tahun 2020 yang mengalami kontraksi sebesar -0,27 persen.
ko
ng
harga yang terjadi pada sisi konsumen baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT dan
em
tahun 2017 s.d 2021 secara berturut-turut masing-masing menunjukkan 2,95 persen
ht
(2017); 2,99 persen (2018); 2,66 (2019); 0,92 persen (2020) dan 1,57 persen (2021).
1
Indeks perkembangan
id
o.
pengeluaran. Data berikut menunjukkan hal tersebut dimana sebagian besar produk
.g
ps
domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah
.b
tangga.
ta
ko
Tabel 3.6 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga
ng
Tangga
tp
id
Data berikut menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 2017 – 2021 konsumsi
o.
.g
akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan (kecuali pada tahun 2020) baik
ps
dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan
.b
ta
jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk
ko
ng
mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya
ba
Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun
//p
s:
2017 sampai dengan 2021 semakin menurun. Tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu
tp
62,63 persen dan terendah terjadi pada tahun 2021 yaitu 58,47 persen. Hal ini
ht
mengindikasikan bahwa rumah tangga, semakin ke depan rumah tangga lebih berpikir
untuk menabung (saving) daripada untuk konsumsi (consumption).
Secara umum rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun
ke tahun baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2017,
Sementara itu, pada perkiraan adh Konstan 2010, rata-rata konsumsi rumah
id
o.
tangga per rumah tangga tumbuh pada kisaran 0,74 persen dengan pertumbuhan
.g
ps
tertinggi terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar 2,62 persen. Di sisi lain, rata-rata
.b
ta
konsumsi per-kapita juga menunjukkan perkembangan yang searah dengan kenaikan
ko
jumlah penduduk, dan selalu diikuti pula oleh kenaikan nilai konsumsinya.
ng
ba
Berlaku maupun adh Konstan 2010. Kondisi ini menunjukkan bahwa rata-rata
al
//p
konsumsi setiap penduduk di Kota Palembang meningkat, baik secara nilai maupun
s:
antara -2,97 s.d 2,61 persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh terhadap
perubahan struktur konsumsi rumah tangga.
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 2,85
persen pada tahun 2017. Kemudian kembali tumbuh di 3,90 persen pada tahun 2018
dan kembali naik pada tahun 2019 yaitu tumbuh sebesar 4,31 persen. Pada tahun
2020, mengalami kontraksi menjadi sebesar -3,57 persen. Lalu di tahun 2021
mengalami pertumbuhan sebesar 1,44 persen. Sementara itu konsumsi per-kapita
menurun dari 1,52 persen ditahun 2017 menjadi 0,10 pada tahun 2021. Nampak
bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah tangga secara “riil” lebih tinggi dari
id
o.
c. Perumahan Perkakas Perleng- 10,08 9,71 9,38 9,48 9,40
.g
kapan dan Penyelenggaraan
ps
Rumah Tangga
.b
d. Kesehatan & Pendidikan 7,45 7,22 7,09 7,57 7,69
e. Transportasi Komunikasi 19,08 ta
18,95 18,97 17,90 17,43
ko
Rekreasi dan Budaya
ng
Pada tabel 3.7 Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga, sejak
ht
tahun 2017 hingga 2021, kontribusi konsumsi makanan, minuman dan rokok terhadap
total konsumsi rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi konsumsi
non makanan. Kontribusi pengeluaran untuk makanan selama periode tersebut
cenderung berada pada kisaran 46 - 49 persen. Pada tahun 2017 kontribusi konsumsi
makanan terhadap konsumsi rumahtangga Kota Palembang sebesar 46,72 persen,
sedangkan pada tahun 2021 naik menjadi 49,10 persen.
Pola proporsi konsumsi di atas, menunjukkan tarik menarik antara kebutuhan
rumah tangga atas makanan dan non makanan yang masih cukup kuat. Sungguhpun
demikian, pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting
sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam
id
a. Makanan Minuman dan 2,93 5,37 4,73 -2,62 0,89
o.
Rokok
.g
ps
b. Pakaian dan Alas Kaki 2,27 3,61 2,99 -2,24 1,43
.b
c. Perumahan Perkakas Perleng- 1,40 1,73 3,37 -1,40 0,01
kapan dan Penyelenggaraan
ta
ko
Rumah Tangga
Kesehatan & Pendidikan 1,11 1,65 3,87 2,88 3,88
ng
d.
e. Transportasi Komunikasi 4,38 3,20 4,74 -6,49 0,27
ba
Tabel 3.8 menunjukkan bahwa pada tahun 2019 terjadi peningkatan kuantum
(volume) pada tahun 2019 di tujuh dari tujuh sub kelompok pengeluaran akhir
rumahtangga. Pada tahun tersebut terjadi peningkatan kuantum tertinggi selama 5
(lima) tahun terakhir pada sub kelompok pakaian dan alas kaki, perumahan, kesehatan
Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam
Tabel 3.9 menunjukkan fluktuasi setiap tahunnya. Tingkat perubahan harga yang
fluktuatif terjadi pada sub kelompok makanan dan non makanan. Peningkatan
harga (inflasi) tertinggi pada sub kelompok makanan terjadi pada tahun 2019 yaitu
sebesar 4,75 persen. Pada sub kelompok pakaian dan alas kaki tingkat perubahan
harga tertinggi terjadi pada tahun 2021 yaitu sebesar 4,06 persen. Sub kelompok
id
o.
perumahan, sub kelompok kesehatan dan pendidikan, serta sub kelompok lainnya
.g
ps
tingkat perubahan harga tertinggi terjadi pada tahun 2017 berturut-turut sebesar
.b
ta
4,09 persen, 4,30 persen, dan 6,19 persen. Sementara perubahan harga tertinggi
ko
untuk sub kelompok transportasi, komunikasi, rekreasi, dan budaya, serta hotel dan
ng
ba
restoran terjadi pada tahun 2018 yaitu masing-masing sebesar sebesar 3,26 dan 8,44
em
persen. Tingkat perubahan harga tertinggi pada tahun 2018 ini, terkait erat dengan
al
//p
id
peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah, tidak berpengaruh signifikan
o.
.g
terhadap PDRB Kota Palembang.
ps
.b
Tabel 3.10 berikut ini menunjukkan besaran konsumsi akhir LNPRT dan
ta
ko
peranannya terhadap PDRB. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa proporsi
ng
yang signifikan terhadap PDRB ADHB Kota Palembang. Peranan konsumsi akhir LNPRT
al
sebesar 1,20 persen dari PDRB pada tahun 2021, peranan tersebut menurun dari 1,23
//p
s:
id
o.
3.5 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
.g
ps
Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara “riil” menunjukkan
.b
ta
seberapa besar pemerataan kesempatan masyarakat atas pengeluaran sumber daya
ko
ng
dan LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu
//p
s:
id
o.
.g
Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukkan
ps
peningkatan, baik untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2017
.b
ta
total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 7,33 triliun rupiah,
ko
ng
kemudian meningkat terus hingga pada tahun 2021 nilainya mencapai 8,42 triliun
ba
yang positif, namun pada tahun 2020, konsumsi pemerintah mengalami penurunan
//p
(minus) disebabkan adanya pandemi covid-19. Hal ini tak lepas dari adanya program
s:
tp
pemerintah lebih mengutamakan pembangunan jalan, jalan tol, bandara dan fasilitas
transportasi lainnya sehingga lebih banyak PMTB yang dihasilkan.
Kontribusi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB berada di antara 5-6
persen. Sepanjang periode 5 tahun proporsi terendah terjadi pada tahun 2020 yaitu
5,17 persen sedangkan proporsi tertinggi pada tahun 2019 yang mencapai 5,90
persen. Peningkatan tersebut cenderung didominasi oleh pengeluaran pemerintah
untuk konsumsi kolektif.
3 Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan /ADHK 2010)
4
Tidak termasuk polisi dan militer
id
Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan (2010) menunjukkan
o.
.g
adanya pertumbuhan yang cukup signifikan selama tahun 2017 sampai tahun 2021
ps
.b
(lihat Tabel 3.11). Pada tahun 2017, konsumsi pemerintah per kapita mengalami
ta
ko
pertumbuhan sebesar 15,06 persen dan melambat di tahun 2018-2019 yang masing-
ng
masing tumbuh sebesar 5,17 dan 2,65 persen. Pada tahun 2020, mengalami kontraksi
ba
em
sebesar -12,23 persen. Selanjutnya, di tahun 2021, konsumsi pemerintah per kapita
al
kecenderungan yang sama dengan konsumsi pemerintah per kapita. Pada tahun 2017
konsumsi pemerintah per pegawai pemerintah sebesar 584,59 juta rupiah, kemudian
meningkat menjadi 738,64 juta rupiah pada tahun 2021 (lihat Tabel 3.11). Pada tingkat
harga konstan 2010 indikator pemerataan menurut pegawai ini juga menunjukkan
kecenderungan yang berfluktuatif. Persentase kenaikan terjadi pada tahun 2017, yaitu
sebesar 34,75 persen, tetapi terkontraksi di tahun 2020 sebesar minus 15,22 persen
dan tumbuh di tahun 2021 sebesar 1,11 persen.
id
o.
(kapital)5. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input) di dalam
.g
ps
proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Investasi kapital ini dapat berasal dari
.b
produksi domestik maupun dari impor dari luar Kota Palembang. ta
ko
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga
ng
ba
maupun riil. Tabel 3.12 menjelaskan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan PMTB
al
//p
dalam kurun waktu 2017 - 2021 berfluktuasi dengan pertumbuhan terendah -1,59
s:
persen (2021) dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 8,67
tp
ht
persen.
5 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
id
o.
Pertumbuhan PMTB pada masing-masing komponen sangat bervariasi antar
.g
ps
tahunnya. Sub komponen bangunan merupakan komponen dengan proporsi terbesar
.b
dalam pembentukan modal tetap. Pertumbuhan di sektor bangunan meskipun
ta
ko
cenderung menurun tetapi polanya relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan
ng
ba
Proporsi non bangunan terhadap total PMTB berfluktuasi selama periode 2017-
al
//p
2021 (Tabel 3.12). Perubahan yang terjadi pada proporsi tersebut tidak lepas dari
s:
tersebut. Pertumbuhan “riil” sub komponen bangunan pada tahun 2017 sebesar 9,28
persen, mengalami perlambatan hingga tumbuh negatif 1,03 persen pada tahun 2020,
kemudian meningkat menjadi 0,47 persen pada tahun 2021.
id
o.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
.g
Total Nilai Inventori
ps
a. ADHB (Miliar Rp) (379,40) (673,26) 38,88 (72,37) (85,47)
.b
b. ADHK 2010 (Miliar Rp) (938,67) (405,46)
ta 20,30 (63,67) (57,30)
ko
Proporsi terhadap PDRB
ng
bisa memiliki 2 (dua) tanda, positif atau negatif (disamping komponen net ekspor
tp
ht
id
Net ekspor didefinisikan sebagai ekspor ke luar Kota Palembang dikurangi impor
o.
.g
masuk. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada
ps
penghitungan ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai
.b
ta
dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini
ko
ng
hanya enunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang
ba
terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini
em
menjadikan komponen ini (dalam series PDRB ADHK 2010) diperlakukan sebagai item
s:
tp
id
hal tersebut tidak terjadi karena ekspor impor dari dan ke Kota Palembang dapat
o.
.g
berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri baik dalam satu provinsi maupun
ps
.b
dari luar provinsi.
ta
ko
Peningkatan atau penurunan net ekspor suatu kabupaten/kota pada PDRB
ng
LNPRT dan pemerintah maupun dalam Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
//p
s:
Tabel 3.14 menunjukkan perkembangan net ekspor barang dan jasa luar negeri
tp
ht
Kota Palembang pada tahun 2017-2021. Selama periode lima tahun terakhir, nilai net
ekspor Kota Palembang menunjukkan nilai negatif, yang mengindikasikan bahwa nilai
impor antar daerah Kota Palembang lebih tinggi daripada ekspor antar daerah.
id
o.
.g
ps
.b
ta
ko
ng
ba
em
al
//p
s:
tp
ht
id
digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan wilayah
o.
.g
dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan,
ps
.b
yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan.
ta
ko
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang
ng
berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan
ba
em
misalnya, maka disajikan data PDRB perkapita. PDRB per-kapita Kota Palembang
//p
s:
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (tabel 4.1), seiring dengan kenaikan
tp
jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk
ht
Kota Palembang rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai
perkapita di masing-masing tahun tersebut.
Pertumbuhan per-kapita secara “riil” meningkat pada kisaran 5 persen pada
periode 2018, namun mengalami perlambatan di tahun 2019-2020 hingga mencapai
3,91 persen dan 0,35 persen, namun pada tahun 2021 mengalami peningkatan
kembali menjadi 1,81 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti pula oleh
penambahan jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata 1,29 persen setiap
tahunnya. Dengan demikian maka pertumbuhan per-kapita tersebut tidak saja terjadi
secara “riil” tetapi juga terjadi secara kualitas.
id
o.
Pertumbuhan PDRB
4,83 5,16 3,91 0,35 1,81
.g
perkapita ADHK 2010
ps
Jumlah penduduk
.b
(000 jiwa) 1.623 ta
1.643 1 643 1 662 1 681
ko
Pertumbuhan 1,45 1,42 1,47 1,33 0,77
ng
antara produk yang digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga dengan yang
digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal tetap). Secara umum, Nampak
bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah domestik
Indonesia digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga termasuk Kota Palembang.
Hal ini terjadi karena kenaikan nilai investasi dan konsumsi akhir rumah tangga Kota
Palembang mengalami percepatan yang relatif sama.
Rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB Kota Palembang dari tahun 2017-
2021 relatif stabil, dari sebesar 1,33 pada tahun 2017 menjadi 1,39 pada tahun 2021.
Pada tahun 2021 rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB Kota Palembang
sebesar 1,39, artinya adalah setiap 1,39 juta rupiah produk barang/jasa yang
dikonsumsi rumah tangga, menghasilkan PMTB senilai 1 juta rupiah.
id
RT thd PMTB
o.
.g
Ket : *) Angka Sementara
ps
**) Angka Sangat Sementara
.b
ta
ko
4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB
ng
ba
barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk
al
//p
menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT,
s:
tp
dan pemerintah. Walaupun ketiga pelaku konsumsi akhir tersebut mempunyai fungsi
ht
Pada tahun 2017-2021, proporsi konsumsi akhir terhadap PDRB Kota Palembang
sebesar 65-70 persen. Proporsi konsumsi akhir tersebut cenderung makin menurun
setiap tahunnya. Pada tahun 2021 proporsi konsumsi akhir Kota Palembang sebesar
64,85 persen yang berarti bahwa sebesar 64,85 persen dari total PDRB Kota
Palembang digunakan sebagai konsumsi.
id
o.
PDRB (ADHB)
.g
129.400,33 141.908,62 154.220,32 155.215,36 162.644,96
ps
(Miliar Rp)
.b
Proporsi 69,52 68,01 68,02 65,68 64,85
ta
ko
Ket : *) Angka Sementara
ng
kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) ICOR juga bisa diartikan sebagai
ht
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari
sumber daya alam untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses
produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi
(produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter PDRB.
Yt = Output tahun ke t
id
o.
.g
Uraian 2017 2018 2019 2020* 2021**)
ps
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
.b
PDRB (ADHK 2010) 92.476,41 98.471,25 ta
104.239,39 103.956,30 107.250,19
ko
(Miliar Rp)
ng
ba
(Miliar Rp)
al
(Miliar Rp)
s:
tp
Ket : Perhitungan ICOR tahun 2020 tidak dilakukan karena ada faktor pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan tidak dapat di jadikan ICOR sebagai dasar analisis sebagaiman terjadi pada kondisi
normal
id
penggunaan barang dan jasa akhir baik untuk tujuan konsumsi akhir investasi
o.
.g
(fisik), maupun perdagangan internasional dan antar daerah. Tiga kelompok
ps
.b
sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa akhir dalam
ta
ko
suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani
ng
investasi dan perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah yang
s:
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2017 hingga 2021
sehingga mudah dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang
terjadi antara waktu. Masing-masing parameter disajikan dalam satuan yang
berbeda (rupiah, indeks, persentase, rasio unit, dan sebagainya) sesuai dengan
tujuan analisis dan karakteristik masing-masing data.
4. Data dan indikator yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut
penggunaan dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan
id
o.
.g
ps
.b
ta
ko
ng
ba
em
al
//p
s:
tp
ht
id
3 Perumahan, Perkakas,
o.
.g
Perlengkapan dan
8.176 8.451 8.803 8.735 8.941
ps
Penyelenggaraan Rumah
.b
Tangga
4 Kesehatan dan Pendidikan 6.041 ta 6.282 6.654 6.975 7.318
ko
5 Trasportasi, Komunikasi,
15.464 16.480 17.799 16.477 16.583
ng
Pengeluaran Konsumsi
3 7.331 7.813 9.099 8.026 8.418
s:
Pemerintah
tp
id
3 Perumahan, Perkakas,
o.
Perlengkapan dan
.g
5.753 5.795 5.990 5.906 5.907
ps
Penyelenggaraan Rumah
.b
Tangga
4 Kesehatan dan Pendidikan 4.291 ta 4.362 4.531 4.661 4.842
ko
5 Trasportasi, Komunikasi,
11.567 11.937 12.502 11.691 11.722
ng
Pengeluaran Konsumsi
3 4.897 5.214 5.453 4.756 4.832
s:
Pemerintah
tp
id
2 Pakaian dan Alas Kaki 3,13 3,00 2,90 2,87 2,89
o.
3 Perumahan, Perkakas,
.g
Perlengkapan dan
ps
6,32 5,96 5,71 5,63 5,50
Penyelenggaraan Rumah
.b
Tangga
ta
ko
4 Kesehatan dan Pendidikan 4,67 4,43 4,31 4,49 4,50
ng
5 Trasportasi, Komunikasi,
11,95 11,61 11,54 10,62 10,20
ba
Pengeluaran Konsumsi
3 5,67 5,51 5,90 5,17 5,18
tp
Pemerintah
ht
id
Rokok
o.
2 Pakaian dan Alas Kaki 2,27 3,61 2,99 -2,24 1,43
.g
3 Perumahan, Perkakas,
ps
Perlengkapan dan
.b
1,40 0,73 3,37 -1,40 0,01
Penyelenggaraan Rumah
ta
ko
Tangga
4 Kesehatan dan Pendidikan
ng
Pengeluaran Konsumsi
3 16,53 6,49 4,58 -12,78 1,59
ht
Pemerintah
Pembentukan Modal Tetap
4 8,67 5,00 1,88 -0,47 -1,59
Bruto
1 Bangunan 9,28 5,71 3,36 -1,03 0,47
2 Non-Bangunan 4,02 -0,70 -10,83 5,07 -20,94
5 Perubahan Inventori - - - - -
6 Net Ekspor - - - - -
PDRB 6,21 6,48 5,86 -0,27 3,17
* Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
id
3 Perumahan, Perkakas,
o.
Perlengkapan dan
.g
142,12 145,83 146,95 147,89 151,37
ps
Penyelenggaraan Rumah
.b
Tangga
4 Kesehatan dan Pendidikan 140,77 ta144,03 146,86 149,63 151,13
ko
5 Trasportasi, Komunikasi,
133,70 138,06 142,37 140,94 141,47
ng
Pengeluaran Konsumsi
3 149,71 149,85 166,86 168,75 174,22
s:
Pemerintah
tp
id
3 Perumahan, Perkakas,
o.
Perlengkapan dan
.g
4,09 2,61 0,77 0,64 2,35
ps
Penyelenggaraan Rumah
.b
Tangga
4 Kesehatan dan Pendidikan
ta
4,30 2,31 1,97 1,89 1,00
ko
5 Trasportasi, Komunikasi,
3,17 3,26 3,12 -1,00 0,37
ng
Pengeluaran Konsumsi
3 7,60 0,09 11,35 1,13 3,24
s:
Pemerintah
tp